TAKEN YOUR DADDY [TERBIT]

By ZahraAra041

871K 39.6K 2.7K

Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly A... More

01. Broken Heart!
02. YOUR DADDY!
CAST
03. Siapa yang Salah?
04. Ide Gila
05. Gue Nggak Sudi!
06. Tinggal Bareng?!
07. Patah Hati Satu Kantor
08. Saingan Sama Tante!
09. Ada Rasa Lama?
11. Mata-Mata Dena
12. I Want to be Your Wife
13. Simulasi Jadi Mommy
14. Serigala yang Bangun
15. Giliran Dibalas Takut!
16. Cemburu nih, ceritanya?
17. Nyaman (?)
18. Mempertanyakan Status
19. Jadian, nih?
20. Pesta Pernikahan Theo (FIRST KISS)
21. Insiden Pesta Malam
22. Penghangatan
23. Kompor
24. Terhalang Restu
25. Nge-date
26. Senjata Makan Dena
27. Alergi
28. Ngurus Bayi
29. Dilamar?!
30. Bongkar Identitas
31. Ellen Kepanasan
32. Para Pengganggu
33. Pearly vs Dena
34. Sentuhan
__-announcement-__
35. Sakit Hati Berjamaah
36. Kejutan Besar
37. Gerald
38. Mengulik Kasus
39. Pearly vs Nalika
40. Kasus yang Terbongkar
41. Hilang 1 Pengacau
42. Trauma Mereka
43. Sesal dan Dendam
44. Sebuah Kabar
45. Firasat
46. Taruhan
lamaran!
SPALL SPILL ISI NOVEL
TAKEN YOUR DADDY
JEMPUT NOVELNYA!!

10. Tidur Berdua?!

24.5K 1K 12
By ZahraAra041

"Cheers!"

Gemerlap lampu disko menerangi sebuah tempat yang penuh akan gairah. Dentuman musik menabrak gendang telinga, para manusia melampiaskan gairah nafsu di sini. Minuman memabukkan tersedia di mana-mana, aroma alkohol menyeruak masuk ke indera penciuman dengan sangat kuat. Pakaian minim bahan bergelayutan memamerkan lekuk tubuh serta benda-benda yang mampu membangkitkan gairah nafsu lawan jenis.

Musik DJ dimainkan semakin keras seiring malam yang semakin larut. Rasa semangat kian membuncah setelah berhasil masuk ke bawah pengaruh alkohol. Keringat bercucuran bersama dengan alkohol yang berantakan di wajah dan mulut. Perbuatan maksiat tampak jelas di tiap sudut ruangan. Cekikikan dan desahan mengiringi dunia malam.

Kalea menaruh gelas bening setelah berhasil meneguk habis setengah gelas alkohol. Kepalanya menyandar pada sofa, pandangannya mulai kabur berganda.

"Cowok lo ke mana, sih?"

Seorang wanita berbaju ketat dengan celana yang hampir tidak terlihat itu bertanya pada Kalea yang kini mulai mabuk. Ia mengguncang tubuh Kalea beberapa kali sampai gadis itu merespon.

"Cowok mana, Tan?"

Dena memutar bola matanya jengah. "Ya cowok mana lagi? Gerald, lah! Cowok yang lo ceritain kemarin itu!"

Kalea ber-oh ria menganggapi ucapan sang tante. Gadis itu kembali bangkit lalu menatap wajah Dena yang kini penuh pertanyaan.

"Dia malas, katanya capek habis latihan basket setelah seharian jalan sama gue," jawab Kalea.

Dena menepuk bahu Kalea, lalu menunjuk ke arah sesosok pria paruh baya yang sedang berjoget di tengah-tengah manusia.

"Lihat deh itu! Kayaknya tajir, lo deketin gih!"

Pandangan Kalea beralih pada sosok yang dituju Dena. Tampak di sana sosok pria paruh baya berjoget ria di antara para perempuan muda. Alih-alih tertarik, ia justru mendecih sambil memasang ekspresi julid.

"Najis banget udah tua bangka kayak gitu! Gue juga udah kaya, ngapain harus deketin kakek-kakek yang pikirannya cuma sel4ngk4ngan!"

Dena berdecak lalu menyandarkan punggungnya pada sofa. "Ah, lo polos banget! Masa cowok lo cuma Gerald?"

"Ya, lo sendiri? Mana cowok lo? Mana om-om ganteng yang lo bilang kemarin?" balas Kalea.

Mendengar itu Dena pun memicing sebal seraya menghela napas panjang. Malas sekali rasanya ketika mengingat kejadian tadi siang di kantor Gara. "Dia udah ada calon istri."

Sontak meledaklah tawa Kalea. Ia menepuk-nepuk paha Dena sembari memegangi perutnya. "Ya rebut, lah! Lo 'kan, pelakor handal! Ngapain takut?"

"Niatnya juga gitu. Tapi, gue kaget pas tahu kalau ternyata calon istrinya itu masih anak sekolahan!"

Minuman alkohol yang baru saja diteguk oleh Kalea lantas tersembur kembali kala mendengar penjelasan Dena bahwa calon istri pria itu masih sekolah.

"Yang bener lo, Tan?!"

Dena mengangguk pasrah. "Kaget 'kan, lo? Dia seumuran sama lo kayaknya. Mana anaknya tengil banget lagi, kesel gue!"

Tertarik akan pembahasan, Kalea memajukan posisi duduknya agar lebih dekat dengan Dena. "Siapa namanya?"

"Nggak terlalu ingat sih, tapi gue denger dia manggil anak itu 'pipi' gitu."

Kalea diam sejenak, berusaha mencari tahu siapa anak sekolahan yang menjadi calon istri dari pria incaran Dena.

"Pipi? Siapa, sih?"

_-00-_


Jam digital yang terpajang di atas nakas menunjukkan angka 23.00. Derai hujan deras masih setia menghujam dunia di luar sana sejak satu jam lalu. Cahaya kilat dan suara pecutan di langit berupa guntur itu pun datang dalam jangka waktu pendek. Malam ini terasa panjang dan menakutkan, kedua mata Pearly tidak bisa terpejam sempurna meski sudah berusaha.

Selimut sudah terpasang sempurna membalut tubuhnya. Kedua lubang telinganya pun ia tutupi dengan bantal ketika petir kembali menggelegar.

"Kalau hujan ya, hujan aja! Nggak usah sama petir segala!" racau Pearly seorang diri.

Gadis itu phobia terhadap petir. Ia tidak bisa menahannya lagi, lantas Pearly mulai bangkit dan berderap turun dari kasur. Ia berniat tidur di ruang TV sembari menonton televisi agar suara petir di luar bisa tersamarkan oleh suara dari televisi. Baru saja tangannya hendak membuka kenop pintu, gadis itu kembali berlari ke belakang lalu meraih bantal yang lupa dibawa.

Kakinya berjalan gontai menuju ruang TV. Samar-samar ia mendengar suara televisi dari sana. Siapa yang masih terjaga semalam ini? Penasaran, Pearly pun bergegas menghampiri sumber suara. Ia bersyukur masih ada yang terjaga di malam yang selarut ini.

Siaran film aksi yang biasa ditayangkan saat malam hari langsung menyambutnya begitu Pearly sampai di ruang TV. Di sofabed terdapat Gara yang asik menonton sembari duduk bersandar. Beberapa detik kemudian pria itu menoleh ke arahnya saat sadar ada yang datang.

"Pie? Belum tidur?"

Pearly menggeleng dengan wajah cemberut, lantas ia mendudukkan diri di sebelah Gara.

"Pie takut petir. Makanya Pie ke sini, niatnya mau nonton TV sampai tidur," adunya sembari menyandarkan kepala pada pundak Gara.

"Ya sudah, sini tidur sama saya."

Pie mengangguk, bersamaan dengan itu dapat ia rasakan Gara mulai mengusap kepala dan pundaknya. Pria itu juga menepuk pelan pundaknya beberapa kali bak ayah yang tengah menidurkan bayinya dengan cara dipuk-puk.

"Sudah, tidur-tidur. Besok Pie harus sekolah."

Suara dari televisi menggiring Pearly yang kesadarannya lambat laun mulai tenggelam dalam lautan mimpi. Rasa nyaman yang tersalurkan dari belaian tangan Gara membuatnya semakin lelap.

Entah film apa yang tengah ditonton Gara, tetapi suaranya sangat menggelegar. Banyak adegan aksi yang sering muncul dengan suara mengejutkan, membuat Pearly terkadang harus kembali membuka mata karena terkejut. Seperti sekarang, lambat laun Pearly merasakan sebuah tangan menutup telinganya.

"Tidak nyaman, ya? Mau saya matikan saja televisinya?"

Pearly menggeleng sembari mengulat. "Mau dipeluk aja ...."

_-00-_

"Anjir! Papa, Lily!"

Suara cempreng Gerald perlahan-lahan membangunkan Pearly dan Gara yang masih terlelap. Ekspresi anak itu sangat terkejut. Ya bagaimana tidak? Di pagi hari seperti ini kejadian yang pertama kali menyambutnya adalah pemandangan Gara dan Pearly tidur berdua di atas sofabed. Bukan hanya itu, yang lebih membuatnya terkejut adalah posisi mereka yang saling memeluk satu sama lain. Terlebih Gara yang memeluk Pearly sangat erat, seperti memeluk istri sendiri.

Namun, suara kerasnya pun belum dapat membangunkan keduanya. Mereka tampak sangat nyaman berada di dalam pelukan satu sama lain. Mungkin ini juga disebabkan karena Gara telah sepuluh tahun menduda. Tak mau hal aneh terjadi, lantas Gerald mengguncang tubuh sang ayah sampai lelaki itu mengeluarkan dehaman layaknya orang bangun tidur.

"Pa! Bangun, Pa!"

"Apa sih, Ge .... Mau sekolah, ya? Ya sudah sana,  biasanya juga pergi sendiri," ucap Gara setengah sadar, bahkan posisinya masih memeluk Pearly layaknya guling.

Alih-alih bangun, Gara kembali memejamkan mata dan menarik Pearly lebih erat.

"Astaga, Papa ngelonin siapa itu coba dilihat dulu!"

Gara tersenyum dengan mata terpejam. Pria itu menduselkan kepalanya di leher Pearly yang kini bergumam setengah sadar.

"Ya, ngelonin Mama kamu, lah," balas Gara yang mulai kembali ke alam bawah sadar.

Gerald mendesah frustasi, lantas ia berkacak pinggang dengan memasang wajah sinis ke arah mereka.

"Pa, Mama udah meninggal sepuluh tahun lalu!"

_-00-_

Hahaha! Hayooo gimana sama part ini?

SPAM VOTE DAN NEXT KALAU MAU TAU APA YANG TERJADI SELANJUTNYA!!

Ayo kenalan sama penulis Pie centil di akun Instagram pandaraz_wp!

Continue Reading

You'll Also Like

87.5K 4K 36
Tengku Harris Iskandar & Tengku Sara Irdina Tengku Sara Irdina , gadis yang memiliki sepasang anak mata berwarna hazel itu menjadi tarikan sejak dia...
37.1K 2.5K 15
Seorang gadis yang tak sengaja berurusan dengan seorang lelaki mafia, membuat dirinya harus mengikuti semua perintahnya. Jika tidak, dia bisa mati. J...
36.2K 1.4K 15
Rafael Azka Andana adalah siswa dari SMA Nandana yang memiliki wajah bak dewa ini memilik jabatan sebagai ketua geng dari Ravazkas yang dikenal sebag...
6.7K 344 7
Muhd Aarez Han. Lelaki kacukan 3 bangsa. Malay-Korean-Australian. Menjejakkan kaki ke malaysia untuk menjadi seorang pelajar sekolah menengah tidak p...