BITTER AND SALTY [HIATUS]

By Dae_Tanjung

44.7K 5.8K 695

Nera adalah anak yang tumbuh di lingkungan kriminal pinggiran kota. Keputusannya menyelamatkan seorang pria t... More

01 - Pak Tua
02 - Pangeran Sekolah katanya...
03 - Bully
04 - Si Pelayan
05 - Belut Geprek Dengan Saus
06 - Bekantan Pembully
07 - Tersangka
08 - Bocah Nakal [17+ <Kissing>]
09 - Bedebah
10 - Sekawanan Monyet
11 - Singa dan Kelinci
12 - Kota Berwajah Indah
13 - Pria Berbulu Domba
14 - Hidup Penuh Musibah
15 - Tiga Monyet Gila
16 - The Son of A Whore
17 - Rencana Kabur
18 - The Scenario Writer
20 - Remah Tambang
21 - Permainan Catur
22 - Satu Bidak Mati
23 - Bukan Tanah Surga
24 - Kerangka Reyot
25 - Jurang Yang Disebut 'Rumah'
26 - Kewajiban Pribadi
27 - Kaum Marjinal
End [?]
28 - Papa Bear
29 - Malam Penyerangan
30 - Nasi Sambal Tongkol
31 - The Elder Brother

19 - Sumpah

1.2K 172 18
By Dae_Tanjung

Nera sedang duduk di dapur, ini adalah hari ke-14 dirinya berada di kediaman Deric. Pria itu sedang asik memasak, kedua tangannya lincah memilah bahan mentah, mengiris, memotong, semuanya terlihat seperti sudah menjadi kebiasaan. Pergerakannya sama sekali tidak terganggu meski menggunakan kemeja dan celana kerja, lengan kemejanya dilipat hingga siku. Nera menyandarkan punggung, melipat tangan di depan dada. Dia tidak pernah tertarik mengobrol dengan pria itu, tapi hari ini rasa ingin tahu mengalahkan segala pembatasnya.

"Kenapa lo pengen bunuh si Eric?" Tanya Nera.

Gerakan Deric tak tersendat sedikitpun, tanpa menoleh dirinya berbicara.

"Nera, kamu bisa bicara lebih sopan? Saya masih bisa mengambil lagi ginjalmu"

Mata Nera membulat.

"Gue harus pake kau-aku gitu? Adeh bet kek orang baca puisi" Nera tidak terima "Lagian Om Dante aja ga pernah masalahin" Lanjutnya.

"Saya bukan Dante" Ucap Deric.

Pria itu mengambil lada bubuk dan menaburkannya sedikit pada sup.

"Kamu bisa pakai kata saya-anda"

Nera menatap sinis Deric.

"Jadi, kenapa om mau bunuh Om Eric?"

Berakhir dengan Nera yang memilih kata-kata lain untuk menghindari kata ganti itu.

"Kenapa saya harus memberi tahu?" Eric mencicipi kuah sup yang hampir siap.

"Saya yakin setelah ini saya akan menjadi buronan Dernatte karena kabur dari sekolah, om nggak takut saya bakal buat rencana om makin runyam karena salah ngomong?"

Deric memasukkan potongan-potongan jamur kering yang sudah di rendam air hangat hingga mengembang, dan irisan jamur jenis lain yang sudah dikukus.

"Saya akan pertimbangkan memberitahumu jika kamu menjawab pertanyaan saya lebih dulu"

Deric beralih pada daging sapi giling dalam mangkuk, menaburkan kaldu jamur, lada bubuk dan campuran sayur yang sudah diblender halus sebelumnya. Mengaduk adonan menggunakan sendok kayu. Nera memperhatikan semua itu.

"Kenapa kamu kabur dari rumah?"

Nera mengernyitkan alis.

"Apa lagi? Kalau mereka tau saya ada di balik percobaan pembunuhan Om Eric, jelas mereka akan bunuh saya"

"Dernatte tidak akan membunuh keluarga"

"Saya bukan keluarga, perjanjian saya dengan Om Dante cuma buat bekerja"

Pernyataan Nera membuat pergerakan tangan Deric yang sedang membagi adonan daging dalam dua mangkuk terkenti.

"Bukannya kamu diadopsi?" Tanya Deric sambil berbalik menatap Nera.

"Justru kalau mereka ingin adospi saya, saat semua anak mereka adalah laki-laki, malah makin aneh, apa lagi saya punya riwayat sebagai tersangka pembunuhan"

Deric berpikir sejenak, hingga suara didihan sup memecah lamunannya, ia lantas mematikan api dan kembali berkutat dengan adonan daging, memecah dua telur kedalam salah satu mangkuk adonan.

"Pekerjaan seperti apa?" Tanya Deric tanpa menoleh.

Nera diam, sambil menatap curiga. Deric yang sadar dengan keterdiaman Nera menoleh.

"Selain karena kamu masih hidup setelah berurusan dengan dimethylmercury, saya tidak punya urusan lain denganmu"

"Kakek pengen saya yang menentukan hak waris, sebagai balas budi telah menyelamatkan nyawanya, saya juga mendapat fasilitas selama tinggal di sana"

Semua informasi ini berputar seperti benang kusut di kepala Deric. Sambil memasukkan adonan daging dalam tomat yang sudah dikeluarkan bijinya, Deric memikirkan segala kemungkinan.

Agraham bukan orang yang berbuat sesuatu secara sembarangan, tidak mungkin dia mengangkat seorang anak hanya karena mereka terlihat manis, apalagi untuk menentukan hak waris. Semua orang tahu, pria itu masih patah hati saat kandidat terbaik pewaris Dernatte lepas dari genggamannya.

Dan secara serampangan menunjuk anak kecil sebagai penentu hanya karena balas budi? Omong kosong!

Deric menyusun tomat-tomat berisi daging ke atas loyang berlapis kertas doorslag. Ia beralih pada adonan daging yang satu lagi, memasukkan dua butir telur, menuangkan beberapa mili air, mengaduk dan mengukusnya. Setelah mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk, ia berbalik, berjalan menghampiri Nera dan duduk di sebrang meja berhadapan dengan anak itu.

"Kamu percaya tujuannya hanya itu?" Tanya Deric.

Nera berpikir, sejujurnya dia tidak percaya, tapi melihat keluarga itu yang tidak memiliki niat buruk selain dua monyet dan dua dokter gila itu membuat Nera tidak memikirkan hal macam-macam.

"Nggak tau juga, selama mereka nggak ngancam nyawa saya, saya nggak nggak mau ikut campur urusan mereka"

Pemikiran Nera sangat simpel, selain nyawa dan uang dia tidak peduli. Deric menyandarkan punggung, merapikan lengan kemeja yang terlipat hingga siku, ia lantas kembali memandang Nera.

"Sayangnya kamu sudah masuk dalam masalah mereka" Deric menjeda, mengamati perubahan ekspresi Nera. Anak itu terlihat tertarik pada topik obrolan.

"Dernatte memiliki sengketa kepemilikan sebuah pulau dengan keluarga Yonandes, pulau itu merupakan ladang tambang nikel. Secara sah, masih menjadi milik Dernatte, tapi mereka memiliki perjanjian perpindahan kepemilikan sementara, bahasa gampangnya digadaikan.

"Yonandes masih memiliki hak kepemilikan hingga 20 tahun mendatang, tapi Dernatte ingin membatalkan sepihak, dengan tuduhan terjadinya kerusakan alam karena Yonandes melakukan eksploitasi.

"Sedangkan Eric adalah aktivis lingkungan hidup yang akan memberatkan Yonandes di pengadilan, menurutmu siapa yang salah?"

Nera tersenyum miring "Ya jelas Yonandes, bunuh orang cuma karna cari keuntungan?"

"Dengan membunuh Eric, Yonandes akan mendapat keuntungan setidaknya lebih dari 500 triliun per tahun dalam kurs negara ini, dengan adanya tambang itu di tangan mereka, bagaimana dengan kamu? Kamu menerima tawaran sebagai eksekutor hanya untuk 1000 dollar"

Nera bungkam.

"Berdiri kokohnya Dernatte juga bukan dengan tangan bersih, dulu ada seorang tangan kanan Agraham yang dikenal dengan sebutan 'Anjingnya Dernatte' tentu itu julukan sekaligus hinaan dari orang yang takut digigit. Nyatanya selama orang itu masih menyandang lambang Dernatte, tidak ada yang berani macam-macam, semuanya seperti kerbau yang ditindik hidungnya.

"Yang saya ingin katakan adalah, tidak ada yang bersih dalam bisnis yang melibatkan jaringan kekuasaan besar, silahkan memilih sisi mana yang menurutmu bisa menyelamatkan nyawamu, apalgi jika ternyata kamu tidak ada ikatan kuat dengan Dernatte, sayangnya saat ini jalan mulusmu untuk keluar dari masalah sedikit ada hambatan, bukankah ini alasan tepat untuk memburu orang itu?"

Percakapan terhenti saat oven telah sampai batas waktu yang ditentukan. Deric berdiri dan berjalan menghampiri makanan yang sudah matang. Memakai sarung tangan tebal untuk mengambil keluar loyang.

"Hari ini kita kedatangan tamu, Tuan Cedric, kepala keluarga Yonandes"

Nera menegakkan badan, sedikit merasa tidak nyaman.

"Saya makan di kamar" Ucap Nera.

"Di rumah saya tidak ada yang makan di kamar" Deric berujar, membuat Nera yang hendak berdiri kembali duduk.

Pukul 7 malam, saat semuanya sudah ditata di meja makan, bel pintu berbunyi, Deric pergi untuk membuka pintu. Sedangkan Nera hanya duduk diam di meja makan, banyak hal yang dirinya pikirkan, tapi semuanya menguap saat suara langkah kaki beberapa orang terdengar.

Seorang pria bersetelan jas putih yang berjalan menggenggam tongkat hitam duduk di hadapannya, di sebelah pria itu ada pemuda bermata hazel yang menghadang Nera hari itu. Cedric tersenyum memandang Nera, Nera membalas tatapan itu dalam diam.

Makan malam dimulai sesaat setalah Deric selesai menyajikan makanan.

***

Nera bersandar pada pembatas balkon, rumah Deric berada di lingkungan orang kaya, sama sekali tidak terisolasi seperti kediaman Dernatte. Jika kota tempat tinggal Nera adalah borok, maka kota ini sebaliknya, sebuah kota yang disiapkan negara untuk orang-orang kaya pendukung pemerintahan, oligarki.

Sebuah lahan yang tadinya adalah hutan dengan wilayah berpenduduk sedikit. Awalnya pembangunan kota ini dirahasiakan tempatnya oleh pemerintah, tapi secara massive banyak warga yang didatangi oleh orang-orang kaya ini untuk dibeli tanahnya dengan harga sedikit lebih tinggi dari harga per-meter tanah itu seharusnya. Mereka yang memang merasa diuntungkan, menerima tawaran itu, ribuan hektar tanah dibeli dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun.

Beberapa tahun kemudian, secara kebetulan, Perdana Menteri mengesahkan pembangunan kota baru dengan dalih sebagai simbol kemajuan Negara. Membangun kota metropolitan baru dengan tata kota yang didesain oleh orang-orang terbaik, untuk menutup mulut media luar yang mengatakan ibu kota negara itu memiliki tata kota terburuk.

Tapi, tempat ini terlalu mewah untuk masyarakat biasa, dijual mahal kepada orang-orang ber-uang agar balik modal. Apakah balik modal? Tentu tidak, pembangunan ini banyak masalahnya, sumber air kurang diperhatikan, alhasil para penghuni harus membayar air lebih mahal. Tanahnya tidak subur, tanah hitam bercampur batu bara, sulit melakukan pertanian di sini, hasilnya, mereka harus mengambil stok dari daerah lain, bahan pokok menjadi mahal karena permainan harga di pasar oleh para mafia dan kurang diperhatikannya petani oleh pemerintah, harga pupuk dan bibit melambung, mereka menolak menjual panen dengan harga rendah.

Dan untuk menyelamatkan muka setelah menggaungkan kota ini begitu jumawanya, mereka menawarkan pemotongan pajak 100% bagi para pelaku bisnis. Untuk menyaring investor, pemotongan pajak diberlakukan bagi investor dengan nilai investasi minimal 10 milyar. Hal ini tertera dalam undang-undang yang disahkan tanpa sosialisasi pada masyarakat.

Lalu, bagaimana mereka menutup semua kerugian atas keputusan-keputusan untuk menyelamatkan ambisi dan muka ini? Tentu, membebankannya pada orang-orang menangah kebawah yang tidak tahu-menahu. Tidak tahu bahwa pajak yang selama ini mereka bayarkan kepada negara dihambur-hamburkan.

Dengan tidak adanya pembanding kehidupan layak, masyarakat awam tidak tahu seperti apa kualitas kehidupan yang seharusnya mereka dapatkan dari pajak yang selama ini mereka bayarkan. Suara mereka dibungkam dengan bantuan-bantuan negara yang diatas namakan Perdana Menteri. Mereka yang tidak tahu alur pajak secara otomatis mengira bantuan yang datang saat masa sulit ini adalah kemurahan hati sang Perdana Menteri.

Padahal itu adalah hak mereka sebagai warga negara, yang dananya datang dari kas negara, salah satu sumbernya adalah pajak mereka sendiri. Permainan orang licik mempermainkan orang yang 'tidak ingin tahu' memang terlihat sangat kotor.

Itulah kenapa Nera tidak pernah memandang mereka sebagai manusia. Termasuk Perdana Menteri, orang tolol mesum yang hari itu membuatnya dipulangkan dari bar. Yang secara kebetulan membawanya bertemu dengan Agraham yang tergeletak di depan kamar sewanya. Jika bukan karena ajudan orang itu, Nera sudah akan menghajarnya hingga hidung besarnya patah.

Seketika pergerakan Nera yang menyisir rambut dengan jari terhenti. Pertemuannya dengan Agraham benar-benar kebetulan, jika dia terlambat pulang beberapa menit saja, Agraham sudah pasti ditangkap oleh musuh yang orang itu bicarakan. Nera sadar dengan orang-orang yang berlari melewati depan kamar sewanya, itu hanya berjarak paling tidak 15 menit setelah dirinya membawa Agraham masuk.

Kedatangan Perdana Menteri ke bar telah dijadwalkan seminggu sebelumnya, itu adalah pertemuan antara Perdana Menteri dengan pejabat daerah tiap distrik. Sejujurnya sangat aneh diadakan di bar, tapi... asudahlah.

Pemikiran ini Nera simpan saat mendengar suara langkah yang janggal. Anak itu berganti fokus memandang bintang dengan pikiran kosong. Ah... tidak ada bintang, kota ini terlalu banyak memancarkan cahaya.

"Saya tidak menyangka, dapat melihat mata yang sama pada orang lain, ayahmu sangat hebat menyembunyikan anaknya" Ucap Cedric.

"Siapa yang menyembunyikan siapa" Jawab Nera.

Cedric terkekeh, anak di hadapannya memiliki tatapan 'seorang yang tahu' tapi Cedric yakin, anak ini tidak tahu. Ia selalu suka bermain kata dengan seorang yang manipulatif, apalagi jika setara dengannya. Produk Dernatte memang tidak pernah cacat, tapi yang satu ini, sepertinya sedikit special.

"Bagaimana caramu mengalahkan rencana Deric? dimethylmercury tidak mudah ditangani"

Nera menghembuskan napas sejenak.

"Mungkin karena saya murid dari sekolah negeri terbaik kebanggaan Perdana Menteri"

Pandangan Cedric beralih pada kota di depannya, pada susunan kompleks rumah para pejabat negara. Sangat besar dan nyaman, lebih lagi saat pajak mereka dibayarkan dengan anggaran negara. Tapi siapa peduli dengan rakyat kecil? Mereka pun terima-terima saja ditipu dan tidak ingin mencari tahu. Dulu ia sangat mengenal orang seperti itu, rakyat kecil, pemuda miskin yang akhirnya ia beri jabatan dengan sedikit otak-atik pemerintahan.

Orang itu sekarang tumbuh makmur dengan perut melebihi batas. Kekuasaan membawa pemuda sederhana itu menjadi sebegini rakusnya. Tapi siapa peduli? Karena undang-undang penuh ketamakan itu membuat pabrik raksasanya di sini bebas pajak, ia tak perlu membayar pajak triliunan per tahun sehingga bisa masuk kantongnya dengan mulus. Jika membesarkan pemuda biasa sepertinya saja bisa menjadi investasi sebegini menguntungkan. Lalu bagaimana jika dia membesarkan anak disampingnya ini?

Sayangnya Agraham sudah menandai teritorinya dengan membubuhkan marga Dernatte di belakang nama anak berpotensi ini. Siapapun tahu, berurusan dengan Dernatte tidak mudah, dirinya sudah membuktikan itu, bahkan rencana terbaiknya yang mengorbankan banyak hal meleset jauh. Berakhir dengan urusan merepotkan yang harus ia hadapi dalam persidangan nanti.

"Tempat ini salah satu kebanggaan orang itu, nyatanya banyak borok yang ditutupi saat promosinya di forum Internasional" Ucap Cedric.

Matanya memandang turun pada jajaran sayur tomat dalam polybag yang tertata di halaman samping rumah ini. Deric sangat suka menanam bahan masakannya sendiri, untuk mendapat kualitas terbaik.

"Seperti sekolah itu, saya salah satu boroknya, lalu, apa susahnya menjadi borok lain di rencana anda?" Nera menatap pesawat yang terbang rendah, akan mendarat di bandara kota.

"Rencana saya?" Tanya Cedric memandang Nera sambil mengangkat sebelah alis.

"Bukankah rencana anda?" Nera balik bertanya.

"Menurutmu bagaimana? Seberapa yakin kamu percaya dengan spekulasi yang bisa kamu pikirkan?"

"Dari jawaban anda, saya yakin 40%"

"Hanya sebesar itu?"

"60% nya saya yakin rencana anda akan gagal" Jawab Nera diakhiri senyuman manis.

Cedric tersenyum miring.

"Nah, untuk menurunkan spekulasi presentase kegagalan rencana yang menurutmu milik saya itu, saya harus pastikan kamu tidak akan membelot dari Deric"

Nera mengerutkan alis, hingga dari belakang, bilah machete menghunus di samping lehernya. Nera mendongak, berusaha menjauhkan lehernya dari bilah tajam, di belakangnya ada pemuda bermata hazel.

"Namanya Leo, putra saya, dua tahun lebih tua darimu"

Leo beralih mencengkram lengan Nera di belakang, dan menurunkan machete-nya.

Nera digiring menuju ruangan lain, Leo tidak lagi mencengkram lengan Nera saat anak itu mengeluh luka operasinya sakit, sekarang cengkraman berpindah di leher belakang anak itu, tapi karena tangannya yang besar, hampir seluruh leher Nera tergenggam.

Di ruang tamu, sudah ada seorang pemuda berambut panjang kisaran 20 akhir, memakai sarung tangan lateks dan menggenggam alat-alat dari koper besar yang orang itu bawa. Nera memejamkan mata, itu adalah peralatan tatto.

Pukul 9 malam, Nera berdiri topless di depan cermin. Memandangi tatto baru di perut kanannya, ilustrasi malaikat bersayap yang dililit untaian pita meleleh. Lambang yang sama yang dimiliki oleh Leo di leher pemuda itu. Sementara di perut kiri, ada perban besar bekas luka tusuk dan operasi.

Di titik ini, Nera merasa tidak lagi punya tempat pulang. Otaknya terus memikirkan posisinya saat ini, ia di tepi jurang, semua orang disekitarnya memiliki kepentingan, tentu saja keberadaannya yang tidak mati sesuai rencana Deric telah mengancam mereka. Tapi hatinya tidak merasakan emosi apapun, rasa takut, sedih, marah, hanya ada di kepalanya, seperti ada sebuah lapisan yang tidak membiarkan semua itu menembus hatinya, selalu seperti ini.

Jika dia kembali pada keluarga Dernatte, apa jaminan ia tidak akan dibunuh saat mereka menemukan tatto ini?. Tatto lambang keluarga diukir dengan tinta khusus, tidak ada treatment yang bisa menghapusnya secara sempurna, justru jika mereka tahu dirinya berusaha menghapus, semuanya akan makin runyam.

Sorot mata Nera seketika menajam.

PRANG!!!

Cermin itu pecah berkeping-keping, buku-buku jari Nera robek berdarah, serpihan-serpihan kecil tertanam.

'Siapapun yang membeberkan informasi ini, harus mati'

Cedric tersenyum mendengar suara pecahan kaca dari lantai atas. Seketika musik opera yang ia nyalakan kalah merdu suaranya. Cedric menyesap wine dalam gelas, sedikit mendongak untuk menikmati cairan fermentasi itu melewati kerongkongannya.

Sumpah seorang Dernatte, akan mencari jalannya untuk terwujud...



TBC...

Hufff!

Continue Reading

You'll Also Like

21.6K 2.7K 62
Kisah ini bukan kisah romantis yang kalian harapkan. Namun kisah ini adalah perjuanganku untuk berjalan bersama Kim Doyoung sampai pada akhirnya aku...
174K 5K 48
[Wajib Follow Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertingg...
14K 1.1K 17
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
1.7K 154 24
Menyamar menjadi seorang pekerja volunteer selama dua minggu di sebuah Rumah Sakit terpencil untuk investigasiku sebagai CEO perusahaan koran berita...