π‘‡β„Žπ‘’ πΆπ‘Ÿπ‘œπ‘ π‘ π‘‘π‘Ÿπ‘’π‘ π‘ π‘’οΏ½...

By Helia_peachberry

1.7K 303 17

Semua itu bagaikan tinta tumpah menyapu semua tulisan diatas kertas. Sejak awal dia menginjakkan kaki diatas... More

Prolog : The Blessed One
Kebenaran yang terulang kembali (1)
Kebenaran yang terulang kembali (2)
Kebenaran yang terulang kembali (3)
Kebenaran yang terulang kembali (4)
Pesta diantara indahnya alam (1)
Pesta diantara indahnya alam (3)

Pesta diantara indahnya alam (2)

133 31 2
By Helia_peachberry

Kemenangan sedari awal sudah tidak perlu diragukan lagi. Jelas Lin (Y/n) tidak dapat dikalahkan oleh sekelas murid kultivator saja. Luar biasa kemenangan itu sangat rapi dan bersih, bahkan tampak begitu elegan. "Shizun, apa kamu mengenalinya?" Tanya Mo Weiyu secara spontan pada gurunya. 

Jelas saja pertanyaan tanpa permisi mendapatkan tatapan tajam dari sang guru. Tapi untuk membuat keadaan itu lebih mengejutkan, Chu Wanning malah menjawab pertanyaan Mo Weiyu. "Ya," balas sang guru singkat. Meski hanya sebuah jawaban singkat, ketiga muridnya tau pasti bahwa orang yang disebut itu memiliki tempat khusus pada hati Chu Wanning.

"A-apa!? Ini tidak adil! Aku sudah pasti tidak akan menang jika aku tau aku akan melawan ketua Lin!" Seru Murid kelan Lanling Jin yang tidak terima akan kekalahannya. Lin (Y/n) menggelengkan kepalanya, merasa tidak terkesan akan sikap dari murid itu. "Ketidak tahuan dapat membunuhku, ingat pelajaran ini."

"Baiklah, baiklah semuanya! Pertarungan telah berakhir dan pemenangnya tidak lain dan tidak bukan adalah naga immortal!" Seru Wu Lefan penuh semangat. "Jangan berlebihan, Lefan." Sembari mengatakan itu Lin (Y/n) mengelus pipinya guna meregenerasi luka yang ada pada wajahnya. 

Sekali lagi dikatakan, duel ini juga akan membuat pihak yang menang terluka. Untung saja darah yang menetes keluar hanay sedikit, lagipula Lin (Y/n) tidak memiliki intensi untuk membunuh murid dari Lanlin Jin itu sama sekali.

"Ah! Bikin malu saja deh! Jangan bilang kau murid dari klan kami kalau kau mengulangi ini lagi!" Seruan seorang bocah dapat Lin (Y/n) dengar dengan jelas. Melirik sekilas keasal suara, hati Lin (Y/n) menjadi ringan. Sosok Jin Zixuan dapat dia lihat sehat dan masih hidup, jadi anak yang berteriak disebelahnya pastilah Jin Rulan, anak dari Jin Zixuan dan Jiang Yanli.

Pertarungan itu elegan, tapi Shen Jiu tidak akan mengakuinya. Tetapi saudaranya berbeda. "Waduh! Jiu-ge lihat pria mungil itu? Meski tubuhnya kecil tapi dia sungguh memiliki kekuatan yang besar. Orang hebat, sungguh orang hebat!" Pujian yang lolos dari bibir Shen Yuan tidak ada habisnya.

Terkadang Shen Jiu bingung kenapa kembarannya begitu cerah, jawabannya cukup mudah. Karena Shen Yuan sebenarnya adalah seorang transmigrator.

.....

Lin (Y/n) berjalan di hutan bambu puncak Lin Zhou, tubuhnya terasa sangat panas akibat pertandingan tadi, menghabiskan waktunya saja. Karena hari pertama, para tamu diberikan waktu untuk beristirahat sehari sebelum acara dimulai esok hari.

Udara sejuk menerpa tubuhnya. Sebuah danau terlihat, itu merupakan danau yang sama dengan tempat dimana dia tersadar sekitar seminggu yang lalu. Lin (Y/n) berjalan mendekati danau itu, apa sebenarnya yang ada pada danau ini? 

Kaki gadis itu membawanya berjalan diatas danau dengan mata yang melirik kebawah, air danau yang mening tidak menyembunyikan apapun. Karena itu dengan mudah Lin (Y/n) menemukan sesuatu bercahaya dibawah timbunan pasir. Tanpa berpikir lebih, gadis itu menghilangkan kekuatan spiritual pada kakinya, membiarkan tubuhnya tenggelam dalam air.

Tubuh sang gadis secara perlahan namun pasti tenggelam kedasar danau. Namun baru saja Lin (Y/n) akan menjulurkan tangan guna meraih benda tersebut, tangan kiri Lin (Y/n) tiba-tiba di tarik. Belum sempat melihat siapa pelakunya, sedetik kemudian tubuh Lin (Y/n) telah terangkat keluar dari sungai.

"Hey! Apa kau kehilangan pemikiranmu!? Jangan bunuh diri disini bodoh!" 

Suara teriakan suara asing membuat dahi Lin (Y/n) berkerut. Sekarang, siapa orang bodoh yang memangilnya bodoh? Mengelap wajahnya dengan tangan, kini Lin (Y/n) dapat melihat jelas siapa sosok yang mengeluarkannya dari air. Liu Qingge, ketua dari puncak Bai Zhan. "Akhem, siapa yang bilang aku akan bunuh diri?" Tanya Lin (Y/n) menatap datar Liu Qingge.

Keduanya terdiam beberapa saat, sepertinya sekarang Liu Qingge baru mengerti apa yang terjadi disini. "Ah... Lain kali jangan begitu, aku tidak ingin keributan terjadi ditempat orang." Lin (Y/n) melepaskan dirinya dari genggaman Liu Qingge. Dia mengibaskan lengan pakaiannya sekali membuat seluruh pakaiannya langsung kering.

"Izin mengkoreksi, tempatku. Namun karena niatmu baik, aku harus berterimakasih," ujar Lin (Y/n) mengendus pelan. Gadis berpakaian pria itu memutar tangan kanannya membuat pakaian Liu Qingge menjadi kering. "Hm, tidak perlu berterimakasih. Aku... juga minta maaf atas kesalahpahamannya," ungkap ketua dari puncak Bai Zhan.

Kini barulah dia dapat melihat sosok Lin (Y/n) dengan jelas. Pemuda mungil dengan wajah lembut, bahkan pinggangnya juga ramping, jika dilihat secara mata telanjang orang-orang pasti menganggap Lin (Y/n) sebagai remaja puber yang menggunakan pakaian mewah saja. Padahal sosok remaja ini adalah ketua dari puncak Lin Zhou.

"Karena sudah dimari, apa anda keberatan untuk berjalan dengan saya?" Tanya Lin (Y/n) menatap sopan kearah Liu Qingge. Oh Lin (Y/n) tidak mau kecanggungan terjadi, dia sangat tidak menyukai perasaan canggung itu. "Jika kau... Anda tidak masalah berjalan dengan saya," balas Liu Qingge ikutan sopan.

Saat mendapat anggukan dari Lin (Y/n) keduanya akhirnya berjalan pada hutan bambu itu. "Sejauh ini, bagaimana Zhouhuang Lin dalam pandangan anda?" Tanya sang ketua dari puncak Lin Zhou berbasa-basi. Tentu saja kehidupan selama berpuluh-puluh tahun membuat Lin (Y/n) lancar berbasa-basi. 

.....

Xie Lian meletakan topi jeraminya pada meja yang ada dikamar tersebut. Kamar tamu itu jelas sangat nyaman, bahkan ukurannya lebih besar daripada kuil Puqi. Setidaknya dia legah mengetahui bahwa Lin (Y/n) hidup dengan baik.

Tok!

Tok!

Tok!

"Silahkan masuk." Dengan jawaban dari Xie Lian, akhirnya pintu ruangan terebut terbuka lebar. Sosok Yang Ruwen terlihat tersenyum dengan kata menatap kekosongan. "A-Wen, senang melihatmu sehat-sehat." Setelah pintu ruangan itu ditutup, Yang Ruwen berlari kearah Xie Lian dan memeluknya dengan amat erat, melepas rindu.

Tidak mengatakan apapun, Xie Lian membalas pelukkan dari Yang Ruwen. "Ah... Aku harus memangil anda apa?" Tanya Yang Ruwen sembari menyudahi pelukkan, matanya yang kosong menatap entah kemana. "Pa... Xie Lian, panggil saja aku dengan namaku A-Wen." Mendengar ucapan dari sang pria Yang Ruwen hampir berlutut, aksinya dihentikan oleh Xie Lian sendiri.

"Saya mana berani, jika ma tau..." Gumam Yang Ruwen menggelengkan kepala. Anak ini sungguh berbakti, Xie Lian menghembuskan nafasnya lalu menepuk-nepuk pelan pundak Yang Ruwen. "Sudah-sudah, kita tunggu San Lang tiba. Aku ingin mendengarkan bagaimana cerita perjalanan A-(Y/n) darimu," ucap pria berpakaian putih sembari mengarahkan Yang Ruwen kearah kursi pada ruangan itu untuk duduk.

Seperti kata pepata, ucapan adalah doa. Dalam seketika pintu ruangan itu terbuka memperlihatkan sosok berpakaian merah dengan rambut yang dikuncir berantakkan.

"Maaf membuat kalian menunggu, gege, A-Wen." Mendengar suara tersebut, Yang Ruwen sontak berdiri untuk kembali berlutut. Sayangnya, sekali lagi aksi pria itu dihentikan oleh Xie Lian. "A-Wen, ada apa denganmu hari ini? Kenapa kamu berusaha berlutut berkali-kali?" Tanya Xie Lian mengarahkan tubuh Yang Ruwen untuk duduk diatas kasur.

Pria buta itu mengepalkan tangannya. "A-aku bersalah... Papa, Fuqin, tolong hukum Hua Liwen." Nada bicaranya sungguh sopan, pemuda itu menundukan kepalanya tidak berani menatap kedua pria yang merupakan ayahnya.

Hua Cheng dan Xie Lian membagi tatapan, isi pikiran mereka saat ini sama. Pria berpakaian merah berjalan mendekati kedua pemuda disana, tangannya Hua Cheng ulurkan untuk mengelus kepala dari Hua Liwen. Hua diambil dari marga Hua Cheng, Li dari Lin dan Lian sementara Wen adalah nama pemberian mereka.

Dari satu elusan, warna rambut pemuda itu berubah, begitu pula mata yang tadinya buta kini memancarkan warna. Kini Hua Liwen duduk dengan surai (H/c) menutupi sebagian wajahnya. Manik merahnya merepresentasikan mata Hua Cheng, sementara struktur wajah tampan itu sangat mirip dengan Xie Lian, kecuali matanya.

"A-Wen, cerita perlahan. Kami tidak akan menyalahkanmu," Ujar Hua Cheng menarik dua kursi untuknya dan Xie Lian mendekat kearah kasur yang sekarang diduduki oleh anak mereka. Mata merah Hua Liwen melirik kearah kedua ayahnya, dia terdiam sejenak sebelum akhinya mengangguk.

"Keputusan itu ada baiknya dibuat diakhir cerita, Hua Liwen izin menceritakan."

.....

Shen Yuan dan Shen Jiu tengah minum teh pada sebuah paviliun. Didekat mereka masing-masing tampak para murid kesayangan mereka. Ming Fan, murid dari Shen Jiu dan Luo Binghe, murid dari Shen Yuan. Meski kembar bukan berarti selera mereka terhadap murid itu sama.

"Binghe, ini sangat bagus, darimana kau mendapatkan makanan ini?" Tanya Shen Yuan kembali memasukan makanan pada mulutnya. "Izin menjawab Yuan Shizun, beberapa adik seperguruan Lin Zhou yang memberikan. Mereka berniat memberi ini pada Yuan Shizun dan Jiu Shizun, namun sedang dalam... Kendala. Jadi murid ini menawarkan diri untuk membantu."

Penjelasan Luo Binghe membuat Shen Yuan mengangguk-angguk bangga akan sikap muridnya. "Baiklah, kau sungguh anak yang luar biasa. Aiyah, saudaraku kenapa hanya melihat saja? Cobalah ini," Ucap pria bersurai hitam sembari mendorong semangkuk Jiaozi kepada Shen Jiu.

Bukan respon baik yang Shen Yuan dapatkan, malah sebuah tatapan sinis dari saudara kembarnya. Shen Jiu membuka kipasnya menutupi setengah wajah barulah ia berbicara, "sungguh ceroboh, tidak waspada, bagaimana jika makanan itu memiliki racun? Tidak kah kau akan mati sekarang?" Tanya Shen Jiu sinis.

Jika didengar begitu saja memang Shen Jiu terlihat seperti sedang menindas Shen Yuan. Tetapi setelah sehidup semati dengan saudaranya, jelas Shen Yuan mengerti arti dari kata-kata kakaknya. Terkekeh, Shen Yuan mengambil sumpit dan menyumpitkan sebuah dumpling sebelum mengarahkannya pada saudara kandungnya.

"Aiyah, gege coba dulu! Tidak baik membuang barang bagus, ayo satu suap saja!" Bujuk rayu sang adik sembari menggoyang-goyangkan sumpitnya. 

Pemandangan yang lucu, sungguh. Perempatan imajenir muncul pada dahi Shen Jiu melihat perlakuan dari sang adik. Menghembuskan nafasnya, Shen Jiu menutup kipas miliknya pria itu membuka mulutnya menerima suapan dari sang adik. Rasa bumbu-bumbu yang unik masuk kedalam indra perasanya, luar biasa, Shen Jiu tidak pernah merasakan makanan yang penuh dengan rasa begini.

Merasa omongan sang adik benar, serabut merah tipis menghiasi wajah Shen Jiu. "Tidak buruk," ujarnya setelah menghabiskan suapan dari adiknya. "Kan!? Eh... Bukankah itu Liu Qingge?"

Tidak jauh dari mereka tampak sosok Liu Qingge tengah berjalan dengan wajah datar. "Si brutal itu," ujar Shen Jiu menatap tajam kearah Liu Qingge. Ming Fan dan Luo Binghe sedari tadi menutup mulut, kini mereka melihat Shen Yuan melambaikan tangan pada ketua puncak Bai Zhan. "Liu Qingge! Hey sebelah sini!" Sementara Shen Yuan menyapa, kakak kembarnya membuka kipas dan mengabaikan rekan mereka. "Berteriak, tidak sopan."

Tidak butuh waktu lama untuk Liu Qingge sadar akan keberadaan mereka. Namun hal yang tidak terduga adalah saat sosok bersurai (H/c) tampak mencondongkan tubuh melirik mereka dari samping ketua puncak Bai Zhan. "Ah! Mereka ketua puncak Qing Jing yang kamu ceritakan?" Tanya Lin (Y/n) masih menatapi sosok kedua orang itu. "Benar... Shen Yuan cukup aktif, harap ketua Lin maklumi."

Terkekeh pelan, Lin (Y/n) suka tipe orang seperti Liu Qingge dan Wu Lefan, mereka sama-sama tidak bisa berbohong dengan baik. "Ahahaha, tidak perlu seformal itu. Bagaimana jika kita sapa mereka? Tidak baik tidak menyapa kembali." Perkataan dari Lin (Y/n) memang terdengar seperti pertanyaan, namun sebenarnya tidak, itu adalah etika dasar. "Jika itu yang ketia Lin mau, aku tidak keberatan."

Dengan itu keduanya berjalan mendekati paviliun kecil, tempat dimana anak kembar Shen dan murid mereka berteduh. Kedatangan mereka jelas membuat Shen Jiu dan Shen Yuan berdiri sebagai tata krama. "Lin (Y/n) menyapa ketua gunung Qing Jing, Shen Jiu dan Shen Yuan. (Y/n) berharap kalian betah disini," sapa Lin (Y/n) menganggukan kepalanya singkat.

Luo Binghe yang sedaritadi mengikuti gurunya tidak dapat memalingkan pandangan dari Lin (Y/n). Pakaian indah membalut tubuh dia yang terlihat sebagai pria kecil itu, mata (E/c)nya tampak indah bagaikan danau bersih yang murni. Jika diperhatikan, pada rambut (H/c) pria itu dihiasi sebuah tusukan yang terlihat seperti sebuah tusuk konde unik.

"Ehey, Shen Yuan memberi salam kepada ketua. Tentu saja aku betah disini, omong-omong apa yang ketua lakukan bersama Liu-shidi?" Pertanyaan itu Shen Yuan lontarkan dengan senyuman pada wajahnya.

Belum sempat Lin (Y/n) menjawab, Shen Jiu menggunakan kipasnya memukul pelan dada sang adik. "Tidak sopan, Shen Jiu menyapa ketua Lin," ujar pemuda bersurai hitam rapi sembari menutupi setengah wajah dengan kipas. Pandangan matanya mengarah kepada kedua murid yang berada disana, hanya butuh sedetik untuk Ming Fan dan Luo Binghe sadar akan apa yang harusnya mereka lakukan.

Ming Fan, ingin membuat gurunya terkesan. Dia langsung bergerak kehadapan Lin (Y/n), pemuda itu hampir berlutut dihadapan sang gadis, untungnya dengan sigap Lin (Y/n) menghentikan aksinya. "Nak, beri salam tidak perlu membungkuk apalagi berlutut. Di sini, kamu jangan sampai berlutut ke yang bukan gurumu gurumu," tegur gadis itu menepuk pundak Ming Fan dua kali.

Para ketua dari gunung Cang Qiong pernah mendengar tradisi ini. Zhouhuang Lin memiliki kebudayaan yang berbeda daripada tempat lainnya, disini para murid sama sekali tidak memberikan hormat mereka apda orang yang bukan guru. Karena jika sudah memberikan hormat apalagi sampai bersujud dan diterima, orang itu akan dianggap sebagai penerus dari gurunya.

"Maaf, murid ini salah. Ming Fan, murid dari Qing Jing memberikan salam kepada ketua Lin." Ucapan anak itu membuat Lin (Y/n) melambaikan tangannya. "Tidak perlu meminta maaf, ketidak tahuan adalah dosa. Sekarang kamu tau," Balasnya tenang.

Sungguh bijaksana, berhasil membuat senyuman terukir pada wajah Luo Binghe. Pemuda itu berjalan mendekati Lin (Y/n) sebelum menyatukan kedua tangan memberi hormat. "Luo Binghe, murid dari Qing Jing memberi salam kepada ketua Lin." Anak ini manis sekali, sukses membuat serabut merah tipis muncul pada pipi Lin (Y/n).

"Saudaraku, kalian memiliki murid-murid yang manis." Pujian dari Lin (Y/n) di artikan sebagai pujian personal untuk Luo Binghe, Membuat Liu Qingge menggendus geli, tetapi tidak begitu menurut Shen Yuan. "Terimakasih atas pujian ketua Lin, tentu saja puncak Qing Jing akan memperlihatkan yang terbaik."

Shen Jiu memutar mata mendengar ucapan adik kembarnya. Ming Fan dan Luo Binghe sudah berjalan kembali berdiri dibelakang guru mereka lagi. "Suadara Shen tidak perlu sungkan, bagaimana jika secara pribadi aku membawa kalian berkeliling?" Tanya sang gadis sedikit mendongak untuk menatap mata orang sekitarnya.

"Ketua Lin sungguh orang yang dermawan, bagaimana kami bisa menolak niat baik ketua?" Kali ini yang membuka suara adalah Shen Jiu membuat dua rekannya terkejut. Pasalnya pria ini jelas tidak suka, bahkan membenci orang-orang. Tapi kenapa dia menerima tawaran Lin (Y/n) dengan begitu mudah? Tidak mungkin Shen Jiu naksir pada penampilan pemuda kecil itu kan?

Dengan polosnya Lin (Y/n) mengangguk. "Baik, jika begitu mari ikuti saya," ajak Lin (Y/n) mengarahkan tangannya. Shen Jiu membuka kipas menutupi setengah wajahnya. "Ming Fan, Luo Binghe, bereskan yang ada disini." Jujur saja Lin (Y/n) ingin menegur, tetapi dia tidak memiliki hak untuk itu.

"E-e-eh, aiyah, gege tidak ingin membiarkan mereka ikut?" Tanya Shen Yuan melihat ekspreksi dingin dari Shen Jiu. Membalas tatapan adiknya dengan tatapan tajam Shen jiu berkata, "bemalas-malasan tidak baik untuk mereka. Masih muda harus lebih rajin," Ujarnya mulai berjalan mendekati Lin (Y/n). 

Gadis itu dapat melihat Liu Qingge memutar matanya mendengar ucapan Shen Jiu. Shen Yuan sendiri hanya bisa pasrah dengan sifat dosen pembunuh kakaknya. Karena tidak ada yang dapat dibicarakan lagi, Lin (Y/n) mulai berjalan memulai tur gratisnya.

Shen Jiu menatap keras kearah punggung pria mungil itu, perasaan deja vu berat muncul dalam tubuhnya. Lin (Y/n) sungguh familiar, entah kenapa rasanya seperti pernah bertemu dimasa lampau. Shen Yuan sendiri peka akan sikap kakaknya, Shen Jiu tidak pernah memperlihatkan ketertarikkannya pada seseorang. Tetapi sikapnya barusan menunjukan bahwa dia tertarik pada Lin (Y/n).

Continue Reading

You'll Also Like

450K 4.7K 85
β€’Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre β€’woozi Harem β€’mostly soonhoon β€’open request High Rank πŸ…: β€’1#hoshiseventeen_8/7/2...
34.6K 4.5K 42
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
319K 26.3K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
236K 35.4K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...