TAKEN YOUR DADDY [TERBIT]

By ZahraAra041

870K 39.6K 2.7K

Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly A... More

01. Broken Heart!
02. YOUR DADDY!
CAST
03. Siapa yang Salah?
04. Ide Gila
06. Tinggal Bareng?!
07. Patah Hati Satu Kantor
08. Saingan Sama Tante!
09. Ada Rasa Lama?
10. Tidur Berdua?!
11. Mata-Mata Dena
12. I Want to be Your Wife
13. Simulasi Jadi Mommy
14. Serigala yang Bangun
15. Giliran Dibalas Takut!
16. Cemburu nih, ceritanya?
17. Nyaman (?)
18. Mempertanyakan Status
19. Jadian, nih?
20. Pesta Pernikahan Theo (FIRST KISS)
21. Insiden Pesta Malam
22. Penghangatan
23. Kompor
24. Terhalang Restu
25. Nge-date
26. Senjata Makan Dena
27. Alergi
28. Ngurus Bayi
29. Dilamar?!
30. Bongkar Identitas
31. Ellen Kepanasan
32. Para Pengganggu
33. Pearly vs Dena
34. Sentuhan
__-announcement-__
35. Sakit Hati Berjamaah
36. Kejutan Besar
37. Gerald
38. Mengulik Kasus
39. Pearly vs Nalika
40. Kasus yang Terbongkar
41. Hilang 1 Pengacau
42. Trauma Mereka
43. Sesal dan Dendam
44. Sebuah Kabar
45. Firasat
46. Taruhan
lamaran!
SPALL SPILL ISI NOVEL
TAKEN YOUR DADDY
JEMPUT NOVELNYA!!

05. Gue Nggak Sudi!

23K 988 49
By ZahraAra041

Di sini mereka berada, di tengah para manusia lain yang tengah menikmati makan malam mereka masing-masing. Suasana restoran sangat menenangkan walaupun ramai, dengan interior mewah dan elegan menambah kesan damai jika berada di dalamnya. Hanya saja mungkin harganya yang tidak berdamai. Sejak tadi Pearly tidak berhenti menatap layar ponselnya karena Liam terus-menerus menerus mengirimkan pesan. Acara makan malamnya harus terganggu, sudah berapa kali Gara menegur Pearly yang tidak fokus makan sejak tadi.

"Pie, kalau makan jangan sambil lihat handphone," tegur Gara.

"Iya, Om."

Pearly buru-buru menarik benda pipih tersebut di atas meja, lalu kembali menyantap makanannya.

Ting!

Sial! Liam bego ngapain sih, ngirim pesan lagi?

Atensi Gara dan Pearly pun beralih pada suara notifikasi di ponsel Pearly. "Penting sekali, ya? Kalau tidak penting lebih baik notifikasinya dimatikan."

Pearly mengangguk, lalu segera membuka isi pesan Liam yang ternyata berisi: Buruan tembak Om Gara!!

Pearly mengumpat dalam hati. Malas meladeni, lantas ia memblokir nomor lelaki itu agar tidak mengganggunya makan. Setelahnya Pearly menghela napas lalu kembali menyantap makanan yang baru dimakan setengah.

Gara yang tadinya hanya asik menyantap makanan pun akhirnya tertarik pada Pearly yang terlihat sibuk oleh ponsel. Gadis itu tampak gelisah, ia jadi khawatir kalau sejak tadi yang mengirimi Pearly pesan teks adalah orang tuanya yang menyuruh pulang.

"Pie, yang kirim pesan orang tua kamu, ya? Saya jadi tidak enak."

Pearly buru-buru menggeleng, lalu dengan lancang mengusap jemari Gara yang tergeletak begitu saja di atas meja.

"Bukan Om, itu teman Pie. Emang nggak ada otak dia kalau ngirim pesan."

Fokus Gara tidak lagi pada jawaban Pearly, melainkan pada tangan gadis itu yang berada di atas punggung tangannya selama beberapa saat sebelum akhirnya ditarik kembali.

Gara berdeham, lalu menatap Pearly yang sedang asik makan dengan sorot serius. "Pie, saya mau bicara."

"Hm, apa Om?" balasnya masih dalam keadaan mengunyah makanan.

"Saya tidak pernah tahu jika Gerald sudah menyakiti Pie. Nanti saya akan menyuruh Gerald untuk minta maaf sama Pie, kalau Pie masih kesal, Pie bisa pukul atau tendang semau Pie. Saya ikhlas karena saya juga mau memberikan pelajaran bagi Gerald."

Pearly geming mendengar tutur kata lembut itu. Ia mengulum bibir, lalu menaruh sendok dan garpu di atas piring.

"Pie udah nggak kesel lagi. Cuma kalau untuk berhubungan lagi kayaknya Pie nggak mau sama Gerald."

Pearly bisa melihat adanya raut kecewa pada wajah Gara setelah ia mengatakan hal itu barusan. Apa yang salah memang?

"Sebenarnya saya sama papa kamu sangat setuju kalau kalian menikah nantinya. Saya sangat ingin memiliki menantu seperti kamu. Karena sejak dulu, pacar Gerald itu selalu perempuan tidak benar. Jadi, saya mohon supaya kamu bisa memberi kesempatan pada Gerald."

"Tapi, Om---"

"Saya janji Gerald tidak akan berani menyakiti Pie lagi. Pie mau, ya?"

Gara tau ia egois di sini karena memaksakan dua hati yang sudah tidak saling mengasihi. Namun, di sisi lain ia juga menginginkan menantu dari keluarga yang benar untuk masa depan anaknya. Gara tidak mau jika nantinya Gerald akan mengalami kejadian buruk seperti yang ia alami dahulu. Karena perempuan tidak benar, akhirnya ia harus menanggung seluruh perbuatannya dan dikucilkan masyarakat. Gara tidak mau hal itu menimpa Gerald.

"Saya tahu saya egois di sini. Kalau Pie mau kasih Gerald kesempatan, saya janji akan turutin semua yang Pie mau."

Wajah muram Pie berubah cerah seketika. Ambil saja sisi positifnya dari kejadian ini. Dengan seperti ini maka Pearly akan menggunakan tawaran Gara untuk mendekatinya. Terserah bagaimana kedepannya, yang pasti Pearly yakin jika dengan cara seperti ini dirinya bisa semakin dekat dengan Gara. Walaupun Gara menginginkannya menjadi menantu. Tapi, masa depan tidak ada yang tahu, bukan?

"Pie?" panggil Gara, yang mana membuat Pearly akhirnya mendongak menatapnya.

"Om beneran mau kasih apa pun yang Pie minta?"

"Of course, Pie. Saya tidak akan pernah mengingkari janji saya. Memangnya Pie mau apa?"

Pearly tersenyum jahil, lalu menggeleng. "Nggak sekarang sih, mungkin nanti."

Beberapa detik setelahnya fokus Pearly tertuju pada torehan bumbu yang ada di sudut bibir Gara. Lantas ia memajukan duduknya lalu mengelap sudut bibir pria itu dengan jemarinya sendiri. Dengan nakalnya Pie sedikit menggeser jemarinya sampai menyentuh bibir Gara. Terserah jika dirinya dicap lancang, yang penting saat ini Gara terlihat tegang saat Pie mengusap bibirnya.

"Maaf Om, kalau saya lancang, hehe ...."

BUSET GOKIL!! pekik Liam di meja lain. Rupanya memang sedari tadi lelaki itu mengikuti Pearly untuk melihat apakah rencananya akan berhasil malam ini. Tak disangka ternyata kelakuan Pearly benar-benar jauh dari dugaannya.

Gara berdeham singkat, lalu kembali melanjutkan makannya dengan gerak-gerik kikuk.

Sementara itu Pearly melengok ke belakang, lalu mengedipkan sebelah matanya pada Liam.

_-00-_

Langkah lunglai lesu milik Gerald tertatih masuk ke dalam rumah. Lelah rasanya setelah latihan basket tanpa henti lalu dilanjut dengan tinju yang disediakan oleh ekstrakurikuler di sekolah. Sebelum pulang ia sempat mengantar Kalea ke rumahnya sebagai rutinitas baru.

Tak munafik Gerald kini lebih suka dengan Kalea yang peka terhadap maunya. Tidak seperti saat bersama Pearly yang tiap harinya hanya sekedar pegangan tangan---sebagai sentuhannya. Gerald sudah mendapatkan segalanya dari Kalea, ia benar-benar tidak menyesal setelah memutuskan hubungan dengan Pearly.

Setelah menaruh sepatu di rak, Gerald pun segera masuk ke dalam rumah. Ia ingin segera bermanja dengan sang ayah di dalam.

"Papaaa Gege pulang ...."

Namun, bukan pelukan hangat yang ia dapat justru tamparan keras dari Gara yang memang sudah menunggunya di depan pintu sejak beberapa waktu lalu.

Gerald mengusap pipinya yang panas, lalu menatap sang ayah yang memberikan tatapan nyalang.

"Pa? Papa tampar Gege---"

"Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk menyakiti perempuan, Gerald!"

Amarah Gara menggebu-gebu setelah tahu bahwa anaknya sudah berani menyakiti hati perempuan, yang di mana itu adalah hal yang paling dibencinya dari apa pun.

Gerald tertegun, rupanya sang ayah telah tahu jika ia putus dengan Pearly. Lalu, di manakah salahnya? Ia benar-benar sudah tidak ada rasa dengan gadis itu, apakah perasaan harus tetap dipaksakan?

"Tapi Gege beneran udah nggak ada rasa sama Lily, Pa! Apa Gege salah mutusin Lily?" balas Gerald dengan tatapan nanar.

"Apa harus dengan berciuman bersama perempuan lain di depan Pearly? Kamu bisa bicara baik-baik dengan Pearly kalau memang sudah tidak ada rasa! Bejat kamu!"

Gara kembali mengerahkan tamparan keras pada Gerald hingga pemuda itu tersungkur di lantai. Amarahnya sudah tak dapat dibendung. Ia tidak mau jika sang anak dibiarkan menjadi laki-laki bejat seperti itu. Tatapannya semakin tajam, tak peduli dengan tubuh lelah Gerald sekarang.

"Pearly itu gadis baik!! Buta mata kamu kalau kamu lebih memilih gadis murah yang kelasnya jauh di bawah Pearly!"

"Kalea bukan gadis murahan!" serang Gerald. Tak sudi jika ada yang mengatakan bahwa Kalea murahan.

Gara mendecih, lalu berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan sang anak. "Bukan murah? Sudah jelas anak itu menikung sahabatnya sendiri, lalu yang lebih parah merelakan bibirnya untuk laki-laki. Sebutan apa yang pantas jika bukan murahan?"

Gara menarik kerah seragam Gerald hingga jarak antara mereka kini sangat dekat.

"Dengar baik-baik, kalau perempuan itu saja sudah berani berciuman dengan laki-laki yang hubungannya belum jelas, lalu bagaimana jika hubungan kalian sudah lama? Kamu jangan mau dirusak dan didominasi oleh perempuan seperti itu!" bentak Gara, lalu membanting tubuh Gerald dan berdiri.

"Papa tidak mau masa lalu Papa terulang sama kamu, Gerald!"

Gerald menghentikan niat untuk membantah ketika Gara mulai mengungkit masa lalu kelamnya. Gerald kalah, ia tidak akan pernah bisa membantah Gara jika situasinya seperti ini.

"Papa tidak mau tahu, malam ini kamu harus minta maaf sama Pearly! Putuskan hubungan kamu sama perempuan murahan itu!"

Lalu setelah itu Gara memilih untuk pergi dari hadapan Gerald demi meredam emosinya sendiri. Namun, baru tiga langkah berjalan, pria itu berhenti dan menoleh ke arah sang anak yang masih tersungkur di lantai.

"Papa yakin kamu sebenarnya masih menyimpan rasa untuk Pearly. Hanya saja kamu telah terpengaruh oleh ucapan perempuan itu."

Gerald menatap nyalang sang ayah yang telah lenyap ditelan pintu. Bisa-bisanya pria itu menyuruhnya untuk meminta maaf pada Pearly, mau ditaruh mana mukanya? Sudah mana kemarin atraksi ciumannya dengan Kalea benar-benar menggambarkan bahwa ia sudah tidak ada rasa lagi dengan Pearly, lalu kini ia harus meminta maaf? Gerald membuang jauh-jauh perintah itu, terserah jika nantinya Gara akan kembali menghajarnya.

Jengah berada di sini, Gerald pun bangkit lalu pergi ke kamar untuk membersihkan diri. Niat untuk bermanja dengan sang ayah gagal malam ini dikarenakan Gara sudah mengetahui kelakuannya bersama Kalea.

Begitu sampai di kamar, Gerald melempar ranselnya sembarang arah, lalu menjatuhkan diri di atas kasur. Napasnya memburu hebat, pandangannya setia menatap sebuah bingkai foto yang menggambarkan wajah lucu Pearly dan dirinya saat mereka tour ke pantai beberapa bulan silam.

"Apa iya yang papa bilang itu benar, kalau gue sebenarnya masih ada rasa sama Lily?"

Setelahnya Gerald menggeleng, lalu bangkit dan berderap turun dari kasur. Diraihnya bingkai foto tersebut, lalu disimpan baik-baik dalam laci.

"Nggak mungkin. Jelas-jelas gue udah muak sama dia. Gue yang paham perasaan gue sendiri, dan gue tahu kalau yang gue butuhin itu Lea, bukan Lily."

Senyum Gerald mengembang tiap membayangkan Kalea. Seperti pagi tadi, gadis itu rela berdiam diri di depan gerbang sekolah hanya untuk menunggunya. Padahal waktu itu pintu gerbang hampir ditutup, tetapi Kalea tetap setia di area luar sekolah sampai dirinya datang. Mereka telat bersama, lalu menerobos pintu belakang sekolah agar bisa masuk.

Tidak seperti Pearly yang selalu mementingkan diri sendiri. Tidak mungkin kalau gadis itu rela telat hanya untuk dirinya. Yang ada, Pearly selalu menyuruhnya buru-buru tiap pagi agar tidak telat ke sekolah. Bahkan, Pearly pernah menyiraminya air saat ia masih lelap di atas kasur.

"Jelas Kalea yang lebih baik dari Lily."

_-00-_

"Tapi mereka sudah putus, Dad!"

"Dady tahu, tapi Dady rasa mereka cocok. Mungkin karena mereka masih remaja jadi mereka belum bisa mengatur emosi dalam suatu hubungan!"

"Dad, kenapa sih, Dady suka banget maksain kehendak?"

"Dady nggak maksain, cuma Dady tuh nggak enak sama Pak Gara yang sudah sangat setuju dengan hubungan mereka!"

Samar-samar Pearly mendengar adanya keributan setelah ia membuka pintu utama. Matanya memicing ke pintu kamar kedua orang tuanya, ia yakin jika suara perdebatan itu berasal dari sana. Rasa lelah setelah pulang sekolah seolah hilang begitu mendengar orang tuanya berdebar hebat. Pearly takut jika ada sesuatu yang menimpa keluarga mereka.

Perceraian.

Pearly menepis semua pikiran buruk itu. Ia trauma dengan kisah keluarga Liam, Kalea, dan Gerald yang keluarganya tidak utuh. Pearly tidak mau jika keluarganya terpecah belah seperti mereka semua. Pikiran negatif menguasai tubuh, pasalnya baru pertama kali ia mendengar adanya perdebatan di antara mereka. Dengan rasa takut dan penasaran yang kian memuncak, lantas Pearly hampiri suara tersebut. Ia tempelkan sebelah telinganya pada daun pintu untuk mendengar apa yang sedang diperdebatkan.

Tak berselang lama pintu kamar terbuka, Pearly yang menaruh seluruh beban tubuh pada pintu pun terjatuh jika Rei tidak buru-buru menangkapnya.

"Eh? Lily sejak kapan di sini?"

"Ah, anu ...." Pearly menggeleng samar dengan wajah kikuk.

"Lily takut denger kalian berdebat."

Rei dan Carline saling pandang, lalu tertawa bersama seolah tak terjadi apa-apa. sementara itu Pearly justru semakin bingung, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kok Mommy sama Dady malah ketawa? Bukannya kalian lagi berantem?"

Dengan lembut Carline menjawab. "Kita nggak berantem karena masalah keluarga kita, Sayang."

"Terus?"

"Dady mau hubungan kamu sama Gerald kembali pulih."

"WHAT?!"

Pearly menggeleng kuat lalu berlari terbirit-birit ke dalam kamar sembari menjerit.

"LILY MENDING NGGAK NIKAH KALAU HARUS BERJODOH SAMA GERALD!!!"

Ia kira ucapan Gara sewaktu di restoran yang menginginkannya menjadi menantu hanyalah keinginan belaka yang tidak perlu repot-repot dituruti. Tapi, jika sang ayah kandungnya yang sudah bersabda, dirinya bisa apa selain menghindar?!

Apakah ia harus memberitahu kejadian di pesta Kalea agar mereka turut membenci Gerald?

_-00-_



HAYOO, kira kira mereka beneran dijodohin nggak, ya? Terus gimana nasib Pearly yang mau deketin Gara kalau gitu?

SPAM NEXT KALAU MAU LANJUT

Continue Reading

You'll Also Like

737K 52.3K 35
မထင်မှတ်ပဲ လူပျိုပေါက်လေးက ကလေးလေးတစ်ယောက် ကောက်ရတဲ့အခါ။ ထိုကလေးလေးအပေါ် ညီအရင်းလို စိတ်မျိုးကနေ ဘယ်လိုများပြောင်းလဲသွားမလဲ။ ဘယ်လောက်ထိ အချစ်တွေ ပိုန...
1.1M 32.6K 51
☆ Evanescent; soon passing out of sight, memory, or existence. ___ ♡ a story in which her father slowly fades away and...
2M 126K 85
[PRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] __ BELUM DIREVISI Highest Rank 🥇 #1 teenfiction (09/04/22) #1 garis takdir (17/04/22) #1 romance (17/06/22) #...
502K 21.8K 35
🔹Unicode🔹 အသက်26နှစ်နဲ့မလိုက်အောင် မာကျောခက်ထန်တဲ့လုပ်ငန်းရှင်သူဌေးတစ်ယောက်က 15နှစ်အရွယ်9တန်းကျောင်းသားလေးကို အမှတ်မထင်တွေ့ဆုံမှုကနေ ချစ်မိသွားတဲ့အ...