Rabu, pukul 10.11 AM.
Brawijaya, XII IPS 3.
"Sher" panggilan dari Jaxson mampu membuat Sherren tersentak dan menjatuhkan obat yang berada ditangannya.
Sherren melotot kaget saat obat tersebut jatuh tepat di dekat sepatu Elang, yang kini mulai mengambil obat tersebut.
tadinya Sherren ingin meminum obat miliknya karena ia mulai sedikit merasakan rasa sakit di kepalanya.
makanya saat kelas sudah sepi, Sherren langsung meminum beberapa butir obat, namun naas saat obat ketiga ingin ia minum, obat tersebut malah jatuh dan ia ketahuan oleh Jaxson dkk.
"ini obat apa?" tanya Elang mengangkat sebungkus obat di tangannya dan dapat dilihat oleh temannya yang lain.
Sherren mematung, ia tak bisa menjawab pertanyaan Elang yang kini menatapnya bertanya.
"itu obat apa Sher? kamu sakit?" tanya Arga yang mulai memegang pundak Sherren.
namun Sherren gelagapan, ia bingung harus menjawab pertanyaan Arga serta Elang seperti apa.
"i-itu cuman o-obat pusing kok" ucap Sherren gugup dan dengan cepat mengambil sebungkus obat dari tangan Elang.
"sebanyak ini?" tanya Raja di belakang nya yang sedang menunjuk beberapa bungkus obat miliknya yang lupa Sherren sembunyikan.
Jaxson, Arga, Bagas dan Cakra menghampiri Raja yang kini meneliti berbagai bungkus obat yang setau nya milik Sherren.
sedangkan Elang menatap dalam kearah Sherren yang kini menundukkan kepalanya.
"kenapa?" tanya Elang dingin.
Sherren menggelengkan kepalanya pelan, ia tak berani menatap Elang yang berdiri tepat di depannya.
"kamu nyembunyiin sesuatu hm?" tanya Elang dengan suaranya yang berat dan menurut Sherren cukup dingin.
"Lang" ucap Raja memperingati Elang agar mengendalikan emosi serta ekspresi wajah miliknya.
Elang menghembuskan nafas nya kasar, ia meremat sebungkus obat yang masih berada di tangannya dengan erat.
"kamu kenapa Sher? kamu sakit apa?" tanya Jaxson dengan membawa kedua pundak Sherren agar berbalik kearahnya.
Sherren masih enggan mengangkat kepalanya, ia terjebak karena kebodohannya sendiri yang tak bisa melihat situasi, ia linglung tak tau harus berbuat apa.
"Sherren jawab, liat kita" titah Jaxson lembut mencoba membujuk Sherren yang nampak linglung.
Sherren tetap tak bergeming, yang membuat salah satu dari mereka kelepasan mengeluarkan emosinya yang sedari tadi ia tahan.
"SHERREN!" bentakan itu keluar dari mulut Elang yang selama ini mereka kenal orang paling tenang, selain Raja.
namun kini ia dengan lantang membentak perempuan yang dicintai nya tanpa peduli apapun.
Sherren tersentak dan dengan spontan mengangkat kepalanya menatap Elang tak percaya begitupun dengan yang lainnya.
"biasa aja anjing!!" ucap Arga yang tak terima dengan bentakan Elang yang di lontarkan kepada Sherren.
"lo gak usah bentak-bentak Sherren bangsat!!" ucap Arga yang kini semakin emosi dan ingin maju menghajar Elang namun di tahan oleh Bagas dan Cakra.
"tenang Ga, Elang kelepasan gue yakin" ucap Cakra yang di setujui oleh Bagas.
sedangkan Elang, ia sadar ia kelepasan sampai membentak Sherren, namun sungguh Elang tak berniat sedikitpun membentak atau melukai hati Sherren.
tindakan Sherren tadi membuat ia mengingat masa lalunya yang mana membuat perasaan takut serta tak tenang kembali dirasakan nya hingga merambat kepada rasa panik miliknya sampai kelepasan membentak Sherren.
Sherren merasa sakit di hatinya, matanya sedikit mengembun, namun Sherren memaklumi tindakan Elang yang pasti sudah kesal akan kelakuan nya.
"m-maaf a-ak-" ucapan Sherren tertahan karena dada nya sesak serta liquid bening mulai mengalir deras dari matanya.
sungguh Sherren bukan lebay atau lemah, namun di bentak oleh orang yang sangat berharga di hidup nya membuat ia sakit hati, apalagi orang itu membentak karena dirinya sendiri, yang membuat Sherren tak sanggup menahan isakannya.
kelas sepi, karena jam istirahat ditambah guru yang sedang rapat membuat semua murid bahagia lantaran waktu istirahat akan berlangsung lama.
Jaxson dengan cepat merengkuh tubuh Sherren yang kini menangis tersedu-sedu, ia dengan lembut mengusap rambut Sherren serta menenangkan diri Sherren.
Elang yang melihatnya ikut merasakan perasaan sesak serta hatinya yang sakit kala perempuan yang ia cintai menangis karena dirinya.
dengan rahang mengetat dan kedua tangan terkepal, Elang pergi meninggalkan kelas lantaran tak sanggup melihat keadaan Sherren.
Sherren semakin menyesal, ia sebisa mungkin menenangkan dirinya sendiri, dan dengan tangan gemetar ia menjauhkan tubuhnya dari Jaxson.
setelah mengusap air matanya, Sherren menatap Jaxson, Arga, Bagas dan Cakra yang menatapnya khawatir, serta dapat Sherren lihat tatapan Raja yang datar namun tersirat kekhawatiran di dalamnya.
Sherren tersenyum sendu dan dengan pelan menghampiri Raja dengan maksud mengambil obat miliknya yang kini berada di tangan Raja, sedangkan obat yang di remat oleh Elang sudah tak ada karena sang empu membawanya.
"maaf aku gak bermaksud, tapi kalau kalian mau tau kenapa aku minum obat sebanyak ini, nanti sore kalian datang ke rumah aku, dan aku bakal kasih tau kalian, jangan lupa ajak Elang" ucap Sherren tenang setelah itu pergi meninggalkan ke-lima laki-laki itu yang kini mencerna ucapan Sherren.
Sherren berjalan menuju taman belakang yang sepi dengan air mata perlahan kembali luruh, namun dengan cepat juga ia menyekanya.
Sherren duduk tepat di bawah pohon seperti biasa, ia menatap hampa kearah depan dengan hati yang tak tenang.
"udah waktunya mereka tau" ucap Sherren lirih dan mulai menyenderkan tubuhnya ke batang pohon besar di belakang nya.
---------------------------------------------------
kini Elang duduk di kursi lusuh yang tersedia di Rooftop, ia masih membawa sebungkus obat milik Sherren di tangannya.
Elang menatap kosong benda di tangannya, sebungkus obat yang pastinya tidak ia ketahui jenis apa.
Elang memikirkan kembali reaksinya yang munurut ia sendiri sangat berlebihan, ia berpikir untuk tak seharusnya membentak Sherren.
namun jujur saja, prilaku serta sikap yang Sherren tunjukkan tadi berhasil membuat ia ingat akan seseorang di hidup nya.
saat sedang asik dengan lamunannya, Elang dikejutkan dengan tepukan kuat di pundak sebelah kanannya.
dan saat ia melihat kearah tersebut terpampang lah wajah emosi Arga yang kini menatapnya tajam.
"seenaknya lo bentak Sherren" ucap Arga dingin dan mencengkram kerah baju Elang.
"Arga... udah Ga" ucap Jaxson sembari melepaskan tangan Arga dan membawanya sedikit menjauh dari Elang.
sedangkan Elang dia hanya menatap datar Arga dan merapihkan bajunya yang sedikit berantakan.
"harusnya lo gak usah bentak Sherren Lang, dia gak pantes di bentak kayak tadi" jelas Bagas memberi pengertian kepada Elang.
Elang menghela nafasnya dan mengangguk mengerti akan ucapan Bagas.
"gue salah, gue juga kelepasan" terang Elang datar.
"gak kayak biasanya?" tanya Raja heran kala Elang tak mampu menahan kekesalan serta emosinya.
"sikap Sherren tadi ngingetin gue sama dia" ucap Elang pelan dengan tatapan sedikit menyendu.
"gue ngerti, nanti lo minta maaf sama Sherren, Sherren juga nyuruh kita kerumahnya buat ngejawab pertanyaan kita tadi" jelas Jaxson mengingat kan juga yang lain.
"kenapa gak di kelas aja?" tanya Elang heran.
"ini kayaknya penting dan gue juga rasa gak semua orang berhak tau" ucap Cakra serius.
Elang mengangguk mengerti dan kembali duduk, benda yang berada ditangannya di masukkan kedalam kantung saku nya.
sedangkan Arga menenangkan dirinya dari rasa emosi, setelah itu meminta maaf kepada Elang yang hampir ia hajar.
"sorry Lang gue emosi" ujar Arga ikut duduk di sebelah Elang dan menepuk bahunya.
"hm santai" ucap Elang singkat.
-----------------------------------------------------
"lo yakin sama rencana lo?" tanya David salah satu inti Malvolia, yang kini bertanya kepada sang ketua alias Xavier.
mereka membolos sekolah, tak memperdulikan konsekuensi yang mereka dapat lantaran keseringan bolos.
pihak sekolah tak dapat mengeluarkan mereka dari sekolah karena pengaruh mereka terhadap sekolah begitu besar.
meskipun mereka berandal dan bejat namun mereka sering mengantarkan nama sekolah untuk menjuarai beberapa perlombaan.
SMA ADITAMA, sekolah ternama dengan murid-murid nakal yang mendominasi sekolah tersebut.
sekolah yang berisi orang-orang ningrat penuh kuasa, membuat pihak sekolah tak bisa berbuat apapun lantaran uang yang membuat mereka tunduk.
Xavier dkk tengah berkumpul di markas Malvolia yang penuh dengan minuman keras serta barang-barang terlarang lainnya.
"gue yakin" balas Xavier singkat yang tengah meminum wine miliknya.
"pantes lo ter gila-gila sama tuh cewek, orang dia nya cakep kayak bidadari" ucap Farell saat tak sengaja melihat ponsel Xavier yang memperlihatkan foto cantik Sherren.
Xavier membenarkan ucapan Farell, ia tersenyum kala kenangan masa lalu melintasi pikirannya.
"setelah rencana lo berhasil, apa yang bakal lo lakuin selanjutnya?" tanya Haris dengan sebatang rokok di tangannya.
"gue bakal bawa dia sejauh mungkin, dan udah pasti gue bakal main dulu sama dia" ucap Xavier dengan fantasi liar nya.
"kalau lo udah bosen kasih ke gue, gue juga penasaran gimana rasanya" ucap Agam yang nyatanya lebih bejat dari teman-temannya yang lain.
Xavier menatap tajam Agam, dan berkata dengan dingin penuh penekanan.
"gue gak bakal bosen, dan kalau pun iya, gue gak akan ngasih ke siapapun" ucap Xavier dingin.
"terus?" tanya David penasaran.
"bakal gue kurung" ucap Xavier dengan pandangan lurus kedepan yang memperlihatkan kilasan obsesi di matanya.
"bejat anjing bejat" balas David dengan menggeleng kan kepalanya.
"ngaca bangsat" ucap Xavier sinis kepada David yang kini menyengir kuda.
"mau kapan?" tanya Agam dan ikut meminum wine.
"gue mau secepatnya, tapi cewek jalang itu belum ngirim uang yang gue mau" ucap Xavier tajam dengan tangan terkepal mengingat wajah busuk sepupu nya alias Adel.
"kalau dia lama, kenapa gak lo paksa aja ha?" tanya Farel dengan wajah tengil dan menatap Xavier yang kini menaikkan sebelah alisnya tertarik.
"lo masih punya kita, kita juga masih bisa bantuin lo"ucap Farel menyeringai.
"kalau dia masih belum ngasih uang yang lo mau, lo tinggal paksa atau enggak kita yang bakal paksa dan nyeret dia ke sini" ucap Haris yang mulai bergabung dengan percakapan.
"hm menarik" balas Xavier dengan seringai nakalnya.
"kenapa gak minta ke bokap lo?" tanya Agam heran karena Xavier merupakan anak konglomerat.
"hm? bulan ini gue udah terlalu banyak ngeluarin uang bokap cuman buat beli alkohol dan kebutuhan buat di markas" ucap Xavier saat mengingat pengeluarannya dalam sebulan.
"nyokap lo?" tanya David yang ikut heran.
"sama, uang nya gue pake buat foya-foya" ucap Xavier enteng.
"dan uang yang gue minta ke Adel, ya itung-itung buat nge ringanin beban orangtua gue lah" lanjut Xavier tak terlalu peduli.
"njir ada ada aja lo bos" balas Farel menggeleng kan kepalanya heran.
Xavier lahir dari keluarga konglomerat di kotanya, ia anak tunggal kaya raya.
kedua orang tuanya sangat menyayanginya, semua keinginan Xavier selalu mereka penuhi tanpa terkecuali.
mereka bahkan membebaskan Xavier melakukan hal apapun yang dapat membahagiakan Xavier.
ayah Xavier pemilik tambang nikel di suatu pulau, sedangkan ibunya seorang pengusaha sukses di bidang kuliner yang kini mempunyai ratusan cabang.
orang tuanya jarang di rumah, namun kedua orangtuanya masih menyempatkan pulang dan tinggal beberapa hari atau Minggu hanya untuk memanjakan serta memberi kasih sayang kepada Xavier.
karena pola asuh orang tuanya yang berlebihan dan menuju jalan yang salah, membuat sosok Xavier menjadi arogan dan angkuh, sampai Xavier mempunyai prinsip bahwa apapun yang ia mau harus ia miliki bagaimana pun caranya, termasuk memiliki Sherren.
Next?
Sherren udah ketauan, dan satu persatu masalah bakal datang.
aku sempet baca komen tentang tanda² yang Sherren alamin tuh ada yang salah atau keliru.
apalagi ada yang nebak kalau Sherren udah di bobol sama Xavier.
plis aku cuman mau ngasih tau aja, kalau bacanya dari awal pasti udah ngerti kok gimana hubungan Sherren dan Xavier, dan gak mungkin juga Sherren udah di bobol sedangkan Xavier masih berusaha buat milikin Sherren gimana pun caranya.
pokoknya setiap pertanyaan kalian bakal ada jawaban nya di beberapa Chapter mendatang, so terus baca ya hhe.
eh mau ngasih tau aja, aku udah buat akun ig, bantu follow ya nanti aku follwback.
akun nya ada di deskripsi.
janlup vote+Komen 💗
makasih 💗💗