Fight for My Fate [TAMAT]

By Lulathana

725K 18.4K 1K

Sejak kecil Milka sudah bertunangan dengan Hema. Bisa dibilang seluruh hidup Milka hanya didedikasikan untuk... More

RE-POST
Prolog
1. Perfect Girl
2. Failure
3. Just a Doll
4. Different Lines
5. Threat
6. Are You Okay?
7. Chaotic
8. How?
9. Tears
10. Your Orders

11. Uncovered

19.1K 1.4K 113
By Lulathana

Milka membekap kuat mulutnya agar isakannya tidak keluar. Dia duduk dalam bilik toilet paling ujung dan menangis sendirian. Milka tidak pernah ingin menyakiti orang lain, tapi kenapa orang-orang tak pernah berhenti untuk membuatnya terluka?

Milka memang hanya boneka Damian yang hidup mengikuti apa yang dia inginkan, tapi bukan berarti dirinya tidak merasakan apa-apa. Sakit sekali, Tuhan. Milka ingin menyerah.

"Ibu bangga sama kamu."

Milka terdiam. Tiba-tiba dirinya mengingat kalimat itu. Kalimat dari wanita yang tidak kenal dirinya. Kalimat dari wanita yang tidak tahu apa yang Milka jalani selama ini.

Milka menggeleng kuat dan mengusap wajahnya kasar. Seharusnya Milka tidak pergi ke sana. Sekarang Milka tidak mengerti perasaan asing yang dirinya rasakan. Meskipun itu terasa seperti obat yang lebih menenangkan.

"Melody tunggu dulu di sini, aku bawa baju gantinya ya."

"Iya, makasih ya, Gaby."

Milka mendengar suara percikan air di luar. Dia hanya terdiam. Milka tidak terpikir kalau mereka akan dipertemukan di sini. Harusnya tadi Milka pergi ke tempat yang memang tidak akan dikunjungi oleh siapa-siapa.

"Akhirnya aku bisa berhenti rasain hal-hal bodoh kayak gini."

Milka mengenyit. Itu suara Melody, tapi tidak terdengar seperti dia. Entah dari intonasi maupun isi perkataannya. Melody yang polos tidak mungkin berkata seperti itu 'kan?

"Sayang banget Milka cuma pinter di akademik. Dia mungkin bisa bikin guru takut, tapi mulut siswa terlalu banyak. Jatuhnya dia cuma blunder. Sekarang siapa yang bakal denger dia?"

Tangan Milka perlahan terkepal. Milka bukan tidak memikirkan kemungkinan itu. Dia tahu pasti yang selanjutnya ia terima dengan pengakuan itu. Kesalahan Milka di sini adalah tidak tahu jika itu campur tangan Melody.

"Good job Melody, sekarang nggak perlu mancing-mancing Milka lagi, fokus ke Hema." Melody terdengar bersenandung kecil di antara suara percikan-percikan air itu.

Milka menelan semua amarahnya. Ia menarik napas panjang lalu berdiri dan keluar dari bilik itu. Melody belum menyadari, dia masih melihat cermin dan membersihkan rambutnya. Milka bersyukur, karena dengan begitu Milka bisa menilik baik ekspresinya. Bahwa itu bukan wajah seseorang yang lugu atau naif.

Melody menghentikan gerakan tangannya matanya melirik melalui cermin. "Oke, aku baru ngelakuin blunder juga," gumamnya kemudian berbalik lalu menatap Milka, tanpa topeng polos seperti sebelumnya.

"Eum, pertama-tama, haruskah aku bilang makasih karena udah buat pengakuan tadi? Atau buat ancamannya karena buat orang-orang takut?"

Milka menatap Melody datar, bibirnya lantas tertawa. "Ternyata 'urusan' Hema itu orang yang sepicik ini?"

"Terima kasih(?)"

Milka mengepalkan tangannya. Melody bahkan tidak menampik sedikit pun. Milka selama ini tertipu. Dia pikir Melody memang orang baik, hanya terlalu naif saja. Ternyata dia lebih ular dari gadis-gadis yang pernah mencoba mendekati Hema.

Melody kembali berbalik ke arah cermin dan melanjutkan aktivitasnya. "Aku minta maaf. Coba bukan kamu tunangan Hema, aku nggak bakal ngelakuin hal ini ke kamu kok."

"Dan kamu anggap itu pembenaran?"

Melody mengangkat tangannya cuek. Dia kemudian menatap Milka dari cermin. "Mil-ka Sa-shi-ki-ran," ejanya dengan raut yang seolah ingin tertawa.

"Biar aku kasih saran. Sebaiknya mulai sekarang kamu harus jaga emosi kamu. Yang kamu lakuin tadi itu emang bikin mereka nggak berkutik, tapi di sisi lain kamu juga beri mereka pandangan kalau kamu itu monster.

"Mereka nunduk di depan kamu, tapi di belakang, kamu nggak lebih dari bahan cacian. Kamu pastinya tau, tusukan dari belakang itu jauh lebih menyakitkan."

Milka menatap datar. "Cuma orang penakut yang banyak bicara buat bikin yang lain lebih takut."

Melody tertawa. "Kamu itu udah stuck. Nggak ada siapa-siapa di sisi kamu. Tau kenapa Cinderella lebih terkenal daripada Princess Disney lainnya? Karena yang miskin lebih banyak, dan mereka punya angan-angan itu. Mereka tentu lebih mihak aku dan orang-orang kaya terlalu ditutupi iri, karena meski di strata yang sama, kamu lebih unggul dari mereka."

Melody berbalik lagi dan menatap Milka. "Aku kasih saran lagi. Biar kamu nggak harus banyak usaha yang sia-sia. Putusin pertunangan sama Hema sekarang. Aku liat kok, kamu nggak cinta sama dia. Jadi, ayo terbang, kasih diri kamu kebebasan." Melody tertawa renyah setelah mengedipkan sebelah matanya.

"Kamu cinta Hema?"

Melody yang tengah tertawa itu berhenti dan memandang Milka jenaka. "Seriously? Pertanyaan itu? Aku pikir kalimat yang bakal kamu keluarin itu makian loh." Melody mengangguk-angguk.

"The real Queen(?) Kamu beneran cocok buat pergi. Cari orang yang benar-benar pantas buat kamu, bukan orang yang langsung berpaling denger rengekan kecil. You deserve better."

"Selesai omong kosongnya?"

Melody merentangkan tangannya lalu sedikit membukuk, membuat gerakan seperti memberi hormat ala bangsawan.

Namun, bukannya berjalan ke arah pintu keluar Milka malah mendekat ke arah Melody.

"Seperti yang kamu pikirin. Aku udah terjebak. Aku bertindak atau nggak, semua bakal bilang aku salah. Apalagi kalo orang liat kita dari toilet bareng gini. Imajinasi mereka pasti liar banget 'kan?"

Milka menggerakkan tangannya untuk mencengkeram rambut bagian belakang Melody. Melody tak menepis, hanya balas menatap Milka.

"Aku pengen banget keluar dari tadi, tapi bingung karena nggak mau nyia-nyiain nama yang tercoreng gitu aja."

Milka tersenyum manis. "Sekarang aku punya ide."

Milka mendorong kepala Melody ke dalam wastafel lalu menyalakan kerannya. Milka melihat Melody yang meronta-ronta. Tapi dia hanya diam dengan tatapan kosong.

Maaf, aku bukan anak baik.

oOo

Hema setengah berlari-lari dengan wajah yang menoleh ke sana-kemari mencari. Begitu melihat gadis yang duduk sendirian dengan kepala menunduk, Hema pun segera menghampirinya.

"Hema ...," ucap Melody begitu pria itu berjongkok di hadapannya.

"Aku dengar di toilet kamu dan Milka--apa yang Milka lakuin?" tanyanya setengah mendesak.

Melody menarik senyum tipis di antara wajah sedihnya. "Melody nggak papa kok."

Hema menggeleng. Tangannya menggenggam tangan Melody. "Dy, kamu jangan bohong sama aku, apa yang Milka lakuin?"

"Milka mungkin kesal, jadi ...."

"Apa, Dy?" Hema memberi tekanan, menuntut jawaban.

"Milka rendam kepala Melody di wastafel."

Hema terdiam. Tidak adanya ekspresi yang bisa Melody baca membuat gadis itu menggoyangkan tangan Hema.

"Melody nggak papa kok. Lagian karena Milka bersihin rambutnya jadi cepet." Melody mencoba mengukir senyuman.

Hema menghela napas. Ia menatap Melody dengan tatapan sendu. "Maafin aku, Dy. Gara-gara aku kamu jadi harus ngalami semua ini."

"Kok jadi Hema?" Melody mengibas-ngibaskan tangannya. "Ini bukan salah Hema kok."

"Apa yang Milka lakuin ke kamu, itu semua gara-gara aku. Aku minta maaf."

"Ini beneran bukan salah Hema. Melody juga nggak papa kok."

Hema menghela napas kembali dengan raut yang tetap merasa bersalah. "Kamu mau pulang? Meskipun udah ganti, aku tau pasti nggak nyaman karena belum mandi yang bener."

"Sekarang belum jam pulang."

"Nggak papa."

"Ibu kos pasti laporin ke Om Melody kalo bolos."

"Ke apartemen aku."

oOo

"Jadi berapa lama lagi?" tanya Hema dengan ponsel yang menempel di telinga. Dia menekan tombol lift lalu menunggu seraya mendengar jawaban dari seberang sana.

"Sesusah itu cari datanya?" Pintu lift terbuka, dirinya pun masuk ke dalam. Di mana ada seorang pria yang membawa satu jinjingan berisi makanan di dalam sana. Hema tidak terlihat masalah akan keberadaannya.

"Usahain secepetnya. Kegilaan mereka bukan buat coba-coba." Hema kemudian mendengarkan lawannya berbicara.

Sudut kiri bibir Hema terangkat. "Nyerah?" ucapnya dengan nada meremehkan. "Itu hal yang paling mustahil. Perkembangan dia udah cepet, sisa 2 lagi."

Hema mengambil alih makanan dari orang di sampingnya.

"Of course dia manusia, justru karena itu semua ini diperlukan 'kan?" Hema terkekeh kecil. Denting dari lift terdengar dia keluar menapaki lorong menuju unitnya.

Hema hendak menekan digit passcode-nya ketika teringat sesuatu. "Panti asuhan Cinta Kasih, jangan lewatin satu orang pun."

Hema menurunkan ponselnya. Memasukan sandi lalu membuka pintu. Ia memasang senyuman pada Melody yang tengah menyiapkan dua cangkir teh di pantry.

Hema melangkah dengan cepat ke arah gadis itu.

"Hema, Melody bikinin teh," ucap gadis itu dengan raut ceria.

Hema menaruh jinjingannya pada meja bar. Matanya melihat dua cangkir teh yang masih mengepulkan asap.

"Belum kamu minum 'kan?"

Melody menggeleng. "Baru beres banget nyeduhnya."

Hema mengambil dua cangkir itu lalu menumpahkan semua isinya pada wastafel. Melody membelalak bingung.

"Loh, Hema kenapa dibuang?"

Hema memasang senyum kecil. "Dy, teh yang di lemari udah expired."

"Oh ya? Maaf Melody nggak tau."

"Nggak papa, yang penting kamu belum minum."

Melody menghela napas penuh syukur. "Tapi di sana masih banyak loh, kenapa nggak dibuang?"

"Lupa." Hema pun terkekeh.

"Ya udah Melody aja yang buang."

Hema memegang bahu Melody yang hendak  berjalan ke arah lemari. "Lebih baik kamu makan dulu, dari tadi perut kamu belum diisi 'kan?"

Hema mengarahkan tubuh Melody untuk duduk pada salah satu kursi. Ia pun membuka bawaannya tadi.

"Aku nggak tau favorit kamu apa, jadi aku pilih yang best seller aja, semoga kamu suka."

oOo


*Baca duluan di Karyakarsa

Continue Reading

You'll Also Like

350K 23.2K 36
Kisah para anak konglomerat yang disatukan dalam sebuah sekolah bernama Harton Academy. Warning!! 1. contain a lot of English 2. tidak wajib, tapi ji...
54.3K 3.6K 69
Raja dan Kaisar itu saudara sekandung yang hanya terpaut satu tahun. Keduanya berparas tampan tapi memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Tabi...
226K 18.5K 54
Wizzy yakin semalam dia tertidur sendirian di kamarnya, tapi entah kenapa dia malah terbangun di tempat berbeda dan di sampingnya berbaring sosok lak...
258K 13.3K 38
Tentang kebodohan Alya. Tentang keegoisan Rama. Dan tentang hubungan setengah hati yang mereka pertahankan. Apa akan hadir kebahagiaan jika mereka te...