BITTER AND SALTY [HIATUS]

By Dae_Tanjung

44.7K 5.8K 695

Nera adalah anak yang tumbuh di lingkungan kriminal pinggiran kota. Keputusannya menyelamatkan seorang pria t... More

01 - Pak Tua
02 - Pangeran Sekolah katanya...
03 - Bully
04 - Si Pelayan
05 - Belut Geprek Dengan Saus
06 - Bekantan Pembully
07 - Tersangka
08 - Bocah Nakal [17+ <Kissing>]
09 - Bedebah
10 - Sekawanan Monyet
11 - Singa dan Kelinci
12 - Kota Berwajah Indah
13 - Pria Berbulu Domba
14 - Hidup Penuh Musibah
15 - Tiga Monyet Gila
16 - The Son of A Whore
17 - Rencana Kabur
18 - The Scenario Writer
19 - Sumpah
21 - Permainan Catur
22 - Satu Bidak Mati
23 - Bukan Tanah Surga
24 - Kerangka Reyot
25 - Jurang Yang Disebut 'Rumah'
26 - Kewajiban Pribadi
27 - Kaum Marjinal
End [?]
28 - Papa Bear
29 - Malam Penyerangan
30 - Nasi Sambal Tongkol
31 - The Elder Brother

20 - Remah Tambang

1.2K 183 21
By Dae_Tanjung

Hingga jam 2 dini hari Nera tidak bisa tidur. Ia memilih memandang kota dari balkon kamarnya, Deric sama sekali tidak ada niatan untuk mengunci pergerakan Nera di rumahnya, karena dirinya tahu, Nera tidak punya tempat untuk pergi.

Beberapa jam lalu, Deric mendapat panggilan atas memburuknya kondisi Eric dan belum pulang hingga sekarang. Perhatian Nera teralih pada iring-iringan mobil jeep hitam yang bergerak menuju kompleks rumah para menteri. Dari rumah Deric jaraknya sekitar satu kilo meter. Rasa penasaran mendorong Nera untuk mencari tahu.

Ia turun dengan sedikit berlari, Leo yang sedang membaca beberapa dokumen teralih saat melihat Nera, pemuda itu pun beranjak mengikuti. Selama berjalan mengendap, ada yang aneh dengan situasi ini, biasanya banyak tentara dan penjaga berlalu lalang, tapi malam ini semuanya sepi.

Nera dan Leo bersembunyi di balik dinding pagar salah satu rumah, jaraknya lima puluh meter dari rumah tempat berhentinya mobil-mobil itu. Empat orang berpakaian hitam turun, disusul satu orang berambut pirang panjang yang berdiri di samping mobil. Seketika mata Nera melebar, tubuhnya mendadak kaku. Pemuda itu, yang berdiri di sana, adalah Shira.

Lima belas menit berlalu, Nera masih terdiam, empat orang berpakaian hitam yang menyusup ke rumah itu kembali dengan membawa satu tubuh lemah yang terikat. Dari posturnya ia seorang laki-laki. Mobil-mobil itu berlalu pergi, meninggalkan Nera dan Leo dalam keterdiaman.

Kenapa dirinya bisa begitu dekat dengan seorang yang selama ini dia cari, justru di saat segalanya sedang rumit.

***

Langkah kaki beralas sandal jepit memijak sepanjang garis gang kumuh pinggiran kota. Daerah ini sekitar 200 meter dari batas pagar sebuah bangunan besar pembangkit listrik tenaga uap. Kepulan asap membludak keluar dari corong-corong raksasa, terlepas meruah bercampur udara terbawa angin. Katanya, asap itu sudah tersaring hingga dikatakan aman untuk dihirup, tapi kenyataannya banyak masyarakat yang bertahun-tahun menghirup udara di sana terserang berbagai penyakit pernapasan berbahaya.

Di sisi selatan, 2 kilo meter jauhnya, sebuah pabrik raksasa berdiri. Katanya pabrik itu memproduksi berbagai elektronik bermerk terkenal dunia. Tapi seterkenal apapun merk yang dihasilkan, yang warga kenal hanya limbahnya yang telah mematikan mata pencaharian mereka. Tongkang- tongkang pengangkut batu bara yang merupakan sumber bahan bakar PLTU dan tongkang-tongkang pengangkut nikel pabrik elektronik telah merusak keindahan terumbu karang.

Jangkar-jangkar mereka, tumpah ruah muatan mereka, dan jalur laju mereka telah merenggut hak tumbuh terumbu karang dan ikan-ikan para nelayan.

Jika udara telah mereka renggut dengan asap-asap, air menjadi tak layak tercampur limbah, ikan-ikan hilang akibat ekosistem rusak, lalu apa ini layak disebut kehidupan masyarakat bernegara?. Pembangunan pemerataan yang mereka jumawakan untuk mempermudah kehidupan masyarakat pada akhirnya hanya menjadi lumbung keuntungan, masuk kembali kedalam kantong-kantong mereka, melalui saham-saham yang para pejabat dan menteri miliki di berbagai perusahaan yang akhirnya terpilih sebagai vendor proyek melalui lelang terskenario.

Langkah pemuda itu berhenti sejenak, helaian rambut panjang terkibar menerpa gagang gitar akustik di punggungnya. Matanya memandang jauh pada lahan berisi tumpukan limbah, lahan ini dulunya adalah padang rumput luas, tempat anak-abak bermain layang-layang hingga dipaksa pulang karena sudah hampir malam. Tapi kini penuh limbah berbahaya yang entah bagaimana selalu lolos pemeriksaan AMDAL ketika masyarakat menuntut keadilan di persidangan.

Langkahnya kembali berlanjut, menuju sekumpulan orang di balai bambu. Mereka antre untuk masker yang dibagikan oleh sekelompok pemuda berpenampilan preman, tumpukan plastik berisi bahan pokok juga dibagikan satu-persatu. Dibawah pohon, seorang pemuda berdarah timur tengah menyadari kehadirannya, sementara dirinya melamun mengingat setiap lengan yang harusnya masih ia gengam hari ini. Ini, adalah tempat kelahirannya, sekaligus tempat keluarga dan teman-temannya dikebumikan akibat kematian prematur.

"Rash? Ada apa sampe dateng ke sini?" Tanya Rajesh.

Arash, pemuda itu masih bergeming, tanpa menoleh ia berujar.

"Dua minggu kemaren si bocil dateng ke gue, nyuruh gue ngabarin lo kalo dua minggu ke depan dia belom ngasih kabar lagi" Pandangan Arash beralih pada Rajesh "Sampe hari ini gue belum dapet kabar lagi"

Alis Rajesh bertaut, ia lantas merogoh saku mengambil ponsel sekaligus kartu nama bertuliskan Alejandro W. Dernatte. Nada sambung berhenti pada dengungan ke tiga.

"Nera sudah ditemukan?" Tanya Rajesh tanpa salam.

"Belum, Nera melarikan diri dengan berbagai skenario untuk memperlambat saya"

"Kalau begitu perhitungan Nera meleset, kemungkinan besar dia diculik, salah satu rekan saya diminta Nera untuk mengabari saya, jika dalam dua minggu dia belum memberi kabar. Nera tidak akan memberi tahu saya jika memang ini adalah rencana kejahatan miliknya. Dia akan menerima konsekuensi sendirian, saya harap kata-kata saya bisa disikapi dengan serius"

"Baik, terimakasih"

Alejandro memejamkan mata begitu panggilan dimatikan. Kediaman Dernatte dua minggu ini cukup heboh dengan segala spekulasi atas pelarian terencana dari Nera. Ditambah belum pulangnya Javier yang sedang mengusut latar belakang keluarga anak itu. Alejandro berbalik, mendekati Eros dan Aester serta beberapa petinggi pasukan pembunuh Dernatte yang sedang menyusun strategi atas kemungkinan terburuk jika benar Nera adalah mata-mata. Ditambah Agraham yang masih bungkam soal adanya kecurigaan atas kemungkinan itu.

"Nera diculik" Ucap Alejandro menatap Eros serius.

Eros menatap balik keponakannya, mata itu tidak menunjukkan keraguan sama sekali, pandangan teduh Eros perlahan menajam, pria itu mengangguk.

"Perubahan strategi!"

Disisi lain, Nera sedang terlibat masalah lagi. Hari ini anak itu dipersilahkan jika ingin pergi dari kediaman Deric, meski sempat protes karena hanya dibekali 300 ribu padahal orang itu kaya raya. Tapi mengingat ginjal yang diberikan padanya secara cuma-cuma membuat Nera menelan umpatan, nggak semuanya tertelan sih.

Saat sedang berjalan-jalan di luar dinding raksasa pembatas kota. Nera dicegat oleh kelompok militan pembenci rezim Perdana Menteri. Sejak dua jam lalu dirinya diintrogasi hingga lebam merah-biru, sebenarnya dia bisa melawan, tapi memilih tidak. Kenapa? karena luka-luka ini bisa menjadi alasan cuap-cuap agar lolos dari hukuman Dernatte karena kabur.

Dia bisa playing victim sebagai korban penculikan, walau memang kenyataanya nggak jauh berbeda dari itu.

Jika sesuai tebakannya, hari ini Rajesh sudah diberi tahu oleh Arash, dan karena sebelumnya Rajesh dilabrak oleh Alejandro mereka pasti sudah bekerja sama untuk mencarinya. Rajesh ini paling semangat untuk menghukum Nera, soalnya dulu-dulu pemuda itu sering menjadi sasaran amukan Shira karena menutupi kenakalan-kenakalan Nera. Sayangnya setelah kepergian Shira, pemuda itu jadi tersadar dan taubat akan dosa-dosanya dan justru berbalik menjadi orang yang paling semangat untuk memberi konsekuensi atas kesalahan Nera.

Sebelum pergi tadi, Nera memasang dua lembar koyo untuk menutupi tatto lambang Yonandes, untuk penyeimbang, dia juga memasang dua lagi di bahu. Jaga-jaga jika nanti dia ditemukan oleh keluarga angkatnya.

BUGH!!

Kepala Nera tertoleh ke samping saat sekali lagi pukulan menghantam rahangnya.

"Asu Cok! Udah dibilang jangan muka gue!" Maki Nera.

Dari tadi orang-orang ini bernafsu sekali menghantam wajahnya.

"Udah dibilang gue bukan anak menteri, lo pada kalo mau nyekap orang riset dulu napa?! riset!" Lanjut anak itu setelah meludah darah.

"Siapapun bapak lo, kalo lo nyatanya bisa masuk ke sana artinya ya sama aja! konglomerat yang bisanya cuma makan hak orang miskin! Kami minta ganti rugi! tanah kami rusak gara-gara ambisi busuk kalian!" Maki pemuda ber kaos abu-abu.

"Berapa kali gue bilang nyet! gue itu sama miskinnya macam kalian! gue tinggal di kawasan pabrik! Geledah aja silahkan! konglomerat mana keluyuran cuma bawa duit pas-pasan!" Ucap Nera menggebu, niatnya sih biar bisa playing victim, tapi kalau mukanya dihajar terus ya dia emosi!

Nera digeledah oleh dua orang, di kantongnya ditemukan uang 295 ribu, ponsel, dan bungkus siomay yang hanya tersisa bumbu kacang.

Keempat orang itu saling tatap, kemudian menilai Nera dari atas sampai bawah kembali ke atas lagi. Pemuda berkaos hijau mendekat dan melepaskan ikatan Nera di tiang.

"Gimana cara lo bisa masuk?" Tanya pemuda berkaos hitam.

"Gue ada masalah sama salah satu orang di sana" Jawab Nera sambil menyeka darah luka robek di ujung bibirnya.

Dari tadi Nera dieksekusi di sebuah gubuk di tengah hutan, jaraknya mungkin lima kilo meter dari batas dinding kota. Di dekat gubuk ada sebuah genangan air yang sangat besar, dari warna biru airnya, menunjukkan betapa dalamnya genangan itu.

"Bekas tambang batu bara" Kata pemuda berkaos abu-abu.

Nera mengerti, kerusakan bukan sekedar limbah pabrik yang selama ini dirinya rasakan, tapi bekas pertambangan untuk mengais sumber daya juga sama merusaknya.

"Ratusan anak mati tenggelam selama beberapa tahun, sementara gubernur cuma anggap murah nyawa kami, dia yang punya wewenang perijinan, tapi uang lebih berharga dari nyawa" Ucap pemuda berkaos navy, bahunya menyandang keranjang bambu berisi sadapan karet.

Nera terdiam, keempat pemuda itu berjalan beriringan melewati jalan setapak.

"Mau ikut nggak lo? Nanti kita obatin di desa" Ucap pemuda berkaos hijau saat tidak mendapati Nera berjalan di belakang mereka. Nera mengangkat wajah, menyusul mereka dan berjalan dalam diam.

Selama beberapa kilo meter berjalan, Nera menyaksikan banyak lubang-lubang besar bekas tambang, beberapa di dekat pemukiman hanya dipagari seng bekas, itu pun hanya satu lapis dan sudah keropos sana-sini. Begitu mereka menapak di tanah paling tinggi, di hadapan mereka terhampar gunung yang sudah terkikis oleh proyek tambang, gunung bukan lagi hamparan hijau, sekarang lebih seperti sebuah daging yang dikuliti.

Ada banyak spanduk-spanduk protes menuntut keadilan dan reklamasi bekas tambang. Tapi semuanya sudah usang dan lapuk terabaikan, boneka-boneka digantung dan disusun sebagai protes atas kematian anak-anak mereka. Hamparan padi tumbuh layu bahkan menguning sekarat karena aliran lumpur dampak penggundulan hutan sebagai lahan tambang.

Nera sudah tinggal di desa itu selama lima hari, dia tidak punya keinginan untuk pulang. Seperti yang dikatakan Deric, tidak ada yang bersih dalam jaringan bisnis besar. Nera duduk termenung di bukit memandang danau hasil lubang bekas tambang, ia memandang kedua tangannya. Dirinya selalu mengeluh atas ketidak adilan, sementara tangannya telah menganggap murah sebuah nyawa. Seperti kata Dante, berurusan dengan nyawa tidak pernah sederhana.

Dari belakang, seseorang datang dan duduk di sampingnya, dia Eros. Pria itu hanya diam, tidak membuka pembicaraan.

"Seberapa mahal keluarga lo ngehargai nyawa?" Tanya Nera.

"Tiga belas tahun yang lalu, Dernatte adalah keluarga sekaligus organisasi yang kokoh dan sangat sulit ditaklukkan, Ayah kami bukan orang bersih, banyak nyawa yang dikorbankan untuk membangun pondasi, kami terlalu jumawa, merasa telah menggenggam kekuasaan dengan adanya Panglima Dernatte yang mampu membuat mereka tertunduk.

"Kami lupa bahwa panglima itu tetaplah manusia, ada orang yang terlahir sebagai tuan tapi ada juga seorang yang terlahir sebagai hamba, kekuasaan besar setelah merasa bebas dari kekang membuat mereka buta dab berkhianat. Mereka para keluarga dan organisasi sebanding tidak bisa menumbangkan kami dengan permainan monopoli bisnis maupun penyerangan.

"Akhirnya mereka menghasut dan menanamkan penghianat untuk meruntuhkan kami dari dalam. Kami berselisih hebat dengan keluarga Xie, meraka meyakini orang-orang Dernatte yang telah mengobrak-abrik bisnis prostitusi mereka adan melepaskan ribuan wanita dan pria prostitusi.

"Kekasih Javier yang masih berusia 16 tahun diculik, dia tinggal di rumah orang tuanya sebagai orang biasa, tidak memiliki pengamanan selayaknya kami, jasadnya termutilasi dan disebar di depan gerbang Dernatte tiga hari kemudian. Hal itu memicu perang antar dua keluarga, sebagai pengamanan, istri saya, dan istri kakak-kakak saya beserta anak-anak mereka yang masih kecil dan pelayan-pelayan wanita keluarga kami diungksikan di rumah persembunyian.

"Persembunyian itu dilindungi oleh prajurit terbaik Dernatte yang masih kami percayai hari itu, sementara putra-putra kami yang lain aman berlindung di camp pelatihan" Tatapan Eros semakin sayu, tarikan napasnya memberat.

"Rumah itu dibakar bersama dengan mereka yang terkunci didalamnya, jasad mereka meleh dan menyatu, tidak bisa dikenali. Saat itu Dernatte runtuh karena patah hati, orang-orang memanfaatkan keadaan kami utnuk mengais keuntungan bagi mereka, beberapa asset kami terpaksa digadai untuk menutup kerugian serta membayar karyawan perusahaan dan pabrik-pabrik yang produksinya terhenti.

"Menurutmu, setelah semua itu, seberapa mahal kami menghargai nyawa?"

GREB!

Nera menghambur ke pelukan Eros, mengubur kepalanya di dada bidang pria itu, ia menangis dalam diam. Eros membalas pelukan sama eratnya, mengecup kepala Nera begitu dalam, setetes air mata mengalir dari kelopak matanya yang tertutup.

***

Nera sampai di kediaman Dernatte pukul 7 malam, Eros menjadi tameng agar mereka tidak dulu memarahi anak itu.

Nera sedang duduk bergelung dibalik selimut tebal di atas kasurnya. Ada Kiera, Ixora, Elliot dan Caesar yang menemaninya. Dari semoenjak sampai rumah, anak itu hanya diam tidak mau bicara. Elliot mengamati ekspresi Nera, ia tahu jika anak ini sedang mengalami situasi berat, tapi guratan ekspresinya tidak menunjukkan demikian, anak itu seolah tak memikirkan apapun.

Awalnya Elliot mengira karena Nera memang bukan tipe pemikir dan cenderung menganggap santai apapun. Tapi saat mendengar cerita dari Eros, spekulasinya terbantahkan, dalam pertarungan ada sebuah trik yang biasanya digunakan para petarung agar gerakannya tidak terbaca, yaitu mengosongkan pikiran. Sementara dalam kasus Nera, hal ini seoalah sudah menjadi sebuah kebiasaan. Memandang Nera seperti halnya memandang sebuah cangkang, tidak ada yang tahu isi pikiran di kepalanya.

Elliot mencapai sebuah kesimpulan, Nera ini, seperti sesuatu yang sengaja diciptakan. Dan sebuah ciptaan, selalu memiliki tujuan.

Datangnya Nera seperti sebuah teka-teki bagi mereka, ayahnya sudah bilang, jika Nera adalah penentu hak waris, tapi sepertinya, penentuan itu tidak sesederhana Nera yang akan menunjuk salah satu putra kakeknya berdasar pada siapa yang paling kompeten menjadi ayah.

Memandang remeh keputusan Agraham adalah sebuah kesalahan, nyatanya kakenya itu memiliki rencana tersendiri untuk mencapai tujuan. Dan semua ini akan terjawab, saat Javier sudah kembali dari penelusurannya.





TBC...

Alesan Nera dipungut bentar lagi kebongkar nich...~

Continue Reading

You'll Also Like

2.5K 422 17
❝Aku akan melindungi mereka, entah itu dari iblis, ataupun dari iblis berkedok manusia.❞ β€’ Arien, mungkin sampai kapan pun tidak ada satu pun manusia...
174K 5K 48
[Wajib Follow Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. πŸ“Œ "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertingg...
Kendrik By raha

Teen Fiction

6.6K 740 11
Kendrik Saputra sosok pemuda berusia lima belas tahun. Pemuda yang mendapatkan beasiswa ternama dikarenakan kejeniusannya. Di sisi lain ada sosok Ken...
21.6K 2.7K 62
Kisah ini bukan kisah romantis yang kalian harapkan. Namun kisah ini adalah perjuanganku untuk berjalan bersama Kim Doyoung sampai pada akhirnya aku...