INCOMPLETED LOVE [✓]

By redeuquinn

13.5K 1.2K 233

Meera Chopra. Putri satu-satunya Mukesh Chopra, seorang konglomerat India, kini berulah lagi. Ini tahun ke ti... More

Tugas Ringan
Dimana Meera?
Saksi Kunci
Penyergapan Anak Kucing
Gara-gara Annu
Dimana Cerita itu Bermula
Tak Semudah Itu
Selamat Hari Holi, Annand!
Sekarang
Terlalu Lelah
Ammar. Hanya Ammar
Undangan
Dress Shopping
Obrolan Ringan
Pengakuan Intensi
Permohonan Kecil
Melodi Kerinduan
Yang Tak Terlupakan
Perjalanan Yang Ditakutkan
Selamat Pagi, London
His Home
Yang Ditinggalkan
Long Time No See
Perasaan Aneh
Sebuah Keputusan
Aku Bersedia
Dia Mendatangi
First Date
Yang Tak Tersampaikan
Yang Tak Terpenuhi
Penjelasan
Bantuan
Tak Terduga
Hingga Akhir

Epilog: Cinta Yang Terlengkapi

315 36 9
By redeuquinn


***

5 Tahun kemudian.



Langkah kecil itu terburu-buru memasuki rumah besarnya dengan tas kuning kebesaran yang melompat di punggung. Setelah berada ruang tamu, si gadis kecil terhenti. Mata besar dengan iris coklat gelap, memandang lukisan terpajang di tembok sambil tersenyum lebar. Sebuah lukisan seorang pria menggendong seekor kucing diatas ayunan, hasil karya sang ibu.

"Annu! Hari pertamaku di sekolah sangat menyenangkan! Andai saja kau masih disini untuk mendengarkan ceritaku.." Wajah gadis kecil itu merengut. "Tapi tidak apa! Daddy bilang, kau akhirnya bertemu Paman Annand di surga. Kau pasti bahagia di sana.." Wajah menggemaskan itu kembali ceria. Kini tatapannya berpindah pada lukisan penggendong Annu. "I miss you, Daddy.." Bisiknya, sebelum kembali berlari masuk lebih dalam.

"Kakeeekk! Aku pulaaannggg~ Kakek! Kakek!" Dia berteriak.


"Khushi! Jangan berlari, nanti jatuh!" Seru sang ibu yang tertinggal di belakang karena harus memarkirkan mobil terlebih dahulu. Sambil menutup pintu, Meera hanya bisa menggeleng melihat putrinya yang tidak menurut. Setelah pernikahan Meera dan Ammar, keluarga kecil itu tinggal di kediaman Chopra. Sesuai kesepakatan yang dibuat Ammar dan Mukesh, sehingga Mukesh mau menerima lamaran Ammar untuk sang putri. 

Selain mengurus keluarga kecilnya, Meera juga sekarang menjadi General Manager di MC Corp. Lalu posisi Chief Executive Officer atau CEO dipegang oleh Rehan Mehta. Karena Meera dan Mukesh tau, Rehan lah yang pentas mendapat posisi itu. Sementara Mukesh Chopra yang sudah ingin pensiun, kini statusnya hanya sebagai Owner.


Khushi Raichand yang terus berlari mencari keberadaan sang Kakek akhirnya dibiarkan oleh Meera.


"Cucuku akhirnya pulang." Sambut Mukesh yang berjalan dari arah ruang makan dan langsung diserbu oleh pelukan dari Khushi. "Bagaimana hari pertamamu di sekolah?" Ia mengusak pelan rambut sang Cucu yang masih memeluk pinggangnya. Tubuh mungil itu sedikit lebih tinggi dari paha Mukesh Chopra.


Khushi mendongak, ia kembali tersenyum dan melepaskan pelukan. "Seru sekali Kakek! Banyak sekali teman dan tadi aku-" Ucapan menggebu-gebu gadis kecil berumur lima tahun itu terhenti saat melihat sosok pria di belakang sang kakek. Pria bertubuh tegap yang memakai seragam hijau upacara, tengah berdiri di sisi meja makan. Mata coklat gelap mereka yang identik bertemu.


"Kyu, Baby? Kenapa terdiam disitu? Tidak rindu ayahmu?"

Sura bariton si pria membuat senyum di bibir kecilnya mengembang.


"Daddyyyy!!" Teriak semangat si kecil membuat sang ayah langsung menyambut dengan pelukan erat, lalu menggendongnya. "Daddy akhirnya pulang! Khushi rinduuuuu sekali." Tangan kecilnya melingkar di leher Ammar yang membuat tentara itu tertawa bahagia, hingga mengecup pipi gembil sang putri.

Mukesh ikut tersenyum melihat keakraban Ayah dan Anak itu. Dibalik tugas-tugas militernya, Ammar akan selalu menyempatkan diri bersama sang putri.


"Daddy juga rinduuuuu sekali pada Khushi." Balas Ammar dengan antusias yang sama. "Padahal hanya dua hari Daddy bertugas di Goa. Tapi begitu merindukan putri kecil ini.." Ia mencubit kecil hidung Khushi.


Mendengar itu, Khushi tersenyum lebar. Ia kembali memeluk leher Ammar dan menempelkan kepalanya di dada bidang sang ayah. Membuat Ammar mengeratkan dekapan.


"Khushi.. sudah berapa kali Mommy katakan untuk mencuci tanganmu dulu setelah dari luar." Ucap Meera yang melengos ke dapur dengan wajah datar, seperti tak melihat keberadaan sang suami.


Khushi mendongak, Ammar memandang putrinya dengan tatapan bingung. "Menurutmu, Mommy kenapa?"


"Uhh, Daddy tidak peka sekali. Mommy kan selalu cemburu kalau Daddy memeluk dan menciumku duluan." Jawabnya yang membuat Ammar terbahak kalau tidak menahannya. "Turunkan aku dulu Daddy. Aku mau cuci tangan sebelum Mommy kembali mengomel.."


"Haan.. haan.." Ammar berjongkok dan menurunkan sang putri. Lagi-lagi Khushi berlari, kini menuju dapur untuk mencapai wastafel.


"Aku akan ke kamarku dulu kalau begitu.." Mukesh kembali bersuara.


"Papa, kau tidak akan makan siang bersama kami?" tanya Ammar.


"Aku sudah makan sejak tadi Ammar. Perut si tua ini jadi mudah sekali lapar sekarang.." Ia mengusap perutnya yang membucit. "Aku mau bersantai di kamar saja. Kalian makanlah bersama. Apalagi kau baru saja pulang bertugas dari luar kota, Ammar." Kata Mukesh lagi, yang akhirnya melangkah pergi.


Tak lama, Khushi kembali. Dia melepas tas gendongnya dan menaruh benda berwarna kuning itu di atas meja makan, sebelum mendudukkan diri di kursi.


"Mommy dimana, Baby?" tanya Ammar yang tak juga melihat kedatangan Meera.


"Masih di dapur. Sibuk mencuci buah. Padahal DJ bilang, buah-buahan itu sudah di cuci."


"DJ?"


"Haan.. Daijaan-ji." Jawabnya sambil menggigit besar apel merah di tangan. Ia mengunyah dan menelan dulu sebelum kembali menjawab, "Panggilan itu terlalu panjang, jadi sejak kemarin aku panggil saja DJ."


Ammar tertawa dan mengusak gemas rambut putrinya. Bukannya mendudukan diri di sebelah Khushi, Ammar malah melangkah menuju dapur. Menuju istrinya yang juga dirindukan dalam dua hari masa tugasnya.

Benar kata Khushi, di dapur Ammar melihat punggung sang istri yang sibuk mencuci buah di wastafel bersama Sayeedah. Sayeedah yang sadar akan kedatangan Ammar langsung menghentikan apapun yang ia bicarakan pada Meera. "Are, Ammar? Kau pasti sudah lapar. Maaf kami terlalu lama mengobrol." Ucap Sayeedah yang akhirnya berjalan bersama dua pelayan lain membawa mangkuk-mangkuk makanan dari meja saji di dapur, menuju ruang makan. Meninggalkan pasangan suami istri itu sendiri. 

Meera yang tak juga berbalik, disadari Ammar bahwa kini istrinya sedang marah padanya. Bukan cemburu seperti yang putri mereka katakan.


Ammar akhirnya menghampiri sang istri dan langsung memeluknya dari belakang. Yang membuat Meera terkejut. "A-ammar!" pekik Meera. Tapi Ammar hanya terkekeh dan mengecup sisi leher sang istri.


"Miss me?" tanya Ammar tanpa memperdulikan respon sebelumnya dari Meera.


"Why should I?" tanya balik Meera dengan wajah datar, tapi membiarkan Ammar memberikan kecupan-kecupan kecil di setiap inci leher dan punggungnya. Ia akhirnya mematikan keran wastafel, bermaksud melepaskan diri dari Ammar dan menuju ruangan makan. Tapi dekapan sang suami tak juga mengendor.


"Because..." Ammar malah memutar tubuh Meera untuk berhadapan dengannya. "It's an order from your Lieutenant Colonel, Madam." Tubuh Ammar menegak, memperlihatkan dengan bangga pangkat baru yang disematkan di bahu.


Meera terdiam. Ia melipat tangan di dada dengan wajah yang masih datar, bahkan terlihat kesal.


"Kau tidak senang dengan kenaikan pangkat suamimu?"


"Kau masih bertanya padaku setelah tak mengatakan bahwa kau ke Goa untuk upacara kenaikan pangkatmu, Letnan Kolonel?" Tanya ketus Meera.


Ammar berdecak dan tersenyum kecil. "Oke, I get it. Kau marah padaku karena sudah tau dari orang lain akan kenaikan pangkat ini. Aku memang tak bisa mempercayai istri Kapten Khan untuk tak bicara."


"Hei, Tuan. Jangan menyalahkan Pia. Dia terlalu sibuk mengurus bayi laki-lakinya daripada bergosip tentangmu. Harusnya kaulah yang mengatakan langsung pada istrimu ini." Ucap Meera yang masih kesal. Dia berbalik, masih enggan menatap suaminya.


Ammar tak melepas senyum saat melihat sikap sang istri. "Baiklah aku memang salah. Maafkan aku, Nyonya. Aku hanya ingin memberimu kejutan." Pria itu menempelkan kedua telapak tangannya lalu menundukkan kepala. Memohon pengampunan Meera. Tapi istrinya masih saja enggan menatapnya. "Huff. Ternyata aku memang tak bisa meluluhkan mood wanita yang sedang hamil.." Lanjut Ammar lirih, dengan senyuman miring di wajah.

Tapi Meera mendengar ucapan itu, dia berbalik dengan air muka yang berubah ceria. "Kau sudah tau??"

Senyum Ammar mengembang. Membuat Meera sadar siapa yang sudah memberitahu laki-laki itu sebelum dirinya. "Aku lupa kalau dokter kandunganku sekarang adalah sahabat baikmu.."


Ammar kembali mendekati Meera, mengambil mangkuk buah dari tangan istrinya dan menaruhnya di meja saji. "Naina tidak memberitahuku apapun. Dia hanya mengatakan untuk terus menjaga istriku dan jangan membuatnya lelah dengan semua pekerjaan di kantor, mengurus rumah juga mengurusku dan Khushi." Jawab Ammar. 

Dr. Naina Malhotra dalam beberapa tahun ini sudah menempuh pendidikan lagi dan berhasil menjadi Dokter Spesialis Kandungan. Menjadikannya Dokter kandungan pribadi Meera tanpa diketahui Ammar. Tapi nyatanya, sama seperti Pia. Dokter Naina tak bisa menahan diri untuk tidak membuka mulut.


"Jadi.. sudah berapa lama si kecil Ammar ini tumbuh?" Ammar mengelus sayang perut Meera dibalik sareenya, yang terasa sedikit membuncit sekarang. Meera ikut menaruh tangan di atas tangan Ammar. Membelainya bersama. Bersyukur atas kehadiran anggota baru mereka. "Dari hasil USG, Dokter Naina mengatakan usianya tiga minggu. Dan kau tau, kemungkinan ini akan kembar."

Raut wajah Ammar terlihat terkejut, terharu dan bahagia disaat bersamaan. Tapi tiba-tiba, wajahnya berubah masam. "Kenapa tidak memberitahuku sejak awal?" Tanyanya ketus. Tapi Meera tau, suaminya itu sedang pura-pura untuk balas dendam padanya. Seperti yang dilakukan Ammar tadi, Meera menempelkan kedua telapak tangannya lalu menundukkan kepala. Memohon pengampunan sang suami. "Baiklah aku memang salah. Maafkan aku, Tuan LetKol. Aku hanya ingin memberimu kejutan."

Ammar dan Meera tertawa, saling menempelkan dahi mereka dengan senyum yang merekah. "Thank you, Meera.. I love you." Ucap Ammar mengecup dahi sang Istri. "I love you tooLieutenant Colonel Raichand. Selamat atas kenaikan pangkatmu. Kau pantas mendapatkannya." Meera dan Ammarpun berpelukan. Saling merengkuh tubuh masing-masih dan menyalurkan kerinduan yang tak bertemu selama dua hari ini.


"Mommy! Daddy! Cepat! Aku sudah lapaarrr!" Teriak Khushi yang membuat kedua orang tuanya melepas dekapan. "Coming, Baby!" Teriak Ammar.

Meera yang akan membawa mangkuk buah, dicegah Ammar. Dia menawarkan diri untuk membawa mangkuk itu ke ruang makan, dimana Khushi berada. Meera hanya bisa tertawa melihat perhatian kecil sang suami, dan mengekor padanya.

     

"Daddy kau kan belum mendengarkan cerita hari pertamaku di taman kanak-kanak." Ucap Khushi yang melihat kedua orang tuanya menghampiri. Sayeedah yang sudah merapikan meja, undur diri dengan membawa tas Khushi untuk disimpan di kamar gadis kecil itu.


"I'm sorry, Princess.." Ammar mendudukan diri di kursi sebelah sang putri, lalu mengangkatnya dan mendudukan gadis kecil itu di pangkuan. "Kau mau bercerita sekarang atau sambil makan?"


"Aku akan cerita dulu. Mommy akan marah jika aku makan sambil bicara." Jawab Khushi yang membuat kedua orang tuanya tertawa.


"Oke.. Bolo, Beti.. Apa yang ingin kau ceritakan?"


"Daddy.. apa arti namamu?"


Ammar menatap bingung Khushi dengan pertanyaan itu. Dia kini berpikir untuk menjawabnya. "Hmm.. Daddy tidak terlalu ingat. Tapi kalau tidak salah, nenek pernah mengatakan Ammar adalah keabadian. Kenapa memangnya?'


Khushi menaikan bahu. "Tadi ibu guru menyuruh kami memperkenalkan diri dan menjelaskan jika kami tau arti nama masing-masing."


"Begitu?" Ammar menanggapi dengan antusias. "Haan! Dan ketika giliranku, semua bisa langsung menjawab arti namaku tanpa ku beritahu. Karena Khushi adalah kebahagiaan. Itu mudah sekali. Lalu aku katakan saja pada mereka, bahwa nama Khushi memiliki arti yang sama dengan arti nama Paman Annand. Dan seperti Paman Annand, Daddy dan Mommy ingin aku bisa memberi kebahagian pada semua orang. Benar, kan?" Celoteh sang Putri. Ammar dan Meera saling memandang, begitu bangga dengan penjelasan Putri mereka.

Ammar lah yang menamai putri mereka itu. 

Karena sehari sebelum Khushi lahir, Ammar bermimpi Annand memeluknya erat. Seperti merasa takut tak akan bertemu lagi. Tapi di mimpi itu pun Ammar tak bisa mengatakan apapun. Dia hanya terdiam melihat sosok Annand menghilang menjadi serpihan debu tertiup angin.

       

Pelukan hanya seperti ucapan perpisahan. Aku belum bisa meninggalkanmu jika kau belum merasakan kebahagiaan yang kau inginkan.


         

       

Apakah kebahagiaan ini yang Annand maksud karena cinta mereka telah terlengkapi dengan kehadiran seorang anak?


     

"Of course, Love.." Meera yang duduk di sisi Ammar dan mengisi piring sang suami, mengusak lembut rambut Khushi. Membuat Ammar tersadar dari lamunannya. "Terima kasih sudah memberi kami kebahagiaan dengan kehadiranmu di dunia.." Ucap Meera yang tersenyum pada gadis kecil di pangkuan Ammar.


"Mommy.." Tatapan Khushi kini berpindah pada Meera. "Lalu apa arti namamu?"


"Laut.." Jawab Meera singkat. "Mommy pernah iseng mencari tau arti nama, dan ternyata arti Meera dalam bahasa sansekerta adalah laut. Pantas saja kakek punya resort dibeberapa pantai di India. Ternyata dia memang menyukai laut, sampai menamai putrinya Meera."


"Ah, ternyata benar!" Ucap Khushi yang membuat Meera terkekeh. "Benar apanya?" tanya Meera.


"Mommy ingat Aarnav?" Tanya balik Khushi yang membuat sang ibu mengerutkan dahi. "Teman baruku tadi! Yang bersamaku menunggu dijemput olehmu, karena Mommy terlambat lima menit. Yang memakai tas biru dan ada gantungan biola kecil. Aku suka sekali gantungan itu."


"Haan.. Haan." Meera mengangguk. Akhirnya teringat seorang bocah laki-laki yang duduk di kelas bersisian dengan Khushi tadi. "Jadi namanya Aarnav? Kau baru memberitahuku nama anak laki-laki itu, Baby."


"Anak laki-laki?" sahut Ammar terkejut. Baru hari pertama putrinya di TK, dia sudah bersama seorang anak laki-laki?


"Shh!" Meera membungkam Ammar. Bukan waktunya untuk merasa cemburu pada pertemanan anak TK.


"Ya, Mommy. Namanya Aarnav. Saat dia memperkenalkan diri dan menjelaskan arti namanya, dia bicara aneh sekali. Sampai aku tidak mengerti." Khushi terhenti sebentar. "Tapi aku mengerti sekarang!"


"Kyun? Dia bicara bahasa alien?" Tembak Ammar yang membuat Meera tertawa."Stop it, Daddy! Biarkan aku cerita dulu!" Ammar pun menutup mulutnya dan mengangguk.


"Arti nama Aarnav adalah laut. Dia bilang, kalian memberiku nama Khushi karena rasa sayang kalian pada Paman Annand. Lalu, kalau dia bernama Aarnav karena sejak dulu dia mengagumi mata indah ibuku. Ternyata arti nama kalian sama!" Sahut Khushi senang. "Tapi, aku merasa aneh kapan kalian bertemu? Kau pernah bertemu dengannya, Mommy?"


Di tengah kebingungan, Meera menggeleng. Tak percaya anak berusia lima tahun bisa bicara seperti itu. Siapa namanya tadi? Aarnav? Dia tak pernah mengenal siapapun dengan nama itu. Ammar pun hanya menaikan bahu, sama cluless nya.


          

Lalu tiba-tiba, Meera teringat sebuaj mimpi. Mimpi dimana Annand mendatanginya. Dalam mimpinya itu, Annand mengatakan sesuatu yang masih ia hafal sampai sekarang.

       

       

Di kehidupan ini, Ammar akan bersama Meera.

Tapi di kehidupan selanjutnya... Annand lah yang akan bersama Meera.

     

      

       


       

Annand = Khushi

Meera = Aarnav 


          

     

Dan tas dengan gantungan biola kecil.

Apakah itu berarti ...................

      

          

          

           

           

.THE END.

          

          

          

     

***

       

< A/N >

HUWAAAA AKHIRNYA INCOMPLETED LOVE, COMPLETED!

Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk semua yang sudah terus membaca sampai akhir dan memberi feedback.

I LOVE YOU ALL❤️❤️❤️


Walaupun terkadang cerita ini bikin perasaan kalian campur aduk, tapi semoga bisa menghibur kalian.


So, I'll wrap up the story here.


    

Love you always,

      

    

-Reinn❤️






Continue Reading

You'll Also Like

69.4K 1.3K 23
(Y/N) is a short tempered girl who always talks before she thinks. She is a spunky and adventurous girl who loves going out and trying new things. Sh...
57.4K 1.5K 16
A story about a bully with a big despise towards a lonely emo kid. ... what happens when they are both paired to be camping partners later on? Read...
46.7K 7.7K 58
#1 Afrikaans 18/10/2021 #1 abuja 18/10/2021 #1 saif 18.10/2021 #2 groomsmen 18/10/2021 #5 arewa 18/10/2021 #8 kano 18/10/2021 "You haven't known me m...
2M 112K 96
Daksh singh chauhan - the crowned prince and future king of Jodhpur is a multi billionaire and the CEO of Ratore group. He is highly honored and resp...