Guliran Tasbih Aldevaro [Open...

Od Pamelaa_kim

1M 32.3K 269

Kesalahan karena kabur dari Mesir saat pendidikan membuat seorang gadis terpaksa dimasukkan ke sebuah pesantr... Více

prolog
chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
chapter 27
chapter 28
chapter 29
chapter 30
chapter 31
chapter 32
chapter 33
chapter 34
chapter 35
chapter 36
chapter 37
chapter 38
chapter 39
chapter 40
chapter 41
chapter 42
next story after GTA
chapter 43
chapter 44
chapter 45
chapter 46
info terbit
special chapter
lanjut baca!!
male lead?
lanjut lagi?
chapter 00
vote cover!!
open PO dan info sequel
link shopee pemesanan + COD?
perpanjang masa PO dan potongan harga

Epilog

23.8K 523 8
Od Pamelaa_kim

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.

Tapak kaki terlihat semakin terdengar di rungu kedua anak Adam yang sedang memadu kasih. dan tak lama pula, ketukan yang terdengar sopan mengalihkan pandangan mereka menuju kearah sumber suara.

" Kakak, ini aku. bisa buka pintunya? " seru seorang lelaki diluar sana.

" Sebentar ya mas, " ujar Ning Ziya yang menyingkirkan tangan suaminya dari semula pria itu bermanja-manja dengan dirinya. namun hal tersebut mendapat penolakan dari sang empu.

" Masuk saja Al. pintunya tidak dikunci, " balas Gus Varo sedikit berteriak tanpa menghiraukan Ning Ziya yang sudah memberontak meminta dilepaskan.

" Mas, lepas dulu. malu kalau Albirru lihat, " kesal Ning Ziya sembari memperhatikan pintu kamarnya yang mulai perlahan dibuka dari luar.

" Mas biasa saja. kenapa harus malu? mas peluk istri sendiri. bukan peluk-peluk perempuan lain, " sanggah Gus Varo terus mengabaikan.

" Kak, " panggil Albirru termangu didepan pintu dan berdiri dengan kikuk melihat pasangan didepannya yang sedang menebar keromantisan.

" Kamu membawa apa Al? " tanya Gus Varo penasaran akan sesuatu yang berada ditangan Albirru.

" Rujak buah. kak Ziya yang minta, " jawab Albirru yang langsung memberikan makanan tersebut kepada Ning Ziya sebelum terburu untuk pergi meninggalkan ruangan mereka tanpa mau mendengarkan omelan dari suami kakaknya.

" Albirru pergi dulu. jangan lupa dimakan ya kakak ku sayang! " lanjut lelaki itu langsung berlari keluar dan tidak lupa menutup pintu ruangan mereka.

Sementara Gus Varo yang mendengar ucapan Albirru sontak menatap mata teduh istrinya dan menghentikan kegiatan bermanja-manja dengan Ning Ziya.

" Jam berapa ini? kamu makan rujak buah malam hari seperti ini? pakai cabai berapa? pasti pedas bukan? yang benar saja sayang. sini berikan pada mas. kamu tidak boleh makan ini malam-malam, " omel pria itu tanpa henti sembari mengambil alih rujak buah ditangan istrinya.

" Mas. aku mau makan rujaknya. kamu tega sama aku? apa kamu sudah tidak sayang sama anak kita? " cerca Ning Ziya yang sudah memperlihatkan kristal di mata indahnya.

" Mas hanya mengikuti instruksi dari dokter sayang. jangan menangis! " ujar Gus Varo penuh kelembutan dan tangannya tergerak untuk menghapus buliran bening yang mengalir di pipi lembut istrinya.

" Hanya sekali, " lirih Ning Ziya hampir tak terdengar.

Karena tidak tega melihat kesedihan Ning Ziya, Gus Varo akhirnya mengalah untuk memberikan rujak buah yang menjadi menu mengidam wanita itu kali ini.

" Janji cuma sekali? " tanya Gus Varo dan dibalas anggukan kecil oleh Ning Ziya.

" Sini mas suapi rujaknya "

" Boleh? mas marah sama aku? " tanya Ning Ziya ragu-ragu untuk menerima suapan yang disodorkan suaminya.

" Boleh. tapi sedikit saja ya. sisanya nanti akan mas habiskan, " ucap pria itu menenangkan istri tercintanya.

Karena rasa mengidam yang sudah tidak bisa wanita itu tahan sejak tadi, Ning Ziya menerima suapan demi suapan dari tangan Gus Varo. dan disela-sela makannya, Ning Ziya menyeletuk kan suatu hal.

" Kenapa mas sabar? terkadang, suami diluar sana langsung memarahi istrinya, " celetuk Ning Ziya menatap wajah tampan Gus Varo berharap adanya jawaban yang keluar dari bibir suaminya.

" Lelaki harus tahu bahwa mendidik perempuan itu dengan tutur kata yang rendah lagi lembut, niscaya mereka akan mudah memahami. bukan dengan kata yang keras lagi kasar, mereka akan menangis. itu sebabnya mas selalu berusaha berbicara dengan nada yang teramat lembut sama kamu. mas juga tidak mau menyakiti hati kamu atas perkataan yang terlontar dari diri mas sendiri, " jelas Gus Varo.

" Terimakasih mas, aku beruntung memiliki suami seperti kamu. entah amalan apa yang aku kerjakan dulu. sampai-sampai Allah mentakdirkan sosok pria seperti kamu untuk memenuhi separuh agama aku dan menjalankan ibadah seumur hidup bersama kamu, " ucap Ning Ziya.

" Padahal jika dilihat-lihat banyak perempuan di luaran sana yang lebih baik dari aku dan berharap akan bersanding dengan kamu. banyak yang lebih cantik, lebih pintar agamanya daripada aku. banyak perempuan diluar sana yang sikapnya lebih kalem. bukan seperti aku, yang nakal saat itu, " lanjut Ning Ziya.

" Hei sayang. kenapa bicara seperti itu? mas tidak ingin mendengar hal ini lagi dari kamu. memang kenapa jika disana ada yang lebih cantik dan lebih pintar agamanya dari kamu? jika mas mencari perempuan cantik, maka itu tidak ada habisnya. mas akan selalu kurang dan mungkin akan mencari perempuan yang lebih cantik lagi di luar sana. memang kenapa jika kamu tidak terlalu pintar dengan ilmu agama? itu sudah kewajiban mas untuk membimbing kamu. mas senang jika apa yang selama ini dipelajari dapat diamalkan ke keluarga kecil kita. semua orang punya kekurangan dan kelebihan sayang. kamu nakal kenapa? bagi mas itu hal wajar selagi kamu tidak keterlaluan. memang nakal kamu dulu sampai tawuran, mabuk atau membunuh orang? tidak bukan? " ujar Gus Varo menatap dalam manik cokelat istrinya.

" Kamu adalah istri mas yang paling cantik, paling pintar. kamu sudah menjadi istri sekaligus ibu yang teramat baik bagi mas dan anak-anak kita. kamu sudah menjalankan tugas kamu dengan sepenuh hati. justru mas yang beruntung memiliki wanita seperti kamu. terimakasih telah lahir di dunia dan menjadikan mas sebagai tempat berlabuh kamu. mas akan selalu berusaha menjadi nahkoda yang baik untuk keluarga kita kedepannya. hanya kamu yang akan menjadi tempat istirahat mas. pelukan kamu selalu menjadi obat dikala rasa letih menari-nari didalam diri mas. ana uhibbuki fillah ya hayati. all the love for you. mari mengukir kisah kita dan keluarga kecil kita hingga sampai di surga nantinya. pastikan hanya kamu istri mas di dunia maupun di akhirat. tidak ada yang lain, " ujar pria itu panjang lebar dan langsung dihadiahi tangisan keras yang keluar dari bibir merah muda Ning Ziya. bahkan buliran bening sudah sangat deras merembet keluar dari tempatnya.

" Jangan tinggalkan aku! aku tidak tahu ingin mengatakan apa. terimakasih untuk segalanya. terimakasih sudah sabar membimbing aku selama ini. satu yang pasti harus kamu tahu, aku akan berusaha untuk selalu disisi kamu dan menemani kamu bagaimana keadaannya. sampai hanya Allah lah yang memisahkan kita nantinya. ana uhibbuka fillah ya zauji, " balas Ning Ziya dengan sedikit tersedu-sedu karena tangis yang tak ada henti-hentinya.

Suami dan istri itu saling berbagi kehangatan. Gus Varo yang berusaha membuat tangis istrinya reda. dan Ning Ziya yang semakin erat memeluk tubuh kekar suaminya dan menyembunyikan wajah sembabnya di dada bidang Gus Varo tanpa menghiraukan bahwa pakaian milik pria itu akan basah dengan air matanya.

" Sudah menangisnya sayang. nanti adiknya ikut sedih. kalau Zein dengar ummah nya menangis bisa marah-marah dia nanti. kamu tahu sendiri seberapa manja Zein jika sudah dekat dengan kamu. bahkan mas yang menjadi suami kamu saja harus tersingkirkan sama buntalan kecil itu, " ujar Gus Varo dengan sedikit candaan berharap istrinya sedikit tenang.

" Buntalan kecil itu juga anak kamu kalau lupa, " cerca Ning Ziya dengan nada seraknya.

" Iya sayang. anak kita berdua "

Ditengah-tengah kegiatan mereka, gedoran pintu terdengar sedikit tidak santai. tak lama suara teriakan anak kecil mulai mendominasi dari luar ruangan mereka.

" ABBA! ABBA JANGAN MEMBUAT UMMAH MENANGIS! ZEIN DENGAR! ABBA BUKA PINTUNYA! UMMAH! " teriak Zein memanggil kedua orang tuanya tidak sabaran.

" Baru saja dibicarakan sudah datang. aku yakin Zein datang karena dengar suara tangis kamu tadi, " ucap Gus Varo terkekeh kecil.

" Sekeras itu ya suaranya? "

" Mungkin waktu Zein menuju kesini baru terdengar. mas buka pintunya dulu. kasihan Zein teriak-teriak terus, " balas Gus Varo mulai beranjak dari kasur empuk mereka.

Sesaat pintu telah terbuka, gumpalan kecil itu langsung menyelonong menghampiri sang ibu yang sedang duduk dengan tenang sembari menatap kearah dirinya.

" Ummah tidak apa? kenapa umma menangis? aku akan pukul siapa saja yang telah membuat ummahku menangis, " ujar Zein dengan gelagat yang begitu lucu.

" Tidak ada sayang. ummah hanya terharu. ummah juga tidak sedih. ini menangis bahagia, " jawab Ning Ziya sedikit mencubit pipi gembul anak laki-lakinya yang begitu menggemaskan.

" Benarkah? abba tidak marah-marah bukan? " tanya Zein menyelidik kearah sang ayah.

" Kenapa selalu abba yang disalahkan? apa Zein tidak sayang abba? sayang lihatlah, Zein tidak sayang dengan mas. tega sekali, " adu Gus Varo bak anak kecil yang merengek kepada ibunya.

" Zein sayang ummah dan abba, " gumam Zein menatap polos kedua orangtuanya.

" Benar begitu? " tanya Gus Varo dan dibalas anggukan oleh sang anak.

" Kemari sayang. ummah ingin memeluk anak sholeh ummah dan abba ini, " panggil Ning Ziya dan langsung diterjang oleh pelukan dari Zein sendiri.

" Adik Zein kapan keluarnya ummah? " tanya Zein penasaran.

" Lima bulan lagi sayang, " jawab Ning Ziya sembari mengelus lembut seluruh wajah putranya yang terlihat kedua mata anak itu sudah mengerjab tanda rasa kantuk telah menyerang dirinya.

" Lama sekali, " cicit Zein yang sudah memelan.

" Sabar ya. sekarang Zein tidur dulu. besok kita jalan-jalan menaiki unta, " ujar Gus Varo yang sudah mengambil alih putranya untuk dibaringkan ke ranjang empuk mereka.

" Zein ingin naik unta abba, " balas Zein antusias.

" Iya, sekarang waktunya tidur "

•••

Pagi hari ini mansion telah dipenuhi oleh ocehan-ocehan lucu dari kedua gumpalan kecil itu. Zein yang mengajak bicara Ele dan dibalas dengan celetukan yang tidak jelas dari bayi mungil tersebut.

" Ele bicara apa? Zein tidak mengerti, " gumam Zein dan langsung mendapat gelak tawa dari orang dewasa disekitarnya.

" Tentu saja. Ele masih bayi, Zein. dia belum fasih untuk berbicara, " balas Albirru yang sudah meredakan tawanya.

" Begitu ya. Ele harus cepat besar. nanti Zein ajak bermain bersama Leon, " celetuk Zein yang menyebutkan hewan peliharaan Anthony.

" Hei, anak kecil. memang berani bermain bersama Leon? bisa-bisa kalian diterkam terlebih dahulu nanti, " ucap Albirru bercanda.

" Leon baik. grandpa pernah mengajakku untuk bermain dan menaiki punggungnya, " ujar Zein bercerita kepada mereka.

" Benarkah? kapan daddy membawa Zein bermain dengan Leon? " tanya Albirru yang ditujukan kepada Anthony.

" Uncle tidak perlu tahu. itu rahasia, " jawab Zein mengejek Albirru.

" Zein, tidak boleh seperti itu kepada yang lebih tua, " tegas Gus Varo kepada putranya.

" Maaf abba. i'm so sorry uncle, " cicit Zein dengan pelan.

" Maafkan atau tidak ya? " goda Albirru.

" Grandpa, lihatlah, " adu Zein mulai berjalan menghampiri Anthony.

" Al, jangan menggoda cucuku terus! " seru Anthony.

" Iya, aku juga bercanda "

" Sudah. Zein ingin melihat unta bukan? sebaiknya kita berangkat, " sela Sabiya.

" Zein ingin melihat unta. ayo kita pergi, " ajak Zein dengan rasa semangat yang telah membuncah.

Mereka terkekeh melihat tingkah lucu Zein. baru saja mereka akan beranjak untuk pergi meninggalkan mansion, deringan telfon mulai terdengar dari salahsatu milik mereka.

" Siapa yang telfon mas? " tanya Ning Ziya yang ternyata sumber suara berasal dari milik suaminya.

" Video call, sayang. abba kamu dan abi yang telfon, " jawab Gus Varo bergegas mengangkat panggilan.

" Assalamualaikum, " ujar mereka diseberang sana dengan berbarengan.

Tak hanya Gus Mahen dan Abi dari Gus Varo yang melakukan panggilan. namun semua anggota keluarga mereka juga ikut andil terlihat didalam layar.

" Waalaikumussalam, " jawab Gus Varo.

" Bagaimana keadaan disana? kalian baik-baik saja? cucu ummah bagaimana kabarnya? " tanya Ning Kirana.

" Alhamdulillah, disini baik-baik saja ummah "

" Kalian sedang berkumpul? " tanya Gus Mahen diseberang sana.

" Iya abba. kami berencana pergi jalan-jalan, " sahut Ning Ziya.

" Nenek, kakek. Zein akan pergi melihat unta, " ujar Zein bercerita yang dimana wajah lucu miliknya langsung memenuhi layar telfon.

" Benarkah? sayangnya kakek dan nenek tidak bisa ikut. pasti menyenangkan, " balas umi Laila.

" Nenek dan kakek harus kesini. nanti kita jalan-jalan bersama, " ucap Zein.

" Lain kali ya. hari ini Zein saja yang bersenang-senang disana, " jawab sang ayah dari Gus Varo.

Obrolan berlangsung selama beberapa menit sebelum akhirnya mereka memutuskan sambungan telfon dan mulai beranjak pergi ke lokasi tujuan.

Tak lama, hanya puluhan menit mereka lalui. dan sekarang mereka sudah terlihat berada di Padang pasir yang terbentang luas disana.

Zein yang teramat antusias pun mulai berlarian kesana kemari dan disusul oleh Albirru dibelakang anak itu.

" ZEIN HATI-HATI! " seru Ning Ziya sedikit berteriak melihat putranya yang berlarian tak tentu arah.

" UNCLE, AYO NAIK UNTA NYA! " ajak Zein berteriak kepada Albirru yang berada didekatnya.

Albirru pun langsung beranjak menaiki salahsatu unta dan mendudukkan Zein didepannya. pria itu memegangi tubuh Zein dan memastikan bahwa ia sudah aman berada didepannya.

Disaat unta sudah tergerak untuk berjalan menyusuri padang pasir, Zein tak henti-hentinya untuk bersorak gembira. terlihat bahwa anak tersebut begitu bahagia terlihat dari raut wajahnya.

Sementara para orangtua hanya melihat mereka disisi yang lainnya. mereka menatap kedua anak tersebut dengan bibir yang tak henti untuk terus tersungging. melihat mereka bahagia adalah salahsatu kebahagiaan mereka juga.

" Terimakasih sudah menghadirkan malaikat kecil untuk memenuhi kehidupan mas sayang. rasa terimakasih pun tidak cukup untuk itu, " ucap Gus Varo yang tepat berada disamping istrinya.

" Mas, jangan seperti ini! mari kita terus membesarkan dan mendidik anak-anak kita sampai mereka dewasa kelak. Zein dan calon anak kita adalah titipan Allah. sudah sewajibnya kita menjaganya dengan baik bukan? " balas Ning Ziya menatap balik sang suami dengan senyum indah yang terpatri diwajahnya.

" Ibunya anak-anak mas. ana uhibbuki fillah. mas tidak akan berhenti mengucapkan hal itu. dan mari kita berjalan ke depan untuk menua bersama mencapai ridho dan surganya Allah, " ucap pria itu dan dibumbui dengan kecupan lembut di dahi istrinya.

Usai sudah perjalanan kisah mereka. lika-liku menuju kehidupan pernikahan yang tidak berjalan mulus pada akhirnya akan mencapai kebahagiaan yang tidak terhingga.

Ingat, bersabarlah. dunia adalah tempatnya ujian. jika kamu tidak ingin diuji, maka berpulang lah. selalu libatkan Allah di setiap urusan mu. percayalah, segala yang terjadi pada dirimu itu tak lain ada campur tangan dari rencana Allah sendiri.

Teruslah berdoa dan jangan pernah bosan! naik turunnya iman itu sudah biasa. yang penting selalu ingatlah Allah di setiap keadaan. Allah selalu mengawasi mu. jangan karena turunnya iman kamu, dapat membuat kamu terjerumus kepada hal yang mendekati maksiat. nauzubillahimindzalik.

.
.
.

END
.
.

VOTE DAN KOMEN!!

TERIMAKASIH TEMAN-TEMAN!!

Cerita ini sudah ending sampai disini. dan aku minta maaf jika ada salah atau kurangnya.

Setelah ini aku akan lanjutkan cerita baru nya. sequel GTA yaitu A' Alber. bisa dicek di profil aku.

Terimakasih atas dukungannya selama ini!!

Ketemu lagi di cerita selanjutnya

Bye and see you 🦢

Love ❤️❤️

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

369K 18.4K 50
Ajma adalah seorang gadis sebatang kara yang di angkat anak oleh seorang kyai besar pemilik ponpes Al-Majid. Ia memiliki 3 orang Kakak angkat yang ta...
103K 8.5K 45
Ini adalah kisah 2 orang sahabat SMA yang berbeda keyakinan, walau berbeda tapi nasib mereka sama. Mereka adalah calon anggota persit. Masa lalu, sel...
46.5K 2.3K 34
"Ayah, bunda, bisakah aku bahagia?" "Ayah, bunda, aku lelah. Bolehkah aku pergi menyusul kalian saja?" "Tuhan, bisakah aku bahagia? Walau sesaat saja...
19.7K 2.2K 28
cerita seorang anak dari Tom Riddle [ lord Voldemort ] , anak yang sangat cantik dan lucu bernama ( name ) Riddle . ( Name ) memiliki kakak bernama m...