HER LIFE - END (OTW TERBIT)

By ay_ayinnn

4.9M 263K 16.8K

Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarg... More

Baca dulu beb
PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
PART 46
PART 47
PART 48
PART 49
PART 50
PART 51
PART 52
PART 53
PART 54
PART 55
PART 56
JUST FOR FUN BEB!
PART 57 (END)

PART 45

45.2K 3.3K 353
By ay_ayinnn

"Vel, Vel, Vel tolong ambilin celurit samping lo dong!" Pinta Alex yang sudah siap memanen hasil panenan diladang.

"Serem amat panen singkong pake celurit," Cibir Farel yang berada di sebelahnya.

"Sabit anying," Koreksi Gavin.

Celurit itu lebih ke senjata tajam, sedangkan untuk dipertanian lebih biasa dengan kata sabit atau arit. Itu kata pak Seno yang kemarin sempat menjelaskan sedikit tentang pertanian.

"Ya itu lah, terus ini nyabutnya gimana anjir?"

"Ya lo tarik batangnya, terus kalo ada umbi yang nyangkut baru lo cangkul. Noh dibelakang ada cangkul," Jawab Gavin dengan kesabarannya yang setipis tisu dituang air.

"Oke-oke. Ini gue gali tanahnya?"

"Lo makan juga boleh," Kata Gavin sibuk memanen singkong-singkong lain.

"Woi liat, gue bisa cabut singkong anjay!" Pekik Juna dari seberang sana. Dia mengangkat tinggi-tinggi singkong yang berhasil ia panen.

"Bagus, Jun! Sini deh panenin singkong yang disini," Sahut Alex kebablasan.

"Mata lo sepuluh! Panen aja sendiri," Balas Juna sepertinya sudah lelah. Padahal baru ke cabut satu batang singkong.

"Baru satu, Jun?" Tanya Farel, Juna mengangguk sembari mengelap keringat yang membasahi pelipis. "Gue udah banyak tuh," Pamer Farel.

"Sumpah?! Lo nyabutin empat batang itu? Gede-gede lagi singkongnya," Juna menatap singkong disebelah Farel tidak percaya.

"Farel baru satu, tiganya gue," Sahut Gavin kembali mencabut singkong yang keempat.

"GAVIN SUHU SINGKONG JIR!" Pekik Alex melotot mengetahui sudah banyak singkong yang Gavin panen.

Seminggu mereka berada di sana dan selama seminggu mereka juga mencoba melamar pekerjaan sebab tahu hp yang mereka bawa hanya bisa untuk chat dan menelepon anggota keluarga, tidak bisa untuk membeli barang yang mereka inginkan. Ini Adara bener-bener niat membuat hidup mereka susah.

"Lex, Lex, gue penggal pala lo," Marvel membawa sabit yang ternyata tidak jadi di pergunakan oleh Alex.

Dia itu sedang membuatkan teman-temannya teh di gubuk kecil pinggir ladang, tapi Alex malah meneriakinya. Kalau saja kerja mereka tidak dipantau oleh bos ladang, Marvel juga gak mau repot-repot bawain Alex sabit. Paling langsung dia lempar dari gubuk.

"Ya maaf, gue baru kerja hari ini jadi gak tahu," Ucap Alex berusaha sekuat tenaga mencabut singkongnya. "GUE BISA!"

"Nyeh, baru satu. Gavin udah lima, Farel udah otw empat, Juna diem-diem udah tiga, lo baru satu," Ejek Marvel lalu pergi kembali ke gubuk.

"Dari pada lo! Cuma buat teh," Balas Alex tak mau kalah dengan Marvel.

Marvel berhenti lalu berbalik badan, "Kalo gue gak buat teh, kalian dehidrasi. Mau lo dehidrasi?! Diinfus aja nangis sok-sokan bacot."

"UDAH ANJING, kalian gak capek apa debat terus?!" Ketus Gavin tobat memiliki teman seperti mereka.

"Mampus lo di marahin Gavin," Kata Farel memanas-manasi keadaan. Tak mau makin dimarahi, Marvel bergegas menuju gubuk.

"UDAH LIMA NIH GUE!" Sambung Juna tak melihat adegan adu bacot antara Alex dan Marvel. Dia dengar cuma malas aja kalau sampai harus lihat.

"Hust, ada yang abis dimarahin," Ucap Farel tengil.

"Waduh, kenapa tu bang?!" Balas Juna ikutan tengil.

"Biasalah, pertengkaran kakak beradik." Maksudnya itu pertengkaran antara Alex dan Marvel. Mereka dari dulu mana pernah akur. Kalau akur pun cuma beberapa detik.

"Ampun abangkuuu," Ledek Juna lalu mereka berdua terkekeh.

Melihat itu Alex mendesis, "Sialan."

"TEH SIAP!! ISTIRAHAT! ISTIRAHAT!" Teriak Marvel dari gubuk.

•••••

"Mama, a-yo ki-ta ke-tem-pat Papa," Rengek Elen entah yang ke berapa kalinya.

"Papa masih kerja, masa kita gangguin?" Jawab Vanya sembari menguncir dua rambut Elen.

Mendengar hal itu, membuat Elen menggeleng-gelengkan kepala tidak bisa diam. Terlihat di cermin depan Elen duduk betapa sabarnya Vanya menguncir rambut Elen menjadi dua. Padahal dari tadi kepala anak itu bergerak ke sana kemari.

"Te-le-pon la-lagi, Ma," Pinta Elen.

"Kan kemarin kita udah coba telepon. Gak diangkat semua kan teleponnya?"

"S-siapa tahu se-se-karang di ang-kat."

"Morning cucu Opa," Ucap Charles masuk ke dalam kamar Vanya yang pintunya terbuka sejak tadi.

"O-Opa!" Teriak Elen sembari tertawa senang.

"Opa denger Elen merengek terus pengen ketemu Papa?" Gadis kecil itu terdiam seketika.

"Kamu gimana? Aman jagain Elen sendiri selama Mama sama Papa pergi tiga hari kemarin?" Lanjut Charles bertanya pada putrinya.

Vanya mengulas senyum, "Semua baik-baik aja, Pa. Paling tiap mau tidur atau bangun tidur Elen cariin Gavin terus. Tiga hari kemarin juga Adara sering kesini ngajak Elen main ke mall."

"Kamu juga?" Vanya menggeleng. "Kenapa? Dulu kamu suka banget jalan-jalan ke mall. Malah sampai lupa waktu."

"Sekarang biar Elen yang ngerasain semua itu."

"Kamu juga berhak merasakannya lagi, Vanya," Charles mengusap kepala Vanya dengan penuh rasa sayang.

Kebanyakan perempuan yang telah memiliki anak pasti akan selalu memprioritaskan kesenangan anaknya dari pada kesenangan dirinya sendiri. Dulu Charles melihat sikap itu dari Clara. Tanpa dia sadari, masa itu berlalu dengan cepat.

"Kalau mau jalan-jalan, ajak Adara atau Acel. Tubuh kita juga butuh menghirup udara luar."

"Ma! Ki-kita ja-di kan ke te-tempat, Pa-pa?" Elen memotong pembicaraan kedua orang dewasa itu. Dia tidak mengerti, makannya asal nyeletuk saja.

Vanya menunduk menatap putrinya yang sudah cantik melalui cermin. Rambut diikat dua adalah ciri khas Elen ketika ingin pergi.

"Kalian mau pergi?" Tanya Charles.

"Dari kemarin Elen minta ketemu Gavin terus. Takut dia nangis lagi, ya aku iyakan aja walaupun sebenarnya kita gak akan kemana-mana. Gavin, kan, lagi sibuk."

Hembusan nafas pelan Charles keluarkan. Kasian juga kalau Elen diiming-imingi terus kayak gini.

"Hm, gimana kalau kita susul Gavin aja?" Ucap Charles mengeluarkan idenya.

"Emangnya gak apa-apa?" Tanya Vanya memastikan. Dia takut merepotkan Gavin.

"Gavin nggak sesibuk itu, Van. Tenang aja, Papa kabari dia dulu ya," Charles keluar sambil mengeluarkan hp dari dalam saku celananya. Ia mengetikkan sesuatu di sana.

"Opa ma-mau i-kut ki-kita jug-juga?"

Vanya mengangguk, "Opa yang bakal antar kita ketempat Papa."

"Y-YEYY!!" Sorak Elen bahagia. Dia tidak sabar digendong oleh Papanya.

•••••

"Panas," Keluh Marvel mengipasi diri menggunakan tangan. Tidak terasa, tapi setidaknya membuat Marvel semakin berkeringat. "Hari ini kok panas banget sih?!"

"Kalo lo gak diem, bakal tambah panas," Sahut Farel membaringkan diri di lincak kayu depan gubuk.

"Kipasin, Vinnn," Rengek Marvel kepada Gavin di sebelahnya.

Memang Gavin sedang kipasan dengan sobekan kardus, tapi dia gak mau kalau disuruh mengipasi Marvel. Tak lama setelah itu kepala Marvel sengaja dijatuhkan ke salah satu bahu the best partner-nya yang tak lain tak bukan bernama Gavin.

"AGRHH!! Minggir! Lo, keringetan!" Gavin mengangkat kepala Marvel lalu menonyornya supaya menjauh tanpa hati sedikitpun.

"Mampus," Ceplos Juna yang melihat kepala Marvel terpontang-panting.

"Makannya diem bangs--" Alex baru saja ingin nimbrung, eh malah dipotong oleh Marvel.

"Eitss... Eitss... Lo lupa kita lagi challenge apa?" Kata Marvel tengil.

"Apaan?" Tanya Alex. Mungkin efek panas jadi dia lupa.

"Selama disini kita gak boleh misuh-misuh," Ucapnya masih dengan wajah tengil. Anak siapa sih Marvel ini? Suka banget bikin orang darah overtall.

"Lo dari tadi misuh-misuh ya, asu," Kata Alex tidak bisa membendung kesabaran lagi.

"Asal lo tahu, gue cuma ngomong, Anjir. Itu boleh selagi gak ngomong bangsat, anjing, bajingan, asu, kon--"

"Mulut!" Gavin membungkam mulut Marvel.

"BUWHH!!" Spontan Marvel melepas tangan Gavin yang dengan santai membekap mulutnya. "BAU TANAH ANJING TANGAN LO!"

"Nah kan, buat challenge sendiri, dilanggar sendiri, siapa lagi kalo bukan adeknya Gavin," Ucap Juna.

"Amit-amit anak gue punya kakak spesies omnivora kayak dia," Balas Gavin bergidik ngeri.

"Gue cakep gini lo samain kayak serigala yang omnivora itu?!" Kata Marvel tidak terima.

"Ya gak apa lah, Vel. Kan GGS," Kekeh Alex langsung ditatap sinis oleh Marvel.

"Apaan, Ganteng-Ganteng Serigala?"

"Bukan."

"Terus?"

"Gigis."

"MATAMU!"

"Ssttt, Farel tidur," Peringat Gavin.

"Bisa-bisaan dia bobok di cuaca panas kayak neraka gini," Celetuk Marvel. Dia benar-benar kepanasan dengan suhu udara 35°C. Paling ini teguran awal dari Tuhan atas perilaku mereka semasa SMA dulu.

"Ya udah sih, biarin. Bacot banget mulut lo," Ucap Gavin menyahuti Marvel.

Mereka menghabiskan waktu siang hari dengan beristirahat di gubuk. Sebenarnya kalau sudah siang begini mereka dibebaskan mau tetap bekerja atau selesai. Alhasil mereka hanya berdiam diri di gubuk sambil mendengar kecerewetan Marvel.

Ting.

Suara pesan masuk terdengar disela obrolan mereka. Gavin yang merasa itu hpnya pun masuk ke dalam gubuk lalu mengambil benda pipih tersebut.

Om Charles:
Vanya sm Elen mau ke sana...

Sontak mata Gavin membulat. Benarkah? Memangnya tidak apa-apa kalau mereka kesini? Ya gak apa sih. Tapi ini semua atas izin Adara belum, kalau belum Gavin takut kedatangan mereka malah akan memperkeruh suasana.

Gavin:
adara tau?
om udah dijalan?
Ngapain tiba-tiba kesini?

Om Charles:
Dara g kesini.
Udah gkpp, biar nanti Om yg urus dia.
Itu Elen dari kmrn nangis terus pngen ktemu km.

Gavin:
Astaga, bukannya aku dh bilang kasih boneka yg sempat aku titipin adara?

Om Charles:
Dibuang bonekanya.
Gk dibolehin tdr di kasur sebelah dia.

Gavin:
Ya udah, kalok kalian udh otw hati². tp kalo belum otw juga hati² nanti kesni nya

Om Charles:
Y.

Tanpa sadar laki-laki itu mengulas senyum membaca pesan dari Charles. Disisi lain dia senang Vanya dan Elen kesini, tapi disisi lainnya lagi dia takut dengan reaksi Vanya ketika bertemu teman-temannya.

"Lo kenapa, Vin? Tadi senyum-senyum, sekarang langsung berubah dingin," Tanya Juna mengetahui mimik wajah Gavin yang sedang tak baik-baik saja.

"Vanya sama Elen mau kesini," Ujarnya membuat semua kaget, tidak dengan Farel karena masih terlelap.

"Sumpah?!" Pekik Marvel.

"Emangnya gak kenapa-napa kalo Vanya lihat kita?" Tanya Alex memastikan. "Soalnya gue denger seminggu yang lalu Vanya kumat karena Acel sengaja cari topik yang menyinggung tentang kita."

"Gak tahu, gue juga takutnya gitu," Ucap Gavin memelan.

"Tapi dia bisa gak takut lagi sama, lo, Vin, keren!" Sahut Marvel.

"Iya, kok bisa dia maafin lo secepat itu?" Tanya Alex diangguki Juna.

"Jalur Elen lah, pake nanya kalian," Jawab Marvel langsung diberi tatapan tajam oleh Gavin. Dia pun menyengir. "Ampun bang."

"Eh btw lo semua harus ketemu sama Ibu Ayumi sih," Celetuk Marvel tiba-tiba.

"Ibu Ayumi siapa?" Tanya Juna.

"Orang yang udah bantu Vanya selama enam tahun ini. Dia udah Vanya anggap kayak Ibunya sendiri," Jelas Marvel, Juna dan Alex mengangguk.

"Orang sana?" Tanya Alex setelah itu.

"Iya, dia baik banget. Walaupun dari awal udah kekurangan ekonomi, dia tetep mau merawat Vanya dan Elen."

"Kenapa gak kalian bawa kesini aja?" Tanya Juna bergantian dengan Alex.

"Waktu itu sih udah kita ajak. Tapi beliau gak bisa ninggalin rumahnya di desa. Katanya terlalu banyak kenangan di rumah itu dan itu juga satu-satunya rumah yang keluarganya punya."

"Gue ngefeel," Ucap Juna.

"Sama, terus sekarang lo masih komunikasi sama Bu Ayumi, Vin? Minimal banget sebagai Papanya Elen," Sambung Alex.

Gavin mengangguk, "Terakhir ketemu, waktu mau bawa Elen kesini. Disitu gue cuma kasih uang karena emang kondisinya kayak gini. Susah. Sebelas, dua belas lah sama sekarang. Habis itu, baru beberapa hari yang lalu gue suruh asisten gue ke sana buat merombak rumahnya biar beliau bisa tidur dengan nyaman."

"Nah, asal lo pada tahu, di rumah itu gak ada kasur. Tamu aja disuruh duduk ke tiker yang udah usang sama kayak menipis gitu," Sambung Marvel jujur sempat tidak betah di sana, tapi dia harus profesional.

"Lo baik banget, Vin, sampai bantu memperbaiki rumahnya gitu," Puji Alex.

"Emang udah harusnya anjir," Sahut Juna santai.

Entahlah, Gavin menggeleng, "Niatnya habis dari rumah Vanya kemarin gue mau ajak Vanya sama Elen berkunjung ke tempat Ibu Ayumi. Tapi kayaknya belum waktunya kita disuruh balik ke sana."

"Kita juga harus berkunjung ke sana gak sih?" Usul Juna.

"Harus, karena masalah ini kita yang nyiptain. Untung aja Vanya ketemu sama orang baik. Coba kalau enggak, gue pasti bakal makin merasa bersalah," Ucap Alex sendu.








Bersambung.

Halo beib, td dapet notif ini pas lagi apa?

MAU 2,5K VOTE++ buat next💋

Babayy, see u di chapter 46. Kasih aku kiss dong (mode alay).

26 2 24

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 78.7K 64
𝘞𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 ❗ 🚫𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘜𝘞𝘜 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶𝘵, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘤𝘢...
3.2M 262K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
138K 9.2K 38
Adit, cowok pintar, kesayangan guru, si kutu buku, dan terkenal karena kepintarannya. Akan tetapi, menurut Sheila. Adit baginya seperti boneka nya ya...
8.3M 806K 62
Hidup Alana berubah ketika ia harus menjadi seorang ibu di usianya yang masih terbilang cukup muda. 17 tahun. Bayangkan saja, di usianya yang masih b...