Cerita Anggara 3: Semesta Ber...

By Ilmira_24

1.1K 138 21

Ini adalah sekuel dari "Cerita Anggara2: Semesta di Bentala" "Seseorang tidak akan mengerti bagaimana sakitny... More

Prakata + Prolog
Cerita Anggara; SB || 1
Cerita Anggara; SB || 3
Cerita Anggara; SB || 4
Cerita Anggara; SB || 05

Cerita Anggara; SB || 2

139 22 3
By Ilmira_24

Seseorang tidak akan mengerti bagaimana sakitnya, sebelum dia merasakannya sendiri!
~Bintang Samudra~


💫💫💫

"Pulang yuk, Bi. Ini udah malam banget," tutur Arutala mengajak Bintang pulang.

"Mmmm..." Bintang diam sejenak, tampak gelisah. Dari raut wajahnya tampak jelas jika ia kebingungan.

Alis Arutala terangkat sebelah, "Kenapa, Bi?" tanyanya keheranan.

"A-ada yang mau gue omongin sama lo, Ru." Akhirnya Bintang memberanikan diri untuk bicara.

Arutala mengukir senyum, "Apa?" tanyanya masih dengan senyum yang sama.

"Gu-gue_" Bintang kembali diam, tampak begitu gugup.

"Gue apa, Bi?" tanya Arutala dengan dua alisnya yang terangkat, tampak tidak sabar ingin mendengarkan perkataan Bintang. Setidaknya dengan begitu, ia bisa cepat pulang.

"Gue_" Lagi, Bintang terlalu takut untuk menuturkan isi pikirannya.

"Gapapa, Bi. Seenggaknya lo udah usaha. Runa bisa terima atau enggak, itu risiko yang harus lo tanggung!" batin Bintang berusaha meyakinkan dirinya.

"Gue suka sama lo, Ru. Bukan sebagai Arunala, tapi sebagai Arutala. Perasaan ini muncul waktu pertama kali kita ketemu di dalam mobil," ucap Bintang cepat dan lantang.

Arutala diam, otaknya masih mencerna maksud dari perkataan Bintang. Setelah sepenuhnya tangkap, ia berdiri, memundurkan sedikit badannya. Menunduk sebentar guna melihat jam yang menempel di tangannya. Sudah terlalu larut. Kemudian gadis itu melirik sekeliling, tampak sepi, hanya ada mereka berdua.

Pikirannya pun mulai kacau!

Tentu saja hal itu dikarenakan ucapan Bintang barusan. Ia tidak menyangka jika Bintang akan berbicara seperti itu. Padahal ia sendiri sudah menganggap Bintang sebagai kakak kandungnya sendiri.

Bintang yang melihat ekspresi takut dari wajah Arutala, pun ikut berdiri. "Ru, jangan takut. Gue gak sebrengsek itu," ucapnya mencoba meyakinkan Arutala.

"Perasaan lo salah, Bi!" tegas Arutala tak ingin dibantah. Ia menatap Bintang dengan kening berkerut, seakan menunjukkan jika ia tidak menyukai situasi ini.

Bintang tertawa kecil, "Kenapa kalian semua salahin gue? Gue cuma manusia biasa yang gak bisa ngendaliin hati gue buat jatuh ke siapa. Tapi kenapa kalian bertingkah seolah-seolah jatuh cinta sama lo itu sebuah kesalahan? Kenapa?" ucapnya yang mulai disulut emosi.

"Kenapa orang-orang cuma mikirin perasaan Bentala? Kenapa gak ada yang mikirin perasaan gue?" lanjutnya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Sadar, Bi! Bentala yang lo omongin itu adalah orang yang nyelamatin lo 19 tahun yang lalu!" tukas Arutala tak habis pikir dengan isi pikiran Bintang.

"Lo bilang gak ada yang mikirin perasaan lo?" Arutala tertawa kecil. "19 tahun yang lalu, Rama bahkan masih mikirin lo di detik-detik terakhir hidupnya!" lanjutnya meninggikan suaranya. Tampak jelas jika gadis itu juga mulai disulut emosi, ia sungguh tak terima dengan ucapan Bintang tadi.

"TAPI GUE GAK MINTA, RU! GUE GAK PERNAH MINTA DIA, BUAT DONORIN HATINYA BUAT GUE!" tegas Bintang penuh tekanan.

"SEANDAINYA WAKTU ITU RAMA GAK DONORIN HATINYA BUAT GUE, GUE GAK AKAN TERSIKSA DENGAN PERASAAN GUE YANG LAGI-LAGI JATUH CIN_"

Bughh!

Serangan mendadak seorang pria layangkan kepada Bintang, hingga membuat laki-laki bernama Bintang itu tak dapat menyelesaikan ucapnya.

"Abang?" tutur Arutala bergumam pelan, raut wajahnya menunjukkan jika ia ketakutan. Ia bisa menebak apa yang akan terjadi setelah ini melalui ekspresi Anggara.

Ternyata, tanpa Arutala dan Bintang sadari, Anggara sengaja mengikuti ke mana mereka pergi. Anggara sudah mulai curiga saat Bintang yang tiba-tiba saja mengajak Arutala keluar, karena ia pikir Bintang tak punya kepentingan dengan Arutala.

Kini laki-laki bernama Anggara itu mulai mendekati Bintang yang tersungkur di lantai akibat ulahnya tadi. Kemudian ia memegang kerah baju Bintang, menariknya, lalu melayangkan tatapan tajam penuh amarah pada Bintang.

"Gue udah minta sama lo buat jangan bikin gue kecewa, Bi!" tegas laki-laki itu.

Dengan posisi setengah terbaring dan Anggara yang menarik kerah bajunya, Bintang berusaha bangun. Namun, belum sempat ia melepaskan tangan Anggara, Anggara sudah lebih dulu menarik kuat kerah bajunya ke atas agar ia berdiri.

Setelahnya, Anggara kembali melayangkan pukulan pada Bintang, membuat laki-laki bernama Bintang itu kembali tersungkur untuk yang kedua kalinya.

"Abang, udah, Bang!" Arutala mencoba menghentikan tindakan kakaknya.

Sedangkan Bintang, ia kembali berdiri. "Salah gue apa, Ga? Gue cuma jatuh cinta, Ga. Salahnya di mana?" tanya Bintang dengan air mata yang terus mengalir sejak tadi.

Anggara kembali mendekat, kemudian mengarahkan telunjuknya ke bagian dada Bintang. "Perasaan lo itu salah, Bi! Umur Arutala bahkan jauh di bawah lo! Harusnya lo sadar akan hal itu, Bi!" ujarnya menjawab pertanyaan Bintang tadi.

"Bahkan dulu gue sama Runa seumuran, Ga. Tapi apa? Tetap Rama pemenangnya!" balas Bintang tak terima dengan penjelasan Anggara.

Bintang kemudian mengarahkan telunjuk jarinya ke dirinya sendiri. "Gue iri, Ga. Gue iri sama Rama yang selalu dapat perhatian dari kalian. Gue iri sama Rama yang berhasil dapat balasan cinta dari Runa. Gue iri sama Rama yang berhasil dapat tubuh Runa, bahkan sebelum mereka menik_"

Pakkk

Satu tamparan Arutala layangkan ke pipi Bintang. Ia sungguh tak percaya jika Bintang akan mengatakan hal yang berkaitan dengan insiden itu. Hatinya sakit, sakit karena merasa jika ucapan Bintang itu adalah sebuah penghinaan baginya.

Sedangkan Anggara, laki-laki itu mencengkeram kuat tangannya di bawah sana. Napasnya memburu, rahangnya tampak mengeras, tatapannya berkilat, pertanda jika emosi mulai menguasainya.

"Kenapa? Lo gak terima?" tanya Bintang terkekeh kecil menatap Arutala.

"Bintang Samudra!" Anggara semakin menekan cengkeraman tangannya, hingga membuat kuku ibu jarinya melukai tangannya sendiri.

"Gak seharusnya lo bahas tentang insiden itu, bangsat!" lanjutnya dengan napas yang kian memburu.

Bintang yang berdiri tak jauh dari Anggara, pun mulai sadar jika omongannya tadi itu sangat keterlaluan. Tapi, apa boleh buat, ia sendiri pun sudah tidak bisa menarik kembali ucapannya.

"Gue tau lo suka sama adek gue, Bi. Tapi gak gini caranya bangsat!" Anggara semakin menyorot tajam mata Bintang. Sial! Dia sudah dikuasai oleh emosinya sendiri.

"Ga, gue cuma_"

"Pergi yang jauh!" potong Anggara sembari menunjuk ke sembarang arah. "Dan jangan pernah kembali ke kehidupan gue, adek gue, dan juga_" Anggara menghentikan ucapannya.

"Bagas!" sambung Anggara jauh lebih tegas.

Entah sadar atau tidak, sengaja atau tidak, Anggara berhasil mengikis jarak antara dirinya dengan sahabatnya, Bintang Samudra.

"Gara..." Bintang sendiri tak tahu ingin mengatakan apa lagi sebagai pembelaan.

"Gue gak sengaja, gue cuma kebawa emosi," tuturnya penuh sesal. Matanya berbinar, seolah meminta belas kasih dari Anggara.

Sedangkan Anggara, ia kembali mengangkat tangannya, mengarahkan telunjuknya ke sembarang arah. "Pergi, Bi!" tegasnya tak terbantahkan.

Hubungan persahabatan yang selama hampir 40 tahun lamanya terjalin, kini berada di jurang kehancuran akibat kejujuran Bintang yang sejak awal seharunya tidak ia keluarkan.

"GUE BILANG PERGI, BINTANG SAMUDRA!" Sekali lagi, jauh lebih lantang dari sebelumnya.

Bintang menunduk, ia tahu, sangat tahu bahwa sekalipun ia berlutut di kaki Anggara, Anggara tidak akan berubah pikiran. Situasi sekarang sangat tidak memungkinkan untuk dirinya kembali membela diri. Bahkan kedepannya pun, ia tidak yakin akan bisa mengutarakan pembelaannya.

Perlahan, Bintang mulai mundur, sedangkan matanya terus mengarah ke bawah, tak berani menengadah untuk melihat Anggara ataupun Arutala. Hingga akhirnya, ia memutar badan, dan memilih pergi meninggalkan Arutala dan Anggara dengan keheningan, air mata, dan pastinya emosi yang masih tersisa.


💫💫💫

Bintang menepikan mobilnya di pinggiran jalan. Sunyi. Tak ada satupun mobil yang lalu lalang.

"Bodoh!" umpatnya pada diri sendiri.

Ia sungguh menyesali apa yang baru saja terjadi antara dirinya dengan Anggara. Namun, apa boleh buat, ia tak bisa mengubah hal yang sudah terlanjur terjadi. Kini yang tersisa tinggallah penyesalan yang entah kapan berakhirnya.

Bintang menunduk, menyembunyikan wajahnya di setir mobil yang ia pegang. Beberapa kali, ia memukul-mukul tubuhnya sendiri.

"Kenapa? Kenapa lo gak mau terima perasaan gue terhadap adek lo, Ga? Kenapa lo gak mau terima alasan gue?" ujar Bintang meluapkan segala emosinya dalam kesunyian malam gelap ini.

"Di sini, yang sakit itu gue, Ga. Bukan lo! Yang ngerasain penderitaannya itu gue, bukan lo!" lanjutnya semakin tak kuasa menahan tangisannya.

"Lo gak akan ngerti, karna lo bukan gue, Ga!" imbuhnya sekali lagi.

"Soal omongan gue tadi yang lancang, gue minta maaf. Gue benar-benar gak sengaja." Namun, penyesalan pun enggan pergi.

Entah bagaimana ia akan menjalani hidup ke depannya. Ia bahkan dilarang menemui Bagaskara, anak remaja yang sudah dianggapnya sebagai anak kandung sendiri, anak remaja yang selama belasan tahun diasuh olehnya, anak remaja yang begitu ia sayang melebihi dirinya sendiri.

"Maafin ayah, Gas. Maaf karna ulah ayah kita jadi gak bisa ketemu."


💫💫💫

TBC

Hargai penulis dengan memberikan 1 vote dan 1 komen mu!

Continue Reading

You'll Also Like

464K 23.8K 72
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
8.9M 949K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
364K 12.8K 27
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5M 284K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...