I WANT YOU (END)

By SriNNingsih

1.8M 140K 1.9K

Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak d... More

PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
EPILOG
Persiapan untukmu, Ace!
Hello

42

14.8K 1.2K 28
By SriNNingsih

Update lagi soalnya Followersku genap jadi 100

Terimakasih untuk setiap dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan padaku!!

HAPPY READING SAJA 😘😘

Thalia sibuk mempersiapkan diri, ia berencana untuk jalan-jalan ke pusat kota Renegades bersama dengan Ace. Ia mematut dirinya di depan cermin, setelan santai dan ringan berwarna tosca, ditambah tas selempang mini serut yang bertenger di bahu kirinya--sudah pasti buatan tangan Madam Jasmine berdasarkan desain Thalia. Dandanan tipis natural dan ia lebih memilih mengikat rambutnya menjadi satu di belakang atau di kuncir kuda.

Senyuman manis mengembang di bibirnya, setelah ia rasa dandanan serta outiftnya pas akhirnya Thalia beranjak ke tempat dimana Ace sudah mengunggunya. Bibirnya bersenandung, ekspresi wajahnya sangat kentara kalau Thalia sangat semangat.

Saat menuruni tangga menuju ke ruang tamu istana, Thalia melihat Sofia sudah berdiri di depan Ace. Sofia berbicara dengan gestur tubuh seperti meminta pertolongan atau meminta izin. Thalia mendengus kesal, tapi ia berusaha tenang karena ia tahu watak Ace seperti yang di ceritakan dalam Novel.

Ace mengalihkan pandangannya kepada Thalia yang muncul di depannya, ia terpaku melihat kecantikan Thalia menguar. Meskipun gadis itu memakai pakaian simpel tapi aura Thalia memang tidak main-main, barang murah pun akan menjadi mahal jika dia yang memakainya. Sofia menatap tak suka pada Thalia, ia menganggap Ace terlalu berlebihan menilai wanita yang kini berdiri di depannya itu.

Sofia memindai dari ujung kepala hingga kaki, semua pernak-pernik serta model pakaian yang Thalia pakai tidak pernah Sofia temui di butik manapun. Ia baru pertama kali melihat pakaian sesimpel dan seringan itu. Dalam hati ia menginginkan pakaian yang sama persis dengan Thalia.

"Salam Putri Sofia, semoga dewi keabadian selalu memberkahimu!" Sahut Thalia ketika sampai di tempat Ace dan Sofia berada.

"Salam Nona Zeyrav," Jawab Sofia dengan senyuman yang di paksakan karena ada Ace di depannya. Ia berusaha untuk terlihat lebih baik dan lebih anggun lagi.

"Kau sudah siap? Maaf aku terlambat dan membuatmu menunggu," Sahut Thalia pada Ace yang sedari tadi menatapnya tanpa terputus sedikit pun.

Ace menggelengkan kepalanya "Aku belum lama, tenang saja!" Jawab Ace "Kau sangat cantik Tha!" Sambungnya membuat Thalia merona dan Sofia menatap Ace sendu karena tak terima Ace lebih memandang Thalia daripada dirinya.

"Terimakasih. Kau juga sangat tampan Ace. Aku suka style yang kau pakai ini. Lain kali aku akan mendesain lebih banyak lagi baju-baju keren untukmu," Ujar Thalia senang.

"Tentu! Dan aku akan membelinya serta membantumu memasarkannya," Jawab Ace.

"Terimakasih," Thalia tersenyum menanggapinya.

"Tunggu! Jadi baju yang di pakai Kak Ace ini buatan Nona Zeyrav?" Tanya Sofia tak percaya, ia memang terpesona pada Ace, karena setelan yang Ace pakai tidak pernah ia temui di butik manapun. Sofia menyukai fashion dan suka berbelanja gaun.

Thalia tersenyum "Jika Nona Sofia tertarik dengan senang hati saya akan melayani Nona Sofia di butik tempat saya berjualan baju,"

Sofia membelalakan matanya "Nona Zeyrav berjualan gaun?" Tanya Sofia sontak Thalia mengangguk sebagai jawaban.

Sofia merasa tertampar karena Thalia mampu membuat dan mendesain baju hingga membuat Ace terlihat sempurna. Ia merasa tidak akan menang jika bersaing dengan wanita di depannya itu.

"Ayo kita berangkat!" Ajak Ace.

"Ayo!" Jawab Thalia "Kami permisi dulu Putri Sofia," Pamit Thalia pada Sofia.

Sofia hanya menatap punggung kedua pasangan itu yang kian menjauh dengan tatapan kesal. Bukan Sofia namanya jika tidak mempunyai ide licik, ia memutuskan untuk membuntuti Thalia dan Ace. Ia berharap bisa berjalan berdua dengan Ace nantinya.

***___***

"Ayo naik! Aku bantu!" Ace meraih pinggang ramping Thalia. Ia membantu Thalia naik ke atas kuda--Thalia terkikik dalam hati, beruntung ia membawa beberapa gaun dengan model rocela (Rok Celana).

Ace pun ikut naik di kuda yang sama. Dada bidang Ace langsung bersentuhan dengan punggung Thalia, rasa hangat menyambut keduanya. Thalia terdiam, ia mendadak gugup karena posisinya sekarang memanglah terlalu dekat. Apalagi ia dapat merasakan hembusan nafas Ace kala pria itu mulai mengendalikan pelana kuda. Kedua tangan kekar Ace seperti memeluk tubuh ramping Thalia. Canggung itulah yang Thalia rasakan, tapi ia sangat menikmatinya, Thalia merasa nyaman berada di dekat Ace.

"Kenapa tidak membawa dua kuda saja?" Tanya Thalia memecah keheningan. Ia tak sanggup jika hanya berdiam diri karena canggung.

Dengan beraninya Ace menyandarkan kepalanya di bahu Thalia "Satu saja agar aku bisa mendekat seperti ini padamu," Jawab Ace membuat Thalia makin beringsut.

Tentu Ace merasa senang karena bisa berkuda berdua dengan Thalia. Ia dapat melihat leher jenjang Thalia karena rambut Thalia yang terikat seperti ekor kuda dan rambutnya tergerai ke depan menutupi bahu kanannya.

Ace berusaha mati-matian untuk tidak bertindak brutal pada Thalia. Harum bunga mawar yang menguar dari tubuh Thalia membuatnya candu dan merasa nyaman.

Keramaian warga pusat kota membuat Thalia kagum, pasar disini sudah memiliki rukonya masing-masing yang kebanyakan dari mereka ialah rumah tempat tinggal milik sendiri. Berbeda dengan pasar di kerajaan Orthello yang masih memakai tenda atau stand permanen berjejer rapi layaknya pasar tradisional. Adapun ruko yang dapat di hitung jumlahnya karena mereka yang memilikinya kebanyakan menjadi pedagang besar atau setara dengan agen kalau di dunia Thalia.

Kedua netra emasnya masih memandang sekelilingnya, para warga disini hampir memakai baju atau gaun yang hampir setara. Tidak mencolok antara bangsawan maupun rakyat. Sistem Kerajaan Renegades memang tidak main-main dalam mengelola perekonomian serta mengatur rakyat di wilayahnya. Setiap ada yang bermain di belakang hukum kerajaan pasti akan berlaku saat di jatuhkan, hukumannya tidak main-main yaitu hukuman mati bagi pelaku dan memiskinkan keluarga yang di tinggalkan.

Mereka berjalan beriringan layaknya pasangan kekasih yang sedang berkencan, gengaman tangan masih terus setia tak pernah terlepas. Thalia terkadang merasa kebas karena gengaman Ace menurutnya cukup erat. Semenjak kejadian semalam waktu Ace membentaknya, sikapnya sekarang pun menjadi ikut berubah.

Ace bersikap lebih lembut, lebih perhatian dan sedikit agak protektif. Wanita mana yang tidak baper kalau di perlakukan seperti itu--Thalia tidak akan menyangkal maupun menolak lagi, ia yakin untuk menerima dan mengakui kalau hatinya sudah terukir nama Ace di sana.

"Mau mencoba makanan yang mana lagi?" Tanya Ace yang berhenti kemudian menawarkan pada Thalia.

Ada 3 ruko di depan mereka 2 ruko penjual kue dan roti, satu ruko penjual makanan. Sepanjang perjalanan Thalia sudah mencicipi kue dan roti, ia ingin mencoba makanan khas Kerajaan Renegades.

"Apa kau sudah kenyang Ace?" tanya Thalia, tak heran ia mengajak Ace terus mengunyah sepanjang jalan. Meskipun porsi Thalia lah yang lebih banyak, Ace hanya sekedar mencicipi.

Ace menggelengkan kepala "Belum, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa kau tidak kenyang sedari tadi kau terus memakan kue dan roti?"

Thalia tertawa "Tidak, kue dan roti tidak membuatku kenyang. Mereka hanya mengganjal dalam waktu sepersekian menit saja," Jawabnya enteng.

Ace hanya menggelengkan kepala melihat porsi makan Thalia "Apa kau di sana juga begitu? Porsi makananmu sebanyak itu?" Tanya Ace tiba-tiba membuat tawa Thalia berhenti.

Gadis itu sejenak berpikir "Mungkin iya, porsi makanku sebanyak itu. Hanya saja yang aku makan sebanding dengan kegiatanku sehari-hari, jadi apa yang aku makan akan segera menghilang karena aku terus bergerak membakar kalori," Jawab Thalia.

"Aku hidup di sana sebagai dokter terutama dokter kandungan. Jam terbangku juga tinggi. Di sela-sela rutinitasku, aku membuat jadwal untuk workout dengan belatih bela diri," tambahnya lagi.

Ace mengangguk "Maka dari itu kau terkesan sangat mahir berkelahi,"

Thalia menyetujui perkataan Ace "Aku hidup sendiri di duniaku Ace. Tidak ada keluarga--lebih tepatnya jauh dari keluarga, teman pun hanya satu, aku juga tidak punya teman lelaki apalagi yang sedekat ini denganmu," Ujar Thalia "Hidupku sangat monoton," Sambungnya singkat.

Mendengar kata lelaki dari mulut Thalia membuat Ace mendengus kesal.

Thalia menyadari perubahan Ace "Kenapa?"

"Sepertinya akan sangat sulit buatku untuk melindungimu dari lelaki-lelaki asing yang berniat mendekatimu disana," Jawab Ace 'Dan kau pasti akan memilih kembali ke dunia tempatmu berasal Tha' tambahnya dalam hati.

Thalia terperangah "Kenapa begitu? Jangan mengkhawatirkan hal-hal tak penting. Aku ada disini bersamamu Ace, kau pasti sudah tahu kemana hatiku berlabuh," Sela Thalia.

Ace menggelengkan kepalanya "Tidak, kau belum mengakui perasaanmu padaku!" Bantah Ace membuat Thalia membeku karena kemakan omongannya sendiri.

"Memang harus di utarakan ya? Aku rasa tindakan yang aku lakukan padamu sudah jelas," Thalia berusaha mengalihkan topik.

"Aku belum mendengarnya," Tuntut Ace yang menarik kedua bahu Thalia agar gadis itu menatap netra merahnya.

Malu, sudah pasti. Thalia merasa terpojok, lidahnya tiba-tiba kelu. Ingin ia mengutarakan tapi nyatanya itu sulit. Ia lebih memilih suka beradu mulut dengan pasien tipe ngeyel.

Thalia menarik nafas "Aku mencintaimu Ace,"

Tangan Ace menangkup wajah Thalia "Ayo kita menikah!" Ajaknya tanpa ada rasa gugup sekalipun.

Thalia mendengus kesal "Kau ini, mengajakku menikah kayak orang ngajak liburan saja, Ace!" Ace terkekeh melihat wajah Thalia yang cemberut karena kesal.

"Aku menunggu Tha!" Kata Ace, netra merahnya menatap Thalia menuntut.

"Iya, ayo nikah!" Jawab Thalia "Ajakanmu itu kayak orang mau nikah sekarang aja!" Cetus Thalia membuat senyuman Ace bertambah lebar.

"Ayo ke Altar sekarang! Kita nikah hari ini!" Seru Ace menarik tangan Thalia.

"Heh Tunggu! Nanti sepulang dari Renegades, Ace! Bercanda aku! Waduh!" Jawab Thalia ribut. Ace tertawa begitu lepas.

***___***

"Bagaimana kamu ini? Tidak melihatkah matamu kalau kudaku lewat!" Bentak Sofia pada wanita hamil yang jatuh tersungkur di depannya. Wanita tersebut tak sengaja tersenggol kuda milik Sofia yang lewat-Sofia baru bisa mengendalikan kuda memaksa untuk membawa kuda sendiri demi mengikuti Ace dan Thalia pergi, tapi di tengah perjalanan ia kehilangan mereka berdua.

"Nona jangan keterlaluan ya! Nona yang mengendalikan kudanya tidak beraturan. Bukannya menolong malah membentak!" Ujar Gadis muda yang berdiri di sebelah wanita hamil itu.

Ibu hamil terlihat pucat karena ia menahan sakit pada area perutnya yang tiba-tiba datang "Tolong! Sakit!" Rintihnya sambil memegangi perutnya.

Gadis itu panik, ia meminta tolong orang-orang yang berkerumun tetapi tak ada yang mau membantu karena takut.

"Nona jangan diam saja! Bantu sini!" Sahut Gadis itu dengan nada tinggi membuat Sofia sedikit terkejut.

Sofia menggelengkan kepalanya "Aku tidak mau! Bukan salahku kan? Dia yang tidak melihat-lihat kalau jalan!"

Gadis itu panik "Tolong siapapun tolong kami!" Teriaknya.

Ace dan Thalia yang sedari tadi sibuk dengan dunianya sendiri, akhirnya melihat ada keributan dan tertarik untuk melihat apa yang terjadi.

"Ada apa ini?" Tanya Ace yang datang memecah kerumunan, Thalia muncul dari belakang tubuh Ace.

"Tuan, tolong Nyonya! Tadi beliau jatuh karena tersenggol kuda yang larinya tak beraturan," Pinta gadis itu.

Kedua netra emas membola sempurna melihat Ibu Hamil yang sudah pucat, meringis menahan sakit. Ia lekas mendekat dan memeriksa sekilas kondisi sang ibu. Wajahnya pucat, perut teraba keras karena kontraksi, di sela-sela kakinya terdapat jejak darah mengalir berwarna merah agak gelap.

"Apakah tersenggol dan terjatuhnya cukup keras?" Tanya Thalia yang sudah berjongkok memeriksa sepintas nadi di pergelangan ibunya.

"Iya Nona!" Jawab gadis itu dengan nada penuh kepanikan.

'Semoga bukan APB (Ante Partum Bleeding) karena Solusio Plasenta,' Thalia membatin.

"Aku Nathalia Zeyrav akan mengantar Ibu ke RS terdekat. Tolong kalian yang ada kereta izinkan aku meminjamnya! SEGERA!" Pinta Thalia membuat semua orang terkejut.

"Nona, mari bersama saya!" Ujar Pria Tua kemudian segera ia mengambil keretanya yang terparkir tepat di sebelah kerumunan.

Thalia mengangguk "Kau bantu aku menaikkan ibu ke kereta!" Sahut Thalia pada gadis yang sedari tadi terpaku melihat Thalia.

"Ace bantu mengangkat di bagian kaki!" Ace mengangguk dan segera membantu.

Setelah menaikkan Ibu Hamil ke kereta dengan membopongnya 3 orang bersama-sama, gadis yang sudah menemani si ibu sejak awal di pinta Thalia untuk naik ke dalam kereta guna menemani sang Ibu. Thalia akan menyusul dengan berkuda bersama Ace--pria bernetra merah sigap mengambil kudanya.

"Jelaskan padaku apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Thalia dengan nada tegasnya, membuat semua orang sedikit bergidik mendengarnya.

"Ibu hamil tadi tidak sengaja tertabrak kuda milik Nona itu! Dan Nona itu tidak mau membantu membawanya ke RS," Jawab salah satu wanita paruh baya yang ada di kerumunan itu.

Thalia menoleh mengikuti arah yang di tunjukkan wanita itu. Kedua netra emasnya membelalak "Putri Sofia!"

Sofia mendadak menundukkan kepalanya, ia terkejut dengan reaksi tubuhnya sendiri saat menghadapi Thalia 'Kenapa aku mendadak jadi penakut begini?' Batinnya dalam hati.

Ace datang untuk menjemput Thalia. Ia turun dari kudanya karena akan membantu Thalia untuk naik kuda terlebih dahulu "Putri Sofia, mari ikut saya ke RS. Saya yakin anda merupakan Putri yang baik dan bertanggung jawab!" Ujar Thalia sebelum ia naik ke atas kuda bersama Ace.

"Untuk apa aku ikut? Itu bukan kesalahanku!" Sergah Sofia karena tak mau ikut.

"Kesalahan anda atau bukan itu tidak penting. Tapi banyak saksi yang mengatakan bahwa itu kesalahan yang anda perbuat. Apa anda tidak memiliki rasa simpati dan empati sedikit pun? Anda juga seorang wanita, suatu saat pasti anda akan merasakan hal yang sama!" Kata Thalia dengan nada dingin dan tegasnya. Tak lama Sofia pun mengangguk, ia terpaksa menyetujui.

Mereka bertiga segera menyusul mengejar kereta yang akan pergi ke RS terdekat.

Sesampainya di RS, para petugas medis pun segera membantu untuk menolong. Ibu hamil masih tidur dengan posisi miring ke kiri, ia tak henti-hentinya berusaha mengambil nafas panjang sesuai yang di perintahkan Thalia--dengan nafas panjang Thalia berharap bayi akan mendapatkan suplay oksigen lebih banyak. Thalia curiga APB (Ante Partum Bleeding) karena Solusio Plasenta terjadi pada ibu tersebut.

Tabib khusus untuk Kandungan dan Persalinan pun datang memeriksa keadaan pasien. Wajahnya pucat seketika.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Thalia.

"Mohon maaf nona, kondisi bayinya kritis. Perdarahan yang dialami si ibu juga banyak. Untuk melakukan persalinan dini dan normal pun saya tidak bisa yakin bisa menyelamatkan keduanya,"

Thalia berdecak kesal "Tuan, anda mempunyai mitra kerja yang memiliki keahlian membius total, memasukkan cairan dalam tubuh, serta 2 perawat yang ahli dalam merawat luka?" Tanya Thalia.

Tabib mengangguk "Ada Nona,"

Thalia menganggu cepat "Bagus! Karena ini kasus darurat saya membutuhkan mereka dalam waktu cepat-lebih cepat lebih baik. Tuan, siapkan mitra kerja anda seperti yang saya sebutkan tadi. Dan izinkan saya melakukan pembedahan untuk melahirkan bayinya. Jika di biarkan bukan hanya bayinya yang tidak selamat. Tapi juga ibunya karena perdarahannya,"

Tabib menelan ludahnya kasar "Baik saya akan memanggil mereka dan mengumpulkannya!"

"Bagus! Segera Tuan waktu kita tidak banyak!" Jawab Thalia, Tabib pun segera pergi mengumpulkan partner kerjanya.

"Ace!" Panggil Thalia dengan tatapan tajamnya sarat akan meminta tolong.

Ace paham kalau gadisnya membutuhkan bantuannya "Apa yang bisa aku bantu?"

Thalia menggigit bibirnya "Aku minta tolong, mungkin akan memberatkanmu. Tapi bisakah kau menggunakan kelebihanmu berteleportasi untuk mengambil perlengkapan operasiku di rumahku?" Tanya Thalia "Aku tidak akan memaksamu, karena aku tahu seberapa besar energi dan tenaga yang di gunakan saat kau melakukan teleportasi. Bisa jadi karena hal tersebut kau bisa pingsan akibat kelelahan,"

Ace tersenyum, ia mengelus puncak kepala Thalia "Tenanglah, aku tidak apa-apa. Aku bisa melakukannya,"

"Terimakasih," Sahut Thalia "Yasmin tahu dimana letak perasat tersebut. Kau tinggal meminta Yasmin untuk mengambilkannya," Sambungnya, tak lama Ace menghilang di depan matanya.

🌹🌹🌹

Cuap-cuap Author!

APB (Ante Partum Bleeding) atau Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010)

- Plasenta Previa (kondisi ketika ari-ari atau plasenta berada di bagian bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir), dan
- Solusio Plasenta (komplikasi kehamilan ketika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum proses persalinan) menjadi penyebab utamanya terjadi APB.

Continue Reading

You'll Also Like

472K 28.5K 46
{Warning! Masih tahap revisi dan banyak typo berterbangan!} Hal yang Evelyn inginkan hanya kasih sayang keluarga. Tidak begitu sulit kedengarannya, t...
233K 27.5K 63
"Kehidupan ini hanya ku berikan untuk mu" Mahaz menganggap kelahiran kembalinya hanya untuk peri kecilnya. Mahaz seorang putra mahkota dari klan vam...
3.1M 300K 84
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.
2M 133K 70
Seorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yan...