Buhul || TAMAT

By Air_hujan127

26.4K 2.4K 627

BUHUL || Sesuatu tertanam di halaman rumah peninggalan Dani. Rasmi gadis dusun Lawangan yang memiliki paras... More

PENDAHULUAN
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 01
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 02
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 03
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 04
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 05
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 06
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 07
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 08
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 09
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 10
๐Ÿ‘นBUHUL || Bab 12
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 13
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 14
๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 15
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 16
๐Ÿ‘นBuhul || Bab 17
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 18
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 19
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 20
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 21
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 22
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 23
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 24
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 25
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 26
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 27
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 28
๐Ÿ‘นPemeran๐Ÿ‘น
๐Ÿ‘นBuhul || Bab 29
๐Ÿ‘น Buhul || Bab 30

๐Ÿ‘น BUHUL || Bab 11

779 71 4
By Air_hujan127

Malam ke Tiga

👹👹👹

Selamat membaca

***

"He, Rip!" panggil Jaka sebal. "Peno, iso gelar karena ora, se¹?!"

Arip tergelak, dia sibuk mencari ujung karpet yang akan digelar di teras rumah Rasmi atau bisa dikatakan rumah peninggalan Dani. "Iya, jangan marah-marah, nanti sulit dapat jodoh. Ganteng, tapi sulit dapat jodoh 'kan aneh."

Jaka menghela napas pelan tidak menanggapi gurauan Arip, lelaki yang biasanya memakai udeng sekarang tampak berganti menjadi kopiah hitam. Aura ketampanan yang dimiliki terlihat bersinar, membuat Jaka terus saja digoda oleh Arip.

Pada dasarnya Jaka orang yang pendiam, dia lebih sering mengamati serta mendengar. Seperti sekarang. Dia membiarkan temannya mengoceh panjang, sedangkan dirinya sibuk mempersiapkan tempat untuk tahlilan.

Ini hari ketiga setelah kematian Dani, seperti biasanya ketika ada orang yang meninggal diada acara selamatan, yaitu tahlilan.

Biasanya tahlilan sendiri berupa membaca kalimat toyibah serta doa-doa yang ditujukan kepada Allah untuk meminta agar arwah yang telah meninggal tersebut tenang.

Tidak hanya untuk meringankan beban sang arwah, tetapi tahlilan juga dapat menambah pahala orang yang ikut serta.

Langkah kaki terdengar mendekat, Arip yang sadar lekas tersenyum hormat. Dia mencolek punggung Jaka yang masih sibuk dengan karpet. "Jaka, tuh. Bos kamu tumben datang."

Jaka berbalik, dia melihat Panji yang baru saja melewatinya dan masuk ke ruang tamu. Perbedaan lagi-lagi terlihat mencolok jika biasanya lelaki itu mengenakan kemeja atau batik, sekarang terlihat rapi dengan baju koko serta sarung.

Tidak ada aura buruk seperti yang Jaka tahu karena kejahatannya tersamar dengan apik di balik senyum yang tampak saat ini.

"Assalamualaikum," ujar Panji.

Rasmi sedang mempersiapkan jamuan bersama beberapa tetangga. Dia mengambil irisan ayam, kemudian diletakkan di atas nasi yang ada di piring.

Mendengar suara salam wanita berkerudung hitam itu lekas meletakkan mangkuk, kemudian langkah demi langka menuntunnya menuju ruang tamu. Rasmi tersenyum kala melihat Panji hadir di hari ketiga ini.

"Alhamdulillah, Pak Panji datang."

"Maaf Mbak Rasmi, kemarin saya cukup sibuk tidak bisa mengikuti tahlilan," jelas Panji.

Rasmi mengangguk, dia lekas mengatupkan tangan ketika Panji bermaksud untuk mengajaknya bersalaman. "Tidak apa-apa, Pak Panji. Terima kasih juga sudah menyempatkan hadir."

"Akan saya lakukan, bagaimanapun juga almarhum Mas Dani orang baik dan bekerja dengan saya."

Setelah sedikit berbincang, Rasmi lekas mempersilakan Panji agar duduk di ruang tamu.

Acara tahlilan dimulai setelah azan Isya, beberapa warga yang ikut tahlilan kemarin juga datang hari ini.

Hal itu membuat hati Rasmi mengucapkan syukur, warga banyak yang ikut mengaji. Tidak hanya para bapak, tetapi anak-anak pun juga semangat ikut mendoakan sang suami.

Lantunan ayat-ayat suci terdengar merdu dan serentak, semua yang datang mengikuti Mbah Karim sebagai pimpinan pembacaan tahlil.

Begitu juga dengan Rasmi, Ambar serta ibu-ibu yang membantu menyiapkan jamuan. Tidak lama kemudian ayat suci selesai dilantunkan dan dilanjut dengan doa penutup.

"Bude, makanannya disiapkan sekarang?" tanya Mbak Marni.

Ambar lekas mengangguk, dia berdiri dari duduknya diikuti Rasmi. Namun, wanita baya itu mencegah, dia menghalangi Rasmi untuk ikut menyajikan jamuan.

"Kamu di sini saja, Nduk. Sejak pagi kamu sudah banyak membantu."

"Rasmi tidak apa-apa, kok, Bu," jawab Rasmi dengan senyuman, dia berusaha menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja.

Ambar tetap menggeleng, dia melihat wajah sang putri lebih pucat dari biasanya. Sejak Dani wafat sampai hari ini, Rasmi terus membantu ini dan itu.

Tidur pun sering terbangun ketika malam, Ambar tahu karena menemani Rasmi beberapa hari ini. Kalau sampai Rasmi memaksakan diri membantu, dia menjamin jika setelah ini sang putri akan langsung tepar.

"Sudah, menurut sama Ibu. Ini demi kesehatan kamu, Nduk," jelas Ambar.

Setelah mendapatkan anggukan dari Rasmi, wanita baya itu lekas membantu Mbak Marni, Bu Ali serta Mbak Dewi.

Aroma sedap lekas menguar ketika kuah berhasil mengguyur sepiring nasi yang telah disiapkan. Malam ini jamuan sederhana, yaitu sepiring soto ayam serta kerupuk ikan telah tersaji. Tidak lupa dengan tambahan sambal kemiri, membuat masakan lebih nikmat.

Derik pintu dapur terbuka, terlihat Jaka serta Arip datang. Ambar yang melihat lekas memberikan nampan, kemudian meletakkan beberapa piring soto ayam yang akan diberikan kepada warga yang ikut tahlilan.

"Banyak yang datang, Mas Jaka?"

Jaka mengangguk diiringi senyum tipis. "Alhamdulillah, semakin banyak."

"Bu Ambar tidak perlu khawatir, Mas Dani 'kan baik. Pasti banyak yang datang, tetapi pesanan saya dua piring, yo, Bude," sahut Arip setelah menengok panci berisi kuah soto.

"Kamu itu kalau membantu jangan pamrih."

Arip tidak terima dengan apa yang dikatakan Jaka, lelaki itu menjegilkan mata sembari berkata, "Bukan pamrih, tetapi menerima apa yang seharusnya aku terima."

"Alasan," sahut Jaka sembari mengalihkan pandangan dari Arip. Namun, mata sehitam aswad milik Rasmi menusuknya. Tatapan itu terlihat teduh, tetapi sedih di saat bersamaan.

Tidak bertahan lama tatapan mereka terputus, Jaka harus segera membagikan makanan kepada para warga. Dia berjalan cepat, tetapi juga berhati-hati. Menyajikan makanan dan memastikan semua kebagian.

"Wandi!" panggil Jaka, "sudah semua atau ada yang belum?"

Wandi mengangguk sembari menunjukkan jempolnya. "Wes, beres."

Netra Jaka melihat mereka makan dengan lahap, kemudian dia meletakkan nampan di sisi tembok agar bisa membagikan minuman ke semua orang.

"Jak," panggil Arip.

"Apa?"

"Lihat aku, Jak," sahut Arip memerintah.

Setelah membagikan tiga kardus minuman, Jaka bermaksud mengembalikan nampan. Ketika melewati Arip, lelaki itu menghela napas pelan ketika melihat temanya tersenyum gembira dengan piring penuh seperti dua porsi dijadikan satu.

"Mumpung gratis," sahut Arip.

"Pantas saja badan kamu bulat, Rip."

Arip tergelak, dia mengulurkan tangannya sembari berkata, "Aku suapi, mumpung pacarku tidak melihat."

"Hahaha, bangun wey, bangun!" sentak Wandi. Dia duduk di depan Arip sembari menepuk pundak lelaki itu. "Bulet seperti karung beras begini kok punya pacar, mimpi kamu, Rip!"

"Wah, dia tidak tahu, Jak."

Wandi mengerutkan kening menatap Jaka serta Arip bergantian. Lelaki itu merasa tertinggal sesuatu yang menarik karena jarang kumpul bersama Jaka, Arip serta Ruslan akhir-akhir ini.

"Ada berita bagus?" tanya Wandi penasaran.

Arip mengangguk mantap. "Ada, kamu ingin tahu apa beritanya?"

"Jelaslah!"

Arip mendekati Wandi, dia menoleh ke arah Jaka yang hanya diam saja. Segera dia menarik lengan Wandi kemudian berbisik, "Ada janda baru."

Bug!

Jaka lekas memukul sekeras mungkin punggung Arip bahkan bunyi pukulan itu sangat kencang. Arip merasakan sakit yang menjalar hebat. Beberapa warga yang mendengar menoleh ke arah mereka, tetapi hanya sebentar setelahnya kembali menekuni jamuan pencuci mulut.

"Jaka Demit Susilo!" sentak Arip pelan sembari menatap tajam Jaka yang menghilang di balik pintu dapur. "Aduh, loro Wan!"

"Halah, wes ndang mangan²."


👹BUHUL👹

Note :

1. Kamu bisa menggelar/membentangkan karpet tidak, sih?

2. Sudah, ayo makan.







Bagaimana menurut kalian tentang bab 11 ini? Apakah membosankan?

Jangan lupa tinggalkan jejakmu, kawan👋

***

Continue Reading

You'll Also Like

6.4K 323 12
MADINAH Santri dari pesantren Sayyidah Khadijah yang terkenal sangat ramah,baik,berilmu, beradab Madinah disukai dengan Ustadzah Khadijah yang akhirn...
3.1K 135 12
Yoona dan luhan dijodohkan, sahabat luhan juga menyukai yoona dan masih banyak lagi ๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜š๐Ÿ˜™