SERENADE IN E MINOR [END]

By lnfn21

18.4K 3.3K 1.1K

memangnya, apa gunanya, sebagai manusia yang mengaku mencinta, ketika kekasihnya terluka, ia hanya sibuk meno... More

serenade in e minor
Em7b5 \\ she was the one who waited for his return
Em6 \\ she was the one who invited him to witness the explosion
Em6 \\ she was the one who asked him to look properly
Em7b5 \\ she was his lover who disappeared amidst the splendor
Em7b5 \\ she was the one who made him feel worried
Em6 \\ she was the one who made him accept romance
Em6 \\ she was the one who received his kiss
Em7 \\ she was the one who hug him before goodbye
Em7 \\ she was the one who saw him in her dream
Em7 \\ she was the one who gave all of her to him
Em7 \\ she was the one who told him to live a hundred years
Em7b5 \\ he was her lover who just watched and applauded
Em7b5 \\ he was the one who hugged her before goodbye
Em11 \\ he was the one who came to her in the worst place
Em9 \\ he was the one who returned to her house
Em9 \\ he was the one who made his lover drunk without drinking
Em11 \\ he was the one who made her smile
Em9 \\ he was the one who ran with her amidst the chaos
Em11 \\ he was the one who saw her so messed up
Em9 \\ he was the one who wanted to fall into the same hole as her
Em9 \\ they were the ones who have done many things in vain
Em 9 \\ they were the ones who love each other in sadness
Em11 \\ they were the ones who lose hope and languish
Em \\ he was the one who asked her to back to his side
Em \\ he was the one who watched her shined after the clouds
outro of serenade in e minor

Em9 \\ he was the one who realized his lover was a mess

579 106 33
By lnfn21

SEBAGAI manusia yang baru saja mereguk malam penuh kehangatan dengan kekasihnya, setelah sekian lama hanya menemui malam-malam dingin di Belanda, 

adalah wajar apabila di antara busa-busa sabun ditemukan sisa-sisa senyum di wajah Jaehyun ketika tengah membasuh badan di kamar mandi sana.

Namun, deru air yang turun dari shower bath tak sepenuhnya menulikan pendengaran laki-laki itu,

"Kamu pikir sudah membayar semuanya?! Tidak! Sampai kamu mati pun, hutangmu padaku tidak akan pernah lunas terbayar."

sehingga keributan di luar tetap sanggup telinganya dengar, kian jelas terdengar manakala kran air segera ia matikan.

"Apa harus kusebutkan satu-satu apa kontribusiku hingga kamu bisa seperti sekarang?! Hah?! Dasar anak tidak tahu terima kasih!"

Kegiatan mandi diusaikan. Dengan hanya mengenakan celana panjang tanpa sempat mengambil atasan, Jaehyun keluar dari sebuah kamar.

"Memangnya aku ingin jadi seperti ini? Memangnya aku minta dijadikan seperti aku yang sekarang?! Tidak! Ibu yang mendorongku untuk terus melakukannya. Demi memuaskan ambisi Ibu menjadi orang kaya, Ibu melakukan segalanya untuk menjadikanku seorang aktris. Aku hanya ... aku hanya tidak lebih dari sekedar ... sapi perahmu."

Menyaksikan dua perempuan tengah beradu omongan, menyaksikan di penghujung bicara, perempuannya dihadiahi sebuah tamparan, kontan, Jaehyun melesat menghampiri mereka.

"Bibi? Apa yang Bibi lakukan?"

Jaehyun raih dan bentengi perempuannya, kala-kala hal yang lebih buruk lahir dari tangan manusia yang sama.

"Cih! Kamu menyimpan benalu sekarang? Makanya enggan memberiku uang?! Benalu ini meracuni akal sehatmu?! Merayumu?! Atau memerasmu?!"

Namun, ternyata, mulut itu dapat pula melahirkan hal yang lebih keji.

Perempuannya sukses Jaehyun bentengi; tetapi tidak dengan jajaran piala, tropi, sertifikat penghargaan yang tersusun rapi di etalase. Mereka, adalah sasaran empuk sebuah amuk, sebagian besar berakhir remuk,

barangkali seluruhnya akan bernasib sama, akan tak tersisa satupun bilamana Rose tak segera masuk ke kamar dan keluar membawa apa yang si pengamuk mau.

Sebuah kartu debet berisi sejumlah uang, dilemparkan.

"Pergi. Ini yang terakhir. Jangan datang menemuiku lagi. Suruh suamimu bekerja dan mintalah uang padanya. Aku akan berhenti jadi aktris."

Perempuan yang tak lagi muda itu tertawa, mengipas-kipaskan di depan wajah sumringahnya kartu debet yang baru saja ia pungut, "Anak baik. Aku akan datang lagi. Tunggu, ya."

"Kubilang jangan datang lagi! Atau, kamu akan menemukanku sebagai mayat."

"Dengan senang hati, akan kusiapkan petinya. Hahaha!"

Kaget, marah, geram melebur jadi satu di atas wajah Jaehyun kala itu. Hendak ia kejar perempuan yang melenggang kemayu keluar dari rumah ini, tetapi lengannya ditahan.

Tak ada bicara, tetapi sorot itu mengabarkan bahwa perempuannya tidak ingin Jaehyun pergi, tidak ingin Jaehyun mengejar wanita yang entah sejak bila menjadi sebegini mengerikan, dan tidak juga pergi ke mana.

Hanya di sini. Perempuannya tidak butuh keadilan. Ia hanya butuh ketenangan.

Maka, Jaehyun hadirkan sebuah dekap dan usapan, berharap dengan itu, tubuh yang terguncang ini segera tenang.

Perempuannya utuh bantuan untuk membereskan apa-apa yang berantakan. Maka, Jaehyun pun tak keberatan untuk itu. 

"Pasti sakit, ya."

Duduk melantai di atas karpet, bersandarkan kaki sofa, Jaehyun kompres dengan es, jejak tamparan di wajah milik perempuan yang duduk di sebelahnya sekarang, yang hanya diam ketika diajaknya bicara.

"Apa hubunganmu dengan Ibumu seburuk itu?"

Masih, hening menjadi hal tunggal yang lahir dari bibir Rose. Itu bertahan sangat lama. Sampai Rose selesai bersiap-siap untuk mendatangi lokasi syuting, kemudian menyarap hidangan yang Jaehyun siapkan di meja makan,

"Ayo! Kuantar!"

dan sepanjang duduk di dalam mobil yang Jaehyun kendarai, masih tiada terdengar suara.

Ketika tiba di lokasi syuting, Jaehyun melihat tangan yang terulur untuk membuka pintu mobil itu gemetar, ditarik dan disimpan lagi ke atas pangkuan lalu sang pemilik mulai mengusap-usap dan menyembunyikan;

wajah cantik itu dilanda gusar, bola mata kosong itu berpendar, pun bibir yang sedari tadi terkatup rapat itu kini menyuara gemetar.

"Putar balik mobilnya. Kembali ke rumah!"

"Kenapa?"

"Pulang dulu saja. Aku tidak bisa syuting dalam keadaan seperti ini."

Ada yang salah, tetapi entah. Jaehyun yang kebingungan, tak lantas mengikuti perintah.

"Pulang sekarang!"

Hingga Rose sekali lagi, dengan suara lebih tegas dari sebelumnya, kembali memberi perintah. Mobil dilanjukan dengan kecepatan gila. Jaehyun bawa pulang perempuan yang nampak resah di dalamnya,

"Aku di rumah. Aku membutuhkannya. Tolong, antarkan!"

perempuan yang setibanya di rumah, langsung menghubungi seseorang dengan ponsel cadangan yang diambilnya dari dalam kabinet paling sudut, ponsel yang tidak pernah Jaehyun lihat sebelumnya.

"Ada apa denganmu?"

Jelas-jelas, Rose sedang kacau, cemas, resah, dan banyak rasa negatif yang membombardir perempuan itu, tetapi Jaehyun masih saja bertanya.

Bukan.

Bukan Jaehyun tidak mengerti. Ia cukup mengerti muara dari gejala ini. Bahkan, sangat mengerti, karena ia ialah seorang pakar jiwa mumpuni.

"Rose! Lihat aku! Ada apa denganmu?" berjongkok, meraih dua sisi lengan perempuan yang duduk tak tegap sembari menutupi wajah dengan sepasang tangan di atas sofa itu,

Jaehyun hanya, "Bukan 'kan?"

hanya memastikan praduganya sekarang tidaklah benar.

"Rose? Apa yang kamu butuhkan itu ... bukan benda itu 'kan?"

Tangan Jaehyun ditepis. Rose beranjak dari sofa, berjalan cepat masuk ke dalam sebuah toilet, meninggalkan Jaehyun yang sibuk menerka-nerka perihal apa dan mengapa.

Mengapa di toilet sana terdengar suara seperti orang tengah memuntahkan isi perutnya? Apa yang terjadi pada kekasihnya? 

Mengapa pintu toilet tidak juga dibuka setelah puluhan kali Jaehyun mengetuk dan memanggil-manggil nama penghuninya? Apa yang terjadi di dalam sana?

"Rose! Aku datang!"

Dan, mengapa, laki-laki yang semalam Rose berjanji tidak akan mengundangnya lagi kemari kini berdiri di depan Jaehyun, di rumah ini, masuk tanpa mengetuk, begitu saja tanpa dibukakan pintunya?

Mengapa Rose bergegas keluar dari toilet, menghampiri Junhoe, menerima sebuah kotak dan bergegas membukanya?

"Apa itu?"

Jelas itu adalah sebotol kecil cairan dan jarum suntik, tengah dipegang oleh Rose dengan tangan yang gemetaran. 

Bukan Jaehyun tidak mengerti, ia hanya tengah memvalidasi asumsi sebab semua ini, terlihat sangat tidak nyata dan tidak bisa diterima akal serta hatinya.

"Aku tanya, apa itu?!!"

Pertanyaan Jaehyun adalah untuk Junhoe. Ia cengkram kerah kemeja laki-laki itu, menatapnya tajam, tak berniat ia lepaskan sampai nanti terdengar jawaban.

Pelan, tetapi gaung dalam pendengaran, persis sama seperti apa yang Jaehyun pikirkan, Junhoe katakan itu, 

"Morfin."

[]


Em9
\\   he was the one who realized his lover was a mess  \\



[SERENADE IN E MINOR]
by
linasworld

***


notes:
sudah dapat asumsi kenapa rose ambil jalan ini?
atau masih mumet?
:')

aku ucapin selamat buat yang udah sampe sini wkwk
thankyou so much udah mau bertahan

:) 

Continue Reading

You'll Also Like

1K 101 5
a.bout a collection of short stories from many couples that are also interesting while waiting for the main story update. The part is not too long bu...
SISTERS By Nana

Fanfiction

831 126 3
When Joanna and Jerina fight each other.
61.5K 8.3K 48
a.bout Kael must take responsibility for the incident that happened to him and made him remember new facts from the past
154K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...