AGASKAR 2 [[ AFTER MARRIED ]]

By nazieranff

3.9M 304K 314K

AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungk... More

ASKARAZEY ~ PROLOG
(1.) Agaskar Junior
(2.) Cuddle, Babe!
(3.) U're Mine!
(4.) Vakenzo's Family
(5.) Zeya Ngidam?!
(6.) Happy Wedding, Javas!
(7.) Obsessed or Love?!
(8.) Broken Home and Harmonious
(9.) Agaskar with Kuceh?!
(10.) Zeya Cemburu?
(11.) Salting?!
(12.) Wapresma VS Maba
(13.) Viral Bareng?!
(14.) Let's Deep Talk
(15.) Moment di Lautan Buku
(16.) Status yang Terancam?!
(17.) Idaman
(18.) Special Day
(19.) Sebuah Kesalahan
(20.) Salju yang Hangat
(21.) Private Talk
(22.) Menuju Reuni
(23.) Bermain-Main
(24.) Kondisi Baby
(25.) Terjebak Birthday Party
(26.) Siapa yang Kecewa?
(27.) Ada yang Ngambek!
(28.) Godaan Maut
(29.) Bujukan Non-Stop!
(30.) Aman atau Ancaman?!
(31.) Rival Misterius
(32.) Insiden Sirkuit Balapan
(34.) Malam yang Gila
(35.) Dark Family Dinner
(36.) Berusaha yang Terbaik
(37.) Pesona Suami Royal
(38.) Permintaan Berubah
(39.) Kamar Penantian
(40.) Dies Natalies
(41.) Nisan tanpa Nama
(42.) Mendadak Asing
(43.) Rindu dibalik Maaf
(44.) Cinta dibalik Gengsi
(45.) Hukuman atas Kesalahan
(46.) Membaik atau Memburuk?
(47.) Agaskar, Arazey, dan Althea
(48.) Kenangan 1 Minggu Kita
(49.) Ditinggal Sementara

(33.) Car at Midnight

61.1K 5.2K 6.4K
By nazieranff

Harga penulis melalui feedback berupa vote serta comment. Jika ingin ceritanya lekas terus di updated, jangan lupa tembuskan targetnya, xixixi. WARN! ADA SEKITAR 1000+ KATA, SEMOGA TIDAK BOSAN.


Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis🖤🖤🖤

TARGET--3,7 RIBU VOTE DAN 6 RIBU COMMENT UNTUK NEXT?!

ABSENN DULUU, BERAPA UKURAN SEPATU/SENDAL KELEANN?? AD YG 37?😁😎☝️

HAII PASREMOYY SEMUAA😻SEJUJURNYA SEDIH BGTT SI KRNAA BNYAK SIDERS, BUT ITS OKE AKU BAKAL UPDATE KRNA MASIH AD JUGA YG MENANTI CERITA INI, TERIMA KASIH UNTUK KALIAN YG BISA APRESIASI LEWAT VOTE KOMENNYA YAA🥹🩷
••••••••••••••••

"Akan ku kenali dirimu sejauh mungkin melebihi masa lalumu yang telah jatuh."
-Agaskar Vakenzo Delvan-
••••••••••••••

"Gue maunya pake mobil yang hadiah pernikahan kita itu, Kak," tutur Zeya mengulang dengan melirik pada Agaskar.

"A-anu, Zey. Itu mobilnya...." Agaskar mendadak keringat dingin, ia seketika bimbang ingin jujur atau tidak tentang hal ini.

Melihat Agaskar yang gelagapan itu pun kian membuat Zeya keheranan, kedua alisnya saling bertautan dengan dahi yang mengerut. "Kenapa, Kak? Mobilnya mana?"

"L-lo masuk aja dulu, kita bicarain di jalan," sahut Agaskar, maka Zeya pun langsung masuk ke dalam mobil dan mulai berjalan menjauh dari pekarangan rumah.

Semulanya Zeya diam berniat untuk menunggu Agaskar memulai pembicaraan, namun cukup lama ia diam, Agaskar tak kunjung juga membuka topik, padahal ia menunggu jawaban suaminya.

"Kak? Kok lo malah diam aja, sih? Gue tuh nanya kemana mobil Bugatti kita?"

"Nggak ada lagi, yang," jawab Agaskar tanpa rasa gugup, namun tak bisa dipungkiri bahwa jantungnya sudah siap meledak.

"Hah?" Tentu Zeya syok mendengar hal tersebut. "M-maksud, lo? Nggak ada lagi gimana? Nggak meninggal, kan?"

"Dia udah pergi ninggalin kita, Zey. Jangan lagi diingetin yang udah pergi, karena itu menyakitkan," timpal Agaskar semakin membuat Zeya kebingungan sendiri.

Zeya menggaruk pelipisnya. "Kak, jujur deh, kemana mobilnya? Jangan-jangan lo jual? Itu kan hadiah lo untuk pernikahan kita, sebagai kenangan tau, ah."

Agaskar yang mendengar sahutan itu pun menoleh sekilas, karena sedaritadi ia hanya fokus menatap ke depan dalam setiran. Lelaki itu terlihat menghela napas berat.

"Lo mau tau jawabannya?"

Tanpa menunggu waktu lama, Zeya mengangguk cepat dengan raut wajah malas. "Tapi janji lo jangan marah pas udah tau jawabannya."

"Nggak bisa janji, sih," sahut Zeya membuat jantung Agaskar kian berdegup kencang.

Ia sekarang semacam berada di ambang kematian, karena terjang pun salah, bertahan apalagi. Agaskar mempertimbangkan omongannya lebih dulu dalam waktu singkat, beserta runtutan resikonya.

Tidak mungkin seorang Zeya tidak akan marah begitu tahu mobil kesayangannya tak sengaja Agaskar taruhkan tadi malam, karena itu adalah mobil berharga untuk keduanya.

Karena jebakan Gelios lah Agaskar mau tidak mau menyerahkan mobil kesayangan istrinya yang bernilai fantastis dan sebagai hadiah pernikahan mereka.

"M-Mobilnya terpaksa gue kasih, karena tadi malam gue kalah taruhan, Zey."

DAMN! Kedua mata Zeya seketika mengerjap beberapa kali begitu mendengar penuturan dari suaminya barusan, apakah ia tak salah dengar? Taruhan? Apa maksudnya?

"Taruhan? Lo taruhan apa, Kak?" Nada suara Zeya naik satu oktaf.

"Sebenarnya bahasa yang tepat itu balap mobil, cuman karena gue kalah dan tadi malem gue nggak bawa bahan untuk persiapan, mau nggak mau gue kasih mobil itu," ujar Agaskar mencoba menjelaskan.

Zeya mendecak pelan, ia menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa mobil. "Tetep aja, Kak, itu tuh namanya taruhan. Kok lo bisa kepikiran buat naruhin mobil kita, sih?"

"Karena tadi malam itu gue pergi ke lapangan pakai mobil itu, sayang. Mobil itu yang paling ada di depan dan mudah dikeluarin dari garasi, karena gue terburu-buru juga."

Sorot kekecewaan langsung memancar dari bola mata Zeya, ia hanya dapat menyandarkan punggungnya sembari mengusap lengannya dengan kedua tangan yang menyilang.

Tatapannya langsung kosong menghadap jendela, memperhatikan jalanan tanpa tujuan. Perempuan itu berangsur diam, yang membuat Agaskar sadar di dalam mobil seketika sepi.

"Zey?" panggil Agaskar yang menoleh dan mencoba memegangi pundak sang istri. "Maaf, gue nggak bermaksud."

Detik berikutnya, Zeya langsung menepis tangan Agaskar dari pundaknya seolah tak ingin disentuh. Ia nampaknya malas berdebat panjang dengan suaminya di pagi hari ini.

"Nanti kita beli yang baru ya, sayang?" tawar Agaskar. "Yang lebih mahal."

"Gue nggak butuh mahalnya, Kak, gue cuman butuh kenangannya. Lo lupa ya, mobil itu yang nganterin kita abis nikah ke rumah baru pas malam pertama. Dan itu lo kasih?"

Agaskar meneguk salivanya kasar, ia berusaha membagi rata kefokusannya dalam memperhatikan jalan di depan dan melirik Zeya yang berada di sampingnya.

"Iya sayang, aku minta maaf. Jadi, mau lo kayak gimana, sekarang?" tanya Agaskar mencoba membujuk istrinya.

Mobil mereka tanpa terasa akhirnya berhenti di sebuah gedung Fakultas Kesehatan yang berada di area kampus Scorpion. Zeya yang belum menjawab pertanyaan Agaskar itu pun turun lebih dulu.

Saat Zeya turun, tentunya Agaskar juga bergegas ikut turun dan berniat ingin mencegah pergerakan istrinya dulu agar bisa membicarakan semuanya dengan baik-baik, namun....

"Nggak usah lo pulang ke rumah, dan mending lo tidur diluar aja kalau lo belum bisa ngambil Bugatti itu balik, ngerti Kak?!" Zeya langsung mendorong pintu mobil mewah itu dengan kencang.

Rasa terkejut Agaskar meningkat, ia merasa mendapatkan serangan double kill, karena selain ucapan Zeya barusan yang seperti sambaran petir, dorongan pada pintu mobil kesayangannya pun cukup kencang yang membuat Agaskar cemas bisa rusak.

Zeya langsung beranjak pergi dari hadapan Agaskar dan masuk ke dalam gedung, diiringi raut wajah yang tak bersahabat usai berdebat. Agaskar pun tak berniat untuk menyusul atau menahan langkahnya.

Agaskar menjilat bibir bawahnya yang terasa kering, ia memegangi jidatnya dengan rasa pening yang bukan main. Ia menatap punggug Zeya yang mulai menjauh dan lenyap itu beserta pintu mobil secara bergantian.

Lelaki itu menghela napas panjang, ia menyandarkan tubuhnya di depan mobil dan mengeluarkan sebatang rokok untuk dia sebat. Meskipun sadar menjadi sorotan banyak orang, Agaskar tak peduli.

"Anjir, tidur diluar? Diusir dong gue perkara Bugatti doang?" gumam Agaskar meratapi nasibnya. "Nggak bisa dibiarin."

Agaskar kemudian merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan menekan salah satu kontak yang ada disana. Lalu menghubunginya melalui sambungan telepon, namun beberapa kali mencoba hasilnya nihil.

Gelios tidak aktif, Agaskar pun mengirimkan pesan hanya memunculkan centang satu tanpa ada tanda-tanda akan dibuka dalam waktu dekat.

"Sial, apa jangan-jangan nomor gue diblokir sama Gelios?" duga Agaskar, ia pun hanya bisa pasrah untuk saat ini karena pikirannya belum bisa berpikir jernih.

Karena skorsing dari pihak kampus atas keributan yang terjadi pada dirinya dan Vanoris beberapa waktu lalu, Agaskar pun tidak memasuki kuliah hari ini. Ia langsung masuk kembali ke mobilnya dan menjauh dari sana.

Melewati gedung fakultas Teknik pun bukan hal berat bagi Agaskar, meskipun ia tidak memasuki perkuliahan pada hari ini. Semuanya adalah hal biasa, mengingat bagaimana nakalnya Agaskar dulu bersama anak Wolviper semasa SMA.

Dimana mereka sering membolos, melanggar aturan-aturan sekolah, mencoret-coret fasilitas sekolah, membully adik-adik kelas, nyaris semua kenakalan disikat habis oleh mereka.

Senyum Agaskar sempat naik diiringi kepalanya yang menggeleng saat mengingat sepintas kenangan dirinya bersama anak Wolviper dari tahun 2017 yang sangat-sangat nakal.

Mengingat suatu hal, Agaskar pun memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Rokoknya pun ia sebat habis dan dibuangnya, ia kembali menelepon seseorang, namun kali ini bukan Gelios lagi.

"Hallo, Aboy 4?" panggil Agaskar.

"Hallo, Tuan. Ada perlu apa menghubungi saya?"

"Mobil Bugatti La Voiture Noire warna hitam yang persis kayak punya saya untuk hadiah pernikahan masih ada nggak, di showroom kita?"

"Sebentar saya periksa dulu, Tuan." Agaskar pun menunggu sejenak sampai akhirnya mendapatkan jawaban kembali.

"Maaf, Tuan. Sepertinya sudah tidak ada lagi, karena mobil itu sangat langka apalagi mengingat harganya yang cukup mahal di atas 200M."

"Di dealer?" tanya Agaskar lagi, harapannya pupus satu.

"Sama, Tuan. Saya baru saja menanyakan hal itu pada Pak Migo yang bekerja sama untuk usaha jual beli mobil kita, Bugatti La Voiture Noire tidak tersedia."

Agaskar mendecak kasar, ia mengusap kedua matanya dalam dengan hembusan napas yang benar-benar berat, seolah dirinya tak bisa menerima ucapan sang anak buah.

"Yaudah, thanks." Telepon pun terputus, ditutup oleh Agaskar.

Kedua pundak lelaki itu seketika melemas, apalagi mengingat ucapan istrinya yang mengusir jika mobil kesayangannya tidak kembali hari ini. Apa yang harus Agaskar lakukan lagi?

"Habis semua, gue harus ganti apa coba biar Zeya mau maafin gue?" gumamnya. "Kalau pesen diluar negeri, pasti butuh waktu lama buat impor nya."

Dengan menanggung nasib malang, Agaskar merenung di dalam mobil. Ia berusaha memutar pikiran dalam otaknya untuk menemukan solusi masalah atas dasar kesalahannya ini.

Gelios sendiri benar-benar tidak aktif dan menghilang dari bumi, Agaskar bisa saja mencarinya sekarang, namun fokusnya bukan itu untuk saat ini. Yang sedang ia pikirkan adalah bagaimana membujuk Zeya.

"Hallo, Pak Migo?" Agaskar pun menghubungi seseorang yang merupakan kepercayaannya.

"Hallo, Agaskar. Ada apa? Masih mau mencari Bugatti La Voiture Noire?" tanya seorang pria sembari tertawa.

Agaskar pun ikut terkekeh mendengarnya. "Sebenarnya iya sih, Pak. Tapi ya  udah kalau nggak ada. Cuman mobil yang setara Bugatti masih ada di dealer?"

"Oh banyak sekali, kita punya banyak pilihan, Agaskar. Kamu datang saja ke kantor sekarang, temui saya kebetulan saya sedang berada di lapangan hari ini memeriksa mobil-mobil impor yang baru datang," jawab Pak Migo.

"Oke, Pak. Saya kesana sekarang," sahut Agaskar lalu memutuskan sambungan teleponnya, ia pun keluar dari gerbang rumah keluarganya yang dibuka oleh satpam.

Lelaki itu melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang menuju tempat yang dituju, begitu tiba Agaskar disambut oleh Migo, salah satu orang kepercayaan yang menjaga dealer usaha milik keluarga Agaskar.

Ada banyak mobil mewah baru dan bekas yang berjejer sesuai merk dan harganya. Walaupun bekas sama sekali tidak buruk untuk dibeli, karena harga yang dimiliki pun tetap fantastis.

Pagas Ganteng
13:14
Ok gua pergi ke dealer skrg buat gantiin Bugatti yg gua taruhin di balapan mobil kmrn
Pagas Ganteng
15:52
(foto)
Mau yg mana syg?
Ada merchedez benz Porsche, Ferrari, tesla, jaguar, roll Royce, Bentley?

My Zey🦢
16:09
Yg pertama tp hrus warna pink, klo bkn warna pink ngga usah pulang deh lo kak tidur diluar rumah aja, bye.

•••••••••••••

"ZEYYYYYY PELANNN-PELANNN!!!"

"ASTAGHFIRULLAH, SAYANG REMM YANGGG REMMM!!"

"ZEYAAAAAAAAA JANGANN PAKE KECEPATAN TINGGII!!!"

"ZEYYYYY!!! INGETTT INI MOBIL BARU HARGANYA 4M!!"

"NGGAK SEBANDING SAMA BUGATTI YANG LO KASIH KE LAWAN TARUHAN LO, KAK!!" kesal Zeya.

"IYAA ZEY GUE MINTA MAAF, STOPPP!!! GUEE MAU MUNTAH RASANYA!" teriak Agaskar sampai suaranya terdengar serak.

"NGGAK, KAK! INI SEDANG, JALANAN JUGA LAGI SEPI PASTI AMAN, KOK!" tutur Zeya dengan santai sembari sesekali melirik Agaskar di samping.

Meskipun sudah mengenakan seatbelt, tetap tidak membuat seorang Agaskar merasa tenang jika mobil sudah dikuasai oleh istrinya, Zeya. Sepanjang jalan sejak awal memasuki tol, jantung Agaskar seperti dipermainkan.

Ia tak bisa menahan rasa cemas, tegang, dan takutnya secara bersamaan yang menyerang ketika Zeya pakai kecepatan tinggi mengendarai mobil baru ini. Teriakan Agaskar sendiri sudah mengalahkan ibu-ibu yang sakit saat melahirkan.

"ZEYYY...." Napas Agaskar tersengal, energinya mulai habis karena berteriak sepanjang jalan. "Lo kalau mau sehidup semati sama gue nggak gini caranya."

"Dih geer deh lo, Kak. Ini tuh pelajaran biar lo tau, lo kalau mau balapan mending sama gue daripada harus lo layangin BUGATTI GUE!!" tegas Zeya dengan nada kesal.

Zeya benar-benar seperti seseorang yang sedang melampiaskan kekesalan diiringi rasa balas dendam, begitu melihat Agaskar yang mabuk karena pembawaannya secara ugal-ugalan, ia merasa puas.

Agaskar telah berhasil mendapatkan mobil sesuai yang Zeya mau, dan malam ini Zeya bersikeras meminta izin untuk dirinya membawa jalan-jalan sembari ditembi oleh suaminya.

Namun kepuasannya tak bertahan lama saat mendapati di tengah jalan ada seorang nenek-nenek membawa kambing yang muncul secara tiba-tiba, itu membuat Zeya harus menarik pedal rem secara mendadak.

BRUKKKKKKKKKKKKK!!!!

Itu adalah dentuman kepala Agaskar yang tak sengaja menabrak body dalam mobil saat rem yang ditarik tiba-tiba. "Arghhhhhh!!!" Agaskar merintih kesakitan.

Bukannya memperhatikan suaminya yang tengah kesakitan akibat ulahnya, Zeya justru langsung keluar untuk menghampiri nenek-nenek pembawa kambing yang hampir tertabrak.

"Nekk?! Nenek nggak papa? Nggak luka kan, Nek?" tanya Zeya khawatir.

Nenek yang membawa kambing dengan tali itu pun hanya menatap datar ke arah Zeya tanpa merespon apa-apa, hingga akhirnya Agaskar yang sedang memegangi kepalanya itu pun ikut keluar menghampiri sang istri.

"Zey? Gila, lo! Lihat nih kepala gue," keluh Agaskar memperlihatkan jidatnya yang terluka kecil dan mengeluarkan bercak berwarna merah pekat.

"Iya nanti dulu, Kak. Ini kasihan Neneknya," sahut Zeya, fokusnya pun kembali beralih pada sang Nenek. "Nek? Nenek nggak papa, kan?"

Nenek tua yang sudah bungkuk itu pun menatap tajam ke arah Agaskar dan Zeya, suasana tol cukup sepi membuat suasana tiba-tiba mencekam. "Kambing saya luka," ucap Nenek tersebut.

"Hah?" Agaskar lalu melirik kambing berwarna hitam putih yang dibawa nenek tersebut, tidak ada lecet satupun sejujurnya. "Perasaan biasa aja."

"Y-yaudah, Nek, maafin saya ya. Nenek butuh ganti rugi berapa?" tanya Zeya langsung membuat Agaskar speechless.

"Zey? Ini kambingnya nggak luka, apa yang harus diganti rugi? Yang luka tuh gue, nih kambing nggak kenapa-napa anjir!" sanggah Agaskar.

Zeya pun mencoba meliriknya, namun ia tak berani menginterogasi kambing memastikan apa yang dikatakan sang Nenek benar atau tidak. "Sebut aja, Nek, butuh ganti rugi berapa?"

"Dua puluh juta," jawab Nenek itu masih dengan raut wajah datar dan tatapan yang kosong.

"Kak, lo ada dua puluh juta, nggak?" bisik Zeya langsung disambut gelengan oleh Agaskar. "Gue nggak ada cash soalnya, cuman punya virtual account."

"Ya sama, gue juga nggak ada cash, sayang. Apa-apa biasa gue lebih sering pakai kartu kredit," sahutnya membuat mereka sempat kebingungan.

"Duhhh gimanaa, ya...." Zeya menggigit bibirnya bingung, begitu pun Agaskar yang tak mengeluarkan sepatah kata apapun lagi karena fokus dengan luka di dahinya.

"Ganti rugi..." ujar sang Nenek itu kembali menagih setelah suasana sempat menghening beberapa saat tadi, suasa wanita paruh baya itu terdengar lirih.

"Kami nggak ada uang cash, Nek. Kecuali Nenek mau credit card saya, saya kasih pin nya sekalian," tutur Agaskar, tak ada jalan lain lagi untuk memberikan ganti rugi.

Nenek itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, seolah setuju dengan penawaran Agaskar barusan, Zeya langsung menyenggol sikut suaminya agar menyegerakan.

Agaskar kemudian merogoh dompetnya dan memberikan salah satu dari banyaknya kartu kredit yang ia punya. "Ini, Nek. Buat ganti rugi kambingnya, pin nya 1712222. Masih ada saldo dan habisin aja nggak papa," tutur Agaskar.

Zeya membenarkan ucapan Agaskar. "Iya, Nek. Sekali lagi saya minta maaf ya kalau kambingnya masih luka, semoga ganti rugi nya bisa menyembuhkan si kambing."

Nenek tua dengan rambut yang sudah berwarna putih dan berpakaian lusuh itu pun mengangguk sekali, menyambut pemberian Agaskar berupa kartu kredit. Tak ada yang melewati jalanan tol ini selain mereka bertiga.

"Terima kasih," ucap Nenek itu yang kemudian menarik kambingnya untuk berjalan mengikutinya di belakang dengan arahan tali.

Tidak ada basa-basi atau bagaimana lagi antara Agaskar Zeya dengan nenek tua pembawa kambing yang cukup misterius itu, hingga pasutri ini sempat bingung dan keheranan.

"Lo sadar nggak sih, kambingnya nggak bunyi mbek?" tanya Agaskar, ia masih mencoba menetralkan napasnya.

Zeya melirik pada suaminya ke atas, yang notabene nya lebih tinggi darinya. "Ya mungkin kambingnya cape kali, apalagi sekarang udah malem. Bisa aja tuh dia ngantuk."

"What the fuck? Pikiran lo serandom itu, Zey?" sahut Agaskar menggelengkan kepala. "Pasti tuh kambing aslinya lucifer yang dipelihara sama Neneknya."

"Lucifer?" ulang Zeya.

"Jangan bilang lo nggak tau Lucifer?"

Zeya mendecak pelan, ia memutarkan bola matanya malas sembari mengusap perutnya, ia menyandarkan punggungnya sementara pada body mobil. "Yakali hantu, Kak. Ada-ada aja lo."

"Itu tadi kartu kredit lo yang dikasih saldonya ada berapa?" tanya Zeya tiba-tiba teringat.

"Nggak tau, lupa. Kayaknya 96 juta, atau berapa gitu, kurang dari seratus kemarin abis gue pake jadi ngurang dari 100 juta."

Zeya yang tadinya santai menunggu penuturan Agaskar hingga selesai sontak terkejut bukan main saat tiba di akhir kata, kedua matanya melotot ke arah suaminya. "KAK? LO NGGAK SALAH NGASIH KARTU KREDIT LO?"

Bukan hanya Zeya yang terkejut, Agaskar pun ikut terkejut mendengar nada tinggi sang istri. "Gue pikir saldonya tuh sisa dua puluh jutaan aja makanya lo nawarin buat ganti rugi pake itu, kok malah lo kasih yang saldonya masih banyak, sih?"

Agaskar menggaruk pelipisnya yang tiba-tiba gatal. "Y-ya gimana, nggak ada kartu kredit gue yang dibawah dari 50 juta, sayang. Adanya segitu udah paling dikit."

"Gila, itu bukan ganti rugi, tapi ngasih rugi. Dan ruginya tuh ada di kita bukan di nenek tua tadi...." Ringis Zeya merasa tambah kesal dengan Agaskar.

"Ya-ya... maaf sayang, kan lo sendiri tadi nyuruh ganti rugi, padahal tuh kambing nggak kenapa-napa gue lihat, lecet juga nggak."

"Kalian ngomongin saya?"

"AAAAAAAAAKKKK, BANGSATT!!!!!" Agaskar refleks berteriak terkejut karena secara tiba-tiba nenek pembawa kambing tadi tiba-tiba muncul, jantung Agaskar berpacu lebih cepat.

Sedangkan Zeya ikut terkejut karena teriakan suaminya yang keras, melihat kehadiran sang nenek yang muncul kembali di hadapan mereka membuatnya bingung, padahal tadi wanita lanjut usia ini telah pergi menjauh.

"Nenek? Nenek masih disini?" tanya Zeya mencoba basa basi agar tidak ada ketegangan antara mereka.

Nenek tua itu tidak menjawab, dengan badannya yang bungkuk, ia memicingkan pandangannya ke arah Zeya yang tengah mengelus perut. Lalu menatap Zeya dan Agaskar secara bergantian.

"Bagaimana kalian membuat makhluk hidup?" tanya sang Nenek dengan suara pelan, lembut, lirih namun terdengar menyeramkan.

Agaskar meneguk salivanya kasar, ia menoleh pada istrinya. "M-maksudnya, Nek? Makhluk hidup gimana?" tanya Agaskar.

"Seperti apa cara kalian membentuk makhluk hidup bersama?" Si Nenek kembali menanyakan hal itu yang kian membuat kebingungan Agaskar dan Zeya terus bertambah.

"Apa sih Kak, maksudnya?" Agaskar hanya bisa mengedikkan bahunya ketika Zeya juga menanyakan hal yang sama.

"Nek, Nenek kalau laper sama haus, kebetulan saya punya air minum sama roti yang tadi istri saya bawa untuk ngemil di jalan, Nenek mau?" tawar Agaskar.

Wanita tua itu pun hanya mengangguk, seekor kambing yang berada tak jauh dari posisi sang Nenek benar-benar tidak bersuara sedikit pun layaknya kambing pada umumnya.

Zeya memperhatikan gerak-gerik Agaskar yang membuka pintu mobil belakang dan mengambil air mineral beserta roti untuk diberikan kepada sang Nenek, saat Agaskar kembali ke tempat awal, sontak dirinya terkejut.

"Lah? Nenek yang tadi mana, yang?" tanya Agaskar karena Nenek tersebut sudah menghilang.

"Tadi disini, Kak!!!" seru Zeya menegaskan, karena pandangannya tadi sempat mengarah ke belakang untuk melihat Agaskar, hanya dalam hitungan detik Nenek itu ternyata sudah tidak berada di depannya lagi.

"Zey, seriusan?"

"Gue serius, Kak Agaskar. Tadi Neneknya masih disini kok sama tuh kambing, nggak tau sekarang kemana!"

Menyadari ada keanehan dan kejanggalan membuat Agaskar sudah tak bisa berpikir untuk positif lagi, perlahan-lahan langkahnya menuju pintu mobil dengan berusaha santai dan tak bising.

"Zey, masuk ke dalam," perintah Agaskar yang langsung dituruti Zeya untuk masuk.

Sedangkan Agaskar langsung berlari menuju pintu mobil satunya setelah menutup pintu Zeya yang baru masuk ke dalam mobil, ia yang akan menyetir sekarang.

"Udah nggak beres, anjing. Lo nggak sadar apa, Zey!" keluh Agaskar.

Zeya tak menjawab dan hanya fokus memasang seatbelt nya begitu Agaskar memulai, ketegangan belum berakhir sampai secara tiba-tiba seseorang mengetuk pintu mobil yang membuat mereka kembali terkejut.

TOKKKKKK TOKKKKKKK!

"Anjing, ngagetin aja!" Agaskar menurunkan kaca mobilnya sedikit, karena melihat kedatangan seorang pria lusuh yang mengetuknya. "K-kenapa, Bang?"

"Oh saya pikir Mbak sama Masnya mau berbuat mesum. Soalnya saya perhatiin Mbak sama Mas nya tadi keluar mobil dan lihat keadaan sekitar cuman berdua," ujar pria itu.

"Cuman berdua?" Agaskar dan Zeya langsung saling melemparkan pandangan satu sama lain. "Nggak, Bang. Tadi kita nggak sengaja nabrak Nenek-Nenek gitu makanya kita samperin karena mau ganti rugi juga."

"Nenek-Nenek?" ulang orang tersebut. "Sejak kapan, Mas? Tadi saya cuman lihat Mas sama Mbak nya aja dari awal lewat tol ini, nggak ada Nenek-Nenek."

"Ada, Bang!" sanggah Agaskar cepat. "Nenek tadi tuh bawa kambing warna hitam putih, yang beliau tarik pakai tali. Tadi kami hampir ketabrak makanya nyamperin dulu."

Pria tersebut tercengang sejenak mendengar penjelasan Agaskar, seolah tak percaya dengan apa yang diterangkan. "Astaga, Mas ketemu sama Nenek itu?"

"M-Maksudnya, Bang?" Agaskar tak mengerti, ia mulai merasakan hawa tidak enak.

"Mas, Nenek itu kononnya adalah wanita yang dulunya pakai sekte ilmu hitam dengan menyembah Lucifer. Suatu hari, waktu Nenek itu lupa ngasih tumbal, dia lah yang jadi santapan setan-setan itu dengan ketabrak truk waktu awal Pembangunan tol ini."

"Kak...." Zeya memegangi lengan Agaskar.

DAMN! Penjelasan pria itu membuat bulu kuduk Zeya maupun Agaskar merinding seketika, tanpa mau mendengarkan cerita lebih lanjut Agaskar langsung menutup kaca jendela mobilnya dan menarik tuas transmisi untuk menjalankan mobil.

Mobil baru itu melaju cukup cepat melintasi tol meninggalkan pria yang baru saja meluruskan apa yang terjadi pada Agaskar dan Zeya barusan, ketakutan mereka sudah tak bisa didefiniskan dengan kata-kata.

"Kak, please—"

"Diem, Zey. Nggak usah dibahas, kita belum keluar dari tol. Lo tutup mata aja, nggak usah mikirin apa-apa," ujar Agaskar mencoba menenangkan Zeya, padahal ia sendiri juga merasakan tegang luar biasa.

Entah benar atau tidak cerita yang disampaikan oleh pria yang tiba-tiba menghampiri mereka di mobil tadi, yang pasti membuat Agaskar dan Zeya diliputi rasa panik, takut, tegang, bingung secara bersamaan.

Sejujurnya sudah dapat terduga ada yang aneh dari awal mereka bertemu, namun keduanya pun berusaha positif thinking sampai menemukan fakta dengan sendirinya tanpa dicaritahu asalnya.

••••••••••••

Setelah setengah jam lebih perjalanan, akhirnya Agaskar dan Zeya pun keluar dari tol besar tersebut. Tanpa terasa Zeya sendiri juga tertidur, ia tidak sadar bahwa sudah cukup lama melewati jalanan ibu kota yang ramai.

"Sssshhh arrghhhhh!!" rintih Agaskar saat mencoba mengobati lukanya dengan menatap pantulan dirinya di kamera ponsel.

Rintihan kesakitan Agaskar beberapa kali itu rupanya membangunkan Zeya, hingga perempuan itu tersadar jika mereka telah berada di tepi jalan yang bukan jalanan besar tol itu lagi.

"Kak?" Agaskar pun menoleh melihat istrinya yang terbangun. "Kok lo nggak bilang sih, kalau udah lewat?"

"Lo tidur nyenyak, jadi gue nggak enak ngebangunin. Gue udah beli obat juga di apotek tadi sebelum tutup," sahut Agaskar tanpa menoleh, ia fokus mencapai lukanya dengan kapas.

Melihat suaminya yang kesulitan itu pun Zeya bergegas untuk membantunya. "Sini gue bantuin, Kak."

DAMN! Diluar dugaan, Zeya langsung mengalihkan posisinya berhadapan tepat di atas pangkuan Agaskar. Perempuan itu langsung mengobati dan menempelkan plaster untuk menutupi luka yang telah dibersihkan.

CUPPPPPPPPPPPPP!!!

Zeya mengecup jidat suaminya dalam. "Maafin gue ya, Kak..." lirih perempuan itu menangkup kedua pipi suaminya.

Agaskar tersenyum kecil, hatinya menghangat mendengar kata yang sangat jarang sekali diucapkan oleh kaum hawa. "Gue yang harusnya minta maaf, ngebuat lo kecewa. Gue bakal usahain mobil kita balik, tapi gue butuh waktu, Zey."

"Iya, Kak. Makasih ya, lo udah buktiin dengan effort lo, seharian ini rasanya gue nggak mood aja karena lo nggak jujur lebih dulu," papar Zeya.

"Sure babe, maaf sekali lagi. Gue janji nggak akan ngulangin hal ini kedepannya, kita perbaiki sama-sama ya, sayang?" tawar Agaskar yang langsung diangguki cepat oleh Zeya dengan senyum manisnya.

Jarak wajah keduanya sangat dekat dan terus terkikis, jantung yang berdegup kencang seakan saling bersahutan dijawab oleh pandangan. Tangan Agaskar beralih ke bagian punggung sang istri, deruan napasnya Zeya pun meraba lembut dipermukaan wajahnya.

CUPPPPPPP!! CUPPPPPPPP!!!!

Terdengar kecupan yang singgah di leher Zeya, Agaskar menyisihkan rambut pirang sang istri ke belakang agar bisa mencapai lokasi yang lebih jauh untuk bermain di area favoritnya itu.

Saat ingin mencapai bibir merah menggoda yang mampu menumbangkan keimanannya, tiba-tiba suara teriakan seseorang membuat aktivitas mereka terurungkan. "TOLONGGGGGGGGGGG!!!!"

"Kak, lo denger, kan?" tanya Zeya. "Itu pasti orang minta pertolongan."

"Ya iyalah, masa orang minta gorengan," sahut Agaskar asal. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan aksi kejar-mengejar antara laki-laki dan perempuan.

Mobil mereka berhenti di tepi gang yang cukup sepi meskipun ada banyak bangunan toko tua termasuk apotek yang Agaskar beli tadi tadi telah tutup, pergerakannya cukup gesit, hingga sang perempuan masuk ke sela-sela gang kecil antara bangunan tua.

"Kayaknya dia nggak sadar kalau kita ada di dalam mobil," simpul Agaskar.

"Kak," panggil Zeya, posisinya masih berada di atas pangkuan Agaskar secara berhadapan. "Kayak suara Kak Irish, denger deh teriakan minta tolongnya."

Agaskar pun mencoba mengamati pergerakan perempuan itu yang nampak sedang dikejar oleh seorang laki-laki, suaranya memang mirip seperti Irish. "Kayaknya iya," sahut Agaskar.

Detik berikutnya pun keduanya memberanikan diri untuk turun dari mobil, niat bercembu langsung diurungkan demi bisa memastikan keselamatan seseorang yang mereka duga itu adalah Irish.

"TOLONGGGGGGGG!!!!" teriak perempuan itu lebih keras, dimana Agaskar dan Zeya langsung berlari menuju ke arah sumber suara.

Lelaki yang mengejarnya tadi pun puas ketika perempuan yang dikejarnya terjatuh dan tidak bisa lari kemana-mana lagi, tawanya menggelegar begitu menakutkan.

"NGGAK AKAN ADA YANG BISA NOLONG LO, IRISH!!" tekan seorang pria yang kini sudah berada di hadapan Irish dengan tatapan tajamnya.

••••••••••••

GIMANA MENURUT MU TENTANG BAB KALI INI???

KALIANN KLO JADI ZEYAAA BAKAL LULUH KRNA DIBELIIN MOBIL BARU ATAUU TTP NGAMBEK NGOTOT MNTA MOBIL FAV ITU BALIK?😭🫵

AKIBAT JALAN MALEM2 SAMPE KARZEY KETEMU HAL MISTERIUS NENEK BAWA KAMBING😭

NAHHH LOHHHH IRISHH?🤔KIRA KIRA APAAA YG BAKAL TERJADI? KALIAN BERHARAPNYA APA?

SPOILER BAB SELANJUTNYA? HANYA ADA DI agaskarstory.ofc dan @ofc.wolviper . Jangan lupa join broadcast channel nya juga di instagram biar dapat info selalu.

Apa yang mau disampaikan sama Agaskar?

Apa yang mau disampaikan sama Zeya?

Apa yang mau disampaikan sama Irish?

SIAP UNTUK TAHU SIAPA PRIA ITU DI NEXT BAB?! SPAM "☠️" SEBANYAK-BANYAKNYA YAA. UPDATED BERGANTUNG DI TARGET...

TIDAK ADA AKUN INSTAGRAM LAIN SELAIN DI BAWAH INI:
@nazieranff
@agaskarstory.ofc
@ofc.wolviper
@pasmoy.ofc

ROLEPLAYER ACCOUNT ACTIVE:
•@agaskarvakenzo
••@arazeyhelthea
•@pangeranjavas
••@surganyaallah17
•@galenfaldevion
••@vandahavrielles
•@savionragasvara
••@ansleyarcellin
•@arhezalkanders
••@soniafabiannexy

•••@waveravedson
••@aessyrazelina
•••@vanoriswilder
••@irishzeverly

[[ JANGAN LUPA REKOMENDASIKAN JUGA CERITA INI KE TEMAN, KELUARGA, KERABAT DAN SAHABAT MU. VOTE, COMMENT AND SHARE CERITA INI SEBANYAK-BANYAKNYA❤️‍🔥]]

~~Minggu, 18 Februari 2024 (4478 kata)

Continue Reading

You'll Also Like

36.2M 3.4M 71
Kecelakaan fatal yang dialami Giovani Anendra, perisai geng REVOLVER membuatnya amnesia dan melupakan istrinya, Cheryl Raquella. Namun dengan segala...
457K 48.6K 39
"Hidup itu tentang perjalanan yang suatu saat nanti akan menjadi sebuah kenangan. Dan, hidup juga membutuhkan suatu pengalaman agar bisa dijadikan se...
5.1M 380K 53
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
10.7K 756 13
---- Sistem Akhir Anjing Tunggal ---- Qin Lang adalah presiden yang menyendiri, berpenampilan serius dengan kaki panjang dan bernilai tinggi. Ada nak...