OLEANDER

By aeleur

138 7 0

Erlan tiba-tiba mendapat ingatan tentang kehidupan pertamanya dan secara tidak sengaja mengetahui bahwa masa... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 3

Chapter 2

25 1 0
By aeleur

"Kudengar kau memecat seorang pelayan tadi sore."

Erlan menghela napas. Dia bahkan baru duduk tapi langsung direcoki dengan kata-kata sang kepala keluarga. Jika dia adalah Erlan yang kemarin, dia akan terus menunduk selama makan malam tanpa berani membalas ayahnya.

Tapi Erlan yang sekarang menatap tepat ke sepasang ophal yang identik dengan netra kirinya dan berkata, "Aku tidak memecatnya. Aku mensponsorinya."

Baik ayahnya maupun kedua kakak laki-lakinya yang duduk di seberang nampak terkejut. Ah, bahkan juga para pelayan yang tengah menghidangkan appetizer.

Erlan tidak peduli. Yang menjadi fokusnya hanyalah sup jagung mentega kesukaannya yang menjadi hidangan pembuka malam ini. Kepala keluarga Elghandier mengabaikan hal barusan dan memulai makan malam yang kemudian diikuti anak-anaknya.

Namun, berbeda dengan kakak kedua dan ketiga-nya, Erlan malah menatap sup di depannya dengan intens. Dia menyendok sekali dan langsung menyadari keanehan pada sup di piringnya.

Dia berdiri, mengabaikan tatapan sinis kakaknya dan membawa piring supnya kepada seorang pelayan perempuan yang tadi menyajikan makanan padanya.

Pelayan itu terlihat bingung, tapi tak dipungkiri ada rasa takut dalam hatinya mengingat seberapa kejam anak bungsu Elghandier itu. Tapi berbekal pengalamannya selama menjamu keluarga Elghandier, dia merasa yakin bahwa tuan muda ketiga itu tidak akan berani berbuat apa-aa di depan ayahnya.

Namun, diluar perkiraan pelayan itu, Erlan dengan kuat mencengkram rahangnya dan memasukkan sup itu ke dalam mulut yang terbuka. Pelayan itu mencoba meronta, tapi di bawah tatapan Erlan yang mendominasi, dia seolah tidak dapat menggerakkan seujung kukunya dan hanya bisa pasrah menghadapi sang tuan muda.

"Apa yang kau lakukan!"

Kakak keduanya terlihat murka tapi Erlan tidak peduli dengannya. Dia dengan dingin menatap pelayan yang tersungkur sembari mencoba mengais udara di depannya. Tidak ada rasa simpati.

"Kupikir apa yang akan kau lakukan setelah aku menggagalkan rencanamu untuk menaruh afrodisiak dalam cangkir teh Alvier. Rupanya hanya tindakan klasik seperti ini."

Perkataan Erlan mengagetkan semua yang ada di ruangan itu. Termasuk tuan muda kedua, kakak ketiga Erlan, pemilik nama yang dia sebutkan barusan. Kepala keluarga Elghandier langsung memberi perintah kepada para penjaga untuk menyeret, langsung ke ruang bawah tanah, pelayan yang tidak sadarkan diri dengan ruam kebiruan di lehernya.

Ketika Erlan duduk, pelayan lain dengan sigap menaruh piring baru di hadapannya. Menyendokkan sekali, Erlan tersenyum tipis mengetahui tidak ada lagi gangguan dalam makanannya.

"Aku terkejut kau mengetahui adanya racun dalam makananmu."

Suara sang kepala keluarga membuat kernyitan sekilas hadir di dahi Erlan. "Ah, itu. Racun itu sebenarnya tidak berpengaruh padaku. Tapi karena dia telah menaruhnya di makanan kesukaanku maka sekalian saja."

Erlan tahu tatapan ayahnya terpaku padanya untuk beberapa saat, tapi dia dengan tenang mengabaikannya dan memilih menikmati sup kesukaannya. Erlan tidak tahu bahwa sang kepala keluarga telah menambah 1 lagi fakta tentang putranya dalam daftar kesukaan putranya.

"Terima kasih, Erlan."

Suara tegas nan lembut itu membuat Erlan mengangkat pandangan. Diseberangnya, Alvier menatap dengan serius. "Jika kau butuh sesuatu mengenai akademi-mu nanti datanglah padaku."

Erlan mengedip sekali kemudian tersenyum menanggapi. Dia tidak menyangka akan datang hari dimana kakak ketiga-nya yang bagaikan Gunung Es Ragnir di Utara berbicara kepadanya dengan lebih lembut.

Alvier Valerion Elghandier, kakak ketiganya, putra kedua Elghandier, juga merupakan satu-satunya anak Duchess Clarabelle Elghandier neé Valerion yang membawa nama keluarganya karena kemiripannya dengan sang ibu. Dia memang dikenal cuek bahkan dalam keluarga. Jangankan orang lain, ayahnya sendiri pun terkadang merasa canggung bila satu ruangan dengannya.

Namun, berbeda dengan ketidak-acuhannya itu, Alvier memiliki sisi lain yang bertolak-belakang. Dia akan membalas budi dengan sangat baik kepada siapa pun yang telah menolongnya, bahkan sekalipun itu adalah musuhnya sendiri.

Terkadang kebaikan itu dimanfaatkan orang lain untuk menjatuhkan baik Alvier sendiri maupun nama Elghandier. Karena itulah setiap pengambilan keputusan pada pekerjaan yang diberikan kepala keluarga, kakak pertama Erlan akan selalu mendampinginya. Alasannya karena dialah yang mengerti Alvier luar-dalam.

Erlan mengernyit sekilas pada sapi panggang ditemani kentang tumbuk berlapiskan saus barbeque yang menjadi main course pada makan malam kali ini. Mengingat hal lain membuatnya lupa bahwa makanan mewah para bangsawan tidak semuanya sehat.

Dia menghentikan pelayan yang menyajikan makanan padanya dan membisikkan keinginannya.

Pelayan itu mengangguk sopan dan berkata, "Akan Saya siapkan segera, tuan muda."

Pelayan itu bergegas kembali ke dapur diiringi tatapan bingung pelayan-pelayan lain. Tidak sampai lima menit, pelayan itu kembali dengan sepiring sayuran yang terdiri dari brokoli rebus, sawi yang dipotong 10 cm memanjang, serta wortel yang dipotong kotak-kotak kecil dan dicampur dengan kacang polong.

Ketika makanan tambahannya disajikan, Erlan menghela napas pelan. Dia merasa tidak bisa menghabiskan daging di piring pertama tapi tetap harus melakukannya. Harus menghabiskan makanan adalah prinsip yang ditanamkan padanya sejak dulu.

Dia mulai dengan sesuap brokoli, lalu daging, sawi, kentang, dan wortel serta kacang polong yang terakhir. Lagi-lagi dia mendapat tatapan intens dari ayahnya, seolah tengah membacanya, tapi dia tetap terus mengabaikan hal itu.

"Padahal baru kemarin kau merengek dan memindahkan semua sayur dari piringmu."

Kalimat sindiran langsung tanpa diduga keluar dari mulut orang yang paling sering mencari masalah dengan Erlan setelah beberapa waktu dalam keheningan. Kakak kedua Erlan, putra pertama Elghandier, namanya Raziel Elghandier. Calon ksatria divisi 2 istana kekaisaran.

Erlan mengabaikannya juga dan memilih menikmati makanannya.

Desert malam itu adalah cake stroberi dengan krim vanila serta taburan kacang. Erlan menghela napas, raut wajahnya menunjukkan dengan sangat jelas bahwa dia tidak menyukainya. Dia menyukai buah stroberi, dia hanya tidak suka dengan apa pun yang telah di olah dengan buah itu.

Erlan menatap Raziel yang kebetulan juga menatapnya. "Kau mau?" tawarnya pada sang kakak yang langsung dibalas dengan tatapan penuh selidik.

Berdecak kesal, Erlan segera mengonfirmasi, "Aku tidak meracuninya. Aku bahkan tidak menyentuhnya."

"Tidak mungkin. Kau selalu menghabiskan desert seperti tidak makan berhari-hari."

Erlan berdecak kesal. "Kalau tidak mau akan ku buang."

"Berikan!" balasnya langsung. "Tidak boleh buang-buang makanan."

Erlan hampir tertawa ketika sang kakak melotot padanya. Sekilas terlihat seperti anak kecil yang tidak ingin mainannya di rampas.

Berbeda dengan tampang sangar Raziel yang tidak beda jauh dengan ayahnya, dia justru merupakan penyuka makanan manis terutama stroberi. Para pekerja terkadang dibuat gemas dengan perubahan drastis sang calon ksatria istana ketika berhadapan dengan buah merah itu.

"Ada yang Anda inginkan, tuan muda?" tanya seorang pelayan yang dibalas gelengan oleh Erlan.

Sang kepala keluarga, Dimitry Elghandier, menatap ketiga putranya bergantian. Tidak seperti makan malam sebelum-sebelumnya, kali ini terasa nyaman untuk berbagai alasan.

Tapi yang terutama ialah perilaku putra bungsunya.

"Kau berbeda malam ini, Erlan," celetuknya.

"Karena aku bukan Erlan."

Tiga pasang mata sontak mengarah padanya. Dimitry menggeram marah, merasa dipermainkan oleh anaknya sendiri.

"Apa yang kau katakan barusan?" Dimitry mendesis, "kau bilang kau bukan Erlan?"

Erlan mengangkat pandangan. "Benar."

Dimitry memberinya tatapan tajam. "Omong-kosong apalagi yang ingin kau beritahu sekarang?"

Di seberangnya, Alvier menghela napas. "Meskipun hidupmu tidak berguna, setidaknya berbicaralah hal yang berguna." Kemudian dia menutup mulut dan kembali makan.

Erlan tahu kakaknya tidak bermaksud mengatakan hal itu. Alvier pada dasarnya memang memiliki lidah tajam seperti Elghandier pada umumnya. Tapi dia cukup sensitif seperti ibunya.

"Ha! Memangnya ada gunanya dia hidup?"

Menghela napas, Erlan merasa hidupnya berkurang 10 tahun. Raziel dan kata-kata pedasnya benar-benar tidak bisa dipisahkan.

Bukan tanpa alasan Erlan mengungkapkan dirinya. Tren reinkarnasi, transmigrasi, dan sejenisnya, memang sangat populer akhir-akhir ini. Hal itu masih dalam penelitian para ilmuwan dan menara sihir. Meski telah terjadi berulang-kali, proses perpindahan dimensi masih menjadi misteri bagi mereka.

"Aku tidak asal berbicara atau mengatakan omong-kosong. Aku juga tidak mengalami perpindahan tiba-tiba seperti beberapa orang. Aku hanya baru menerima ingatan kehidupan pertamaku 3 jam yang lalu," jelasnya setelah meneguk habis segelas air.

"Pembohong!" Raziel menuduh. "Tidak jarang ada yang menggunakan trik itu untuk menyelamatkan diri dari masalah. Kau pasti salah satunya, iya kan?"

"Terserah jika tidak percaya," ucapnya santai, "aku hanya mengatakan apa yang kualami. Kedepannya aku tidak akan bertingkah seperti Erlan yang kalian kenal jadi jika ingin mencari masalah berusahalah sekuatmu, Raziel."

"Ayah!"

Dimitry mengabaikan aduan putra pertamanya dan tetap memfokuskan perhatiannya pada si bungsu. "Jika itu benar, lalu siapa namamu di kehidupan pertama itu?"

Erlan tahu ayahnya menanyakan hal itu untuk segala maksud dan tujuan. Setelah ayahnya mungkin akan mengurung diri selama beberapa waktu untuk menenangkan diri.

"Oleander."

Dimitry membeku.

Erlan menyeringai. "Namaku di kehidupan sebelumnya adalah Clarabelle Oleander."

_______

Traktir cendol dong
Biar Ael rajin up
https://trakteer.id/a_el/tip

Linknya ada di bio

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 136K 73
❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Genre: 1. Drama Psikologis 2. Thriller / Suspense 3. Action 4. Romance 5. Crim...
91.5K 6.6K 22
Sebagai pembunuh selama 10 tahun Helen mencapai titik jengahnya. Tidak ada hal baru yang membuatnya memiliki nafsu untuk hidup. Pelariannya saat ini...
218K 11.2K 32
"eh masak mati sih cuman kesedak jajan belum ketemu ayang yoongi elah" batin Aileen. Bukannya ke alam baka menemui kedua orang tuanya Aileen memasu...
427K 47.3K 44
Karena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Ize...