π‘Œπ‘œπ‘’π‘›π‘” πΊπ‘œπ‘‘π‘‘π‘’π‘ π‘ 

By Helia_peachberry

4K 811 37

Permainan musiknya dikenal baik di alam manapun. Setiap petikkan dari alat musik yang ia mainkan pasti mengel... More

Prolog : The Loyal One
Ia yang memiliki kesederhanaan mulia (1)
Ia yang memiliki kesederhanaan mulia (2)
Ia yang memiliki kesederhanaan mulia (3)
Ia yang memiliki kesederhanaan mulia (4)
Kembalinya ia menapak tanah fana (1)
Kembalinya ia menapak tanah fana (2)
Kembalinya ia menapak tanah fana (3)
Kembalinya ia menapak tanah Fana (4)
Kuil merah pada malam gaduh (1)
Kuil merah pada malam gaduh (2)
Kuil merah pada malam gaduh (4)
Kuil merah pada malam gaduh (5)
Gerhana malam mengguncang surga (1)
Gerhana malam mengguncang surga (2)

Kuil merah pada malam gaduh (3)

139 30 0
By Helia_peachberry

Sosok pria berpakaian merah berdiri tegap ditengah taman bunga kecil. Bunga-bunga disana seolah menyambut kehadirannya, aroma bunga kembali tercium.

Meski sudah dipanggil, Hua Cheng sama sekali tidak membalikkan tubuhnya. Menghembuskan nafas pelan, Lin (Y/n) menarik keluar pedangnya. Gadis itu melesat maju menyambar pria itu dengan pedangnya, merasakan keberadaan sang gadis, Hua Cheng sontak memutar tubuh guna menghindari serangan dari Yijing Caihua. 

Benar juga, (Y/n) tidak boleh terlihat seolah-olah mengenalu Hua Cheng, malah dia harus seperti ini agar identitas aaslinya tidak terbongkar. Ekspreksi tenang tidak berubah menatap sang bencana bagai es abadi. Saat (Y/n) memajukan pedangnya, dia dapat melihat Hua Cheng akan mengulang aksi sebelumnya.

Sontak kaki sang gadis menendang betis pria itu, membuat tubuh Hua Cheng terjatuh. Menggunakan kesempatan ini, dewi bersurai (H/c) menginjak dada sang hantu bencana tanpa ampun. Pedangnya ia arahkan pada wajah Hua Cheng sebelum dia bertanya, "Apa sebenarnya maumu, Xuè Yǔ Tàn Huā?"

Kelopak bunga melayang akibat tubuh Hua Cheng yang jatuh, rembulan yang menyinari (Y/n) membuat pria itu terpanah akan sosok gadis tersebut. Bukannya menjawab, pria itu malah tersenyum dengan ramah. "Jiejie, tidak merindukanku?" 

Lin (Y/n) harus berakting. Gadis itu melangkah mundur menatap tidak percaya kearah Hua Cheng, pedengnya masih ia arahkan pada pria itu. "Kau... San Lang?" Tanya gadis itu lembut.

Benar, ini bukan pertemuan pertama mereka. (Y/n) tau Hua Cheng memiliki bentuk San Lang, karena saat dahulu dia turun untuk melihat salah satu kuilnya, (Y/n) menemukan seorang pemuda berdoa dan membersihkan kuilnya. Dan pemuda itu adalah sang hantu bencana sendiri, sungguh jika ingin menyamar (Y/n) sarankan untuk memilih warna lain untuk pakaian.

Pemuda itu mengangguk mendengar pertanyaan (Y/n). "Jiejie, aku hanya ingin mengunjungimu. Tapi sepertinya kedatanganku kurang tepat," ujar pemuda itu membenarkan postur tubuhnya. Kini dia berdiri menghadap (Y/n) yang masih mengacungkan pedangnya. Hua Cheng berjalan maju hingga ujung pedang (Y/n) mengenai area bawah dadanya.

Perlu diingat perbedaan tinggi diantara keduanya cukup banyak. "Jie, jika memang menginginkan darahku, aku akan memberikannya." Dengan ucapan itu, sontak (Y/n) langsung menurunkan pedangnya. "Tidak, daripada itu. Kamu pergilah, akan berbahaya jika dewa lain melihat keberadaanmu disini," usul (Y/n) kembali memasukan Yijing Caihua kedalam sarungnya.

Hua Cheng memiringkan kepala ketika mendengar perintah sang gadis. "Jie, menurutmu aku takut pada dewa?" Benar juga, pemuda satu ini sedikit gila.

Sekali lagi gadis itu menghembuskan nafas. "Aku sudah mengingatkan, selebihnya itu keputusanmu. Aku tidak akan campur tangan," ujar (Y/n) dengan tenang. Hua Cheng mengangguk nurut, pria itu melangkah maju sembari mengeluarkan sesuatu dari sela pakaiannya. Benda itu berupa sebuah gelang cantik.

Hua Cheng menjulurkan tangan seperti anjing yang meminta disalam oleh pemiliknya. (Y/n) menuruti permintaan pria itu, memberikan tangan kanannya. Tanpa membicarakan apapun, Hua Cheng memasang perhiasan tersebut pada pergelangan tangan (Y/n). Pemuda itu tersenyum, dia menaikan tangan sang gadis sembari sedikit membungkukan tubuhnya. Bibir lembut sang hantu bencana menyentuh punggung tangan sang dewi.

Mengamati ekspreksi sang gadis, bukannya wajah memerah, yang didapati oleh pemuda itu malah wajah datar seperti kulkas 10 pintu. Memang sedari dulu (Y/n) adalah orang seperti ini. Jika seseorang yang sensitif ditegur olehnya, kemungkinan orang itu akan merasa tersindir oleh wajah datar (Y/n). Padahal sebenarnya teguran itu datang dari hati sang gadis

"Jie, aku akan pergi sekarang. Hua Cheng mohon jiejie untuk jaga diri," ujar sang pemuda menurunkan tangan sang gadis, menatap matanya dalam. "Kamu tidak perlu khawatir tentangku, pergilah." Seketika, tubuh sang hantu bencana bubar menjadi ratusan kupu-kupu perak indah.

Lin (Y/n) menatapi gelang pemberian Hua Cheng, dapat ia lihat dengan jelas simbol kupu-kupu pada gelang itu, mirip dengan kalung kupu-kupu perak yang Hua Cheng gunakan. Pria itu ternyata memberikan barang yang mirip dengan miliknya. "Cantik juga..." (Y/n) memiringkan pergelangan tangannya memperhatikan setiap detail.

Jika melihat lebih dekat, apa yang digunakan untuk membuat gelang itu adalah sesuatu yang mahal.

"Aaaaa!" Teriakan berdarah menjadi hal yang membuat sang Dewi membalikkan tubuh. Gawat, dia sudah pergi terlalu lama. Gadis itu membalikan tubuhnya kembali berlari kearah kuil. Dalam perjalanannya, (Y/n) melihat beberapa bayangan di dalam hutan. Gadis itu menggeluarkan Yijing Caihua dan mengarikan kekuatan spiritualnya pada pedang itu.

Pedang perak melesat memotong beberapa bayangan dengan lihai, yang lain kabur begitu cepat membuat gadis itu berdecih kesal. Dia melompat keatas pedangnya sebelum melesat kembali kekuil. Sepanjang perjalanan, wanita itu menggunakan Ruannya untuk membuat getar suara yang menghancurkan bayangan yang berhasil terkejar.

Tidak butuh waktu lama sampai kuil Ming Guang kembali terlihat.

"Awas!" Seru (Y/n) memetik senar ruan dengan cepat guna menyingkirkan bayangan-bayangan dari orang-orang yang ia lihat. Namun belum sempat gelombang suara itu mencapai orang-orang disana, pedang Lin (Y/n) seolah-olah ditarik kebelakang membuat sang gaid terjatuh dari pedangnya dan tersungkur.

Membalikkan kepala, dia melihat Yijing Caihua dikelilingi bayangan hitam. Bayangan-bayangan itu seolah ada untuk menghentikan pedang tersebut bergerak. Dahi sang gadis berkerut melihat hal tersebut, hatinya panas.

Sheeesh!

Pedang yang semula berwarna perak kini semakin kemerahan, Yijing Caihua bergetar hebat dipeluk kegelapan. Tiba-tiba saja Yijing Caihua bergerak dengan liar, pedang itu memotong kabut hitam, membuat mahkluk itu seketika menghilang. Tubuh (Y/n) bergetar, matanya membola melihat kejadian itu. 

"Aaaaa! T-Tolong!" Lamunan gadis itu terpecah saat suara kesakitan kembali terdengar. Melirik keasal suara, (Y/n) hanya dapat terdiam melihat penampakan itu. Dari wajah hingga pakaian mereka, orang-orang ini semuanya berlumuran darah. Ini seperti darah keluar dari tubuh mereka terus menerus.

Sebuah tangan tiba-tiba memeluk pundak (Y/n), tangan itu membuat tubuh sang gadis kembali dalam posisi berdiri. "A-(Y/n)!" Xie Lian dengan khawatir mengecek seluruh tubuh gadis itu, memastikan bahwa sang istri tidak terluka. (Y/n) dengan pelan mendorong tubuh suaminya sedikit menjauh. "Aku baik, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya (Y/n) dengan tenang.

Meski ekspreksi datar kembali Xie Lian lihat, tapi wajah gadis itu pucat. Bagaimana mungkin dia tidak mengkhawatirkannya? Lin... Tidak, Xie (Y/n) selalu seperti ini. Bohong Jika Xie Lian bilang mereka tidak pernag berdebat. Tapi sekarnag bukan waktu yang tepat untuk melakukan hal itu.

Semantara Xie Lian dari tadi menatapinya, (Y/n) mengfokuskan diri pada kejadian didepan matanya. Jika manusia biasa kehilangan darah sebanyak itu, mereka pasti sudah mati. Jadi hanya ada satu jawabannya.

(Y/n) mengangkat tangan, menghentikan gerakan semua orang disana. "Tenang, darah itu bukan milik mereka." Dan benar saja, orang-orang yang dilumuri darah itu berkata, "Itu benar, Ah! Darah ini bukan milik kita, itu... itu..." Ucapan mereka terbata-bata dari ekspreksinya mereka layak melihat sesuatu yang mengerikan.

Mengikuti tatapan mereka, kerumunan lainnya mengalihkan pandangan mereka ke Hutan. Jujur saja, cukup sulit untuk melihat karena keadaan gelap, jadi (Y/n) tidak dapat memastikan apa yang terjadi di dalam sana.

"Lian, perhatikan." Alat musik yang semula ditanah kini kembali ketangan (Y/n). Tidak lupa Yijing Caihua yang kembali masuk kedalam sarungnya. Jemari lentik gadis itu memetik senar-senar ruan membuat aroma bunga tercium jelas, gadis itu menutup mata saat nada musik dimainkan.

Bayang-bayang bunga selayak bunga begonia muncul terbang disekitarnya, bayangan bunga berwarna merah itu melayang mendekati hutan dengan pelan. Mereka bersinar bagaikan bola api yang dikontrol oleh musik. Xie Lian memperhatikan dengan seksama. Setidaknya, sampai sesuatu menetes ke dua bayangan bunga itu, membuat suara mendesis.

Musik yang (Y/n) mainkan berhenti saat gadis itu menyadari suatu hal. Matanya terbuka untuk melihat wajah semua orang yang dipenuhi rasa kaget. Ternyata bukan dia saja yang menyadari hal itu. Meski dua bunga itu hanya menyinari hutan untuk sesaat, semua orang jelas melihat apa yang tergantung diatas pohon.

Rambut hitam yang panjang, waja hpucat, jubah militer yang compang-camping, dna lengan mereka terus begorang-goyang di udara.

Lebih dari 40 mayat pria tergantung diatas pohon dengan posisi terbalik. Posisi mereka juga tidak menentu, entah berapa lama darah segar itu mengalir, tapi alirannya masih belum berhenti. Tetesan-tetesan itu sukses menciptakan pemandangan menakutkan dari hutan yang dipenuhi mayat.

Ini tidak seperti pertama kali Lin (Y/n) melihat hall seperti itu. Tidak, dia bahkan pernah membuat lautan darah pada masalalunya. Tapi hal yang sukses membuatnya merinding adalah sensasi darah yang terjatuh pada bunganya, begitu kental dan pelan. Faktanya, setiap Lin (Y/n) membuat ilusi bunga, dia akan dapat merasakan sedikit dampak jika bunga-bunga itu terkena serangan.

Jadi kejadian barusan, sungguh menjijikan.

Orang-orang yang melihat penampilan itu jelas ketakutan. Mental mereka sepertinya terguncang, karena mereka sama sekali tidak bersuara. Dan ketika Nan Feng dan Fu Yao berjalan untuk melihat pemandangan itu, tatapan keduanya seketika menajdi fokus.

Beberapa saat kemudian, dua kata keluar dari mulut Nan Feng, "Hantu hijau." Ini masuk akal, Qi Rong atau yang harus (Y/n) panggil dengan Xiao Jing kini menjadi si hantu bencana hijau. Bagaimana (Y/n) tau? Perlu diingatkan, dia sendiri juga merupakan hantu tingkat bencana. Jika boleh jujur, Lin (Y/n) dalam bentuk Jiao Xian cukup menikmati menghabiskan waktu dengan hantu hijau.

Itu karena Qi Rong memberikannya banyak informasi. Bagaimanapun, dengan kepribadian ceria Jiao Xian membuat Qi Rong percaya kalau Lin (Y/n) itu gila. Hanya saja, kadang Hua Cheng yang menjemput Jiao Xian sangat amat datang dengan tidak ramah.

Fakta bahwa Qi Rong suka menggantuk mayar diatas hingga kehabisan darah, itu semya dia lakukan untuk meniru Hua Cheng. Dia sendiri mengatakn itu kepada (Y/n) dalam bentuk Jiao Xian.

"Jangan pergi. Jika itu benar-benar dia, maka ini akan menjadi sedikit merepotkan." Perkataan yang menarik (Y/n) dari lamunannya dikeluarkan dari bibir Nan Feng. "Benar, aku sendiri tidak ingin berurusan dengannya," sambung (Y/n) menatap kearah Xie Lian. Bukan karena apa, tapi (Y/n) jijik jika disuruh harus ketempat penuh mayat yang kemungkinan ada mayat busuk juga.

Memang dia biasa melihat mayat, darah, dan semacamnya. Tapi ayolah, dia merasa jijik jika harus berurusan langsung.

 "Kecancurah tertinggi..." Gumam (Y/n) membuat Xie Lian bingung. "Apa itu 'kehancuran tertinggi'? Sesuatu seperti peringatan kehancuran?" Tanya pria itu. Mendengar pertanyaan tersebut, Fu Yao berjalan mendekatinya untuk menjawab. 

"Apa yang dikatakan Yang Mulia Putri Mahkota benar, hantu hijau 'kehancuran tertinggi' adalah mahkluk jahat yang telah dinilai oleh istana Ling Wen sebagai mahkluk yang mirip dengan yang tertinggi. Dia menyukai permainan seperti hutan mayat ini, bisa dibilang dia lumayan terkenal."

Jujur saja karena keadaan hutan yang gelap, (Y/n) tadinya tidak menyadari bahwa hutan mayat itu ada. Malah diamenurunkan hujan darah diatas Xie Lian dan Hua Cheng. Bagus, sekarang dia merasa sedikit bersalah karena melakukan hal itu. Tapi apaboleh buat, semua sudah terjadi sekarang.

"Ah." Akhirnya, Xie Lian kembali mengeluarkan suara. Merasa seperti pemuda itu sudah mendapat pencerakan, kedua dewa bela diri kecil bertanya secara bersamaan, "Ada apa?" Sementara (Y/n) memiringkan kepala sembari menaikkan salah satu alisnya. Dari ekspreksinya, jelas dia juga bertanya.

Xie Lian memberikan penjelasan singkat tentang bagaimana ia bertemu seorang remaja di sedan, dan bagaimara remaja itu membawanya kesini. "Ketika kami datang kesini, kami merasakan susunan yang membingungkan. Itu sangat berbahaya. Namun kalian mengatakan bahwa pria itu baru saja menghancurkannya dengan musah?"

Untuk sesaat (Y/n) lega dia tidak membawa namanya. "Itu benar. Tetapi aku juga melihat seorang wanita, berpakaian berwarna ungu. Setengah wajahnya tertutup cadar saat dia bernyanyi. Nyanyian itu yang membuat mahkluk disekitar kami mati." Baik, (Y/n) menarik ucapannya. Seharusnya dia tidak memikirkan itu, kini dia harus kembali berakting.

"Nyanyian...? Tidak mungkin, apakah pakaian yang dia pakai terkesan vulgar?" Pertanyaan itu langsung dijawab oleh anggukan dari Xie Lian. "Apakah kalian berpikir bahwa hantu hijau ini adalah mereka?" 

Nan Feng dan Fu Yao menggeleng langsung. "Aku belum pernah melihat hantu hijau sebelumnya, jadi sulit bagiku untuk menjawab itu. Tapi untuk yang gadis... sepertinya kami tau. Remaja pria itu, apalah memiliki karakteristik khusus?" Tanya Nan Feng.

"Kupu-kupu perak," ungkap Xie Lian.

Mengabaikan percakapan mereka, (Y/n) memikirkan kejadian yang membuat dirinya sebagai hantu bencana dikenali oleh langit. Karena saat itu, Lin (Y/n) tantrum dan melepaskan amaranya pada surga. Karena itu pula identitas (Y/n) diketahui oleh seseorang.

Mei Nianqing, satu-satunya orang yang mengetahui apa yang sudah Lin (Y/n) jalani seumur hidupnya.

Nan Feng dan Fu Yao menjelaskan penjelasan dari Xie Lian. Wajah mereka seperti baru saja mendengar kabar kematian seseorang. Oh tentu saja, kedua dewa bela diri kecil itu merinding. Jika sosok remaja kupu-kupu perak membuat mereka merinding, maka sosok gadis cantik dibawah bulan membuat wajah mereka menjadi pucat.

"Ayp pergi, ayo segera pergi." Fu Yao mengatakan itu dengan suara yang dalam. "Kasus pengantin hantu belum selesai, bagaimana kita bisa pergi?" Tanya Xie Lian polos. Pria ini tidak tau, bahwa dia baru saja bertemu dengan tiga dari lima hantu bencana yang ternama. "Diselesaikan?" Tanya Fu Yao mengulas senyum muram pada wajahnya.

"Sepertinya kamu sudah benar-benar tinggal di dunia fana terlalu lama. Pengantin hantu ini tidak lebih berbahaya dari apa yang kita hadapi. Hantu hijau bertanggung jawab atas hutan mayat ini, dia adalah seorang hantu bencana dan hanya akan memberi kita sakit kepala." Setelah berhenti beberapa saat, nada Fu Yao tiba-tiba menjadi keras. "Namun apakah kamu tau siapa pemilik kupu-kupu perak dan gadis sinar bulan itu?"

Melihat keadaan yang semakin memanas, akhirnya (Y/n) turun tangan. Dia berjalan mendekati mereka dan menatap kedua dewa perang kecil itu. "Dia tidak tau, dan kita tidak memiliki banyak waktu untuk menjelaskan. Kita bicarakan ini nanti, lagipula mereka tidak melakukan kejahatan apapun disini, malah mereka membantu Xie Lian."

Manik (E/c)nya menatap kedua dewa perang kecil itu saat akhirnya dia kembali membuka suara. "Kalian pergi saja dahulu, cari bantuan jika perlu. Ini merepotkan kan? Aku juga tidak mau mengurusi ini. Maka, carilah dewa untuk membantu beres-beres. Aku bisa menangani situasi disini," ujar (Y/n) melipat kedua tangan didepan dadanya.

Dari ekspreksi saja sudah jelas bahwa Fu Yao emmang tidak ingin lebih lama disini. Karena dia tidak ingin tinggal, jelas (Y/n) langsung saja mengutarakannya. Fu Yao adalah tipe yang orang terus terang. Tanpa berkata apa-apa dia menyikap lengan bajunya dan benar-benar pergi.

Surga tidka pernah melihat Lin (Y/n) menggunakan kekuatan penuhnya, dan semua dewa tau bahwa gadis ini memiliki banyak sekali pengikut yang tidak ragu menyumbangkan pahala kepadanya. Maka tidak diragukan lagi jika Putri Mahkota memiliki kekuatan besar tersembunyi.

Xie Lian menatap Nan Feng, begitu pula dengan (Y/n). Jika sosok Xie Lian terlihat sebagai ayah yang baik dan pengertian, maka Lin (Y/n) ialah ibu-ibu asia dengan wajah datar dan sifat keras. Meski begitu dia tentu tetap perhatian kepada orang terdekatnya, dalam khasus (Y/n) satu-satunya orang yang dekat denganya adalah Xie Lian.

"Tangkap! Kami menangkapnya!" 

Dengan ini, mereka tidak memiliki waktu untuk mengobrol. "Apa yang kamu tangkap?" Dahi (Y/n) berkerut memperhatikan dusa sosok berdarah mulai berjalan keluar dari hutan. Salah satunya adalah pria yang kuat dan penyayang. Anehnya, dia tidak takut karena hutan hujan darah amyat. Harus (Y/n) akui pria ini memiliki keberanian besar.

Tapi tatapan gadis itu mengeras ketika melihat sosok satunya. Bocah lelaki yang diseretnya denngan tangannya adlam genggaman maut. Remaja muda ini memiliki perban yang membungkus kepala dan wajahnya dengan berantakan. 

Tidak, tidak mungkin anak ini adalah pengantin hantu itu. Baru saja (Y/n) akan menatap remaja itu dengan teliti, setidaknya sampai tiba-tiba Xiao Ying bergegas mendekat dan berseru, "Kalian salah! Dia bukan pengantin hantu, bukan!" Keberadaan gadis itu saja sudah membuatnya kaget, melihat seberapa tegar dia melindungi bocah itu, seharusnya ini benar-benar berarti bahwa anak itu bukan pengantin hantu.

Bos pemuda itu jelas tidak senang dengan respon Xiao Ying. "Dia tertangkap basah di tempat kejadian, kamu masih membantah?" Tanya seorang pemuda dengan tidak senang. Dia tiba-tiba berhenti berbicara sebelum dia tampak seolah-olah dia menyadari sesuatu. 

"Oh, aku terus bertanya kenapa kau begitu aneh, selalu terus menerus mengatakan tidak dan tidak, ternyata kau bersekongkol dengan hantu pengantin!" Tuduhan tanpa dasar itu jelas membuat Xiao Ying terkejut, gadis itu melambai-lambaikan tangannya. "Tidak, tidak. Aku tidak terlibat dan dia juga tidak. Dia benar-benar belum melakukan apapun sebelumnya, dia hanya... Manusia biasa."

Sekali lagi anak muda itu dengan agresif bertanya, "Orang biasa apa? Mahkluk jelek itu biasa?" Mendengar ucapan tidak pantas itu jelas membuat Lin (Y/n) mengepalkan tangan. Sial, orang-orang ini tidak melihat kecermin. Dengan penampilan seperti itu berani membicarakan penampilan orang lain dengan buruk.

Tanpa dia sadari Lin (Y/n) mengenggam erat pakaian pada area lengan milik Xie Lian. Kedua gerakan dari bos muda itu menyebabkan beberapa perban sang bocah mengendur. suaranya penuh dengan ketakutan, terdengar sangat sedih, namun juga menyedihkan. Xie Lian meriah siku pemuda itu dan berkata, "Cukup."

Mendengar terikan menyedihkan bocah itu, air mata Xiao Ying bergulir keluar membasahi wajahnya. Tapi ketika ia melihat Xie Lian turun tangan, dia tampak seperti melihat cahaya harapan dan segera mencengkram lengan bajunya. "Tuan muda... Tuan muda, tolong aku. Tolong dia," mohonya dengan tulus.

Lin (Y/n) berjalan mendekati gadis itu, dia secara lembut mengelus kepala Xiao Ying.  Wajah gadis itu datar, tidak menunjukan ekspreksi, namun perlakuan yang ia berikan sungguh baik. "Tidak apa-apa, tenang saja." Ucapan lembut sang Dewi sukses membuat Xiao Ying tenang.

Sementara (Y/n) mengurusi Xiao Ying, Xie Lian menatap keras kearah remaja yang dipenuhi perban. Bocah itu menatapnya dengan sepasang mata merah. Ternyata, remaja itu sudah menatapnya dari bawah balutan perban, setelah mencuri pandang remaja itu kembali menundukan kepalanya untuk memperbaiki perbannya.

Entah kenapa Lin (Y/n) merasakan rasa deja vu yang begitu kuat.

----------

Sejujurnya disini mau aku kasih bonus chap (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧ tapi ngak jadi karena kepanjangan, enjoy aja dulu ya~ kalau mau bonus chat bilang aja~

Continue Reading

You'll Also Like

56.7K 8.7K 55
Rahasia dibalik semuanya
492K 49.4K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
318K 24.1K 109
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
99.6K 9.7K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...