Menara Hitam Lantai 1.
Kim Dong-sik bergegas ke lantai 1 menara untuk menyampaikan perkataan Park Sejun kepada ibu Sejun, Kim Mi-ran.
Pada saat itu,
"Dong-sik!"
Seseorang memanggil Kim Dong-sik. Itu adalah suara yang familiar.
"Master!"
Itu adalah Han Tae-jun, yang baru saja mendengarnya dari Lexton yang diutus oleh Kim Dong-sik dan hendak berangkat ke lantai 4 menara.
"Dong-sik, apakah kamu belum menemukan Sejun~nim?"
"Yah, aku memang bertemu dengan Sejun~nim, tapi..."
Kim Dong-sik berbicara tentang apa yang terjadi dengan Sejun.
"Maksudmu kamu pingsan karena tidak bisa menahan energi Sejun~nim?!"
"Ya. Meskipun aku berada lebih dari 1 km dari Sejun~nim, aku pingsan setelah menderita luka dalam karena energinya."
"Sejun~nim sekuat itu..."
Han Tae-jun sangat terkejut mendengar kata-kata Kim Dong-sik. Sudah sekitar setahun sejak Sejun memasuki menara. Dalam waktu sesingkat itu, dia telah mencapai alam luar biasa yang tidak dapat didekati oleh siapa pun.
Han Tae-jun, yang telah berpikir untuk meminta Sejun bertanding, dengan cepat menepis gagasan itu.
Dia akan pingsan bahkan sebelum mendekat... Apalagi bertanding, bahkan pertemuan tatap muka pun terasa sulit.
"Ngomong-ngomong, ternyata Sejun~nim telah mengasingkan diri di menara untuk menghindari menyakiti orang lain..."
"Tuan, kita harus membantu memastikan Sejun~nim tidak harus meninggalkan menara! Jika Sejun~nim meninggalkan menara..."
"Ya. Kita harus membantunya."
Han Tae-jun menanggapi, mengingat bagaimana Masyarakat Tiga Kepala pernah menargetkan keluarga Sejun.
Jika Masyarakat Tiga Kepala tidak dihentikan dan keluarga Sejun dibunuh atau diculik... Sejun pasti akan meninggalkan menara, dan umat manusia akan menghadapi bencana yang luar biasa.
"Ini sangat melegakan."
Han Tae-jun merasa lega karena kejadian seperti itu tidak terjadi.
Kemudian,
"Apakah Sejun~nim butuh sesuatu?"
Dia bertanya, ingin mengurus kebutuhan Sejun.
"Ah. Sebenarnya, Sejun~nim..."
Kim Dong-sik memberi tahu Han Tae-jun apa yang diminta Sejun.
"Tentu saja, orang Korea membutuhkan kimchi!"
Han Tae-jun sangat senang mendengar Sejun meminta sup Kimchi dan kimchi.
"Dong-sik, cepat sampaikan pesan Sejun pada Mi-ran~nim lalu datang padaku."
"Mengapa?"
Merasa firasat atas instruksi Han Tae-jun untuk datang kepadanya, Kim Dong-sik bertanya dengan suara pelan.
"Mengapa?! Ini jelas untuk pelatihan khusus!"
"Pelatihan khusus, tiba-tiba?"
"Kita harus menjadi lebih kuat dengan cepat agar Sejun dapat berbicara dengan kita dengan nyaman!"
"Bicara dengan nyaman...?"
'Sepertinya itu mustahil bahkan di kehidupan selanjutnya...'
Kim Dong-sik, yang merasakan langsung energi Cuengi, berpikir dalam hati. Namun, dia tidak sanggup mengatakannya dengan lantang. Majikannya adalah tipe orang yang akan berkata, "Kalau begitu ayo kita mati dan terlahir kembali," dan mendorongnya lebih keras lagi.
"Beri aku lima jam."
"Berhenti bicara dan cepat pergi!"
"Ya!"
Oleh karena itu, Kim Dong-sik, dengan sesi latihan khusus yang disediakan untuknya dalam lima jam, segera menuju ke rumah Sejun.
'Setidaknya aku bisa melihat wajah keluargaku sebelum aku pergi.'
Kim Dong-sik merasa sangat beruntung rumahnya bersebelahan dengan rumah keluarga Sejun.
***
Dalam perjalanan dari kamar menuju ruang makan.
Sniff sniff.
Krueng!
[Ayah, Cuengi mencium sesuatu yang enak di sana!]
Cuengi yang menempel di kaki kiri Sejun menjadi bersemangat saat mencium bau makanan.
"Ayo cepat pergi, meong! Aku juga lapar, meong!"
(Pip-pip! Aku juga!)
Hewan-hewan lain juga bersemangat. Masuk akal jika mereka lapar sejak bangun dan bahkan mandi. Apalagi Cuengi yang sudah sangat sabar.
Dan Sejun juga merasakan hal yang sama. Dia sangat lapar setelah memandikan hewan-hewan itu.
"Ayo cepat pergi."
Sejun mempercepat langkahnya menuju ruang makan.
Saat Sejun yang lapar dan para hewan tiba di ruang makan,
Slurp
"Kyoot kyoot kyoot. Selamat pagi semuanya!"
Iona yang sudah selesai makan dan sedang minum kopi, menyapa Sejun dan para hewan.
Iona tampil menawan dalam balutan gaun berwarna labu, dengan pita merah di lehernya.
Pada pesta pernikahan, aturan berpakaiannya adalah dasi atau pita hitam untuk sisi mempelai pria, dan merah untuk sisi mempelai wanita.
Pada saat itu,
Rumble rumble.
Krueng!
[Cuengi lapar!]
Cuengi menggerutu, jelas-jelas lapar.
"Mari kita dapatkan hasil tercepat saat ini! Cuengi, makan ini dulu."
Saat Sejun mengulur waktu dengan memberikan madu pada Cuengi untuk mencegahnya berubah dari binatang lucu menjadi binatang buas, para pelayan segera mulai mengeluarkan makanannya.
Tak lama setelah sarapan yang sibuk berakhir,
"Sekarang, ayo pergi ke tempat pernikahan."
Sejun, bersama hewan-hewannya, menuju ke tempat pernikahan Kelinci Hitam dan ChuChu.
Thud, thud.
Di bahu Sejun ada kelelawar emas, dan yang menempel di kakinya adalah Theo, Cuengi, dan Iona. Selama Sejun berjalan, semua orang bisa bergerak bersama.
Sesampainya di tempat pernikahan.
Ada panggung megah dengan ratusan meja yang disusun di kiri-kanan pelaminan yang akan dilalui oleh kedua mempelai.
Tempat tersebut mampu menampung sekitar 3.000 orang. Tentu saja, akan ada lebih dari 3.000 tamu di pesta pernikahan kerajaan.
Tempat ini hanya diperuntukkan bagi tokoh-tokoh penting, dan di luar kota, di beberapa alun-alun, terdapat ruang-ruang yang mampu menampung ratusan ribu orang lebih.
"Sudah banyak yang datang."
Meski masih ada waktu tersisa sebelum pernikahan, lebih dari separuh meja sudah terisi.
Karena belum pernah ada acara berskala besar di Menara Hitam baru-baru ini, banyak kekuatan baru yang ingin memperluas jaringan mereka ikut berpartisipasi.
"Di mana meja kita?"
"Aku akan memandumu."
Mendengar perkataan Sejun, Coco, pemimpin penjaga tersembunyi, muncul dan membimbing Sejun.
Saat Coco menuntun Sejun ke meja paling depan,
"Beraninya pandai besi sepertimu datang ke sini?!"
Sebuah suara nyaring mencapai telinga Sejun.
"Hah?"
Berbalik ke arah suara, Sejun melihat monster berkepala buaya sedang mengganggu seekor penguin. Itu adalah seekor penguin kecil dengan tas dan punggung berwarna biru.
"Hah?! Wakil Ketua Theo, bukankah itu Kona?"
Sejun mengenali Kona dan bertanya pada Theo.
"Meong? Benar, meong! Siapa yang berani melecehkan Kona, anak buah Wakil Ketua Theo, meong?! Ketua Park, ayo pergi dan beri mereka pelajaran, meong!"
Theo, setelah melihat Kona, menjadi bersemangat dan melambaikan kaki depannya.
Kemudian,
"Mengerti!"
Sejun buru-buru berlari menuju Kona.
***
"Sayang aku kembali!"
Kim Dong-sik yang baru saja menyampaikan pesan Sejun kepada Kim Mi-ran bergegas kembali ke rumah.
"Sayang, aku harus segera keluar, jadi bisakah kamu menyiapkan makanan?"
"Oke."
Kim Dong-sik meminta istrinya menyiapkan makanan sebelum menuju pelatihan khusus dan segera mandi.
Karena dia tidak akan bisa meninggalkan menara setidaknya selama sebulan, ini adalah mandi terakhirnya untuk sementara waktu.
Usai mandi dan menuju dapur, istrinya sedang menyiapkan makanan, dan putrinya Serang sedang duduk di meja makan.
"Serang, tidak ada jadwal hari ini?"
"Ya. Ini hari liburku..."
Saat berbicara, putri Kim Dong-sik, Serang, menatap wajahnya dengan penuh perhatian.
"Mengapa? Apakah ada sesuatu di wajahku?"
"Ya. Ada ketampanan di wajahmu, Ayah."
"Hahaha. Apa? Serang, apakah kamu mencoba membuat ayahmu merasa baik? Apakah kamu kekurangan uang saku hari ini?"
Merasa senang dengan komentar Serang, Kim Dong-sik tertawa dan mengeluarkan dompetnya.
"Tidak. Ini bukan hanya untuk membuatmu merasa baik, Ayah. Kamu benar-benar terlihat lebih tampan. Bu, lihat wajah Ayah! Apakah Ayah diam-diam pergi untuk perawatan kosmetik di suatu tempat?"
Serang sebagai seorang selebriti langsung mengenali sentuhan profesional di wajah Kim Dong-sik.
"Apa?! Ah, benarkah! Sayang, klinik mana itu?"
"Hah?"
Suasananya menjadi agak aneh.
"Sayang, apa kamu benar-benar tidak mau memberitahuku klinik mana itu?"
"Tidak, aku tidak pergi ke klinik mana pun."
"Ayah, jika sulit untuk mengatakannya, katakan saja padaku secara diam-diam!"
"Sungguh, bukan itu."
Tidak menyadari kenapa dia terlihat lebih tampan, Kim Dong-sik terus-menerus ditanyai oleh istri dan putrinya. Dia nyaris tidak berhasil melarikan diri, menggunakan pelatihan khusus sebagai alasan.
***
Kona, mewakili Suku Penguin Punggung Biru, menghadiri pernikahan tersebut untuk mempersembahkan hadiah yang mereka buat untuk raja baru Kerajaan Pita Merah.
"Peng! Ini enak!"
Kona sedang bersenang-senang menyantap makanan lezat yang disajikan di atas meja untuk para tamu yang menunggu upacara pernikahan.
Kemudian,
"Peng Peng. Aku harus mencobanya juga."
Kona sedikit berdiri untuk meraih makanan yang diletakkan jauh, tanpa sengaja mendorong kursinya sedikit,
Thud.
Sebuah palu besar yang bersandar di kursi terjatuh.
Kemudian,
"Siapa berani? Siapa yang berani menghalangi jalan Elge Caiman, Pangeran Ketiga Kerajaan Cayman?!"
Gagang palu telah jatuh, menghalangi jalan sekelompok orang mirip buaya, dan pemimpin mereka, Elge Caiman, mulai memarahi Kona.
"Peng?! Aku minta maaf..."
Kona segera meminta maaf namun tampak bingung mengapa pihak lain bereaksi seperti ini.
Toh, ada jarak sekitar 5 meter antara tempat Elge Caiman lewat dan ujung gagang palu.
Bahkan jika palu itu jatuh, itu tidak akan mempengaruhi jalan Elge Caiman.
Meskipun Kona meminta maaf,
"Beraninya pandai besi sepertimu datang ke sini?!"
Suara Elge Caiman semakin keras dan menghina.
"Peng... Maaf... Aku datang hanya untuk mengantarkan hadiah lalu aku akan pergi..."
Kona yang merasa kewalahan dan menyesal berusaha meredakan situasi. Meskipun dia memasuki tempat tersebut di bawah bimbingan penjaga kerajaan, dia merasa seolah-olah dia telah melakukan sesuatu yang salah.
Namun, Elge Caiman tidak menyebabkan keributan ini hanya untuk menerima permintaan maaf.
"Bagus. Jika kamu benar-benar menyesal, aku, Elge Caiman, pangeran ketiga Kerajaan Caiman, akan memaafkanmu dengan menerima palu yang menghalangi jalanku."
Sejak awal, target Elge Caiman adalah palu yang dimiliki Kona. Dia memutuskan untuk mengambilnya saat dia melihat palu itu memancarkan aura yang luar biasa.
"Peng?! Tidak... aku tidak bisa! Palu ini adalah hadiah untuk raja Kerajaan Pita Merah!"
Kona, yang sesaat bingung dengan kata-kata Elge Caiman, buru-buru meraih palu dan memprotes.
"Hmph! Palu macam apa ini yang bisa diberikan sebagai hadiah?! Bukankah itu terlalu besar untuk Yang Mulia Kelinci Hitam yang menjadi raja?!"
"Itu..."
Kona, yang merasa marah karena palu yang dibuat oleh semua pengrajin ulung dari Suku Penguin Punggung Biru diremehkan, mencoba merespons dengan sungguh-sungguh.
"Tidak perlu mendengarkan. Rebut palu itu."
"Ya!"
Sebelum Kona sempat menyelesaikan kalimatnya, bawahan Elge bergerak untuk merebut palu itu.
Merupakan tindakan yang sangat tidak sopan jika seorang pangeran dari kerajaan lain mencoba mencuri hadiah yang diperuntukkan bagi seorang raja.
Namun, semua tamu di dekatnya menutup mata terhadap tindakan Elge Caiman.
Kerajaan Caiman, yang terletak di lantai 84 menara, adalah salah satu dari dua kekuatan militer teratas di antara kerajaan-kerajaan di Menara Hitam.
Jika mereka dengan ceroboh melakukan intervensi dan menimbulkan masalah, yang mengarah pada mobilisasi militer Kerajaan Caiman, pasukan mereka sendiri dapat dimusnahkan sepenuhnya dari Menara Hitam.
'Hehehe. Siapa yang berani macam-macam denganku?'
Elge Caiman berpikir dengan puas. Kekuatan sebenarnya yang bisa mendominasi Menara Hitam hanya akan tiba tepat sebelum upacara dimulai, jadi untuk saat ini, tempat ini seperti taman bermain Elge dimana dia bisa melakukan apapun yang dia mau.
Dia telah mencuri lusinan hadiah yang diperuntukkan bagi Kelinci Hitam, dan tidak ada yang berani menentangnya.
"Peng... ini tidak benar..."
Saat Kona tak berdaya menyaksikan palu, yang dimaksudkan sebagai hadiah untuk Kelinci Hitam, direnggut,
"Berhenti!"
Sejun, yang buru-buru datang, berteriak pada Elge Caiman.
'Penindasan macam apa ini? Dan berani mencuri sesuatu yang diperuntukkan bagi Kelinci Hitam?!'
Saat Sejun marah karena marah,
"Beraninya makhluk rendahan seperti itu meninggikan suaranya padaku?! Tahukah kamu siapa aku?!
Elge Caiman dengan arogan memarahi Sejun dengan suara mendominasi.
'Orang ini!'
Geram karena dipanggil rendahan, amarah Sejun semakin berkobar.
Namun berlawanan dengan hatinya yang membara, pikirannya menjadi lebih dingin,
"Tidak. Aku tidak tahu siapa dirimu. Tapi tahukah kamu siapa aku?"
Sejun bertanya balik, suaranya dingin dan tenang, menghadap Elge Caiman.