I'm In Love

By pureagiest

320 15 0

Jaiz sedang jatuh cinta pada Naya. Gadis cuek nan jutek, senior kakaknya, Mahardika. Ia berusaha mengejar-nge... More

Salam Pembuka
Visualisasi
1. Awal Pertemuan
3. Keceplosan

2. Bertemu Naya

42 3 0
By pureagiest

“Lo mau ke mana?” tanya Mahardika. 

“Beli roti bakar,” jawab Jaiz, sembari memakai jaketnya. Ia sudah siap berangkat menuju lapak jualannya Bang Ruslan. Padahal ia tidak harus buru-buru karena pesannya sudah disampaikan lewat pesan singkat tadi sore.

Mahardika bersedekap. Menatapnya dari atas ke bawah. Jaiz hanya diam. Ia tahu jika kakaknya ini sedang mencurigainya. Karena sudah hampir seminggu ini tiap malam ia keluar untuk membeli roti bakar.

“Gue curiga kalau Lo itu sebenarnya bukan cuma beli roti bakar. Pasti ada udang di balik bakwan, kan?” tuduh Mahardika.

Jaiz tidak memperdulikan ucapan kakaknya ini. Ia melenggang menuju pintu keluar. Namun, belum juga sampai di sana, langkahnya dicegat bapaknya. Ia pun berhenti dan menunggu apa yang akan disampaikan Pak RT ini.

“Kamu mau beli roti bakar lagi?” tanya bapaknya.
Jaiz mengangguk.

“Ganti. Bapak bosen makan it uterus. Coba kamu lihat di kulkas masih ada sisa yang kemarin. Eh, yang tempo hari juga masih ada. Siapa yang mau makan kalau kamu beli itu terus?” protes bapaknya.

“Kasih ke anak kosan saja,” ujar Jaiz.

Satu geplakan di kepala, Jaiz terima. Siapa lagi pelakunya jika bukan Mahardika. Kakaknya itu tampak kesal dengan ucapannya. Terlihat jelas dari matanya yang menatap tajam Jaiz.

“Sudah kebanyakan duit, Lo?” Mahardika mendorong tubuh Jaiz sehingga ia bisa lewat keluar dari pintu.

“Dengerin kakak kamu. Mending duitnya kamu tabung buat benerin tuh motor. Suaranya sudah enggak enak. Joknya juga harus diganti. Gara-gara kucing tetangga yang senang banget nyakarin di sana.” Bapaknya berjalan meninggalkan Jaiz.

Mendengar ucapan bapaknya membuat Jaiz tertegun sejenak. Namun tak urung ia keluar dari rumah. Tujuannya berganti. Ia menuju kosan. Iya kosan milik keluarganya. Bangunan  lantai dua itu tepat berada di depan rumahnya.

Dari luar gerbang, Jaiz sudah melihat Mahardika sedang mengobrol dengan beberapa orang penghuni kosan. Ia melewati kakaknya itu dan terus berjalan menuju kamar di lantai satu tempat teman mabarnya berada.

Langkah kaki Jaiz terhenti di depan pintu berwarna cokelat tua. Sedikit berbeda dengan pintu lainnya kerena memakai sistem kunci sidik jari. Sebenarnya bukan kamar yang istimewa, tapi yang menempatinya merombak sendiri. Rangga meminta izin untuk mengubah kamarnya sesuai dengan keinginannya pada ibunya Jaiz, Ia juga menyewa dua kamar sekaligus.

Jaiz sampai sekarang masih tidak mengerti, kenapa orang sekaya Rangga malah ngekos di tempat seperti ini? Padahal temannya itu bisa saja menempati apartemen mewah atau sejenisnya. Bukan tinggal di daerah perkampungan.

Untuk masuk ke dalam kamar, Jaiz tidak perlu mengetuk pintu melainkan langsung memasukkan kode pada gagang pintu. Tentu saja ia dapatkan dari Rangga.

“Iz. Gue habis top up, nih,” sambut Rangga ketika Jaiz masuk. Temannya itu melambaikan tangan. Seolah memberi isyarat agar Jaiz segera mendekatinya yang sedang duduk depan komputer. “Mabarlah kita. Buruan,” ujarnya lagi.

Jaiz tidak menuruti ajakan Rangga. Ia duduk di karpet dekat tempat tidur. Kakinya ditekuk. Sementara tangannya berada di atas lutut. Tentu saja hal ini sudah berhasil membuat temannya heran.

“Kenapa lo?” tanya Rangga yang langsung mendekatinya.

“Anterin gue ke tempat bang Ruslan,” pinta Jaiz.

Rangga yang masih berdiri di depannya mengerutkan kening. “Siapa dia?” tanyanya.

Jaiz mendongak. Menatap wajah temannya penuh harap. “Penjual roti bakar yang dekat kampus lo,” jawabnya.

Rangga membulatkan mulutnya, lalu mengangguk-angguk. “Kebetulan gue juga sedang pengen roti bakar. Ayo ke sana. Tapi lo yang bawa motornya.”

Wajah Jaiz semringah. Ia pun berhigh-five dengan temannya ini. Ini yang membuat Jaiz lebih dekat dengan Rangga karena temannya ini seperti tahu isi pikirannya. Tanpa harus bertanya dulu.

Mereka berdua pun pergi ke lapak jualannya bang Ruslan dengan menaiki motornya Jaiz. Jalanan tampak berkilau diterpa lampu. Semilir angina dingin tidak menyurutkan niat Jaiz. Padahal waktu dulu ia paling malas keluar malam, apalagi selepas hujan. Selalu beralasan takut terserang virus flu.

Dan sekarang sepertinya Jaiz sudah mulai terkena virus yang lebih berbahaya. Yaitu cinta.

“Iz. Lo yang pesan. Terserah rasa apa saja,” ujar Rangga menyodorkan selembar uang pecahan seratus ribu.

Jaiz pun langsung merimanya. Lalu mendekati bang Ruslan yang sedang sibuk membuatkan pesanan pembeli. Namun, mata Jaiz menangkap kehadiran sosok yang selama ini sudah membuatnya resah.
Nayanika sedang duduk dan mengobrol dengan asisten bang Ruslan.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Akhirnya Jaiz bertemu dengan orang yang selama ini menggangu pikirannya. Tanpa menghiraukan apa pun, ia segera mendekati gadis itu.

“Kak Naya,” sapa Jaiz yang sontak membuat Nayanika mengalihkan pandangan padanya.

“Lo ….”

“Jaiz, kak,” ucap Jaiz memotong kalimat gadis di depannya. “Kakak ingat saya kan? Roti bakar kita ketuker waktu itu,” jelasnya.

“Oh iya. Gue mau ganti roti bakar lo itu,” ucap Naya.
“Bang. Tolong buatkan satu lagi yang rasa keju susu buat dia.” Naya menunjuk Jaiz yang sontak saja menolak.

“Enggak usah, kak. Waktu kemarin kan kakak sudah transfer ke saya,” tolak Jaiz.

Nayanika menatapnya sebentar, lalu mengalikan tatapannya pada bang Ruslan yang sepertinya tidak mendengar permintaannya. “Bukannya lo belum puas karena enggak diganti langsung?”

Jaiz meringis. Ia mengingat kembali isi pesan yang Nayanika kirimkan tempo hari. Ia memang sempat menolak tawaran gadis itu untuk mengganti roti bakarnya dengan uang. Sebenarnya bukan karena merasa rugi, tapi itu hanyalah alasannya saja. Agar bisa kenal dekat dengan Nayanika.

“Enggak usah, Kak Naya,” ucap Jaiz. “Saya kan sudah menerima transferan uang dari kakak. Masa mau minta diganti dengan roti bakar lagi?”

Nayanika mengendikkan bahu. Kemudian berkata, “Baiklah. Lo yang mau.”

Satu senyuman merekah di bibir Jaiz. Ia hampir lupa kalau belum memesan pada bang Ruslan. Namun karena keadaan di sini yang penuh dengan pembeli. Dan sepertinya akan sangat lama menunggu giliran, maka Jaiz pun memutuskan untuk mengurungkan niat membeli kudapan manis ini.

Toh, niat awalnya memang bukan untuk makan roti bakar. Akan tetapi untuk bertemu dengan Nayanika. Sekarang keinginannya sudah terwujud. Jadi, Jaiz tidak perlu ikut mengantri bersama pembeli yang lain.

Lalu, bagaimana dengan Rangga? Tenang. Temannya itu tidak akan marah. Jaiz hanya perlu membuat sedikit alasan. Lagipula Rangga sejak tadi duduk di jok motor, sibuk dengan ponselnya.

“Kak Naya. Nomor ponsel saya sudah kakak simpan, kan?” tanya Jaiz. “Simpan dengan nama Jaiz. Atau Jaiz anaknya pak RT. Atau boleh juga dengan nama Jaiz anaknya ibu kos,” lanjutnya.

Nayanika tampak sedikit terkejut dengan ucapan Jaiz barusan.

“Rumah saya ada di belakang kampus itu.” Jaiz menunjuk bangunan kampus Buana Angkara yang terletak tidak jauh dari tempat ini. “Ibu saya punya kos-kosan. Siapa tau ada teman Kak Naya yang sedang mencari kosan. Kami masih punya kamar kosong. Tapi ini khusus untuk cowok saja. Jadi kakak enggak bisa ngekos di sana.”

“Oh, begitu.” Nayanika singkat menanggapi penjelasan panjang lebar Jaiz.

Jaiz mengangguk. Senyumnya masih belum luntur. Malam ini tidak lagi terasa dingin karena kehadiran gadis yang sudah mencuri hatinya. Ia juga mengabaikan tatapan orang-orang yang berada di sekitarnya. Mungkin bagi Jaiz tempat ini kosong. Hanya ada dirinya dengan Nayanika.

“Gue duluan.” Nayanika berdiri. Pesanan roti bakarnya sudah selesai dibuat.

Jaiz pun ikut berdiri. Dan sebelum gadis ini pergi, ia kembali berkata, “Nanti saya boleh kirim pesan lagi, kan? Boleh telepon juga?” tanyanya. Ia melihat Nayanika tercengang.

“Mau ngapain?” tanya Nayanika.

Jaiz tersenyum. “Mau kenal lebih dekat dengan kakak. Kalau sudah kenal kan siapa tau jadi sayang.”


TBC

I'm In Love, pureagiest ©2024
All right reserve || 15 Februari 2024 || 18.11. WIB

Bagaimana ceritanya?
Jangan lupa tinggalkan jejaknya.

Salam sayang dari jauh untuk teman-teman semuanya 💙

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 132K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
907K 13K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.7M 319K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 100K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...