HER LIFE - END (OTW TERBIT)

Oleh ay_ayinnn

4.9M 263K 16.8K

Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarg... Lebih Banyak

Baca dulu beb
PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
PART 45
PART 47
PART 48
PART 49
PART 50
PART 51
PART 52
PART 53
PART 54
PART 55
PART 56
JUST FOR FUN BEB!
PART 57 (END)

PART 46

43.9K 3.1K 217
Oleh ay_ayinnn

Part ini gak aku revisi ulang karena asli bulan kmrn sampe april bsk aku bakal kerja rodi. Kalo ada kalimat yang aneh komen ya biar aku revisi.

Semoga suka!!!

AYO, MANA VOTENYA? MASA SILENT READERS MELULU BEB:(


🤍🌷🤍🌷


"Mama, ka-kapan ki-ta sa-sam-pai?" Tanya Elen yang kesekian kalinya.

Kini mereka tengah berada di perjalanan menuju desa yang Adara gunakan untuk mengasingkan mereka selama sebulan. Charles duduk di depan tepat sebelah supir. Lalu dibelakang hanya ada Vanya dan Elen.

"Masih lama, Elen. Tidur aja dulu nanti Opa bangunin," Jawab Charles ikut nimbrung pada perbincangan ibu dan anak itu.

"Ke-kena-pa la-ma se-ka-li," Kata Elen lesu.

"Sabar Sayang, jalanan juga macet kan? Udah, tidur dulu sini," Vanya mendekap tubuh Vanya agar anak itu segera tertidur.

"Ta-tapi jan-ji ya, ke-tem-pat Papa," Ucap Elen dalam dekapan.

"Iya Sayangku, Cintaku," Charles kembali meyakinkan Elen. Entah mengapa dia sangat takut kalau sedang dibohongi.

Perjalanan menempuh waktu lumayan lama. Dari hari yang masih cerah hingga meredup dan gelap mereka belum juga sampai ditempat tujuan.

Elen telah bangun dari tidurnya satu jam yang lalu. Pertama kali bangun dia selalu bertanya masih berapa lama lagi? Dan hanya Charles yang mampu menjawab sampai gadis kecil itu kewalahan dengan pertanyaannya sendiri.

Sebentar lagi mereka akan sampai. Tidak ada mini market atau warung-warung lagi dipinggir jalan. Jalanan menuju desa itu harus melewati hutan, biasanya orang menyebutnya alas.

•••••

"Selamat malam, pak Seno," Charles menjabat tangan pak Seno selaku orang yang sudah Adara percayai untuk memantau lima orang laki-laki itu selama disini.

"Sugeng ndalu, Pak. Pripun kok mbengi-mbengi nangkene?" Tanya pak Seno terheran.

Charles sengaja memberhentikan mobilnya di depan rumah pak Seno sebab akses menuju rumah yang Gavin tinggali sangat sulit. Terus juga Charles jaga-jaga, takut Vanya kumat kalau melihat teman-teman Gavin.

"Apa Bram?" Tanya Charles kepada Bram selaku supir pribadi Charles kemana pun pria paruh baya itu pergi.

"Kenapa kok Bapak malam-malam kesini?" Jelas Bram, Charles mengangguk.

"Gini, kami kemari ingin bertemu Gavin. Saya sudah kabari orangnya, mungkin sedang perjalanan kemari," Jawab Charles.

"Wo ngono. Ya wes, mlebu sek. Tak gawekke teh. Adek e gelem teh napa susu?" Tawar pak Seno sembari menoel dagu Elen.

Elen yang tengah digandeng Vanya mendongak menatap mamanya. Dia seperti mau nangis. Maklum Elen takut kalau sama orang asing.

10 menit kemudian.

Sedang duduk pada pangkuan Vanya di kursi kayu depan rumah pak Seno, Elen melihat seseorang bersepeda dari jauh. Dia mengenali orang itu.

Benar saja, setelah orang itu mendekat kepadanya, Elen berteriak girang. Ia pun loncat dari pangkuan Vanya lalu berlari menghampiri Gavin yang sedang menyandarkan sepeda.

Charles, Bram, dan pak Seno yang tengah bercanda gurau mendadak diam melihat Elen tiba-tiba berlari keluar pekarangan rumah. Hendak meneriaki Elen, senyum Charles malah mengembang.

Sekarang Elen tengah berada didalam gendongan Gavin. Laki-laki berhodie abu muda yang membuat Charles cukup cengo. Baru seminggu disini, Charles melihat laki-laki itu berubah. Dia agak kurusan, gak makan kah?

"Om," Di hadapan Charles, Gavin menyalami tangan pria itu.

"Pie? Peteng ora dalane?" Tanya pak Seno kepada Gavin.

Gavin mengangguk, "Yang deket pengkolan sana mati lagi lampunya."

"Mati meneh?? Yo sesok tak ganti wae lampune."

"Apa kabar, Vin?" Basa-basi Charles.

"Baik, Om sendiri gimana?"

"Ya gitu. Sekarang saya punya anak perempuan tiga. Semua lagi nggak akur. Menurutmu saya baik-baik aja?"

"Maaf."

"Udah gak apa. Elen gimana? Seneng gak ketemu Papa lagi?" Tanya Charles kepada cucunya.

"Se-seneng!" Girangnya.

Gavin tersenyum, lalu pandangannya beralih menatap Vanya yang berada di samping Charles. Wanita itu juga sedang menatap dirinya namun tatapannya kali ini tidak Gavin mengerti sama sekali.

"Van," Sapa Gavin menatapnya memuja. Vanya makin lama makin cantik ya. "Kamu baik-baik aja kan?" Lanjutnya bertanya. Apalagi setelah tahu sempat kumat beberapa hari lalu.

"Iya," Jawab Vanya lembut seperti biasa.

"Jangan kebanyakan pikiran."

"Enggak kok."

"Papa!" Panggil Elen sebab hanya didiamkan oleh Gavin.

"Eh? Papa lupa ada princess disini," Canda Gavin lalu Elen merajuk.

"Vin, dia dari kemarin nyariin kamu tuh. Jangan digodain terus," Sahut Charles membuat Gavin terkekeh.

"Mau nggak kita sepedaan keliling desa?" Tawarnya lalu Elen mengangguk cepat. "Oke, berangkat!!"

Mengetahui betapa antusiasnya Elen, Gavin langsung membawanya menuju ke sepeda yang ia parkir kan tadi. Anak kecil itu senang bertemu kembali dengan Papanya.

"Kamu gak ikut mereka?" Tanya Charles kepada Vanya, dia menggeleng.

"Pa, di mobil ada jaket nggak ya? Udah malam, kasian kalau Elen kedinginan," Tanya Vanya.

"Ada non, satu jaket crop top punya nyonya selalu tersedia di mobil," Sahut Bram lalu mengambilkan salah satu jaketnya.

Setelah mengambil jaket di dalam mobil, Bram bergegas kembali menuju ke tempat semula. Ia memberikan jaketnya kepada Vanya.

"Terima kasih, Pak," Ucap Vanya lalu beranjak dari sana menghampiri Gavin yang sedang menaikkan Elen ke boncengan sepeda.

"Mama! I-ikut g-gak?!" Pekik Elen bersemangat melihat Vanya berjalan ke arahnya. Sambil tersenyum, Vanya menggeleng.

"Kenapa? Beneran gak mau ikut?" Tanya Gavin sebab Vanya tiba-tiba kemari.

"Enggak, kalian aja. Elen pakai ini dulu," Ucap Vanya sembari memakaikan jaket kepada Elen.

Sungguh hati Gavin menghangat melihat betapa baiknya Vanya sebagai seorang ibu. Benar kata kebanyakan orang, Vanya terlalu baik untuk dunia yang jahat.

"Ma, i-ikut a-aja!" Paksa Elen.

"Iya ikut aja, nanti Elen duduk depan. Pak Seno punya boncengan buat anak-anak duduk di depan."

Vanya menyilangkan kedua tangan di depan dada. Sebetulnya ia juga ingin jalan-jalan disekitar sini karena suasana disini mengingatkan dia akan sosok Ibu yang sangat pekerja keras, Ayumi.

Sayangnya malam ini cukup dingin membuat Vanya yang hanya menggunakan dress berlengan pendek kedinginan. Itulah yang membuatnya merasa tak masalah kembali duduk di samping Charles.

Di sisi lain, Gavin yang sok tahu dan mengira Vanya kedinginan pun melepas hoodie nya. Ia berikan hoodie itu kepada Vanya.

"Boleh minta tolong bawain?" Tanya Gavin menyodorkan hoodie itu kepada Vanya.

Dengan ragu, Vanya ambil hoodie itu dari tangan Gavin. Yang bikin Vanya heran, Gavin malah pergi menemui pak Seno. Vanya spontan memegangi sepeda karena Elen sudah naik di boncengannya.

"Minta apa?" Tanya Vanya melihat Gavin kembali.

"Ini," Laki-laki itu memasangkan tempat duduk khusus anak-anak di depannya duduk.

"Nah sini, Len, duduk depan," Gavin memindahkan Elen ke depan. "Sabuknya dipakai."

Setelah beres dengan Elen, saatnya Gavin membenahi Vanya, "Pakai aja, Van. Bersih kok, baru aku pakai malam ini."

"Kenapa harus pakai?"

"Nanti kedinginan, sini," Gavin memakaikan hoodie itu secara perlahan. Setelah kepalanya masuk, pelan-pelan ia menuntun kedua tangan Vanya agar masuk ke dalam bolongan untuk lengan.

"Masih wangi kan? Aku bener-bener baru pakai ini sekarang," Ucap Gavin takut Vanya tidak percaya.

"Masih, terus kamu?"

"Aman," Gavin membenahi kaos hitamnya agar rapi.

Barulah Gavin naik ke atas sepeda. Dia juga memerintahkan Vanya secara lembut agar naik ke boncengan belakang. Untung Vanya pakai legging hingga dia bisa membonceng seperti biasa tanpa harus duduk miring.

"Yey!! Ma-ma i-ikut," Sorak Elen mengangkat kedua tangan saat Gavin mulai mengayuh sepeda. Malam ini Gavin benar-benar full senyum.

•••••

"Malam, Ma."

"Malam, Tante."

Dua perempuan yang baru saja tiba di restoran privat bintang empat itu sama-sama tertegun. Dalam ruangan ini hanya ada mereka bertiga. Kalau ada yang lain pun paling pelayan restoran.

"Lo kok disini, Dar?" Tanya Acel berkerut kening.

"Gue yang harusnya tanya. Lo ngapain disini?" Sahut Adara.

"Lah, gue ada janji sama tante Clara."

"Gue juga."

"Ssstttt, bisa kalian duduk?" Potong Clara. Capek kalau dengerin adu mulut anak-anak muda.

Posisinya saat ini, mereka duduk mengelilingi meja bundar lumayan besar dengan taplak merah maroon diatasnya. Awalnya hening, hanya ada lirikan-lirikan tidak jelas antara Acel dan Adara. Namun setelahnya, Clara mulai angkat suara.

"Saya sengaja mempertemukan kalian disini untuk progres kelanjutan Vanya," Kata Clara.

"Saran dari aku, mending kita rembukin bersama, sekalian sama Vanya-nya," Ucap Adara.

"Iya, Adara bener, Tan," Acel menyetujui sarannya.

"Kalau saya buatin jadwal lunch untuk kita semua. Apa kalian bisa datang?" Tanya Clara.

Mereka mengangguk, "Apapun demi Vanya," Ucap Adara serius. Bagaimana pun dia telah menganggap Vanya seperti keluarga kandung. Demi Vanya, semua akan Adara lakukan.

"Kenapa pucat, Acel?" Tanya Clara melihat betapa datarnya raut wajah Acel.

"Tante mau nagih ucapan aku?" Dari pertama perbincangan dimulai, firasat Acel sudah tak enak.

"Ya," Jawab Clara langsung dan tegas.

"Kalau gitu, waktu kita semua lunch besok, aku mintain kesepakatan dari Vanya."

"Good, sekarang dirimu sudah mampu. Jangan takut walau hanya untuk mengeluarkan pendapat."

"Kesepakatan?" Beo Adara. Dia seperti tak diajak dalam perbincangan ini. "Kesepakatan apa?"

"Hukuman dari Acel dan Vanya langsung untuk mereka," Jawab Clara elegan.








Bersambung.

Kalo Vanya udah ngeluarin mandatnya berarti udah tamat heheh see u!!

Yang belum vote buruan pencet dulu.

1 3 24

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

4M 239K 30
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.1M 78.7K 64
𝘞𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 ❗ 🚫𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘜𝘞𝘜 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶𝘵, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘤𝘢...
6M 499K 68
Ketika Hazel Prince Garcia yang mempunyai penyimpangan seksual disatukan dalam ikatan suci pernikahan, dengan Mikaila Ashley Ammerson. Mikaila, gadis...
2.5M 135K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...