Ruang Operasi Komando Angkatan Laut AS.
"Jadi, ini berarti ini adalah buah anggur yang dibawa dari menara oleh para pemburu?"
Kepala Operasi Angkatan Laut, Samuel Harrison, memeriksa buah anggur yang dibawa oleh petugas operasi.
"Ya. Mereka tepatnya disebut Anggur Wangi yang Diresapi Vitalitas."
"Benar. Baunya memang harum, seperti namanya. Tapi mengapa kami membawanya ke sini?"
"Samuel-nim, tolong lihat di sini. Ini adalah penjelasan rinci tentang Anggur Wangi yang Diresapi Vitalitas."
Karena orang biasa tidak dapat melihat deskripsi item, ruang operasi menampilkan deskripsi detail yang dikonfirmasi oleh pemburu di monitor.
[Anggur Wangi yang Diresapi Vitalitas]
···
..
.
Aroma buah anggur yang harum dapat menarik perhatian monster yang menyukai bau darah.
Aromanya semakin menyebar saat dibuat menjadi wine.
Penggarap: Petani Menara Park Sejun
Umur Simpan: 90 hari
Kelas: C
Harga Pasar Saat Ini: $50.000~$60.000
Harga pasar saat ini dari Anggur Wangi yang Diresapi Vitalitas juga terdaftar, menunjukkan bahwa harga telah turun secara signifikan dari harga awal karena para pemburu terus menjual anggur yang mereka tanam.
"Oho! Itu bisa menarik monster yang menyukai bau darah?!"
Samuel berseru dengan suara senang setelah membaca penjelasan rinci tentang Anggur Wangi yang Diresapi Vitalitas di monitor.
Jika deskripsinya akurat, mungkin ini bisa menjadi petunjuk untuk membasmi lintah yang menghuni Hawaii.
Saat ini, angkatan laut terus-menerus menuangkan darah ternak dalam jumlah besar di Hawaii untuk mencegah lintah raksasa bergerak menuju daratan, namun situasinya semakin memburuk.
Jumlah lintah meningkat saat mereka menghisap darah, menyebabkan peningkatan jumlah darah yang dijatuhkan di Hawaii.
Oleh karena itu, angkatan laut berusaha keras mencari cara untuk mengurangi jumlah lintah raksasa.
"Kepala Operasi Angkatan Laut, menurutku ini patut dicoba."
Staf operasi dengan hati-hati menyarankan kepada Kepala Operasi Angkatan Laut Samuel Harrison untuk mempertimbangkan penggunaan Anggur Wangi yang Diresapi Vitalitas dalam strategi mereka.
Bahkan tanaman lain yang dibudidayakan oleh Sejun, seperti Daun Bawang Kokoh, tidak secara spesifik menyebutkan bahwa tanaman tersebut dapat membunuh belalang di mana pun dalam deskripsinya.
Namun, Bawang Hijau Kokoh telah menjadi tanaman yang sangat diperlukan dalam menyelamatkan Bumi dari belalang.
"Baiklah. Mari kita dapatkan sekitar 1 ton Anggur Wangi yang Diresapi Vitalitas untuk pengujian sederhana. Ah! Bisakah kami menghubungi Park Sejun, yang terdaftar di sini sebagai penggarap, untuk membeli dalam jumlah besar dan menegosiasikan harga?"
Mengingat mahalnya biaya operasi, Samuel ingin bertemu dengan Sejun untuk menegosiasikan harga yang lebih rendah.
"Yah... itu..."
Petugas operasi tampak gelisah dengan pertanyaan Samuel. Saat ini, hampir tidak ada informasi tersedia tentang Sejun.
Baru-baru ini, orang terpercaya Han Tae-jun dan Kim Dong-sik telah menyebarkan informasi tentang Sejun ke berbagai negara, namun
'Park Sejun terlalu kuat untuk didekati dalam jarak 5 km?'
Informasi tersebut tampaknya terlalu tidak masuk akal untuk diterima begitu saja.
Han Tae-jun dan Kim Dong-sik telah memberi tahu semua negara tentang kekuatan Sejun apa adanya, sebelum menjalani pelatihan khusus untuk mencegah terjadinya bencana ketika Sejun meninggalkan menara.
Namun, badan intelijen di seluruh dunia menganggap informasi mereka berlebihan dan tidak mempercayainya.
Dengan demikian, usaha Han Tae-jun dan Kim Dong-sik berakhir sia-sia.
"Pertama, amankan Anggur Wangi yang Diresapi Vitalitas dan lihat dari mana para pemburu mendapatkannya. Lalu kita akan mendapat sesuatu."
"Ya!"
Mengikuti perintah Samuel, staf operasi melanjutkan untuk mengamankan Anggur Wangi yang Diresapi Vitalitas dan menemukan Sejun secara bersamaan.
***
Makan siang tanpa Theo atau Cuengi.
Chew, chew.
Sejun sedang makan siang santai, memakan Akar Potensi Kudzu Biru.
[Anda telah mengkonsumsi Akar Potensi Blue Kudzu.]
[Semua potensi statistik meningkat sebesar 5.]
···
..
.
Setelah menghabiskan seluruh 20 buah Akar Potensi Kudzu Biru,
"Aku kenyang. Vitalitas."
[Anda telah menggunakan Vitalitas Lv. 4.]
[Makanan di perutmu dicerna dengan cepat.]
[Semua statistik meningkat sebesar 4% selama 90 menit.]
Sejun menggunakan skill Vitalitasnya untuk mencerna makanan. Berkat menggunakannya kapan pun memungkinkan, level keterampilan meningkat dua level, mencapai level 4.
Dengan perutnya yang sekarang kosong,
"Akhirnya, yang terakhir."
Yum.
Sejun memasukkan sepotong Bakso Sehat Aileen ke dalam mulutnya.
Kemudian,
[Anda telah mengkonsumsi Potongan Bakso Sehat Aileen.]
[Anda telah mengkonsumsi 100 potong Bakso Sehat Aileen.]
[Semua statistik meningkat 100.]
Pesan yang ditunggu-tunggu muncul.
"Hehehe. Selesai."
Sejun sangat gembira saat gelombang kekuatan tiba-tiba memenuhi tubuhnya.
Pada saat itu,
[Administrator Menara senang kamu akhirnya selesai memakan masakan mereka.]
Aileen angkat bicara.
"Ya, aku sudah menyelesaikan semuanya. Berkat kamu, aku pikir aku menjadi lebih kuat."
Sejun berbicara dengan penuh kebanggaan, merasakan peningkatan kekuatannya.
Namun,
[Administrator Menara mengatakan bahwa menurut pendapatnya, jalanmu masih panjang.]
"Aku tahu itu. Tapi tetap saja, apakah kamu harus mengatakannya secara langsung...?"
Sejun berkecil hati dengan bom kebenaran yang blak-blakan dari Aileen.
[Administrator Menara mengatakan kamu tidak perlu khawatir.]
[Administrator Menara mengatakan dia sudah menyiapkan makanan yang akan membuatmu lebih kuat.]
"Ah?! Kamu membuat lebih banyak makanan? Kenapa...kenapa harus melalui semua masalah itu?"
Sejun berusaha bersikap seolah-olah dia tidak panik. Aku tidak khawatir... Aku hanya akan hidup dilindungi oleh Theo dan Cuengi...
[Administrator Menara mengatakan dia menganggap memasak itu menyenangkan, jadi kamu tidak perlu khawatir dia akan mendapat masalah.]
"Eh......"
Maaf, Aileen. Sebenarnya...Aku khawatir memakan masakanmu...
Saat Sejun gemetar karena cemas tentang hidangan luar biasa (?) macam apa yang dibuat Aileen kali ini,
Jingle.
Sebuah kantong kulit jatuh ke telapak tangan Sejun.
[Administrator Menara mengatakan dia mengabaikan fakta bahwa kamu tidak bisa makan banyak sekaligus terakhir kali, jadi kali ini dia membaginya menjadi 500 potong demi kenyamananmu.]
"Lima...lima ratus keping?!"
Aku tidak meminta banyak. Biarkan saja seperti yang terakhir kali. Sejun berdoa dengan sungguh-sungguh sambil membuka kantong kulit itu.
Jingle.
Di dalam kantong kulit itu terdapat potongan daging bulat berwarna hitam berukuran seragam. Bagus. Warna hitamnya sama seperti terakhir kali.
Sejun merasa lega melihat warna dan bentuknya tidak berbeda dari sebelumnya.
Pick.
Dia mengambil sepotong daging untuk diperiksa.
"Fiuh."
Untungnya, tidak ada deskripsi yang berbahaya atau aneh. Seperti sebelumnya, makan satu saja sudah membuatnya kenyang, dan efeknya baru terlihat setelah memakan semua potongannya.
Satu-satunya perbedaan adalah kali ini, dia harus makan 500 potong agar statistiknya meningkat 300.
"Aileen, terima kasih!"
Sejun mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Aileen yang telah membuat hidangan biasa (?), dengan suara yang terharu.
[Administrator Menara mengatakan dia merasa dihargai karena memasak, karena kamu sangat tersentuh.]
[Administrator Menara mengatakan dia akan membuatkan hidangan yang benar-benar baru untukmu lain kali.]
"Tidak apa-apa! Yang aku butuhkan hanyalah hidangan ini dan kamu!"
Sejun dengan putus asa menekankan bahwa hidangan baru tidak diperlukan, tapi
[......]
Aileen sudah pergi untuk memasak, tidak memberikan respon.
***
Theo dan Piyot Menuruni Menara.
"Meong meong meong."
Piyo. Piyo.
Piyot menambahkan harmoni pada senandung Theo, mengepakkan sayapnya sepuluh kali pada setiap langkah Theo, menyamai kecepatan langkah Theo.
Kemudian,
Piyo?
Saat Piyot melewati lantai 79 menara, ia merasakan sesuatu yang aneh, seolah-olah ia telah melupakan sesuatu.
Piyo?
"Piyo, ada apa, meong?"
Theo bertanya ketika Piyot tiba-tiba berhenti bernyanyi.
Piyo!
[Ah! Aku baru ingat, lantai 79 adalah tanah airku!]
Piyot, masih melupakan misinya sebagai burung pembawa pesan.
"Puhuhut. Begitukah, meong? Tanah airku ada di lantai 75, desa Granier..."
Saat percakapan beralih ke kampung halaman, Theo mulai bergerak lagi setelah berbagi tentang kampung halamannya, dan mereka melewati lantai 79.
Sesampainya di lantai 75,
"Piyot, ikuti aku, meong!"
Piyot!
[Ya!]
Theo membawa Piyot ke Taru, yang menjaga gudang barang hilang dan ditemukan.
"Theo, sudah lama tidak bertemu."
"Taru, senang bertemu denganmu, meong!"
"Tapi siapa teman di belakangmu itu?"
Taru bertanya, memperhatikan Piyot yang mengintip dari belakang Theo.
Piyo!
[Aku Piyot dari Suku Tit Ekor Panjang Berkepala Putih, ditakdirkan menjadi kaki depan kanan Theo nim!]
Piyot menjawab dengan bangga.
"Itu adalah ambisi yang bagus. Theo, kamu datang untuk mengundi, kan?"
"Benar, meong! Ini, ambil 2000 Koin Menara ini, meong!"
Theo menyerahkan kepada Taru biaya pengundian untuk dirinya dan Piyot.
Kemudian,
"Aku akan menunggu disini. Keluarkan mereka satu per satu."
"Mengerti, meong!"
Theo ditemani Piyot memasuki gudang hantu.
Saat Theo memasuki gudang hantu,
- "Theo~nim, apakah kamu sudah sampai?!"
Para hantu di gudang menyambut Theo.
- "Kami telah membersihkan tempat itu dengan sempurna menggunakan yang kamu kirimkan kepada kami!"
Barang-barang yang tadinya bertumpuk seperti gunung di lantai kini tertata rapi di rak dan lemari. Berkat itu, Paeten saat ini menikmati liburan yang layak.
"Kerja bagus, meong! Piyot, mulai bekerja, meong!"
Piyo! Piyo?
[Ya! Tapi... apa yang harus aku lakukan?]
Piyot bertanya sambil memiringkan kepalanya setelah menjawab dengan penuh semangat.
"Bawalah benda yang paling membuatmu tertarik, meong!"
Piyo!
[Ya!]
Flap, flap.
Sementara Piyot sibuk terbang mengelilingi gudang mencari barang yang menariknya, mengikuti instruksi Theo,
"Puhuhut. Ini yang paling membuatku tertarik, meong!"
Theo mengambil sebuah buku tepat di depannya dan memasukkannya ke dalam bungkusannya.
Dan,
Gororong.
Theo tidur siang sebentar sementara Piyot masih rajin memilih barang.
Setelah beberapa saat,
"Meong?!"
Theo terbangun dan menemukan tumpukan sampah menghalangi pandangannya.
Kemudian,
Piyo? Piyo!
[Theo~nim, kamu sudah bangun? Aku membawa semua yang membuatku tertarik!]
Piyot dengan bangga menunjukkan kepada Theo barang-barang yang telah dikumpulkannya. Tumpukan sampah yang sangat banyak itu ulah Piyot.
Tentu saja, tidak ada satupun item yang bagus. Piyot sangat tidak beruntung dengan pilihannya.
'Piyot tidak punya bakat mengundi, meong!'
Theo memutuskan untuk tidak membiarkan Piyot melakukan undian lagi di masa mendatang.
"Bawalah yang itu bersamamu, meong!"
Theo dengan enggan menyuruh Piyot membawa salah satu barang yang dia minati.
Dan,
- "Kita perlu membersihkannya lagi."
- "Ayo panggil yang termuda."
Paeten, yang sedang menikmati liburan langka, dipanggil kembali oleh hantu untuk menata ulang gudang.
***
"Meong meong meong."
Piyo. Piyo.
Theo dan Piyot, yang tidak sadar telah mengganggu liburan Paeten, dengan gembira menyenandungkan lagu-lagu saat mereka menaiki menara lagi.
"Puhuhut. Karena rumah Piyot ada di lantai 79 menara, ayo mampir di jalan dan beli telur goreng yang disukai Ketua Park, meong!"
Karena barang yang mereka dapatkan dari gambar gudang hantu adalah barang yang daya tariknya lebih lemah, Theo memutuskan untuk juga mengambil beberapa Buah Telur untuk mendapatkan lebih banyak pujian dari Sejun.
"Puhuhut. Lihat, Ketua Park, meong! Aku, Wakil Ketua Theo, juga bekerja lembur hari ini, meong!"
Piyo! Piyo!
[Ya! Ikuti saja aku!]
Piyot memimpin, membimbing Theo ke Kerajaan Kov di lantai 79 menara.
Setibanya di Aiv, ibu kota Kov, untuk mengumpulkan Buah Telur,
"Burung pembawa pesan Pirururur Yot telah membawa seseorang untuk menyembuhkan Pohon Induk!"
Seekor burung beo yang menjaga pintu masuk berteriak cukup keras hingga semua burung dapat mendengarnya.
"Meong?! Burung pembawa pesan?"
Piyo! Piyo!
[Benar! Aku adalah burung pembawa pesan!]
Piyot akhirnya teringat misinya.
"Burung pembawa pesan itu apa, meong?"
Piyo...
[Burung pembawa pesan dimaksudkan untuk menyembuhkan Pohon Induk...]
Sementara Piyot menjelaskan misi burung pembawa pesan yang telah dipelajarinya,
Caw!
Chirp.
Coo!
Burung-burung mulai berkumpul di sekitar mereka satu per satu.
Kemudian,
Thud.
Seekor elang raksasa dengan lebar sayap sekitar 10 meter turun dari langit. Itu adalah Loui, raja burung.
"Selamat datang. Karena kamu sudah mendengar penjelasan dari burung pembawa pesan Pirururur Yot, aku akan memandumu ke Pohon Induk."
"Puhuhut. Ayo pergi, meong!"
Setelah memahami situasinya setelah mendengarkan penjelasan Piyot, Theo dengan cepat naik ke punggung Loui. Puhuhut. Aku akan menyembuhkan Pohon Induk dengan sihir penyembuhanku, meong!
Dan sebagai imbalannya...
"Puhuhut. Aku merasakan ketertarikan yang kuat di sana, meong!"
Sementara Theo tertawa, memandangi kastil berwarna pelangi di puncak gunung di tengah ibu kota,
Piyo! Piyo!
[Aku harus tumbuh dengan cepat untuk membawa Theo~nim! Aku harus menggandakan asupan makananku mulai sekarang!]
Piyot, yang menyesal tidak bisa menggendong Theo di punggungnya, tidak menyadari bahwa dia sudah dewasa.
"Kalau begitu ayo berangkat."
Flap. Flap.
Loui berangkat dengan Theo di punggungnya, menuju Pohon Induk.