Sweet Friend (Xodiac SingZay)...

By SugaJennie24

36K 3.6K 6K

Bercerita tentang salah seorang anak kembar bernama Won Zayyan yang sama sekali tidak mirip dengan kembaranny... More

Chap 1~ Teman Seberang Apartemen
Chap 2~ Zayyan Melamar Kerja
Chap 3 ~ Bossy
Chap 4 ~ My Sweet Friend
Chap 5 ~ Sing Beneran Berubah?
Chap 6 ~ Tugas Pertama Yang Mendebarkan
Chap 7 ~ Apa Yang Dilakukan Sing?
Chap 8 ~ Zayyan Panik Karena Leo
Chap 9 ~ Selamatkah Leo?
Chap 10 ~ The Hero
Chap 11 ~ Mulai Goyah
Chap 12 ~ Masih Bersaing
Chap 13 ~ Zayyan Ngambek Dan Kabur?
Chap 14 ~ Zayyan Kepergok Sing?
Chap 15~ Perkara Beliin Baju
Chap 16 ~ Hati Yang Berdebar
Chap 18 ~ Perkara Makan Siang
Chap 19~ Cemburu
Chap 20 ~ Emosi
Chap 21 ~ Membatalkan Taruhan?
Chap 22~ Kencan
Chap 23 ~ Pilihan Sing
Chap 24 ~ Leo Marah?
Chap 25 ~ Gara-Gara Gyumin
Chap 26 ~ Jangan Melampaui Batas
Chap 27 ~ Usaha Bona Memisahkan SingZay
Chap 28 ~ Terbongkarnya Rahasia
Chap 29 ~ Apakah Berakhir?
Chap 30 ~ Apa Yang Terjadi Pada Sing?
Chap 31 ~ Zayyan Mencari Sing
Chap 32 ~ Ungkapan Hati Leo
Chap 33 ~ Sing Di mana?
Chap 34 ~ Akhirnya Sing Ditemukan?
Chap 35 - Zayyan Bertemu Sing Kembali?
Chap 36 - Jadian Dan Balikan
Chap 37 - Kencan Terpaksa
Chap 38 - Repotnya Kalau Mendua
Chap 39 - Sing Kabur Dari Rumah Sakit?
Chap 40 - Haruskah Mengalah?
Chap 41 - Sehari Bersamamu
Chap 42 - Menginap
Chap 43 - Panggilan Interview
Chap 44 ~ Bertemu Sing?
Chap 45 ~ Menyusul Sing
Chap 46 ~ Melepas Rindu
Chap 47 ~ Zayyan Cemburu?
Chap 48 - Saling Percaya
Chap 49 ~ Cinta Yang Ditolak
Chap 50 ~ Keceplosan
Chap 51 ~ Bersembunyi
Chap 52 ~ Sing Cemburu?
Chap 53 ~ Sulit Putus
Chap 54 ~ Apa Yang Dilakukan Leo?
Chap 55 ~ Gara-Gara Pergi Ke Luar
Chap 56 ~ Sing Mencari Zayyan
Chap 57 ~ Selamatkah Sing?
Chap 58 ~ Usaha Melarikan Diri
Chap 59 ~ Bersama Selamanya
Bonus Chapter

Chap 17 ~ You're My Pretty Boy

697 58 100
By SugaJennie24

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Keesokan paginya...

Drrtr...drrt...drtt...

Ponsel milik Zayyan berdering.

Gyumin langsung menyambar ponsel Zayyan yang berada di meja nakas.

"Zayyan, kau di mana?" Terdengar suara Sing di ujung telepon.

"Ini aku Gyumin, bukan Zayyan," sahut Gyumin.

"Oh, Gyumin. Ng...Zayyannya mana?"

"Dia lagi nyukur bulu ketek di kamar mandi!" Jawab Gyumin apa adanya.

"Haa??"

"DI KAMAR MANDI LAGI NYUKUR BULU KETEK!!" Gyumin mengulangi ucapannya dengan sedikit berteriak, karena ia pikir Sing tidak mendengarnya.

"Oh...ng...ya udah deh kalau gitu bilang sama dia nanti kalau sudah selesai untuk cepat menemuiku! Aku sudah menunggunya di tempat biasa, dekat apartemen kalian!"

"Oke!" Jawab Gyumin dengan santainya. Lalu panggilan pun di akhiri. Setelahnya ia pun ke luar kamar untuk mengambil minum di dapur.

Tak lama kemudian, Zayyan pun ke luar dari dalam kamar mandi dan menuju ke kamarnya. Ia segera berpakaian, lalu bercermin.

Ia menyisir rambutnya, mengoleskan suncreens dan pelembab ke wajah mulusnya, dan tak lupa menggunakan lipbalm rasa strawberry di bibir tipisnya agar terlihat lebih lembab dan sehat. Terakhir ia pun tak lupa menggunakan parfum.

"Widiihhh...wangi amat! Mau ke mana sih?" Gyumin kembali masuk ke kamar.

"Ke kantorlah, ke mana lagi emangnya? Hari ini aku kan sudah diijinkan masuk kerja lagi oleh Sing," jawab Zayyan yang masih sibuk memperhatikan tampilannya di cermin.

"Iya, aku tahu. Semalam kan kau sudah cerita. Tapi perasaan pas pertama kali kau masuk kerja, penampilanmu tidak setotalitas ini deh. Sekarang kok kayak terlalu berlebihan," ucap Gyumin sembari memperhatikan wajah dan penampilan kembarannya itu dari atas sampai ke bawah.

"Berlebihan apanya? Perasaanmu aja kali ah! Karena ini hari pertamaku bekerja kembali setelah aku pulih dari cideraku, maka wajar dong kalau aku ingin tampil lebih rapi," Zayyan beralasan. Padahal sebenarnya ia berdandan seperti ini semata demi terlihat menawan di hadapan Sing nanti.

"Iya deh iya, terserah!"

"Ngomong-ngomong, aku udah ganteng belum, Min?" Zayyan menghadap ke arah Gyumin yang sedang asik rebahan di kasur.

"Iya, ganteng, haelah, pake nanya!"

"Ck! Gitu amat sih jawabnya!" Zayyan manyun.

"Ya lagian, mau pergi kerja aja dandannya udah kayak mau ketemu pacar!" Sindir Gyumin.

"Apaan sih?!" Zayyan sebal, tapi dalam hati ia malu seolah membenarkan ucapan Gyumin.

"O ya, btw tadi waktu kau sedang di kamar mandi, Sing nelepon tuh, terus aku yang ngangkat!"

"O ya? Terus kamu bilang aku lagi apa? Lagi di kamar mandi, kan?" Timpal Zayyan sambil memeriksa panggilan masuk di ponselnya.

"Iya, aku bilang kalau kamu lagi cukur bulu ketek di kamar mandi," jawab Gyumin enteng.

"APAAA???!!! Yak! Moominaaaahhh...kenapa kamu jawab gitu sihhh??!!" Pekik Zayyan terkejut tak menyangka. Wajahnya seketika memerah karena malu.

"Lah kan emang bener kamu lagi nyukur bulu ketek tadi, apa yang salah sih dari ucapanku?"

"YA JELAS SALAHLAH, MOOMIIIN! Seharusnya kamu cukup bilang kalau aku lagi di kamar mandi, nggak usah pake di kasih tahu segala aku lagi ngapain!!" Zayyan emosi.

"Biasa aja kali, santai, nggak usah ngegas! Emangnya kenapa sih?"

"MALU TAUU MOOMIIINN...ISH!"

"Yaelah, cuma sama Sing aja pake malu segala, kayak sama pacar aja!"

"Ishh...malulah, dia itu kan sekarang sudah jadi pac...eh maksudku dia sekarang kan bosku di kantor. Jadi...aku...ya malu!" Zayyan hampir saja keceplosan, dan berakhir gugup, membuat Gyumin curiga.

Gyumin memicingkan matanya. "Pac apa tadi? Ayo mau ngomong apa tadi yang nggak jadi kamu ucapin?" Gyumin penasaran.

"Ngomong apaan? Nggak ada, aku nggak mau ngomong apa-apa kok! Ah udah, aku mau berangkat! Nanti keburu siang!"  Zayyan meraih tasnya dan buru-buru ke luar kamar dengan kesal.

"O ya, tadi Sing bilang kalau dia udah nungguin kamu di tempat biasa!" Gyumin berteriak dan masih bisa didengar oleh Zayyan.

Zayyan menuju ke meja makan untuk mengambil kotak bekal yang sudah ia siapkan sejak pagi dini hari tadi.

"Wah bawa bekal nih sekarang?" Tanya Hyunsik yang sedang menikmati sarapan sendiri di meja makan, karena sang Ibu sudah berangkat kerja terlebih dulu.

"Iya, Hyung," timpal Zayyan.

Hyunsik manggut-manggut. "Baguslah. Kamu memang harus bawa bekal sendiri biar nggak boros, apalagi kan kamu belum terima gaji."

"Iya, Hyung," jawab Zayyan lagi.

"Kamu tadi udah sarapan belum?"

"Udah, tadi bareng sama Moomin. O ya, aku berangkat dulu ya, Hyung. Takut kesiangan," Zayyan pamit.

"Iya, hati-hati di jalan ya, Zayyan!"

"Iya, Hyung. Bye!" Zayyan melambaikan tangannya sambil menuju pintu keluar, lalu pergi.

***

Sebelum mencapai mobil Sing yang terparkir di pinggir jalan, Zayyan kembali merapikan sedikit penampilannya serta rambutnya yang terkena angin.

Berbeda dari biasanya, hari ini Zayyan merasa ingin tampil sesempurna mungkin di depan Sing, pemuda yang sukses mengisi hatinya saat ini.

Tokk...tokk...tokk...

Sing yang tampak sedang berbicara dengan seseorang di telepon, reflek langsung mengakhiri panggilannya ketika melihat Zayyan mengetuk jendela kaca mobilnya.

"Sing Isanim!" Zayyan tersenyum ceria di balik kaca jendela.

"Masuklah!" Sahut Sing, ia pun membalas senyum Zayyan.

Zayyan masuk dan duduk di samping Sing. Dengan manis, Sing pun memasangkan seat belt untuk Zayyan, dan pada saat bersamaan Zayyan sekuat tenaga harus menahan napas karena jarak wajah mereka yang saling berdekatan.

"Maaf sudah membuatmu menunggu lama," Zayyan memulai pembicaraan di dalam mobil setelah Sing selesai memasangkan seat belt untuknya.

"Tidak apa, aku juga baru sampai kok!" Bohong Sing, padahal dia sudah menunggu selama hampir 30 menit di sana.

Sing lantas memperhatikan wajah dan penampilan Zayyan saat ini.

Sing tersenyum manis, lalu mengusap pipi Zayyan dengan sangat lembut. "Kamu harum dan terlihat sangat manis hari ini," puji Sing yang sukses membuat Zayyan melayang dan tersipu malu.

Padahal dari kemarin Zayyan tidak suka dipanggil manis oleh Wain, tapi karena ini Sing, maka ia pun sama sekali tidak protes.

"O ya, Sing Isanim, mengenai apa yang dikatakan oleh Gyumin di telepon tadi tolong jangan kau anggap serius ya, dia itu kan memang suka bercanda. Apa yang dikatakannya tadi itu tidak benar!" Mau tak mau Zayyan harus membahas soal perkataan Gyumin tadi, demi harga dirinya di depan Sing, pikirnya.

"Perkataan Gyumin yang mana? Ohh...yang mengenai kamu lagi nyukur bulu ketek itu?" Timpal Sing.

"Ish, jangan disebut! Aku maluu...lagian itu nggak benar kok! Tadi aku balik ke kamar mandi cuma buat sikat gigi karena habis sarapan," bohong Zayyan. Tentu saja ia tak mau harga dirinya jatuh di depan Sing.

Tapi Sing malah terkekeh. "Kenapa sih, Zayyan? Kamu malu ya?"

"Ng...," Zayyan menunduk malu.

Sing mempuk-puk kepalanya dengan pelan. "Nggak apa-apa kok, chagi. Nggak usah malu. Ya udah lupain aja, nggak usah dibahas lagi, oke?"

"Eum," Zayyan mengangguk, jantungnya kembali berdebar hanya karena barusan Sing menyebutnya dengan panggilan chagi sambil mempuk-puk kepalanya. Dan hal itu sukses membuat wajah Zayyan merona.

"Kita berangkat sekarang ya?"

"Eum!" Lagi, Zayyan mengangguk imut.

Sing pun mulai melajukan mobilnya.

Di tengah perjalanan, Sing baru sadar kalau Zayyan membawa sebuah kotak bekal di pangkuannya.

"Kamu bawa bekal? Untuk apa? Aku kan bisa membelikanmu makan di kantor," ucap Sing.

"Eh? Ini...ng...ini bukan buat aku," jawab Zayyan.

"Bukan buatmu? Terus buat siapa?"

"Ini...untuk...," Zayyan malu untuk mengatakannya.

"Untuk siapa, hm?"

"Untuk...ng...untuk...untukmu, Sing Isanim," Zayyan buru-buru menunduk malu.

"Untukku?" Sing pun tersenyum.

"I-Iya, aku membuatkannya sejak pagi-pagi sekali, dan kuharap kau menyukai masakanku ini," cicit Zayyan lagi masih sambil menunduk.

Tiba-tiba Sing pun meminggirkan mobilnya di tepi jalan.

"Jadi itu untukku?" Tanya Sing lagi.

"Eum."

"Sini kemarikan biar kumakan! Kebetulan tadi aku juga belum sempat sarapan," Sing mengambil kotak bekal tersebut dari pangkuan Zayyan.

Kotak bekal berwarna kuning dengan dihiasi pita berwarna pink muda transparant itu terlihat cantik di mata Sing.

"Kotak bekalnya cantik banget, sama kayak orang yang ngasih!" Gombal Sing sambil membuka kotak bekal tersebut.

"Tapi aku tidak cantik, aku kan laki-laki," protes Zayyan.

Sing tersenyum. "But you are my pretty boy, Zayyan-ie."

Zayyan pun kembali tersipu, Sing benar-benar sukses membuatnya terus melayang berkali-kali.

Setelah kotak bekal itu dibuka, isi di dalamnya pun terlihat.

"Maaf ya, kalau menu yang kubuat sederhana tidak seperti makanan yang biasa kau makan sehari-hari," ucap Zayyan.

Sementara Sing malah tersenyum senang melihat isi di dalamnya yang terdiri dari lima buah kimbab, lima buah rolade telur, dua buah nasi kepal, lima buah sosis goreng dan beberapa lembar rumput laut.

"Ini pertama kalinya dalam hidupku ada yang membuatkanku bekal, selain Ibuku," ucap Sing dengan mata berbinar. Apa yang dikatakannya adalah benar adanya, karena tidak ada satu pun dari para mantannya dulu yang pernah membuatkannya bekal seperti apa yang dilakukan Zayyan untuknya.

"Benarkah?" Zayyan serasa tak percaya dan sekaligus bangga dengan dirinya sendiri, karena jadi satu-satunya orang spesial yang pernah membuatkan bekal untuk Sing.

"Eum. Makasih ya, Zayyan."

"Sama-sama, Sing. Semoga kau suka juga dengan rasanya."

Sing pun mulai menyuapkan satu buah kimbab ke mulutnya.

"Wuaahh...mashitda!" Ucap Sing.

Zayyan tak menyangka, respon Sing akan seperti itu.

"Jinjja?" Tanya Zayyan.

"Nde, neomu mashitda! Kau pintar memasak rupanya!"

Zayyan lagi-lagi tersipu malu dipuji seperti itu oleh Sing.

Kemudian Sing pun menyantap semua makanan itu dengan lahap dan tanpa sisa.

Zayyan pun merasa bahagia melihatnya, karena itu berarti usahanya sejak pagi dini hari dalam membuatkan bekal bagi Sing tidaklah sia-sia.

Setelah selesai makan, Sing menutup kembali bekal makannya dan merapikannya seperti semula, lalu menyerahkannya pada Zayyan.

"Makasih ya buat sarapannya, Zayyan. Aku menyukainya, masakanmu sangat lezat," ucap Sing.

"Eum. Sama-sama, Sing. Syukurlah kalau suka. Lain kali akan kubuatkan lagi, kalau kau mau," timpal Zayyan malu-malu.

"Iya, tentu saja aku mau."

"Mm...Sing, aku...boleh nanya sesuatu nggak?" Tanya Zayyan sedikit ragu.

"Tanya apa? Tanya aja."

"Ng...semalam...kamu bilang...kalau kamu...ng...suka sama aku, itu beneran?" Zayyan menanyakan hal yang terus dipikirkannya sepanjang malam tadi.

Sing menatap dalam mata Zayyan, namun Zayyan tak berani menatapnya balik karena malu. Zayyan menunduk, menunggu jawaban dari Sing.

"Tentu saja itu beneran, Zayyan. Memangnya kau pikir aku bercanda ya?"

"Eh?" Zayyan mendongakkan wajahnya dan balas menatap Sing yang menatapnya lembut. "Kalau begitu, lalu...hubungan kita sekarang apa? M-Maksudku...ng...,"

"Kau ingin menanyakan status hubungan kita saat ini?" Potong Sing yang mengerti maksud Zayyan.

Zayyan mengangguk malu-malu.

"Bagaimana kalau kita pacaran?" Ucap Sing.

"Eh?" Wajah Zayyan merona.

"Kau mau?" Tanya Sing.

"Ng...," Zayyan menggigit bibir bawahnya, lalu tak lama kemudian ia pun mengangguk. "Eum, aku mau," jawabnya lirih.

Sing tersenyum penuh kemenangan. "Yes!" Batin Sing senang.

Lalu Sing pun menggenggam tangan Zayyan, dan kemudian ia mengecup kening Zayyan.

"Makasih ya, Zayyan, sudah mau jadi pacarku," ucap Sing.

Zayyan kembali mengangguk malu-malu.

"Sing...aku janji akan menjadi pacar yang baik untukmu!"

"Bagus! Aku suka pacar yang baik dan penurut, karena itu akan membuatku menjadi semakin sayang," timpal Sing seraya mempuk-puk kembali kepala Zayyan.

Setelah itu Sing melanjutkan kembali perjalanannya menuju kantor. Dan di sepanjang perjalanan, keduanya sesekali saling melempar senyuman.

Rona bahagia pun terpancar di wajah keduanya.

Meskipun Sing melakukannya hanya demi taruhan, namun nyatanya hatinya tak bisa bohong jika sebenarnya dirinya pun merasakan bahagia yang sama seperti apa yang dirasakan oleh Zayyan saat ini.

***

Leo menggendong tas ranselnya dan berjalan menuju ke pintu keluar apartemennya.

"Ouyin-ah...!" Panggil Ny. Zo.

Leo berbalik. "Iya, Bu?"

"Kau mau berangkat sekarang?"

"Iya."

"Apa kau yakin kondisimu sudah baik-baik saja?"

"Sudah kok, Bu. Lagi pula kata Sing Hyung, hari ini Zayyan juga sudah mulai kembali masuk kerja. Jadi aku pun memutuskan untuk kembali berkuliah, Bu," terang Leo.

"Ck! Kamu tuh ya, apa-apa kok ngikutin si bocah miskin itu sih? Kalau dia mau mulai bekerja hari ini, ya itu sih urusan dia. Lagi pula dia itu sudah kelamaan nggak masuk kerja, kasihan loh Hyung kamu kalau dia kayak gitu, soalnya kan yang bayar gajinya itu Sing. Dan kamu nggak harus ngikutin si bocah miskin itu, masalah kesehatanmu kan kau yang merasakan sendiri, jadi kalau belum pulih betul, lebih baik tidak usah memaksakan diri untuk masuk kuliah dulu," ucap Ny. Zo panjang lebar.

"Aku sudah sembuh kok, Bu!" Timpal Leo sedikit meninggikan suaranya.

"Yak! Kau berani membentak Ibumu, hah??"

"Maaf, Bu. Aku tidak bermaksud begitu," ucap Leo lirih sambil menunduk merasa bersalah.

"Masuk kamar sana! Nggak usah masuk kuliah dulu!" Titah Ny. Zo.

"Buuu...aku sudah banyak ketinggalan pelajaran. Tolonglah, Bu. Mengerti aku sedikit. Nanti kalau saat di kampus tiba-tiba aku merasa tidak enak badan, aku pasti akan ijin pulang kok, Bu."

Ny. Zo yang sangat mengkhawatirkan putra bungsunya itu pun berpikir sejenak, kemudian menghela napas. "Baiklah, kalau itu memang maumu. Tapi janji ya kalau kau merasa sakit langsung ijin pulang?"

"Iya, aku janji, Bu."

"Kalau begitu biar Ibu antar kau ke kampus ya?"

"Ck! Nggak usahlah, Bu. Aku kan bisa menyetir sendiri!"

"Nanti kalau ada apa-apa di jalan lagi bagaimana?"

"Tenang, Bu. Kali ini aku akan lebih berhati-hati supaya kejadian waktu itu nggak terulang lagi. Ijinkan aku berangkat sendiri ya, Bu. Please!" Leo memohon.

Ny. Zo menghela napas lagi. "Ya udahlah kalau begitu. Tapi ingat ya jaga dirimu baik-baik saat di jalan atau saat di mana pun. Di luar sana banyak orang jahat, Ouyin."

"Iya, Bu."

"Ya sudah sini, peluk Ibu dulu!"

Leo pun memeluk Ibunya, lalu kemudian mengecup pipinya sebagai tanda rasa sayang.

"Ouyin-ah, putra Ibu yang tampan, hati-hati di jalan ya, Nak!"

"Iya, Bu. Aku berangkat, daahh!"

Leo pun akhirnya bisa berangkat kuliah.

***

Sing dan Zayyan telah tiba di perusahaan, dan ketika mereka sedang berjalan menuju lift, mereka berpapasan dengan Tn. Zo yang hendak ke lobby menemui kliennya.

Sing dan Zayyan pun membungkuk hormat pada Tn. Zo. Namun Tn. Zo memberi tatapan sinis kepada Zayyan, ia secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya pada Zayyan.

"Kupikir dia tidak akan kembali lagi ke perusahaan setelah kejadian hari itu!" Sindir Tn. Zo.

"Ayah, kumohon jangan bicara seperti itu terhadap Zayyan. Tentu saja dia masuk kembali, karena dia kan sekretarisku," bela Sing. Sementara Zayyan hanya bisa menunduk di samping.

"Heuh, sekretaris?? Apakah dia sudah berpengalaman menjadi seorang sekretaris? Jika tidak, maka apakah dia bisa kau andalkan sebagai sekretarismu atau jangan-jangan dia nanti hanya akan menyusahkanmu saja? Karena kalau dilihat-lihat sepertinya dia ini bodoh! Apa pantas bocah bodoh ini jadi sekretarismu?" Tn. Zo merendahkan Zayyan.

"Cukup, Ayah! Kumohon hentikan! Ayo Zayyan kita ke ruangan kita saja!" Sing yang kesal pada Ayahnya, langsung menarik Zayyan menuju lift, karena ia tak ingin Ayahnya nanti semakin menghina Zayyan, jika mereka terus berada di sana.

Di dalam lift, Sing menggenggam tangan Zayyan dan beruntung di dalam lift hanya ada mereka berdua saat ini.

"Zayyan, jangan kau ambil hati ya, ucapan Ayahku tadi."

Zayyan mengangguk pelan. "Iya, Isanim. Aku nggak apa-apa kok," jawab Zayyan, meski hatinya sedih.

Sing kemudian mengusap-usap punggung Zayyan, untuk menenangkannya. Meskipun dulu dirinya sering membully Zayyan, namun ia bisa memahami perasaan Zayyan saat ini.

***

Di dalam perjalanan, Leo mencoba menghubungi Zayyan.

Zayyan yang sudah berada di ruangan kantor pun menjawab panggilan darinya.

"Yeoboseyo, Ouyin-ah!" Jawab Zayyan.

"Zayyan, kau di mana?"

"Aku sudah berada di kantor. Hari ini aku sudah mulai bekerja lagi."

"Oh, syukurlah!"

"Kalau kau, sedang di mana?"

"Aku sedang dalam perjalanan menuju ke kampus."

"Apa kondisimu sudah baik-baik saja, Ouyin?"

"Tentu saja sudah, Zayyan-ie. Kau lupa ya, kita bahkan sudah jalan-jalan bersama beberapa hari yang lalu?"

"Hehe...iya ya. Syukurlah, kalau kau sudah mulai berkuliah kembali. Hati-hati di jalan ya, Ouyin. Ingat jaga diri baik-baik saat di jalan, jangan mudah percaya sama orang asing, supaya kejadian waktu itu tidak terulang lagi."

"Iya, Zayyan, makasih nasehatnya. O ya, nanti siang aku ke sana ya, kita makan siang bareng."

"Eh? Ng...nggak usah."

"Kenapa?"

"Ng...so-soalnya waktu istirahat kantor kan cuma sejam, takut nggak keburu kalau kita berdua pergi makan siang," Zayyan beralasan.

"Kita nggak usah makan di luar, di kantormu saja. Nanti aku yang beliin makanannya dan aku bawa ke kantormu, terus kita makan bareng di sana. Oke?"

"Ng...ma-masalahnya__,"

"Ya udah Zayyan, sampai ketemu nanti siang ya. Bye...!"

Leo menutup panggilannya sebelum Zayyan sempat menjelaskan.

"Duh gimana ini? Mana Sing tadi juga bilang mau ngajak aku makan siang di luar, lah sekarang si Ouyin malah mau ke sini ngajakin aku makan siang bareng," Zayyan bingung harus bagaimana.

Tak lama kemudian, Sing yang baru saja menemui Ayahnya di ruang kerjanya, kini telah kembali.

"Ada apa, Zayyan? Kok muka kamu kayak gelisah begitu?" Tanya Sing heran.

"Enggak kenapa-kenapa kok, Isanim," jawab Zayyan kikuk.

"Oh, ya udah. Kalau begitu sekarang tolong kamu buatkan proposal untuk klien ya!"

"Ng...gimana caranya?" Tanya Zayyan.

Sing menghela napas pelan, ia mencoba bersabar pada kekasih barunya itu.

"Kamu minta bantuan Soodam ya, soalnya aku juga masih banyak urusan."

"Iya, Isanim. Maafin aku ya, Isanim," Zayyan merasa dirinya bodoh karena banyak nggak tahunya.

"Nggak apa-apa kok, Zayyan," timpal Sing sambil membuka laptopnya kembali. Ia lalu fokus pada pekerjaannya.

Namun meski Sing tak memarahinya, Zayyan tetap saja merasa bersalah dan menganggap dirinya sendiri bodoh. Ia pun berlalu dari dalam ruangan menuju ke meja Soodam yang berada tepat di depan ruang kerja Sing.

"Ternyata apa yang dikatakan oleh Tn. Zo benar, bahwa aku memang bodoh dan tak pantas menjadi sekretarisnya Sing," batin Zayyan sedih.

"Tapi...aku tak ingin menyerah, mulai sekarang aku akan berusaha belajar lebih banyak mengenai bagaimana caranya untuk menjadi seorang sekretaris yang pintar dan dapat diandalkan oleh Sing," tekad Zayyan dalam hati.

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca.

Jangan lupa votmen.

🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸

Seneng banget pas tau kalo Davin ternyata juga ikut di CB kali ini 😍❤️























Continue Reading

You'll Also Like

521 88 43
Kumpulan cerita dengan pairing dari ONEUS, ONEWE, atau ONEUS/ONEWE x idol lain. Jangan dibuka kalau kamu ngga suka.
2.6K 114 8
Setiap kejadian hidup dalam pikiran saya. BXB
47.8K 2.9K 25
bxb area- ! Aku sudah kasih peringatan. Jadi bagi yang gak suka silahkan keluar dari lapak ku secara baik-baik. Ini hanya kisah Zayyan dengan berba...
1.1K 85 19
Kisah seorang siswa pindahan yang membuat seorang ketua OSIS yang dikenal dingin dan cuek tertarik kepadanya dan sang ketua OSIS mulai berusaha mende...