HER LIFE - END (OTW TERBIT)

By ay_ayinnn

4.9M 264K 16.9K

Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarg... More

Baca dulu beb
PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 42
PART 43
PART 44
PART 45
PART 46
PART 47
PART 48
PART 49
PART 50
PART 51
PART 52
PART 53
PART 54
PART 55
PART 56
JUST FOR FUN BEB!
PART 57 (END)

PART 41

54.6K 3.2K 299
By ay_ayinnn

"Dar, malem-malem kok diluar. Nungguin apa sih?" Charles datang dengan secangkir kopi hitam ditangannya.

"Lagi nunggu orang-oranganku, Pa. Papa sendiri bukannya tidur malah ngopi. Gak baik tahu malem-malem gini minum kopi."

"Kali ini doang. Ya udah, Papa ke gazebo samping ya. Mau cek data." Adara mengangguk lalu menatap kepergian Charles menuju gazebo samping rumah.

Tidak lama kemudian, orang-orangan yang Adara tunggu tiba. Mereka membawa benda yang sudah majikannya minta.

"Non, ini barangnya mau digimanain?" Tanya salah satu dari lima orang itu.

Melihat barang pesanannya dari luar plastik pembungkus, senyum Adara mengembang. Buat permasalahan ini Adara tidak main-main. Mental Vanya rusak, maka mereka juga harus merasakan bagaimana rasanya punya mental rusak.

"Kalian bawa dulu. Besok, kalian satu persatu pasangin ke hewan yang saya suruh."

"Baik nona. Kalau begitu kami pamit ke base."

Base adalah tempat tinggal khusus para bodyguard, supir, satpam di rumah Charles. Letaknya berada di belakang rumah. Jadi dibelakang rumah itu ada taman lalu ada jalan setapak yang dibuat estetik untuk menuju base.

Kurang enak apalagi para pekerja di sana? Dikasih tempat tinggal, dibolehin pulang selama seminggu dalam artian pergantian shift, makan minum tinggal ambil di dapur atau mereka juga bisa masak sendiri di dapur base, gaji sebulan 2-3juta. Nikmat mana lagi yang mau engkau dustakan.

"Jangan lupa saat anjing-anjingku datang, kalian juga datang. Jangan malah jadi anjing di base."

"Iya non, semua perintah nona siap kami laksanakan."

Selesai briefing semua orang-orangnya, Adara kembali masuk ke dalam rumah. Sudah sepi, maklum sudah jam sepuluh malam.

Hendak memasuki kamar, pandangannya fokus menatap seseorang yang sedang turun tangga. Vanya dengan baju tidur satin berlengan panjang, rambut tergerai rapi, dan jalan yang begitu anggun, mau kemana dia malam-malam begini?

"Van?" Adara mendekati tangga. "Kamu mau kemana?"

"Dara, kamu kok belum tidur?" Tanya Vanya setelah sampai di dekat Adara berdiri.

"Ini mau tidur."

"Oh, aku mau jemput Elen dulu di rumah Gavin."

"Hah? Nggak, ayo aku antar kamu ke kamar. Ini udah malam."

"Tapi Dara, Elen udah nunggu aku."

"Besok Elen kesini, kamu tenang aja. Sekarang, Ayo kita ke kamar. Malam ini aku temenin kamu tidur, gimana?"

Adara menuntun Vanya kembali naik ke lantai atas. Malam ini mereka tidur bersama di satu kasur seperti semasa kecil.

"Dara, bener kan besok Gavin nganter Elen kesini?" Tanya Vanya memastikan. Dia masih ragu, takut tadi hanya sebagai kalimat penenang.

"Bener Onya. Kalau aku sampai bohong, kamu boleh kok marahin aku."

Vanya tidur menyamping menghadap ke arah Adara. Kepala wanita itu menggeleng pelan. Dia mempercayai Adara lebih dari pada mempercayai orang tuanya sendiri.

"Terima kasih Adara," Vanya bergerak mendekati Adara yang tidur menghadap ke langit kamar. Tanpa aba-aba, Vanya peluk tubuh sahabatnya itu sambil mengucap terima kasih tanpa henti.

Hari yang bertambah gelap membuat mereka tertidur dengan posisi kepala Vanya dan Adara menyatu di atas bantal. Mereka memang sedekat ini sejak dulu.

Belum lagi bagi Adara, Vanya itu adek kecil yang harus di jaga. Makannya dia begitu sayang dan menjaga Vanya apalagi setelah tahu tentang kejadian kurang lebih 3 tahun itu.

"Aku janji bakal bales semua yang udah mereka perbuat ke kamu," Walau mata sudah terpejam, batin Adara masih terus mengucapkan kalimat tersebut.

•••••

Sudah tobat abangkuh🔥

Juna:
bsk kita semua disuruh ke rmh Vanya

Alex:
ngapain jir?

Farel:
2in

Marvel:
3in

Gavin:
4in

Juna:
panjang ceritanya
tentang kita, pacar gue, sama Vanya

Gavin:
hubungan Dara di rmh Vanya apa cok?

Marvel:
tau lo Jun
kalo pacar Farel masih masuk
Acel kan sahabatnya Vanya

Juna:
Dara juga sahabatnya Vanya, jing

Marvel:
HAH?!
DEMI APA JUN?

Alex:
boong ah, Dara selama ini di Bali cok

Marvel:
kalo iya.... shittt
takut sama Acel❎
takut sama Dara✅

Gavin:
om charles juga blg kalo temennya Vanya lagi kesini jadi sejenak dia lupa sama Elen

Alex:
jadi bener Dara temennya Vanya?

Marvel:
mau percaya tapi kok kalian gitu

Juna:
ga percaya juga gpp Vel, Lex

Farel:
Udah besok kita ke sana. free semua kan? sekalian kita semua minta maaf ke Vanya

Alex:
gue sih aman

Marvel:
alex aman, gue juga aman
lex bsk nebeng ya

Juna:
sama gue aja Vel
semua dah gue jemput satu-satu

Farel:
ok jun

Marvel:
shappp

Alex:
menyala abangkuh🔥🔥🔥

Gavin:
gue sendiri aja, bawa Elen soalnya

Marvel:
ceilah iya deh Papa Gavin

Alex:
merinding

Gavin meletakkan hpnya sembarang di atas kasur. Setelahnya, ia tatap Elen yang sudah tertidur dengan senyum mengembang.

"Cantik banget sih Sayang," Gavin mengecup dahi putrinya.

Setelah mendapat wejangan dari Berlin beberapa jam lalu, Gavin telah memutuskan sebuah keputusan untuk Elen dan Vanya. Dia membulatkan tekat akan menikahi Vanya. Walau rintangannya Clara sekalipun.

•••••

Pagi-pagi Charles, Clara, dan Adara tengah melakukan sarapan bersama. Hari ini ada yang spesial, Vanya juga ikut dalam sarapan itu.

"Vanya, udah mendingan?" Tanya Clara lembut.

"Udah," Jawab Vanya singkat tanpa menatap wajah siapapun.

"Katanya kapan itu kamu sesek, masih suka sesek?" Kali ini Charles yang bertanya. Namun Vanya hanya diam tak mau menjawab.

"Tadi malam sih Vanya aman, Pa," Sahut Adara yang semalam menemani Vanya tidur. Charles mengangguk lalu memasukkan sepotong roti ke dalam mulut.

"Oh ya, nanti Adara ada tamu. Gak apa kan tamunya aku suruh ke sini?" Izin Adara memotong-motong roti tawar hazelnut-nya.

"Gak kenapa-napa dong, Dara. Kayak sama siapa aja sih kamu ini."

"Terima kasih, Mama," Clara mengangguk.

"Em aku udah selesai makannya," Hendak berdiri, suara Clara membuat Vanya kembali duduk.

"Setidaknya roti tawar itu habis, Van."

"Cla, biar aja. Mungkin nafsu makan Vanya lagi ngga baik," Tegur Charles.

Vanya menatap mata papanya. Ia seperti sedang mengucap terima kasih karena telah membela namun tidak juga.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Vanya pergi dari sana dan kembali masuk ke kamar. Clara menghela nafas pelan. Kalau Vanya gini terus lama-lama dia capek.

"Aku rasa harus bawa Ayumi kesini. Kayaknya cuma dia yang bisa bujuk-bujuk Vanya."

"Ayumi?" Tanya Charles dan Adara bersamaan.

Clara mengangguk, "Ayumi orang yang udah bantu Vanya selama 5 tahun ini. Mungkin Vanya nggak pernah cerita tentang Ayumi ke kalian. Wajar aja, mentalnya masih terus mengganggu isi pikiran anak itu."

"Non, ada segerombolan laki-laki nunggu nona di ruang tamu. Katanya ada janji mau ketemu sama nona," Seorang asisten berbicara kepada Adara.

Charles dan Clara yang dengar pun saling memandang. Tamu Adara itu laki-laki? Eh sejak kapan Adara punya temen beda jenis kelamin gitu? Di Jakarta pula.

"Tolong bilang suruh nunggu beberapa menit lagi, biar aku selesaikan dulu sarapannya," Asisten itu mengangguk lalu menyampaikan amanat Adara kepada segerombol laki-laki di ruang tamu.

"Dar--"

"Kalau Mama mau tahu siapa tamuku, ke ruang tamu aja habis ini," Sela Adara tak membiarkan Clara bertanya mengenai tamu di depan.

"Papa curiga," Ucap Charles tiba-tiba nimbrung.

Sedangkan di ruang tamu, kelima laki-laki itu duduk sambil gelisah. Elen yang merasakan betapa gelapnya aura disini terus menempel kepada Gavin.

"Pa, Mama ma-mana?" Tanya Elen entah yang ke berapa kali.

"Bentar lagi, habis ini Mama keluar."

"Jun, pacar lo mana? Panggil kek udah lima menit nih kita duduk disini," Dari tadi Marvel paling ribet.

"Sabar dulu sih, Vel. Kita gak tahu loh habis ini bakal ada apa," Ujar Alex.

"EKHEM," Dehem seorang gadis datang sambil bersedekap dada.

"Sayang--"

"Kali ini profesional dulu Juna. Lo bukan cowok gue dan gue bukan cewek lo," Kata Adara sadis membuat Marvel dan Alex nyaris menyembur tawa.

Untung diantara mereka ada Farel yang langsung menyadarkan keduanya. Coba kalau gak ada, udah ketawa ngakak tuh mereka.

"Lo ganti pacar? Kok galak, Jun," Bisik Alex yang duduk bersebelahan dengan Juna.

"Masih sama njir," Sahut Juna pelan.

"Adara kan?" Gavin angkat suara membuat Adara menatap laki-laki itu. Batinnya terus meluap mengetahui siapa Gavin yang sebenarnya.

"Dar gue boleh masuk bentar? Mau bawa Elen ke Vanya," Ucap Gavin.

Pandangan Adara turun ke anak kecil yang berada di pangkuan Gavin. Lucu sekali, anak ini anaknya Vanya kah? Tapi tetap saja emosi Adara meluap karena ingat siapa ayah biologis anak kecil itu.

"Hai manis, ikut tante mau? Kita ke tempat Mama," Ucap Adara setelah sampai di dekat Gavin.

Awalnya anak kecil itu menggeleng dan enggan menerima uluran tangan Adara. Tapi semakin lama, ia merasa perempuan dihadapannya ini baik. Maka akhirnya ia mau digendong Adara dan masuk ke dalam.

"Kamu namanya siapa?" Tanya Adara sembari menaiki tangga.

"E-elen," Ucap Elen kecil.

"Lucu banget, kangen ya sama Mama?" Elen mengangguk.

Ceklek.

Pintu kamar Vanya dibuka pelan oleh Adara. Ia turunkan Elen setelah sampai di dalam. Terlihat Vanya tengah meringkuk ke samping kanan dimana dia membelakangi pintu.

Elen menoleh menatap Adara, yang ditatap pun hanya tersenyum lalu menyuruh Elen menghampiri mamanya. Tak melihat ada progres dari anak kecil ini, Adara berinisiatif memanggil Vanya.

"Van, coba lihat siapa yang datang," Ucap Adara membuat Vanya bangkit dari rebahannya.

"MAMA!!" Satu kata yang Elen ucapkan ketika melihat Vanya duduk di atas kasur.

"Elen.." Lirih Vanya setengah sadar.

Baru setelah itu Elen berlari mendekati Vanya. Ia peluk Vanya dengan sangat erat saking rindunya. Adara sampai terharu melihat adegan dihadapannya ini.

Tak lama setelah itu, emosi Adara kembali menyulut. Gavin, Juna, Farel, Alex, dan Marvel, lima nama yang sudah dengan teganya menghancurkan Vanya membuat Adara geram dan ingin menghancurkan mereka juga.

"Maka hari ini adalah hari kehancuran kalian."

Adara kembali menutup pintu kamar. Ia biarkan dua orang itu saling melepas kasih. Entah sudah berapa lama mereka terpisah hingga pertemuan hari ini terasa begitu indah.

Sampai di ruang tamu, Adara terkejut ada Charles dan Clara. Dari wajah, Adara merasa Clara tidak suka dengan kedatangan mereka berlima. Namun itu bukan menjadi masalah.

"Dara, kamu yang menyuruh mereka semua kesini?" Tanya Charles, Adara mengangguk mantab.

Pening, satu hal yang Charles rasakan sekarang. Ia memijat pelipis tahu apa yang akan Adara lakukan. Dia pasti tidak terima atas semua yang dialami oleh Vanya.

"PAKK!" Teriak Adara lalu orang-orangan yang semalam sudah ia briefing itu masuk.

Semua shock, banyak dari mereka yang ingin mengeluarkan pertanyaan. Namun sayang mereka memilih bungkam setelah melihat emosi Adara yang sudah tak bisa diredakan.

"Pasangkan mereka rantai anjing yang kemarin terus ikat rantainya di pagar depan rumah," Perintah Adara tanpa memikirkan ada pacarnya diantara lima orang itu.

"ADARA!" Tegas Charles tidak suka.

"Papa, jangan larang aku buat ngelakuin apa yang aku mau." Melihat anak buahnya hanya diam, Adara semakin membentak mereka semua.

"KENAPA MALAH PADA DIAM? UDAH AKU BILANG KALIAN JANGAN IKUTAN JADI ANJING. CEPAT LAKUKAN!"

Setelah bentakan itu, mereka baru melakukan apa yang harusnya dilakukan. Tidak ada respon apa-apa dari lima lelaki itu. Mereka berlima masih shock dengan apa yang bodyguard-bodyguard Adara lakukan.

Kepala Charles menggeleng, Adara memang jagonya balas dendam. Tapi bukan berarti balas dendam seperti ini.

"Merangkak," Suruh Adara.

"Sayang--" Juna yang ingin penjelasan dari semua ini dipotong langsung oleh Adara.

"Udah aku bilang Juna, profesional. Sekarang kita bukan sepasang kekasih! Cepat merangkak!"

"Gavin, tolongin," Ucap Marvel melas ke arah Gavin.

Gavin yang ditatap pun hanya bisa menggeleng lalu mengikuti saja apa kata Adara. Masing-masing rantai yang melingkar dileher mereka ada yang memegangi.

Kini lima orang itu merangkak sampai keluar. Seluruh anak buah Adara mengikat rantai itu ke pagar. Biar orang-orang diluar sana lihat sekalian.

"Adara, siapa yang suruh kamu kayak gini hm? Papa gak pernah ajarin kamu begini."

Charles keluar diikuti Clara dibelakangnya. Hembusan nafas kasar Adara membuat Charles semakin ingin tahu alasan Adara melakukan semua ini.

"Mereka semua pernah bikin Vanya kayak gini. Maka hari ini aku bakal buat mereka ngerasain apa yang pernah Vanya rasain."

"Apa?"

"Apa?"

Baik Charles, maupun Clara sendiri kaget. Mereka tahu Vanya dibully. Tapi mereka tak tahu pembullyan yang Vanya rasakan itu kayak apa.









Bersambung.

Kurang apa kalo boleh tau? Nih mereka ngerasain apa yang dirasain sama Vanya.

Clue next part Adara sama Acel adu mulut💋

12 02 24

Continue Reading

You'll Also Like

12.7K 332 50
TERJEMAHAN DARI NOVEL THE HUSKY AND HIS WIFE CAT SHIZUN. PENULIS/KARYA:meatbun doesn't eat meat Mo Ran merasa bahwa mengambil Chu Wanning sebagai tu...
235K 8K 39
"darel kepala lo ada apa nya tuh." ledek Vina "Gak usah ngeledek deh lo!" kesal Darel start : 19 oktober 2019 end : 7 november 2019
2.1K 229 21
Cinta. Satu kata yang sederhana, namun sangat menjadi beban bagi seorang Erik Arlando Frey untuk sekedar mengatakannya. Lain di mulut, lain pula di h...
23K 2.7K 8
WonShua Fanfiction Jeon Wonwoo x Hong Jisoo Seventeen Fic Jeon Wonwoo itu cuma murid biasa disalah satu SMA swasta. Walaupun ganteng dan pendiem, tap...