Rafa

By jeochan_

798K 57.4K 2.1K

[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa ti... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

28

13.9K 1K 71
By jeochan_













"Abang, nanti abang pulang duluan," ucap Rafa pada Vano yang duduk di sebelahnya. Saat ini mereka sedang berada di dalam kelas dan waktu akan menunjukkan jam pulang.

Alis Vano terangkat sebelah, "Kenapa?" tanya Vano dengan suara beratnya. Terdengar nadanya seperti tidak senang.

"Rafa mau ke mansion Ganendra, nanti mau pulang bareng abang Refan," jawab Rafa dengan santai tanpa mengetahui jika Vano kini mengepalkan tangannya. Kemarin abangnya sendiri yang pulang bersama adiknya, sekarang Refan? Vano merasa seperti kalah telak dengan mereka. Vano tak terima!

"Kenapa harus ke sana? ke mansion ku saja," jawab Vano penuh keirian. Tangannya sibuk bermain game dengan tatapan datarnya. Jika dilihat baik-baik, Vano bermain dengan penuh tekanan. Seperti menyalurkan rasa emosi? Marah? Ya, Vano orangnya gampang tersulut emosi.

Rafa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dari nada yang terdengar, abangnya seperti sedang merajuk. Kenapa?

"Besoknya lagi Rafa mampir ke mansion abang, Rafa juga kangen mommy, kangen abang-abang yang lain juga hehehe," ucap Rafa dengan niat menghibur abangnya. Vano dengan mood yang buruk benar-benar mengerikan.

"Hm," balas Vano acuh tak acuh. Vano meletakkan kembali handphonenya ketika guru telah masuk ke dalam kelas. Tatapannya memang menuju ke arah guru yang sedang mengajar, tapi pikirannya melayang ke rencana ia dan abang-abang yang lain. Rencana kemarin malam, tak sabar rasanya. Apalagi kali ini mereka akan melibatkan Rafa. Setidaknya Rafa bisa melampiaskan emosinya dan tak perlu merasa takut lagi. Karena ia dan lainnya tepat berada di belakang Rafa. Kata abang sulungnya, Dean. Jangan terburu-buru untuk melakukan pembalasan, tunggu waktu yang tepat. Vano rasanya ingin menyela perkataan abangnya itu, ia benar-benar tak sabar menantikannya.

Bel pulang telah berbunyi dan kini Rafa, Vano dan tiga temannya menuju ke parkiran.

"Bang Refan," panggil Rafa ketika melihat abangnya sudah berada di parkiran dan sudah menaiki motor sportnya.

"Ayo," ajak Refan pada Rafa untuk segera menaiki sepeda motornya. Refan telah diberitahu Rafa lewat chat jika Rafa akan mampir ke mansion Ganendra. Dalam hati Refan bersorak senang, ia tak sabar melihat
raut muka Vano saat Rafa memilih pulang bersamanya. Kapan lagi ia menang melawan Vano.

Dengan susah payah, Rafa menaiki jok belakang motor Refan yang tinggi. Untuk ia yang memiliki postur tubuh pendek, pasti akan kesusahan. Untung ada tangan Refan yang terulur padanya. Membantu ia
Menaiki sepeda motor itu. Setelah menyamankan dirinya. Baru Rafa melambaikan tangannya pada Vano  dan teman-temannya.

"Bye abang," pamit Rafa dengan lambaian tangannya.

Zidan, Brian dan Wildan membalas lambaian tangan Rafa. Kecuali Vano. Vano lebih memilih
Menyembunyikan kepalan tangannya dari dalam saku. Dengan tatapan datar biasanya, Vano melihat Rafa yang mulai keluar dari kawasan sekolah.

"Cih." Vano berdecih dengan lirih. Lalu tanpa berpamitan dengan teman-temannya, Vano menaiki sepeda motornya dan mengegas motor tersebut dengan kecepatan penuh. Meninggalkan teman-temannya yang terdiam membeku melihat sikap Vano.

"Vano kenapa dah?" tanya Zidan penuh keheranan. Tatapannya ia lemparkan pada Brian dan Wildan yang sama-sama menggelengkan kepala pertanda tidak tau.

"Pundung, adiknya diculik bang Refan ahahahaha," ucap Brian dengan candaan. Saat ia berdiri di samping Vano, dapat Brian rasakan hawa dingin nan suram menguar dari tubuh Vano. Mungkin Vano tak suka jika adiknya memilih bersama bang Refan.

Tunggu dulu! Kenapa Rafa bisa dekat juga dengan bungsu Ganendra? Bagaimana bisa Rafa akrab dengan kedua bungsu dari keluarga ternama itu. Sebenarnya siapa Rafa itu?





……….



Setelah beberapa menit. Refan dan Rafa telah memasuki kawasan mansion Ganendra.  Refan menurunkan Rafa di depan pintu mansion, sedangkan Refan terlebih dulu memarkirkan sepeda motor sportnya di garasi.

Setelah menyelesaikan urusannya, Refan mulai berjalan menuju ke arah Rafa yang masih tetap dalam posisinya. Lucu sekali adiknya, dengan tetap di posisinya dan kepalanya menunduk seraya memainkan sepatunya.

"Ayo," ajak Refan pada Rafa untuk segera masuk ke dalam mansion.

Rafa mengikuti Refan dari belakang. Mereka melewati beberapa bodyguard yang berjaga di depan pintu mansion. Mereka membungkukkan badan ketika ia dan abangnya melewati mereka.

Rafa merasa sungkan pada bodyguard-bodyguard itu. Apalagi saat Refan sudah melewati mereka, mereka tetap membungkukkan badannya. Seperti mereka itu sedang membungkuk padanya. Rafa merasa tak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini. Pada dasarnya, kedudukan ia dan bodyguard itu sama.

Tanpa Rafa ketahui, para bodyguard memperlakukan Rafa seperti tuan mereka, itu titah dari James, sang kepala keluarga. Dan tentu saja atas perintah dari nyonya Ganendra. Para pekerja di mansion Ganendra semua mengetahui jika Rafa diperlakukan spesial oleh keluarga ini. Dan sudah semestinya Rafa diperlakukan dengan baik oleh mereka.

"Abang, Rafa mau nemuin ibu dulu ya?" izin Rafa pada Refan. Ibunya jika tidak berada di dapur, bearti di ruangan yang lain, atau bisa di gedung khusus maid.

"Ya, cepat kembali." Refan memerintahkan pada Rafa utuk segera cepat kembali setelah menemui ibunya. Sedangkan Refan akan menuju ke lantai atas dimana kamarnya berada. Dan memberitahu mommynya jika
anak kesayangannya berkunjung ke sini. Dapat dibayangkan betapa hebohnya mommynya.

Rafa berlari dan akan menuju halaman belakang. Mencari keberadaan ibunya. Dengan seragam yang masih melekat  pada tubuhnya, Rafa berlari dengan semangat untuk menemui ibunya.

Belum juga mencapai pintu belakang yang menghubungkannya langsung dengan halaman belakang, tiba-tiba dari arah depan berlari seorang anak kecil yang menuju padanya. Saat itu Rafa memelankan laju
larinya, tapi jika dilihat dengan baik, anak kecil itu sepertinya sengaja berlari cepat ke arahnya dan Rafa tak sempat menghindar. Jadinya anak itu terpental ke belakang dan terjatuh ke lantai dingin karena bertabrakan dengannya.

Darimana asal anak itu, tiba-tiba saja datang dan mencoba menabrakkan dirinya padanya.

Rafa tidak jatuh, karena tubuhnya dan tubuh anak kecil itu jelas lebih kuat tubuh Rafa.

"Ibuuuuu huaaaaaa," teriak anak itu. Menangis sembari memegangi lututnya. Rafa yang tak ingin terjadi keributan di mansion ini, segera mengulurkan tangannya pada anak itu dan mencoba menghiburnya.

"Ayo berdiri, akan ku bawa kamu ke ibumu. Sudah jangan menangis. Tak enak dengan tuan dan nyonya," ajak Rafa pada anak kecil itu. Ah sepertinya anak kecil itu yang kemarin. Anak seorang maid, seperti dirinya. Bukannya saat itu nyonya Ganendra sempat melarang anak ini untuk tidak memasuki mansion ya? Kenapa sekarang anak kecil ini sedang berada di sini. Dan parahnya, sedang menangis keras. Sungguh, tangisannya itu berisik sekali. Rafa takut mengganggu orang-orang di mansion. Belum juga abang-abangnya yang membenci kebisingan.






"Sakit tau, Lea aduin ke ibu. Abang jahat," sentak anak kecil yang bernama Lea. Dengan masih memegangi lututnya dan tangisannya yang masih terdengar keras.

Ayolah, Rafa merasa lelah. Pulang sekolah berniat menemui ibu dan nyonya Ganendra, sekarang malah berurusan dengan anak kecil yang sedang rewel. Belum lagi anak bernama Lea itu memarahinya, apa salahnya?

Tiba-tiba terdengar langkah seseorang mendekat pada mereka. Itu adalah salah satu maid. Rafa tak tau namanya.

"Lea, kenapa bisa di sini. Ibu mu berada di gedung belakang," ucap maid tersebut seraya menenangkan Lea yang masih menangis.

Telunjuk Lea mengarah pada Rafa yang masih berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Lea. Dengan air mata berderai, Lea menuduh Rafa yang tidak-tidak.

Lea seakan-akan mencari perhatian.

Maid tersebut menatap kesal ke arah Rafa. Maid itu merupakan teman Dahlia. Jelas Dahlia telah mempengaruhi maid tersebut. "Jadi seperti ini sifat asli anak kesayangan nyonya Ganendra," ucap maid tersebut dengan sinis.

Rafa berdiri dari posisinya. Kini ia berdiri dan membuat tubuhnya sedikit lebih tinggi daripada dua orang tersebut. Ya, bukankah sudah biasa Rafa diperlakukan seperti ini. Rafa hanya perlu diam, karena sekarang ini masih berada di dalam mansion Ganendra. Nyonya Ganendra tak suka jika ada yang membuat keributan di mansion nya. Seharusnya semua orang tau itu. Apalagi maid tersebut yang seperti mengibarkan bendera perang padanya. Lagi lagi ia salah?

Rafa tau ada banyak pasang mata yang menyorot padanya sekarang ini. Jelas beberapa maid tengah menonton ia dan Lea. Hanya saja mereka tidak ikut campur, tapi cibiran lirih mereka dapat didengar oleh Rafa.

Tak sedikit yang mencibir dirinya karena menurut mereka sikapnya ini kurang ajar, apalagi dengan posisinya yang lebih sedikit di atas daripada mereka. Tapi  ada juga yang membelanya. Dan itu membuat Rafa merasakan damai di hatinya. Setidaknya ada lah satu dua orang yang tak buta dengan realita.

"Maaf," ucap Rafa dengan singkat lalu pergi dari hadapan maid dan Lea. Rafa rasa ia sudah tak memiliki kepentingan lagi. Ia harus segera menemui ibunya dan kembali lagi menghadap ke abangnya. Sesuai perintah Refan.

Menyisakan Lea dan beberapa maid yang tadi hanya melihat kini mendekat untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Kalian lihat sendiri, anak itu tidak punya sopan santun," cibir salah satu maid yang tadi mencoba menenangkan Lea.

"Bagaimana bisa, padahal wajahnya seperti anak baik-baik," timpal salah satu maid.

"Tidak mungkin. Ibunya saja baik, anaknya pasti juga baik. Dari tampangnya saja sudah terlihat," timpal salah satu maid yang membela Rafa.

Posisi mereka berada dekat dengan pintu belakang. Jadi orang-orang yang berada di ruang utama tidak akan mengetahui kejadian ini. Bahkan tangisan Lea terdengar lirih di sana. Niat hati Lea ingin tangisannya terdengar sampai ruang utama dan mencuri perhatian tuan dan nyonya Ganendra, terutama para putra Ganendra. Ternyata tak satu pun dari mereka yang menghampirinya. Lea dibuat kesal ketika salah satu maid berucap jika majikan mereka jarang melewati tempat ini, jadi mereka tak takut jika dipergoki sedang bergerombol saat ini.

Lea merasa apa yang ia lakukan adalah hal sia-sia. Ia ingin ibunya bangga padanya, ia ingin menjadi seperti apa yang ibunya katakan. Lea tergiur dengan iming-iminngan dari ibunya.

Lea harus melakukan sesuatu, dan yang pasti ia ingin menggantikan posisi Rafa di keluarga ini. Cukup kesal mendengar cerita Rafa dari mulut ibunya. Jika Rafa bisa, kenapa ia tidak bisa? Lea itu anak kecil yang cukup menggemaskan, tapi tidak dengan hatinya yang sudah dipengaruhi oleh ibunya sendiri, Dahlia.

Manusia jika ditawari kekayaan dan kekuasaan, pasti akan melakukan banyak cara untuk mendapatkannya, salah satunya Dahlia dan anaknya, Lea.

Lea, bocah kematian.







............

Anak sekecil itu🗿

Maaf dan makasih udah nunggu Rafa update.

Karena ujian ku dah selesai. Dan sebelum ada ujian ujian lain yang menyusul wkwkwkwk. Ku akan berusaha up cepet. Mumpung belum ujian lagi 😌

Semoga aja.

Continue Reading

You'll Also Like

439K 43.7K 15
Side Story Asher Kendrix S2. Keluarga Cemara ? Keluarga Asher Kendrix. Anak yang beruntung ? Asher Kendrix.
1.2M 122K 52
THE STORY OF VAREL : Varel, anak manis berusia 5 tahun yang mendapatkan keluarga adopsi overprotektif. Tinggal bersama Daddy dan 7 kakak laki-la...
245K 9.6K 79
Khalisa yezia akila dan aryan gifari alezra yang di pertemuan di pesantren _ _ _ Saat ini, yezia dan keluarganya sudah sampai di rumah, dan yezia mem...
850K 41.2K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...