I WANT YOU (END)

By SriNNingsih

1.8M 139K 1.9K

Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak d... More

PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
EPILOG
Persiapan untukmu, Ace!
Hello

40

16K 1.2K 11
By SriNNingsih

Tiba-tiba aku pingin dengerin

Renegades-One Ok Rock

HAPPY READING SAJA 😁

🌹🌹🌹

"Aku kembali!"

Thalia mencoba menghampiri tubuhnya sendiri, ia mencoba untuk masuk ke dalam raganya tapi sia-sia. Raganya menolak jiwanya, Thalia merosot ke lantai dan ia menjerit frustasi karena keadaanya. Thalia menangis sejadi-jadinya. Ia sangat ingin pulang kembali ke dunianya.

Cklek

Suara pintu terbuka membuat Thalia mendongak melihat siapa yang datang. Seorang wanita paruh baya yang memiliki kemiripan antara mata dan hidung. Ibunda Thalia datang untuk menengok keadaan putrinya yang belum sadarkan diri. Ia tak sendiri, ia di temani oleh asisten kepercayaannya, perawat serta dokter yang bertanggung jawab atas pasien bernama Thalia Navgra.

"Bagaimana keadaan putriku, Dokter?"

"Sejauh ini kondisi Nona Thalia sudah stabil, Nyonya. Hanya saja Nona Thalia masih dalam fase koma. Kita akan tetap berusaha yang terbaik untuk Nona Thalia dan saya mohon Nyonya untuk membantu dengan doa supaya Nona Thalia segera sadar dari komanya,"

"Cepat lah bangun Nak! Apa kamu tidak rindu pada Ibu. Maafkan ibu karena ibu tidak pernah menjengukmu sayang," Ibunda Thalia mengelus pipi Thalia lembut, ia merasa menyesal terlalu sering meninggalkan Thalia seorang diri.

Thalia menatap nanar Ibundanya, ia ingin memeluk tapi tak bisa, ingin memanggil tapi tak mampu. Thalia hanya menangis sesenggukan seperti arwah penasaran yang tidak mampu melakukan apa-apa.

"Ibu, Thalia ada di sini. Thalia ingin kembali pulang," Kata Thalia dengan nada sedihnya.

"Belum saatnya kamu kembali Thalia!" Suara merdu membuat Thalia menoleh ke sumber suara.

Di hadapannya berdiri 2 wanita kembar yang sedari tadi ia perhatikan jalan kehidupannya. Benar, Lionix dan Leonor berdiri anggun dengan gaun putih yang menampilkan kulit mulus dan leher jenjangnya karena gaun tersebut sedikit terbuka di bagian dada, tapi penampilan tersebut membuat keduanya tampak serasi, cantik dan elegan.

Kedua mata Thalia terpaku pada simbol yang tergambar di dada kiri Lionix dan Leonor. Gambar yang sama dengan miliknya, hanya saja ia memiliki kedua sayap tersebut, sedangkan Lionix dan Leonor memiliki separuhnya saja.

"Saya ingin kembali ke dunia asal saya! Tolong biarkan saya kembali!" Sahut Thalia frustasi.

"Kau belum bisa kembali untuk saat ini. Di sana Ace membutuhkan bantuanmu," Ujar Lionix dengan senyum manisnya.

Thalia teringat akan Ace yang masih tidak sadarkan diri, wajahnya juga pucat. Thalia belum memahami apa yang terjadi pada pria itu. Terbesit rasa khawatir ingin melihat bagaimana keadaan Ace sekarang.

"Kalian melakukan hal yang sama," Jawab Leonor tiba-tiba. Adik Leonix mengetahui apa yang di pikirkan Thalia.

"Apa maksud anda?"

"Kalian berdua sama-sama sedang Melintasi Waktu. Hanya saja kau yang terlalu jauh melintasi waktu hingga menabrak pembatas dimensi paralel dan berakhir kau bisa melihat kondisimu sendiri,"

"Saya ingin pulang dan kembali bersama keluarga saya. Tempat itu bukanlah tempat saya!" Seru Thalia.

Lionix menatap Thalia sendu "Kami tahu. Akan tetapi jalan takdirlah yang menarik jiwamu ke dunia kami setelah kematian Nathalia. Apa kau tahu kalau kau memiliki jiwa dengan aura yang sangat berbeda dengan kebanyakan manusia?" Jelas Lionix "Dan tentunya kau harus menyelesaikan takdirmu di dunia kami, jika kau ingin kembali ke raga aslimu!"

Dada Thalia bergemuruh menahan amarah, ia merasa di permainkan oleh takdir yang tidak jelas kebenarannya.

"Kembalilah ke raga Nathalia. Selesaikan semuanya dan bantulah Ace. Aku sebagai Ibu Ace memohon pertolongan padamu!" Pinta Lionix dengan tatapan memohonnya.

Thalia terdiam sejenak--biasanya novel transmigrasi itu menghadapi masalah si tokoh antagonis. Kalau dirinya malah menjadi suporter Male Antagonis untuk mendapatkan haknya kembali. Tak lama Thalia pun mengangguk menyetujui "Baiklah, saya akan membantu semampu yang saya bisa Yang Mulia," Jawab Thalia sambil menundukkan sedikit tubuhnya.

"Ace telah menunggumu. Terimakasih kau bersedia membantu kami," Ucap Lionix.

Leonor mendekati Thalia, tangannya menyentuh kening Thalia "Aku akan memberikanmu sedikit hadiah sebagai rasa terimakasih. Hadiah itu akan sangat membantu saat kau membutuhkannya," Bersamaan dengan Leonor yang tersenyum, silau sinar membuat mata Thalia kembali terpejam.

***___***

Thalia tersentak terbangun dari tidurnya. Ia menatap dirinya sudah terbaring di ranjang milik Ace. Mendadak kepala Thalia pusing, kepalanya berdenyut nyeri setelah ia mendapatkan pengelihatan tadi.

"Syukurlah kau sudah sadar Tha!" Seru Ace yang menghambur memeluk Thalia erat. Gadis itu sukses mematung akibat Ace yang tiba-tiba memeluknya.

"Akhirnya aku bertemu dengan pemilik mata indah itu!" Sahut Ace yang membuat Thalia mematung.

"Apa maksudmu?"

"Kau lah, wanita yang sering aku lihat beberapa kali saat aku kecil. Aku kira kau malaikat yang dikirim untuk melindungiku atau bahkan aku sempat berpikir kalau kau adalah ibuku,"

"Jadi benar kau bisa melihatku saat kita Melintasi Waktu?"

Ace mengangguk "Sorot mata indah yang kau miliki tidak akan bisa mengelabuhiku. Dua kali aku bertemu dengannya. Meskipun pertemuannya dapat di hitung dengan jari, aku yakin kau adalah gadis yang sama dengan gadis yang aku jumpai waktu kecil. Tapi, kenapa rupa kalian berdua berbeda?"

"Karena aku bukan Nathalia Zeyrav," Jawab Thalia tanpa rasa ragu "Aku bukan Nathalia Zeyrav. Aku adalah Thalia Navgra! Seorang jiwa penasaran yang merasuki tubuh wanita malang ini," Sambung Thalia membuat Ace terdiam lama, tatapan pria di depannya itu berubah tajam.

Thalia bergidik saat melihat tatapan tajam pria bernetra merah yang sangat menusuk hingga membuat hatinya sedikit berdenyut nyeri. Ia tak terima di perlakukan seperti itu setelah sekian lama Ace selalu memperlakukannya lembut.

"Pergi dari ruanganku!" Pinta Ace dengan nada dinginnya membuat Thalia membeku di tempat.

"Apa?"

"Aku bilang pergi dari ruanganku SEKARANG!" Bentakan Ace di akhir kalimat membuat Thalia terjingkat kaget.

Hati Thalia mendadak sakit menerima bentakan untuk pertama kalinya dari seorang pria. Thalia ingin marah tapi ia mencoba untuk menahannya. Kedua matanya mulai memanas. Tanpa banyak bicara ia pun segera berdiri dan pergi dari hadapan pria yang telah melukai hatinya.

Thalia memutuskan untuk kembali pulang setelah ia menyelidiki serbuk yang ada di dalam tasnya. Ia sudah tidak peduli pada Ace lagi, terlalu sakit ketika ia teringat bentakan pria itu padanya.

Besok pagi ia akan pergi mencari informasi ke kota Renegades sendirian dengan berbekal informasi yang ia dapatkan dari pelayan pribadinya. Ia tak akan menunda-nunda waktu lagi, semakin cepat terungkap semakin baik dan cepat ia kembali ke dunia aslinya. Thalia segera membersihkan diri dan mengganti baju tidurnya, ia segera menutup mata dan siap pergi ke dunia mimpi.

***___***

Pagi-pagi buta Thalia memutuskan untuk pergi dari istana, ia melewati jendela dengan melompat ke arah pohon yang tak jauh rantingnya mencapai balkon dimana letak kamarnya berada--memang tidak sopan sekali, tapi Thalia tidak mau bertemu Ace untuk sementara.

Thalia dengan gesit turun dari pohon tanpa kesusahan, ia memakai baju yang sama saat ia melakukan perjalanan ke Renegades karena baju tersebut sudah bersih di cuci oleh pelayannya.

Ia tak memakai jubah hitam yang sama saat ia gunakan pertama kali, hal itu membuat dirinya cepat di ketahui. Thalia memakai jubah lain berwarna navy--ia berharap tidak di temukan. Ia melangkah dengan cepat, mengindari prajurit berjaga agar keluar dari istana dan berharap segera sampai menuju spesialis analisis berada. Berbekal ia bertanya kepada para warga, akhirnya Thalia pun menaiki kereta kuda yang berjalan searah dengan lokasi yang ia tuju.

"Semoga dengan begini perjalanan akan lebih cepat!" Sahut Thalia sambil menyandarkan punggungnya di tumpukan jerami. Pandangan Thalia terlempar melihat langit biru yang sangat luas, awan berjajar tipis memanjang, matahari pun baru nampak dari peraduannya.

"Mari semangat menjalani hari ini!" Serunya menyemangati diri sendiri. Thalia menyenandungkan lagu favoritnya Wherever You Are One Ok Rock.

Sedangkan di dalam Istana Kerajaan Renegades. Anna pelayan pribadi Thalia kalang kabut mencari gadis yang menjadi majikan sementaranya itu. Hal tentu membuat penghuni istana gempar terutama Ace.

Netra merah Ace menatap tajam kearah Anna, dengan cepat ia mengacungkan pedangnya tepat ke leher Anna. Tentu saja perbuatannya membuat Anna lemas hingga tubuhnya merosot ke lantai. Raja Helium dan Ratu Litium mencegah Ace agar tidak berbuat terlalu jauh.

"Kita akan sama-sama mencari Nona Nathalia! Tenangkan dirimu Ace!" Ujar Raja Helium.

Hati Ace mencelos saat ia teringat telah membentak Thalia. Ia merutuki dirinya sendiri karena telah berbuat hal yang fatal dan membuat Thalia pergi tanpa sepengetahuannya.

"Saya akan berusaha mencarinya sendiri Yang Mulia! Saya mohon maaf untuk kekacauan yang telah saya timbulkan. Saya pamit undur diri terlebih dahulu," Ujar Ace menundukkan kepalanya sedikit.

"Bukankah ritual kita belum selesai Nak?" Cegah Raja Helium mengingatkan.

Ace tersenyum "Saya sudah mendapatkannya secara menyeluruh Yang Mulia. Benar yang anda katakan Nona Nathalia memang bukan gadis sembarangan," Ace terkekeh saat teringat semalam ia menlintasi waktu dengan Thalia, tapi gadis itu tidak menyadari keberadaan Ace.

"Kau melihatnya karena dia?"

Ace mengangguk sebagai jawabannya "Bahkan saya dapat melihat rentetan peristiwa bersamaan dengan sosok Thalia disana, hanya saja saya tidak bisa menggapai Thalia seperti halnya Thalia tak bisa melihat saya,"

"Lalu, apa benar yang aku pikirkan selama ini? Tentang Adikku Leonor?" Tanya Raja Helium.

Ace kembali mengangguk dan hal itu membuat Raja Helium geram "Aku menunggu suratmu Nak. Aku berjanji akan membantumu kali ini. Aku akan membalas mereka yang telah membuat keluargaku berantakan!"

***___***

Thalia memejamkan matanya, ia bernyanyi berusaha menikmati perjalanannya di kala hatinya sedang kesal. Ia benar-benar kesal pada Ace yang membentaknya dan menatapnya penuh permusuhan.

"For all of the times that they said it's impossible
They built the hurdles, the walls, and the obstacles
When we're together, you know we're unstoppable now"

Thalia tiba-tiba berdiri dan bernyanyi dengan lantang membuat kusir yang mengendalikan kuda terjingkat kaget.

"'Im not afraid
To tear it down and build it up again
It's not our fate
We could be the renegades
I'm here for you, ooh
Are you here for me too?
Let's start again
We could be the renegades"

Ace muncul di samping kusir, ia memberi isyarat agar tetap tenang dan tidak berteriak karena kaget. Kusir mengangguk patuh. Thalia tetap semangat kenyanyikan setiap liriknya, ia tak menyangka nama Kerajaan dimana ia berada saat ini sama dengan lagu kesukaannya yaitu Renegades.

"Take a deep breath, close your eyes and get ready
Take a deep breath, close your eyes and get ready
Take a deep breath, close your eyes and get ready to fly"

Thalia tetap fokus bernyanyi, ia tak menyadari Ace sudah duduk di belakangnya memperhatikan dirinya yang bernyanyi dengan nada yang menggebu-gebu sampai lagu Renegades selesai. Sang Kusir hanya terdiam menikmati suara Thalia menyanyikan lagu yang asing terdengar di telinganya.

"Sepertinya suasana hatimu sangat ceria Tha?" Suara bariton membuyarkan kegiatan Thalia.

Gadis itu menoleh cepat, netra emas madunya membelalak ketika mendapati Ace sudah duduk manis di belakangnya. Semburat merah muncul di balik wajahnya, kedua tangannya menutupi wajah, ia berusaha menyembunyikan rona wajahnya--ia malu kepergok menyanyi kegirangan sendiri seperti orang gila.

"Sejak kapan di situ?" Sahut Thalia tercekat.

"Sejak tadi," Ace terkekeh melihat Thalia salah tingkah.

"Bagaimana kau tahu aku disini?" Tanyanya lagi. Tangannya terlipat di depan dada.

"Jangan lupa! Aku bisa teleportasi. Lagipula menemukanmu yang sedang bersembunyi merupakan hal mudah bagiku," Ace terkekeh, padahal Ace mengikuti aliran energinya sendiri yang ada di tubuh Thalia--ingat tanda yang di sayap di dada kiri Thalia.

Thalia mendengus kesal, ia tak peduli lagi pria di hadapannya itu. Ia lebih memilih untuk tidur saja sampai tujuannya tiba. Ace menyadari kalau Thalia marah padanya.

Ace beranjak mendekat ke Thalia "Masih marah Tha?" Thalia masih diam tak menggubris keberadaan Ace.

Ace menghela nafasnya "Maafkan atas perlakuanku padamu Thalia Navgra,"

Kedua mata Thalia membelalak, ia membeku di tempat. Sontak ia menoleh ke belakang, kini wajah Ace tepat di depan wajahnya.

Thalia mendadak gugup 'Dasar hati cewe ya! Cepet banget luluh, aku tidak suka ini!' Seru Thalia mengumpati dirinya sendiri.

"Aku Nathalia Zeyrav. Lupakan Thalia Navgra! Kau tidak mengenalnya!" Seru Thalia.

"Aku mengenalnya Tha. Malah aku sudah bertemu denganmu dengan sosok Thalia Navgra asli pada waktu aku masih kecil. Meskipun aku tak pernah bisa menggapaimu saat itu," Jelas Ace dengan nada kesalnya.

"Tapi, aku rasa yang kau temui saat itu adalah sosok Nathalia, bukan sosok aku sebagai Thalia!" Bantah Thalia.

Ace menggelengkan kepalanya "Aku kan sudah bilang kepadamu. Aku melihat sosok yang berbeda saat aku masih kecil. Bukan sosok Nathalia seperti di depan mataku sekarang ini, aku melihat gadis lain dia memiliki sorot mata gelapnya yang indah, tajam dan tegas. Ia juga berambut hitam panjang sama dengan warna matanya. Itulah yang aku lihat!" Jelas Ace.

"Lalu kenapa kau membentak dan mengusirku kemarin kalau kau sudah tahu siapa aku?" Tatapan tajam di lemparkan Thalia.

Ace tersenyum, ia merasa bersalah karena kelepasan menumpahkan sedikit emosinya pada Thalia "Aku saat itu masih sangat pusing dan sedikit linglung. Aku belum bisa berpikir jernih karena semuanya pengelihatan itu tiba-tiba menerobos masuk ke dalam mimpiku,"

"Pengelihatan?" Tanya Thalia "Jangan-jangan kau melihatku di pengelihatanmu saat Melintasi Waktu?" Thalia akhirnya mengerti, otaknya sedikit lambat untuk berpikir.

"Iya, aku melihatmu berbaur menjadi satu dengan pengelihatanku tentang masa lalu."

Kedua tangan Thalia menutup mulutnya yang melongo karena kaget "Jadi kau sudah tahu?"

Ace mengangguk "Ini lah tujuanku datang kemari setelah sekian lama aku tak bisa menginjakkan kakiku di sini lagi. Karena Raja Liam melarangku datang ke sini dengan mengirimku berkali-kali ke medan perang,"

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Aku akan mengambil yang seharusnya menjadi hakku Tha," Jawab Ace dengan tatapan datarnya.

"Aku akan membantumu," Jawab Thalia mantab.

"Tentu! Kau karus membantuku karena kaulah yang akan menjadi Permaisuri pertama di Kekaisaran nanti."

Thalia bergidik mendengar penuturan Ace "Apa maksudmu? Aku? Permaisuri?"

Ace tersenyum, tangannya meraih tengkuk Thalia dan menariknya mendekat hingga kedua bibir pun bertemu. Kecupan dengan lumatan lembut membuat Thalia terbuai sesaat--entah kenapa ia kecewa saat Ace melepaskan ciumannya.

"Aku akan menghancurkan Kerajaan Orthello. Karena aku berniat membangun Kekaisaranku sendiri yang nantinya aku beri nama Kekaisaran Acelia,"

🌹🌹🌹

Mungkin untuk kedepannya akan sedikit lambat aku updatenya..

Semangat selalu untuk kalian..

Salam Manis dariku

NING SRI 😘

Continue Reading

You'll Also Like

2M 133K 70
Seorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yan...
71.2K 3.3K 38
Seorang istri sah yang bahkan derajatnya lebih rendah dari seorang simpanan? Akulah Laurent, aku seorang yang naif akan cinta hingga membuatku sa...
233K 27.5K 63
"Kehidupan ini hanya ku berikan untuk mu" Mahaz menganggap kelahiran kembalinya hanya untuk peri kecilnya. Mahaz seorang putra mahkota dari klan vam...
1.4M 119K 95
Satu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang Putra Mahkota membuat Sera melakukan sega...