Sesampainya Devian dan Erick di lobby perusahaan saat kembali dari meeting, tiba - tiba ponsel Erick berbunyi, Erick menatap Devian meminta izin untuk mengangkatnya, setelah mendapatkan anggukan dari Devian, Erick melangkah menjauh dari Devian yg sedang mendengarkan laporan dari Ayu sang resepsionis tentang sekretaris baru Devian yg katanya sudah datang dan menunggu di ruangannya.
Di lihat di layar ponselnya tertera nama Ayahnya sedang memanggil, dengan perasaan gelisah dan gamang Erick mengangkat panggilannya.
"Hallo ada apa yah?." tanya Erick saat menerima panggilan telepon dari ayahnya.
"Ayah tunggu di cafe seberang kantormu, ada yg ingin ayah bicarakan." perintah ayah Erick to the point.
"Maaf yah untuk saat ini saya tidak bisa kesana karena masih banyak kerjaan, nanti sepulang kerja saya hubungi ayah lagi." jawab Erick merasa ada yg tidak beres, dalam pikirannya ayahnya pasti akan berulah lagi.
Sebenarnya Erick enggan berurusan lagi dengan ayahnya, tapi sebagai anak Erick masih mempunyai tata krama untuk menghormati sang ayah meski ayahnya telah menorehkan luka di hatinya dan tidak mengakuinya sebagai anak.
"Saya tidak mau tau, jika kamu masih ingin saya anggap sebagai anak kandung temui saya sekarang." celetuk ayah Erick dengan arogan.
"Bukannya ayah sendiri yg semenjak 3 tahun yg lalu sudah tidak menganggap saya sebagai anak kandung." jawab Erick yg masih sakit hati dengan ucapan ayahnya saat dia memilih untuk pergi dari kediaman Pranata.
"Kurang ajar kamu, cepat kesini atau saya akan buat kekacauan di tempatmu bekerja." bentak Ayah Erick dengan emosi.
Tuutt Tuutt Tuutt
Panggilan di matikan sepihak oleh ayah Erick, Erick yg mendengar ancaman ayahnya mengepalkan tangannya menahan amarah yg meledak di hatinya. Erick tau betul bagaimana sifat ayahnya yg egois, semua perintahnya harus di turuti jika tidak ancaman yg di berikan ayahnya akan menjadi kenyataan.
Erick menghela nafas panjang, dia menekan ponselnya menelpon Devian untuk meminta izin agar bisa menemui ayahnya yg saat ini sudah menunggu kedatangannya di restoran seberang kantornya.
Erick bergegas keluar dari lobby kantor menyeberangi jalan menuju Kay's Cafe yg pemiliknya tak lain adalah Mikayla sahabat baik Arunika.
Sesudah sampai di pintu masuk, Erick di sambut oleh pelayan, saat dia menyebutkan nama ayahnya yg telah menunggunya, Erick langsung di antarkan oleh pelayan ke private room, Erick sempat bingung kenapa ayahnya memilih private room untuk bertemu dengannya, dalam batinnya pasti ada hal serius yg di bicarakan ayahnya dan Erick yakin ini pasti menyangkut masa depannya kelak.
Saat pintu di buka, disana Erick melihat ada sang ayah yg di temani oleh seorang gadis cantik yg berpakaian sexy dengan dandanan menor yg Erick tidak ketahui namanya. Dengan perasaan ragu Erick berjalan mendekat kearah keduanya.
"Akhirnya kamu datang juga sayang." ucap sang ayah yg tampak canggung menyambut kedatangan Erick dengan berdiri dan memeluk tubuh Erick. Sudah lama semenjak 3 tahun yg lalu baru kali ini ayah dan anak itu bertatap muka langsung.
Erick yg mendapat sambutan seperti itu mengernyit bingung, dia tidak berniat membalas pelukan dan sapaan sang ayah karena dia masih syok dengan apa yg barusan terjadi.
Akhirnya pelukan terlepas, ayah Erick meminta Erick untuk duduk di sebelah gadis cantik yg menatapnya dengan binar bahagia.
"Ada apa ayah memanggil saya kemari?." tanya Erick yg tak ingin basa - basi.
"Santai dulu boy, lebih baik kamu pesan makanan dulu karena ini lewat jam makan siang." jawab ayah Erick mencoba mengulur waktu agar bisa membuat anaknya berlama - lama dengan gadis cantik di depannya.
"Saya sudah makan, sebaiknya ayah katakan apa tujuan ayah meminta bertemu disini." kata Erick datar, dia tidak menghiraukan gadis yg berada di sampingnya yg sejak tadi menatapnya tanpa kedip.
"Baiklah kalo begitu, ayah memintamu kesini untuk mengenalkan kamu dengan anak sahabat ayah." kata Bondan ayah Erick sambil menatap gadis cantik di sebelah Erick, "Ayo cantik perkenalkan dirimu." lanjut Bondan memberi kode pada gadis di sebelah Erick.
Gadis cantik yg dandanannya menor itu salah tingkah, dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya pada Erick untuk memperkenalkan diri, "Perkenalkan nama aku Selena Raquella biasa di panggil Selena." ucap gadis yg bernama Selena itu.
"Erick." Erick membalas jabat tangan Selena dengan malas dan cepat - cepat melepasnya.
"Sekarang kalian sudah saling kenal, ayah harap kamu dan Selena bisa menjadi dekat dan menjalin hubungan lebih dari ini." kata Bondan yg mengutarakan niat awal dia mengajak ketemu Etick, lalu dia menoleh kearah Selena, "Kamu maukan Lena menjadi kekasih dari anak saya Erick?." tanya Bondan pada Selena yg di balas antusias oleh gadis itu.
"Selena mau om, jangankan kekasih, Selena juga tidak menolak jika om menjodohkan Selena dengan kak Erick." jawab Selena tersenyum manis dengan semangat 45.
"Tidak saya tidak setuju, lagian ayah tau kalo saya sudah punya kekasih, lebih baik dia jodohkan saja dengan Erwin, seperyinya mereka cocok." bantah Erick yg tidak setuju dengan ucapan ayahnya, ternyata benar firasat Erick jika ayahnya akan berulah lagi mengatur masa depannya, dan sekarang malah ingin menjodohkannya dengan gadis yg dandanannya lebih mirip tante - tante dari pada gadis seumurannya.
Sebenarnya wajah Selena itu cantik jika dia tidak kelebihan make up, tapi first impression Erick saat pertama melihat tingkah laku dan dandanan Selena saat ini, Erick menilai Selena lebih cocok di pasangkan dengan adiknya Erwin dari pada dirinya. Dan alasan utama Erick menolak perjodohan ini karena memang ada hati yg harus dia jaga.
"Ayah tidak mau tau, kamu harus bertunangan dengan Selena, kalian sudah di jodohkan dan tidak ada bantahan." perintah Bondan yg kekeuh ingin menjodohkan Erick dengan Selena seorang putri dari pengusaha batu bara yg terkenal di jakarta, "Lagian apa untungnya kamu memiliki kekasih cacat seperti pilihanmu itu, tidak menguntungkan malah kamu yg di manfaatkan." Bondan memang melarang keras jika Erick berhubungan dengan kekasihnya saat ini. Kekasih Erick yg 6 bulan lalu mengalami kecelakaan hingga kaki kirinya retak yg saat ini duduk di kursi roda dan tidak memiliki pekerjaan tetap alias pengangguran. Bukan hanya itu, ayah Erick tidak suka dengan kekasih putra sulungnya itu karena dia berasal dari panti asuhan yg tidak jelas asal usul dan keluarganya, tentu bagi Bondan yg gila harta itu merupakan musibah yg bisa saja membuat hartanya berkurang, sehingga dia berniat menjodohkan Erick dengan Selena supaya dia bisa memanfaatkan kekayaan orabg tua Selena dan menjadikan Erick sebagai penerus perusahaan ayah Selena karena memang Selena anak tunggal.
"Erick tidak menyangka ayah sejahat itu pada gadis yg sudah menolong Erick, merelakan nyawanya untuk Etick, Erick kecewa sama Ayah." ucap Erick dengan tatapan kecewa, dia bangkit dari duduknya, Erick rasa tidak ada gunanya berbicara dan berdebat dengan ayahnya yg memiliki pemikiran yg kolot, serakah dan ingin menang sendiri, "Satu hal yg harus ayah tau, sampai kapanpun Erick tidak akan melepas kekasih Erick dan Erick juga tidak mau di jodohkan dengan dia, sudah cukup selama ini ayah mengekangku, lebih baik jodohkan saja dia dengan anak kesayangan ayah." kata Erick yg menahan amarah sambil menunjuk Selena.
Plaakk
Tamparan keras di layangkan oleh Bondan di pipi Erick hingga membekas dan ujung bibirnya robek mengeluarkan darah, wajahnya merah tangannya mengepal menahan emosi, Bondan murka dengan Erick yg tidak pernah mau menuruti apa yg dia perintahkan.
"Sekali lagi kamu bantah perintah saya, saya tidak segan - segan menghancurkan orang - orang di sekelilingmu termasuk kekasihmu yg cacat itu." suara Bondan menggelegar memenuhi private room sampai Selena yg melihatnya menjadi bergetar ketakutan.
"Saya tidak takut, bukankah selama ini anda sudah menghancurkan hidup saya, anda yg punya musuh tapi saya yg menjadi tumbalnya, memang anda sangat egois dan licik tuan Bondan yg terhormat." tantang Erick yg amarahnya sudah tidak terkendali sambil memegang luka di sudut bibirnya, dia terluka karena mendapat tamparan dari ayahnya di depan orang lain, sakit di pipinya tidak dia hiraukan bahkan lebih sakit di hatinya yg kini mendapat luka baru padahal luka 3 tahun yg lalu belum sembuh dan masih membekas di hatinya, selama ini Erick diam dan menurut saat dia di jadikan boneka ayahnya, bukannya Erick tidak tau jika selama ini dia di manfaatkan oleh ayahnya untuk melindungi diri Bondan sendiri, saat para musuhnya menjebaknya, Bondan memakai Erick sebagai umpan dan menjadi sasaran musuhnya, sampai 6 bulan yg lalu saat Erick akan di tabrak oleh musuh Bondan, Kiara Anjani kekasih Erick datang dan menyelamatkan Erick hingga Kiara harus mengalami retak pada kaki kirinya.
"Kamu.. ." menuding tepat di depan mata Erick, "Kamu akan menyesal telah berani menantang saya, jangan harap setelah ini kamu bisa hidup tenang." Bondan meledakkan amarahnya.
Bondan yakin setelah dia mengancam Erick dengan menggunakan orang yg dia sayangi, Erick akan menuruti ucapannya untuk menerima perjodohan dengan Selena.
Dengan wajah merah padam Bondan pergi meninggalkan Erick yg masih berdiri terpaku mencerna ancaman dari ayahnya, tidak lupa Bondan juga mengajak Selena yg masih terdiam kaku menyaksikan perseteruan antara anak dan ayah itu, "Ayo Selena kita pergi dari sini." ajak Bondan, Selena mengekor di belakang Bondan dengan tubuh yg masih gemetar, baru kali ini dia melihat seorang ayah yg tega menampar anak kandungnya untuk memenuhi permintaan dari orang lain.
"Shit.. ." umpat Erick.
Pikiran Erick kacau dan bingung apa yg harus dia lakukan setelah ini, pasti ayahnya akan mengusik kekasihnya sedangkan dia juga tidak bisa 24 jam berada di samping kekasihnya, apalagi dengan kondisi kekasihnya yg saat ini masih dalam pemulihan itu semakin memudahkan ayahnya untuk mencelakai kekasihnya.
"Aku harus meminta bantuan sama Devian supaya Kiara aman dari serangan ayah." gumam Erick.
Dengan langkah gontai Erick keluar dari private room, sepanjang jalan dia melamun hingga tidak sadar dia menabrak seseorang di depannya.
Bruukk
"Maaf saya tidak sengaja." ucap Erick sambil mengulurkan tangannya untuk menolong wanita yg jatuh karena dia tabrak.
Saat wanita itu mendongak, keduanya sama - sama terkejut.
"Kau.. ." ucap mereka bebarengan.