Cousin Love

By langiittbiruuu

2.2K 454 46

Assalamuallaikum wr. wb. sebelum baca alangkah baiknya follow akun wattpad ini NO PLAGIAT ❌ Kisah ini diambi... More

|| PROLOG🍓
Satu🍓
Dua🍓
Tiga🍓
Empat🍓
Lima🍓
Enam🍓
Tujuh🍓
Delapan 🍓
sembilan 🍓
Sepuluh🍓
sebelas🍓
dua belas🍓
tiga belas🍓
empat belas🍓
lima belas🍓
enam belas🍓
tujuh belas🍓
delapan belas🍓
sembilan belas🍓
duapuluh🍓
dua puluh satu🍓
dua puluh dua🍓
dua puluh tiga🍓
dua puluh empat🍓
dua puluh lima🍓
dua puluh enam🍓
dua puluh delapan🍓
dua puluh sembilan🍓
tiga puluh🍓
info!!
tiga puluh satu🍓
tiga puluh dua🍓
tiga puluh tiga 🍓
tiga puluh empat🍓
tiga puluh lima🍓
tiga puluh enam 🍓
tiga puluh tujuh🍓
tiga puluh delapan🍓
tiga puluh sembilan🍓
empat puluh 🍓

dua puluh tujuh 🍓

37 7 1
By langiittbiruuu

Happy reading🍭

Jangan lupa tekan bintang ya

Love u all💐

°°°
"

AAAKKKHHH!!" pekik Ara dengan kuat, rambutnya seakan ingin rontok, kulit kepalanya seakan ingin terlepas, air matanya luruh mengalir deras di kedua pipinya.

"Le--pas," ucap Ara dengan lirih, ia tidak mengetahui siapa yang membawanya ke sini. Mereka menggunakan topeng yang membuat wajahnya tidak kelihatan.

Dibawah lampu remang, gadis itu menggigil hebat kala siraman air dingin mengguyur tubuhnya, bahkan baju gadis itu sedikit tereskpor.

Byurr

"Mampus lo anjing!!"  ucap seseorang itu dengan memegang pipi Ara dengan kuat, bahkan kuku lentik itu hampir menembus kulit mulus Ara.

Ara menahan perih yang sejak tadi ia tahan, sungguh ini benar-benar menyiksanya.

"Lo si--apaa?" tanya Ara berusaha tetap sadar bahkan tenaganya menahan kesakitan ingin hilang sekarang juga.

Seseorang itu tersenyum smrik dari balik topengnya. "Lo nggak perlu tahu bitch, mudah banget lo deketin Fadel, sedangkan gue berusaha untuk dapatkan dia. Dan masa lalu lo itu kenapa bisa dia ingin lo kembali."

Ara menangis sungguh lukanya sangat perih sekarang, ia merindukan orang tuanya, ia merindukan Azka- Kakaknya, bahkan ia merindukan sahabatnya.

"DIAM BANGSAT!," bentaknya dengan menampar pipi Ara dengan kuat, tamparan itu tidak main-main bahkan meninggalkan bekas tamparan yang merah di pipi Ara. Perih tentu saja.

Setelah menampar pipi Ara, bahkan gadis yang tidak di ketahui wajahnya itu, mengisap rokok sehingga asap rokok itu yang lumayan dekat dengan Ara membuat gadis itu terbatuk-batuk.

"AKKHHH!!! udah cukup!!" pekik Ara kembali dengan lirik ketika sebatang rokok dengan disengaja mengenai luka yang belum kering bahkan luka itu sudah basah, darah mengalir membuat baju seragamnya bernoda.

"Gue udah peringatin lo jangan dekat-dekat sama Fadel, tapi lo ganjen banget ya,"

"Gue nggak pernah ganjen asal lo tahu." hardik Ara dengan menjauhkan wajahnya dari orang itu.

Dibawah lampu remang, Ara dapat melihat seperti tidak asing dengan postur tubuh wanita itu, akan tetapi siapa? Siapa yang berniat jahat kepadanya.

"Gue bisa saja bunuh lo sekarang, tapi sepertinya nyiksa lo terlebih dahulu lebih asik, gue ingin lo mohon kematian, baru dengan senang hati gue turutin." ucapnya bak psikopat. Gadis itu berjalan kembali mendekat kearah Ara dengan gontai ia mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.

Menempelkan pisau itu di pipi Ara, seolah sedang mengukir dengan indah, bahkan Ara sampai tidak bisa bernafas sekarang.

"Sepertinya wajah cantik lo ini akan lebih indah jika pisau ini menancap dengan sempurna,"

"LO GILAA!!!" bentak Ara dengan kuat, ia sungguh takut sekarang. Ia berharap sahabat-sahabatnya bahkan keluarganya akan mendapatkan dirinya.

Gadis itu tertawa dengan lantang. "YAH!! GUE GILA ITU SEMUA KARENA LO!!! LO YANG BIKIN GUE GINI, SEANDAINYA LO NGGAK SOK DEKATIN FADEL GUE NGGAK SENEKAT INI. DAN YAH, BARU LO DOANG YANG BAKAL GUE SINGKIRIN SISANYA BAKAL NGIKUT LO KE SURGA!"

Ara terdiam ketika mendengar kalimat terakhir gadis itu, tandanya bukan hanya dia yang akan merasakan ini. Lalu siapa?

"Lo nggak akan paham jadi gue,"

Mengambil lakban dan menempelkan ke mulut Ara, sehingga Ara sulit untuk mengeluarkan suaranya. memberontak namun tidak ada yang perduli.

Ara dapat melihat wanita itu berjalan keluar dengan menutup pintu dengan kuat.

Ara kembali menangis, menyapu seluruh tempat ia berada, dimana dia? bau anyir tercium membuat gadis itu ketakutan. Tempat apa ini.

"Ara disini," batinnya berharap semoga keluarga nya menemukan dirinya, ia terus menangis hingga ia tidak sadarkan diri, dengan kondisi yang jauh dari kata baik. Sebelum akhirnya gadis itu kehilangan kesadarannya.

****

"JADI SEKARANG GIMANA? INI SUDAH 24 JAM DAN ADA KABAR SAMA SEKALI!" bentak Nanda dengan marah, apa yang akan ia beritahu kepada keluarga gadis itu jika Ara belum ditemukan sampai saat ini.

Jiya memeluk Nanda memberikan ketenangan, yah mereka kini berkumpul di rumah Ara berharap gadis itu pulang , namun nihil bahkan sampai sekarang ponsel gadis itu belum juga di temukan.

Kaila melirik jam di dinding rumah kediaman Ara, "Dua belas kurang" gumamnya dengan khawatir, bahkan sekarang mereka tidak akan bisa tidur dengan nyenyak jika sahabatnya belum ditemukan.

"Kita harus beri tahu soal ini di keluarga Ara dan Azka," timpal Gifar .

Mereka terdiam, hingga bunyi telpon utama dari rumah itu berdering.

Saling pandang sebelum kemudian, Nanda berdiri, meremas ujung roknya, nafasnya terkecik, keringat dingin menghampiri gadis itu.

Tangannya bergetar kala mengambil telepon genggam.

"Halo, cill, ponsel lo kenapa nggak aktif, sepertinya ponsel lo nggak ada gunanya buang aja sono." sapa orang tersebut yang tidak lain adalah Azka- Kakak Ara.

Nanda menatap sahabat-sahabatnya, sebelum kemudian ia menarik nafas, rasanya untuk memberitahu kejadian ini sangat sulit dilakukan.

"Hmm, Kak. Ini Nanda."  ucap Nanda dengan pelan.

"Loh, Ara mana, kalian lagi nginap ya?" tanya Azka.

"Nan, bisa kasih teleponnya ke Ara gue mau ngomong."

Nanda semakin khawatir dibuatnya, "Em, kak Azka, Ara nggak ada." ucapnya.

Azka disana bingung maksud dari kata nggak ada
"Kemana Ara di jam segini? Dia udah tidur ya?" tanya Azka memastikan.

Nanda meremas ujung roknya, matanya mengarah kepada Kaila, lantas Kaila berjalan mendekati Nanda, meraih telepon genggam itu. Kini Kaila menghela nafasnya, mereka harus memberitahukan masalah ini kepada keluarga Ara.

"Kak Azka, kita mohon maaf nggak bisa jaga Ara. Kak, Ara sejak tadi pagi menghilang, kita udah nyari disetiap penjuru kampus namun nihil, ponselnya pun mati Kak."  ucap Kaila.

".......... "

Tidak ada jawaban dari sebrang sana, Kaila mengeritkan keningnya bingung. "Halo kak?"

"Kenapa nggak ngasih tahu gue sejak tadi?" tanya Azka dengan dingin, Azka marah. Adiknya menghilang dan tidak ada yang memberitahunya.

Rasanya lidah Kaila seakan keluh, menelan saliva nya gugup. "Kak, maaf, gue pikir Ara bakal balik, kita udah lapor polisi tapi belum dapat kabar."

"Shitt, gue kesana."

Setelah itu panggilan terputus secara sepihak, Kaila lagi- lagi menelan salivanya dengan susah payah.

"Kak Azka bakal ke terbang kesini." gumam Kaila dengan berbalik kearah sahabat-sahabatnya.

Tidak ada yang bisa melakukan apa-apa, sudah sejak pagi mereka belum kembali ke rumahnya. Mereka mencari keberadaan Ara namun nihil, seolah gadis itu tidak bisa dilacak. Frustasi tentu saja.

Pintu dibuka dengan kasar dari luar, seorang lelaki dengan kondisi berantakan masuk dengan darah yang mengalir bahkan warna dalam baju yang semula putih kini sudah banyak darah.

Banyak lebam di mana-mana. Sontak semuanya terkejut. Bahkan Jiya shock melihat itu.

"A--ra, belum balik?" tanya Aldy dengan lirih. Sebelum akhirnya kesadarannya hilang.

****

Jam 6 pagi, Aldy tersadar dengan menggerang kesakitan, matanya terbuka dan berapa terkejutnya ketika melihat semua orang termaksud sahabat dan keluarga Ara disini. Ia sadar bahwa semalam ia datang ke rumah Ara hanya berharap gadis itu sudah kembali.

"Lo kenapa?" tanya Nanda dengan sinis.

Aldy berusaha bangun, dibantu Yudi bersandar di kepala ranjang. "Ara"

Aldy melihat kedua orang tua gadis itu masih menangis akan putrinya yang belum kembali.

"Lo yang terakhir kali bersama adek gue kan?" tanya Azka mengintimidasi bahkan ia tidak perduli dengan kesehatan Aldy, Azka tahu Aldy masalalu adiknya.

Aldy mengangguk, "Iya bang."

Azka tersulut emosi, bahkan cowok itu hampir saja memukul Aldy namun ditahan Oky.

"Sabar bang,"

"Nggak usah ada pertengkaran, cari Ara sekarang." pinta Dermawan dengan tegas, bahkan mereka tahu pria itu sedang sangat marah mengetahui bahwa putrinya hilang entah dimana.

Mereka mengangguk tegas, Azka lelaki itu jelas terlihat emosi sekarang, ia berjanji kalau Ara sampai lecet sedikit saja ia akan menghancurkan siapa saja yang berniat mencelakai adiknya.

"Gue ikut." ucap Aldy bahkan cowok itu berusaha bangkit tidak perduli dengan rasa sakit yang ia rasakan.

"Lo mau mati?" tanya Gifar dengan sinis.

"Bacot," sarkas Aldy.

"Serah lo."

Kini mereka meninggalkan Aldy yang terdiam merenung. Tidak membuang waktu ia menyusul yang lainnya.

Kini biar para lelaki yang turun tangan mencari Ara. Sedangkan para wanita itu diam dirumah sembari menunggu kabar.

Aldy berjalan dengan langkah kecil menuruni tangga  bahkan tubuhnya sudah dibaluti dengan jaket kulit tebal didalam jaket itu terdapat pisau lipat tajam. Bahkan auranya keluar bak psikopat, luka lebam menambah pesona cowok itu.

Azka, cowok itu mengambil beberapa senjata tajam menyelipkan di saku jaket kulit tebalnya, bahkan alis cowok itu sedikit terbelah membuat siapa saja menatapnya akan jatuh dalam pesona cowok itu.

Seakan aura mereka terpancar kan kobar amarah yang sangat kuat.

Dermawan sudah memanggil polisi terhebat sebelum akhirnya mereka berpencar untuk mencari disetiap sudut kota ini.

"JANGAN PULANG SEBELUM PUTRI SAYA KEMBALI DENGAN SELAMAT!" ucap Dermawan dengan nada tinggi membuat mereka mengangguk patuh.

Gifar dan Aprian , Yudi dan Oky , Azka dan Aldy.

Para lelaki itu menaiki motor sport membela jalan kota, bahkan penampilan mereka sangat sanggar sekarang, sorot mata tajam menghunus siapa saja yang menghalangi.

"Jangan sampai adik gue lecet sedikit saja, jika itu terjadi hancurkan mereka." pinta Azka, mata cowok itu menggelap dengan emosi yang siap keluar.

Semuanya berpencar, mencari keberadaan Ara.

Aldy menelan salivanya susah, dapat ia lihat amarah Azka tidak main-main, "Bang, maafin gue." ucap Aldy dengan sesal.

Dulu ia pernah menjadi sahabat dari Azka sebelum akhirnya mereka putus pertemanan disebabkan oleh Aldy yang dengan gampang menduakan Ara.

"Ck, gue nggak butuh maaf lo, cari Ara sampai dapat." ucap Azka dengan meninggalkan Aldy.

Aldy mengepalkan tangannya, memejamkan matanya, membayangkan perkataan Azka. "Hancurkan mereka jika Ara lecet sedikit saja."

Sebelum ia menancapkan gas dengan kecepatan diatas rata-rata menyusul Azka.

Next part...
Tinggalkan jejak kalian disini, tekan bintang dan coment💕

Continue Reading

You'll Also Like

1K 707 13
Destruido adalah satu kata yang dapat menggambarkan sosok Elgatra. Destruido diambil dari bahasa Spanyol yang berarti 'Hancur'. Persis seperti hidup...
13.6K 345 10
Menceritakan seorang siswi yang bermain truth or dare, dan mau tak mau ia menerima tantangan dari para sahabatnya untuk menaklukan cowo paling dingi...
260 83 10
Zeeva Abha Beatric, seorang gadis yang mencintai laki-laki lain hanya untuk ia jadikan pelarian dari cinta pertamanya. Apakah kisah cinta Zeeva akan...
1.8K 148 12
Askara gadis miskin yang hidup sebatang kara, dan di keluarkan dari sekolah karena ekonomi keluarganya. dan berniat melamar kerja sebagai baby sitter...