Odd El Destí

By naloocy

38.8K 7.4K 1.5K

🚫 𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐩𝐥𝐚𝐠𝐢𝐚𝐫𝐢𝐳𝐞 𝐭𝐡𝐢𝐬 𝐰𝐨𝐫𝐤𝐬. | Sungjake | ABO | Demon | Kebangkitan sosok momok mas... More

Info📌
Prolog • The Daimon
01 • Kelahiran Lunè
02 • Bayang Lunè
03 • Kakak Penari
04 • Tari Pemuja Lunè
06 • Menara Brújula
07 • Kastil di Selatan
08 • Prisión
09 • Teman Baru
10 • Menari
11 • Iblis Yang Penasaran
12 • Riebel
13 • Secangkir Anyir
14 • Anjing Cengeng
15 • Dorongan Jurang
16 • Dilema
17 • 𝑶𝒎𝒆𝒈𝒂
18 • Wolf Putih
19 • Serangan Endap

05 • Ujung Kuku Lunè

1.5K 369 68
By naloocy

Dilarang keras untuk melakukan plagiasi pada cerita ini. ⚠️

> OED <
> 05 — Ujung Kuku Lunè <

Memandang pintu yang dihalangi penjaga, Kara merengut kesal sebab tak di izinkan masuk hanya sekedar untuk memeriksa ayahnya sendiri.

"Aku hanya mau memastikan ayahku sendiri! Aku ini masih anak dari Alpha king kalian!! Biarkan aku masuk!" Protes Kara tertuju 2 penjaga itu.

"Maaf, Kara. Tapi ini titahan dari Luna Queen."

Kara mengulum kesal bibirnya, ia tau sekali ibunya itu marah padanya, ia juga sadar diri bahwa dirinya sendiri menjadi penyebabnya. Namun, tak mengizinkan dirinya untuk memeriksa ayahnya sendiri itu sangat menyakiti relung hati terdalamnya.

"Kak,"

Lama Kara berkecamuk dengan pikirannya pun akhirnya terhenti kala suara familiar mengiang dibenaknya.

Sontak ia memegang pelipisnya dengan jemari telunjuk serta jari tengahnya, "Ya, Cathe?" Sahutnya dibenak membalas telepati dari Cathe atau sang Lunè yang memang memiliki kelebihan itu sendiri.

"Dimana?"

"Aku didepan kamar ayah. Kata ibu, ayah terluka parah. Aku datang kesini untuk memeriksanya, tapi penjaga menghalangiku."

Terdengar Cathe berdehem disebrang sana, "Dalam hitungan ke-3, kakak harus melakukan kontak fisik dengan penjaga itu."

Kara memiringkan wajahnya, sebab bingung apa yang dimaksud Cathe. "Untuk apa?" Balasnya.

"Aku akan membantumu. Cukup lakukan saja."

Pun Kara beralih memandang penjaga itu dengan ragu. "Aku akan marah padamu kalau kau mengerjaiku, Cathe."

Setelahnya Kara langsung menyentuh pergelangan tangan penjaga itu yang membuatnya dirinya mendapatkan pandangan aneh. "Apa yang kau lakukan—"

Kara memandnag kedua penjaga itu ketika terdengar menggantung kalimatnya.

"Masuklah."

"Ini berhasil, Cathe. Apa yang kau lakukan?" Girang Kara membanggakan sang adik secara langsung. Tak ada sahutan yang membalas dari telepatinya, Kara sempat menderyit sesaat, namun tak lama kemudian sahutan Cathe pun terdengar.

"Aku merasa aneh hari ini. Setelah ini datang ke kamarku, kak."

"Apa yang terjadi? Cathe? Cathe?"

Cathe menghilang begitu saja meninggalkan rasa bingung dan khawatir pada Kara. Apa yang terjadi pada Cathe? Kara harap adiknya tidak mengalami hal yang buruk.

Atensi Kara teralihkan ketika ia mendengar lenguhan kecil yang tentu berasal dari ranjang sang Alpha King. Ia mendekat secara perlahan, dapat ia lihat sang ayahnya yang masih terlelap. Dan juga kain putih yang membalut sekitar dadanya. Hati Kara mencelos melihat itu, ayahnya benar terluka karena menyelamatkan dirinya saat ia tak sadarkan diri.

Tangan Kara terulur hendak memastikan lukanya, namun cepat ia menarik tangannya. Mengulum pipi dalamnya sejenak sebelum ia berbisik pelan pada rungu ayahnya,

"Cepat sembuh, ayah. Maaf selalu menyusahkanmu, Kara janji setelah ini tidak akan merepotkanmu, Alpha king."

Setelah membisikkan kalimat singkat itu, Kara beranjak dengan perlahan agar tak mengusik lelap sang ayah. Lantas ia keluar dari sana meninggalkan kamar utama tadi.

"Cathe? Kau mendengarkanku?? Halooo...!" Sambil melangkah, Kara terus berbicara di benaknya. Cukup mudah sebenarnya melakukan telapati ini —Cathe yang mengatakan—, cukup berpikir jika sedang berbicara pada sang Lunè itu, maka telepatinya akan tersampai.

"Ya."

Kara menderyit menyadari tanggapan singkat nan lesu sang adik, "Kau baik-baik saja? Aku akan segera kesana."

Sekali lagi Kara memanggil nama Cathe, namun tak kunjung mendapat sahutan. Langkahnya ia percepat, sungguh ia merasa khawatir, takut adiknya yang amat kilau itu mendapatkan serangan dari kejadian tempo hari.

Suara ketukan pintu bergema, secara teratur kepalan tangan Kara mengetuk pintu. "Cat— Lunè?" Hampir saja ia keceplosan.

Kara merasa janggal, kenapa kamar sang kilauan permata kaum werewolf itu tak terlihat satupun penjaga. Kara melihat kanan-kiri untuk memastikan, namun sungguhan tak ada.

"Aku masuk, Cath?" Ragu Kara, ia bertanya dan menunggu persetujuan si empu kamar. Namun, sama sekali tak ada jawaban.

"Baiklah, aku akan langsung masuk saja, mumpung tidak ada orang," Kara benar melakukan perkataannya. Ia membuka pintu, Namun, tubuhnya mematung begitu saja ketika ia merasa hawa yang tak familiar menyelimuti ruang gelap itu.

Kara mengurungkan niatnya untuk masuk, namun ia masih diambang pintu, berusaha mengetahui keadaan Cathe didalam gelapnya kamar si empu. "Cathe!? Apa yang terjadi!?"

Mata Kara menyipit, memfokuskan atensinya menelaah gelapnya didalam sana. Lalu ia menoleh cepat setengah terkejut ketika ada seseorang menggenggam tangannya.

"Penjaga?" Dahinya menderyit sebab genggamannya tak kunjung dilepaskan.

"Tolong lepaskan." Sentak Kara berusaha melepaskan genggaman yang kiat mengerat.

Tak diidahkan, justru genggamannya itu di tarik hingga Kara terhempas menjauh dari pintu. Ia terduduk di ubin, menyuarkan protesannya namun penjaga itu menatapnya sinis dan beralih memandang ke arah dalam sana.

"Tunggu—"

Ucapan Kara tergantung seraya menoleh pada asal suara derap langkah cepat yang menjadi sebab terjedanya ucapannya.

Sang Luna Queen mendekat dengan beberapa pelayan setianya, langkah penuh hentakan itu tertuju pada Kara. Dan—

Suara nyaring tamparan pada pipi Kara menggelegar begitu lantang. Wajah Kara tertoleh ke samping, merasakan panas pada pipinya yang baru saja mendapat tamparan kuat.

"APA YANG KAU LAKUKAN!?"

Masih terbelenggu ia untuk mencerna, detik kemudian Kara kembali mendapat tamparan ditempat yang sama, bahkan ia hampir tersungkur begitu menerima tamparannya untuk kedua kalinya.

"Lunè sedang heat! Dan kau hampir saja membuatnya diterkam Alpha penjaga tadi!"

Kepala Kara berdengung membuatnya kurang jelas mendengar berangan dari ibunya, rasa belenggu pun masih ada. Bahkan ia tak memedulikan Alpha penjaga barusan di seret menjauh dari sana.

"Cathe sedang heat, dan dia membutuhkanku barusan... Lalu apa salahku?" Gerutu didalam benak berputar di kepalanya.

"Ini salahku?"

"Tidak. Ini karena bersangkutan dengan Lunè."

Kilau manik yang memancarkan marah ia tujukan pada sang ibu yang tampak masih memarahinya yang tentu tak akan luput untuk merendahkan dirinya.

"Katakan, ibu. Apa kau lebih senang jika aku tak ada di jangkauan matamu?"

Tangan lembut milik Luna Queen itu kembali melayangkan tamparan pada putra sulungnya, merasa marah ketika ia menerima tatapan tajam dari Kara. "Tentu saja, anak bodoh. Bahkan kau tak mencapai seujung kuku Lunè, Lunè lebih segalanya darimu. Kelahiranmu tak ada gunanya sebenarnya, kau hanya memenuhi bagian pack Aracia, Kara."

Menyakitkan.

Wajah Kara tertunduk, hatinya terasa berkeping-keping dihancurkan. Rasa sakit pada pipinya tak sebanding dengan perkataan Omega yang melahirkannya, setiap katanya seakan menghujamkannya jarum beracun menyakiti relung hatinya.

Buliran beningnya menetes, Kara payah mengusahakan wajahnya untuk menegak. Wajahnya seakanmeleleh dengan air matanya mengalir bak anak sungai. Ia paksakan mematri senyuman hangat pada wajahnya, dan berucap dengan pilu,

"Kalau begitu, baiklah."




»»——— 𝓞𝓭𝓭 𝓔𝓵 𝓓𝓮𝓼𝓽í ———««
— TBC —


Huh hah huh hah hehehehehehehehe


©️naloocy
110224

Continue Reading

You'll Also Like

2.4K 288 20
Complete! First fanfiction of Junseok X Rakwon ATBO Oh Junseok Rakwon Junrak 2Seok Remake of Stranger Jaemren Start : Des 13, 2022 Finish : Des 30, 2...
59.4K 6.9K 16
Jaeyun tiba-tiba terbangun menjadi seorang Shim Jake. Istri seorang Perdana Menteri Park Sunghoon. BxB Sungjake Area Historical Fan Fiction Isekai T...
1.2K 139 6
'if you like a coffee hot'
43.9K 5.5K 19
Hazel selalu ingatkan dirinya agar ia tidak berurusan dengan circle elit yang berisi orang-orang terpandang dikampusnya jika ia ingin kehidupan perku...