My Lethal Boy Friend

By jiaathe

336K 39.3K 21.2K

Teman tapi posesif? Arkanza Archeron itu galak, kejam, tidak berprikemanusiaan. Dia sering membunuh orang den... More

Prolog
1 - Prioritas
2 - Gadis Pengadu
3 - Friendshit!
4 - Penyebab Petaka
6 - Pelit
7 - Marah?
8 - Peduli
9 - Sakit Hati
10 - Tuan Putri
11 - Awan
12 - Over Protectif

5 - Gengsi

20K 2.7K 1.6K
By jiaathe

Maklumin ya kalau aku sering update malam menjelang subuh xixixixi😺

****

"Kamu lagi, kamu lagi, Arkanza! Saya muak liat wajah kamu terus!" amuk Pak Ucup selaku Guru Konseling. "Pemarah, tukang berkelahi, sering menindas, sekarang juga kamu ikut tawuran?!"

Harusnya masalah sebesar ini ditangani kepala sekolah, tapi sayangnya kepala sekolah sedang ada urusan. Jadi dia yang menggantikannya.

"Saya nggak pernah nindas, Pak," elak Arka tidak terima.

"Bohong, lalu anak perempuan yang sering kamu buat nangis itu apa? Sudah puluhan kali dia mengadukan kamu ke saya!" balasnya. "Matanya sampai bengkak setiap hari."

"Oh, Gea," pemuda itu berdecak kecil sebelum merubah duduk menyilangkan kaki dengan santai. "Dianya aja yang cengeng. Saya tatap aja nangis."

Pak Ucup menunjuk wajahnya. "Saya juga bisa nangis ditatap dengan wajah kamu itu!"

Arka mengacak rambutnya pelan dengan gerakan yang keren. "Padahal saya luar biasa tampan."

"Tampan tapi seperti preman! Perbaiki dulu wajah kamu itu! Kalau kamu tidak pakai seragam saya bisa percaya-percaya saja jika ada yang bilang kamu buronan!"

Arka mengerutkan keningnya. "Terus saya harus gimana? Bapak marah sama Papa saya aja sana. Dia yang bikin saya."

Tidak lama setelah itu, pintu diketuk pelan disusul masuknya seorang pria dengan tubuh besar tinggi yang dibalut pakaian formal serta jas hitam mahal. Melihat itu, Pak Ucup tersedak. Ruangan ini menjadi sesak. Seketika ia merasa terintimidasi saat iris tajam itu menatapnya. Auranya dingin dan kejam. Persis seperti Arka.

"Papa lama banget! Ke mana dulu? Mampir ke tempat cewek? Aku aduin mama tau rasa," kesal Arka.

Andai papanya datang lebih cepat, ia tidak harus mendengar ceramah Pak Ucup yang sepanjang rel kereta.

Raka melangkah mendekat dan menarik kursi persis di sebelah Arka. Raka sudah tau alasannya dipanggil ke sekolah. "Bapak boleh menghukum anak saya seberat apapun," ucap Raka tanpa basa-basi. "Dia memang pantas dihukum."

Seketika Arka meliriknya sinis. Dasar orang tua durhaka!

Keadaan di luar lumayan ramai, banyak murid-murid penasaran yang berusaha mengintip apa yang terjadi.

"Gila, gila! Ada polisi di luar!"

"Si Arka lagi, ya? Buset, mantap juga itu cowok."

"Mobilnya Arka ditemuin di lokasi tawuran. Emang tawuran sama siapa?"

"Katanya tawuran sama anak-anak bulan."

"Tawuran doang ngapa sampe ada polisi, anjir?"

"Doang muka lo! Si Arka nggak bawa anak sekolah kita buat tawuran. Dia malah bawa anak-anak SMK. Mangkanya jadi gede ini kasus."

Gea ada di antara mereka, gadis itu menguping dengan telinga setajam mungkin. Ia mengangguk-angguk kecil, pantas saja hanya Langit yang bisa Gea kenali di antara pemuda-pemuda seram kemarin. Ternyata memang bukan murid sekolah ini.

Gea memegang lengannya yang merinding saat mengingat ulang kejadian kemarin. Benar-benar kacau balau.

"Eh, ada Gea! Ada Gea!" murid-murid itu mengepungnya membuat Gea berdiri bingung. "Gea, lo tau pacar lo kenapa? Ceritain dong. Gue kepo banget."

"Pacar?" beo Gea tercengang. "Yang mana?"

"Arka lah! Siapa lagi? Kalian kan setiap hari berangkat pulang bareng. Emang nggak pacaran?"

Gea menggeleng tegas, ia segera mengklarifikasi. "Mustahil! Aku nggak ada apa-apa sama Arka! Dia juga bukan tipe aku! Aku nggak suka cowok galak."

"Tapi Arka ganteng loh, Ge. Emang sih auranya agak serem. Tapi dia ganteng banget. Suami gue Jungkook aja kalah."

"Ganteng apanya," cibir Gea. "Muka dia kaya penjahat."

"ADUH!" Gea menjerit saat merasa telinganya ditarik. Semua orang terkejut melihat Arka yang menjewer gadis itu dari belakang. "IH, SAKIT!"

"Bagus, ngomongin gue di belakang," kata Arka. "Berani lo kaya gitu sekarang? Diajarin siapa?"

"Lepas, Arka! Lepas, ihhh!" teriak Gea.

Arka melepaskan tangannya dan terkejut saat gadis itu mendorongnya kuat sampai terjatuh.

Gea maju lalu menginjak kaki pria itu kuat-kuat sampai Arka meringis. "Makan tuh!"

Gea benci, dia tidak suka diperlakukan seperti itu di keramaian. Matanya berkaca-kaca tapi ia menahannya, setelah itu Gea melangkah pergi secepat mungkin.

Arka keterlaluan!

Arka menatap Gea yang mulai menjauh sambil sedikit memiringkan kepalanya. "Dia marah?"

*****

Senja duduk di mejanya sambil menulis dengan fokus, sampai kemudian seseorang datang dan membuat kelasnya ribut. Senja bingung awalnya, tapi setelah melihat Arka yang masuk ia langsung mengerti.

Meskipun terkenal galak dan bermulut sadis, tapi Arka tetap populer karena ketampanannya itu. Sayangnya Arka sulit didekati, laki-laki itu bahkan tidak memiliki sosial media untuk di-stalking. Hanya segelintir orang yang memiliki nomor ponselnya. Arka ramah terhadap sesama pria, temannya sangat banyak. Tetapi Arka sangat dingin dan terkesan menjaga jarak dengan para wanita.

"Mana temen sebangku lo?" tanya Arka pada Senja saat melihat tempat milik Gea kosong.

"Tadi keluar, Kak. Katanya mau nyamperin lo."

"Gue?"

Senja mengangguk lalu mengambil sesuatu dari kolong mejanya. "Gea beli ini buat lo, tapi lo tau sendiri anak itu ceroboh. Jadi nggak kebawa."

Arka meraih benda itu dari tangan Senja. Sebuah plester dan obat luka. Sejak semalam, luka di wajahnya memang belum sempat ia obati.

"Dari pagi Gea marah-marah mulu nyebut lo, tapi dia tetap khawatir sama lo, Kak," kata Senja. "Emang lo nggak ketemu Gea?"

"Dia khawatir?" tanya Arka seakan itu sangat penting. Anggukan Senja membuat Arka berbalik dan melangkah cepat mencari Gea.

****

Setelah berkeliling cukup lama, Arka akhirnya berhasil menemukan Gea. Gadis itu duduk di sebuah kursi kayu di taman belakang sekolah. Bahkan melihat punggung bergetarnya dari belakang, Arka tau gadis itu sedang menangis.

"Arka jelek," semakin dekat, ia bisa mendengar ucapan Gea. "Arka jahat! Aku benci Arka!"

Arka geleng-geleng kepala saat melihat Gea menangis, mengunyah, dan mengumpat secara bergantian. Ada banyak bungkus roti di sebelahnya yang sudah kosong.

"Gimana muka lo nggak kaya bantal kalau makan manis mulu," ucap Arka yang membuat Gea mendongak menyadari kehadirannya.

Gea melengos, ingin beranjak pergi tetapi Arka dengan cepat menahan bahunya agar duduk kembali. Mereka berdua saling bertatapan dengan tangan Arka yang belum lepas dari bahunya.

Gea pikir, Arka datang untuk minta maaf. Nyatanya laki-laki itu malah berkata. "Gue nggak jelek, anjing. Lo buta?"

Arka lalu duduk di sebelahnya. Sementara Gea lanjut mengunyah, menghabiskan sisa rotinya. Tentu saja, sambil menangis. Air matanya tak mau berhenti turun.

"Gue ngantuk," kata Arka.

"Mati juga boleh," ketus Gea.

Bodo amat. Gea tidak perduli apapun yang pria itu katakan. Ia kembali sibuk makan sambil menatap lurus ke depan.

Sampai tiba-tiba laki-laki itu berbaring dan tidur di pangkuannya. Gea menatap kesal.

"Apa? Nggak terima?" tantang Arka. "Siapa suruh kaya bantal. Enak ditidurin."

Tatapan Gea semakin tajam karena perkataannya.

"Karena empuk, anjing. Mikir apa lo?" sewotnya. "Tidur kaya gitu? Jangan mimpi. Emang lo doang yang ogah sama gue? Gue juga ogah."

"Minggir! Kamu berat!"

"Biasain," perintah Arka. "Selanjutnya gue bakal lebih sering kaya gini."

Arka menatap Gea, tiba-tiba mukanya memelas. "Ge, gue dihukum berat. Tadi juga gue dimarahin berjam-jam. Dikatain buronan segala sama Pak ucup."

"Bodo amat," ketus Gea.

"Muka gue sakit." Arka merogoh sakunya. "Kata Senja lo beli buat gue. Niat jangan setengah-setengah, dong. Obatin sekalian."

Gea berdecak, ia tetap mengambil plester dan obat luka di tangan Arka. Kemudian Gea mengobatinya dengan hati-hati. Meski ekspresinya cemberut, ia serius dengan luka di wajah Arka.

Arka meringis pelan.

"Sakit?"

"Pake nanya lagi," kata Arka. "Kalau nggak sakit ya gue diem, dodol."

Arka membeku saat Gea menunduk dan meniup lembut pipinya. Arka mengepalkan tangannya dan memilih menutup mata karena wajah Gea sangat dekat.

"Udah," kata Gea setelah menutup luka Arka dengan plester. "Awas."

"Nanti, masih sakit!"

Sebenarnya Arka bohong. Mustahil luka yang sudah mengering masih terasa sakit. Tapi sudah ia duga, Gea akan percaya dengan mudah.

"Dih, manja, jelek, banyak mau, bau tanah," gerutu Gea kesal.

"Gue nggak setua itu sampe bau tanah."

"Tapi lebih tua kan dari aku? Bau tanah!"

"Dari pada lo, gemuk!"

Sial, sepertinya Arka salah bicara. Karena setelah itu wajah Gea benar-benar memerah, ia lalu berdiri begitu saja membuat Arka terjatuh dari atas bangku panjang.

Gea melangkah cepat dengan kaki dihentak-hentakan. Melihat itu, Arka terkekeh. "Dasar bocil."

Gea sungguhan marah. Padahal Arka tinggal meminta maaf tapi kenapa sulit sekali?

Sepulang sekolah, Gea langsung masuk ke rumahnya. Biasanya Gea selalu pulang dengan Arka, tap kali ini ia memilih pulang sendiri dengan naik kendaraan umum.

Gea kesusahan membuka pintu kamarnya. Seperti ada yang menahan dari dalam. Dengan usahanya, akhirnya pintu itu terbuka.

Gea lalu melongo, melihat lantai kamarnya yang penuh dengan boneka pokemon. Bahkan sampai tidak ada ruang untuk melangkah. Puluhan benda itu menguasai kamarnya. Semuanya baru dan masih dalam plastiknya.

Gea mengambil sepucuk kertas merah muda yang tertempel di salah satu boneka.

Bilang kalau kurang

Hanya satu kalimat yang Arka sekali, membuat Gea akhirnya menarik senyum. Ini adalah cara lain seorang Arkanza Archeron untuk meminta maaf.

TBC

Spam 1k💐

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 64.9K 29
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
89.9K 7.7K 26
Teen-Romance Memang hanya manusia seperti Trio saja, yang bisa membuatnya menjadi gadis kalem nan manis. Gadis yang biasanya memegang teguh pendirian...
6.9M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
HOLLOW By S,

Teen Fiction

71K 4.4K 13
"Ada Cia, Al. Perhatiin dia." "Abis merhatiin lo, gue perhatiin dia. Janji." ♠♠♠ Persoalan sederhana yang harusnya menjadi kisah manis khas remaja...