Fight for My Fate [TAMAT]

By Lulathana

811K 49.3K 2.5K

Sejak kecil Milka sudah bertunangan dengan Hema. Bisa dibilang seluruh hidup Milka hanya didedikasikan untuk... More

RE-POST
Prolog
1. Perfect Girl
2. Failure
3. Just a Doll
4. Different Lines
5. Threat
6. Are You Okay?
7. Chaotic
8. How?
9. Tears
10. Your Orders
11. Uncovered
13. Should I call you ...
14. Home
15. Revenge
16. Believe Me
17. Mine
18. Gift
19. Behind The Scenes
20. Strangers
21. Hema's Other Side
22. What's Your Favorite?
23. Cute
24. Their Secret
25. The Game
26. Hopeless
27. The Truth
28. Meet Again

12. Jealous?

28.2K 1.7K 126
By Lulathana

Milka menatap kosong tangannya. Kepalanya mengingat bagaimana Melody hampir kehabisan napas tadi.

"Kenapa aku ngelakuin itu?"

Milka menggigit kukunya. Dirinya hampir membuat seseorang mati. Milka menutup kedua telinganya, tiba-tiba dia merasa berisik tapi tak ada satu kata pun yang bisa Milka tangkap dengan jelas?

Milka menekan telinganya semakin erat. Tubuhnya mulai bergetar diikuti dengan munculnya titik-titik keringat dingin.

"DIAM!" Milka memekik kencang. Semuanya seketika menjadi hening. Milka menatap sekelilingnya. Dirinya masih sendirian di kamarnya ini. Apa yang terjadi dengan dirinya?

Milka mengusap wajahnya dia beranjak dari kursinya kemudian berjalan dengan tergesa. Dirinya bahkan tidak memakai alas kaki apa pun.

"Bibi, teh dari Hema ada?" tanya Milka menghampiri pembantunya yang tengah memasak.

"Ada, Non. Baru aja kirimannya dateng. Kali ini Den Hema kirim banyak lagi," jawab pembantu itu diiringi senyuman.

"Mana?" tanya Milka dengan raut tidak sabar. Pembantu itu sedikit mengernyit bingung. Meskipun begitu dia tetap mengambilkan kotak teh yang Milka minta.

Milka menerima dengan tergesa. Ia membukanya lalu mengambil satu bungkus. Tanpa memerlukan bantuan pembantunya, Milka menyeduhnya sendiri.

"Non udah mau tidur?" tanya pembantu itu keheranan. Dirinya tentu sangat hafal tentang teh itu yang selalu diminum sebelum tidur. Dia juga sangat hafal Milka tidak tidur sesore ini.

"Mama dan Papa nggak bakal pulang hari ini 'kan?"

"Iya, Non. Kemungkinan besok pagi baru sampai."

Milka mengangguk-angguk. Dia pun meminum teh itu dengan sekaligus. Matanya terpejam menahan lidahnya yang menolak, ia pun menghela napas begitu semuanya sudah habis tertelan.

"Non?"

Milka mengangkat tangannya memberi tanda jika dirinya tidak ingin diganggu. Dia pun kembali melangkah ke kamarnya dengan langkah yang gontai.

Meskipun fakta Milka tidak menyukainya, tapi teh itu bisa membuat Milka lebih tenang, membuatnya bisa tertidur nyenyak. Milka ingin melepas semuanya. Ia hanya ingin tidur lelap tanpa memikirkan apa pun.

Milka naik ke atas ranjang. Pikirannya sekarang mulai terasa kosong. Kelopak matanya mulai terasa berat, hingga perlahan dirinya pun tertidur.

oOo

Milka sadar bahwa ini adalah mimpi. Karena di dunia nyata tidak akan ada orang yang memeluknya seperti ini. Milka tidak tau siapa, karena pandangannya yang terhalang dada orang itu. Yang Milka rasakan adalah rambutnya yang diusap-usap dengan lembut.

Dada Milka tiba-tiba berubah sesak. Matanya memanas hingga akhirnya menitihkan air mata. Milka tidak mengerti, untuk kedua kalinya dirinya menangis padahal tidak sedang diperlakukan jahat.

Dirinya tidak bisa membendung perasaan dalam dadanya yang terus berdesakan seolah ingin dikeluarkan. Milka mulai terisak. Begitu menyadari itu membuat isi dadanya lebih baik, Milka pun tidak menahan tangisannya lagi. Ia mengerang kencang untuk menumpahkan segalanya.

Pelukan di tubuhnya lebih erat, Milka merasakan kehangatan yang selalu jauh darinya. Milka merasa aman. Milka merasa jika dirinya tidak perlu susah-susah berdiri lagi, ada orang lain yang menyangga tubuhnya.

"Semua akan berlalu, sedikit lagi. Bertahan ya?"

Bisikan itu terdengar lembut, membuat dada Milka yang mulai terisi perasaan hangat. Milka merasakan tubuhnya terasa ringan.

"Kamu hebat." Milka merasakan sebuah kecupan hangat mendarat di keningnya. Milka pun memejamkan matanya.

Dering alarm membuat Milka kembali membuka matanya. Namun kali ini pandangannya tidak terhalang apa-apa. Dia bisa melihat langit-langit yang tinggi juga kamarnya yang luas. Dan tentunya sendirian.

Milka menyentuh kelopak mata juga sekitar pipinya yang basah. Dirinya juga terbawa menangis di dunia nyata.

Milka terduduk pandangannya masih kosong. Seperti perasaannya sekarang. Rasanya kosong, meskipun lebih baik dibanding pagi biasanya yang selalu terasa berat.

oOo

Melody melangkahkan kakinya dengan riang. Tangannya menjinjing sebuah paperbag yang berisi cookies. Melody melongokkan kepalanya pada sebuah pintu kelas. Senyumnya tersungging begitu ia menemukan Hema yang tengah menuliskan sesuatu pada kertas di mejanya.

Dengan senyum yang semakin lebar, Melody pun menghampiri pria itu.

"Hema...."

Hema mendongak. "Eh, Dy." Dia tersenyum lalu menepuk kursi di depannya, menyuruh Melody untuk duduk.

"Melody bikin cookies, Hema mau?"

"Oh ya? Mana?"

Melody membuka paperbag-nya dia mengeluarkan sebuah kotak berisis cookies cokelat.

Hema pun menyambutnya dengan baik, dia langsung melahap satu buah.

"Gimana?"

Hema terlihat berpikir. "Lumayan, tapi masih bisa ditingkatkan."

"Oke siap! Melody bakal berusaha lagi," ucap gadis itu penuh semangat. Hema pun tertawa lalu mengusap puncak kepala Melody.

Melody melihat kertas-kertas yang ditulis berantakan, hal yang masih menjadi sketsa kasar.

"Hema lagi ngerjain tugas?"

"Nggak, ini cuma iseng aja sambil nunggu bel masuk," jawab Hema dengan ringan.

"Finding Serena's Emotions." Melody membaca kalimat yang ditulis besar, mungkin judulnya.

"Cemburu nggak?" tanya Hema.

Melody mengernyit bingung. "Kenapa cemburu?" tanyanya tidak mengerti.

"Karena aku nulis nama perempuan lain," jelas Hema. "Tapi itu nggak bisa bikin cemburu ya?" tambahnya lagi kemudian terkekeh.

"Ini tentang apa?" Melody melihat rincian di bawahnya. Sesuai judul ada banyak nama emosi di sana. Mulai dari marah, malu, sampai takut. Beberapa sudah Hema lingkari.

"Ini project aku sama temenku. Bikin game tentang gimana buat Serena yang nggak punya emosi, bisa rasain semua ini. Tapi aku stuck di di sini." Hema menunjuk tulisan jealous.

"Aku nggak tau cara stimulasi rasa cemburu," ucapnya diikuti helaan lelah. Seolah dirinya memang sudah kehabisan ide.

Melody mengangguk-angguk. "Makanya tadi Hema nanya cemburu apa nggak?"

Hema tertawa renyah. "Iya. Cari referensi dari sekitar lebih efektif."

Melody mengambil pensil. "Cemburu itu emosi turunan, nggak bakal ada kalo sebelumnya nggak ada cinta." Melody menulis Love di sana.

"Jadi, Serenanya dibikin jatuh cinta dulu. Dan ke depannya justru lebih gampang. Hal sekecil apa pun bisa bikin cemburu. Termasuk cuma nulis nama perempuan lain kayak kamu tadi."

"Berarti kamu nggak cinta?"

Melody mengernyit tidak mengerti.

"Aku nulis Serena," lanjut Hema.

Melody berdecak kecil. "Ya maksudnya perempuan yang nyata. Serena 'kan cuma tokoh game Hema."

"Milka?"

Melody seketika terdiam. Hema tertawa kecil kemudian mengusap pipi Melody dengan gemas. "Bercanda."

Hema kemudian mengambil pensil dan fokus pada kertas-kertasnya. "Oke, sekalian aja aku riset ke kamu. Menurut kamu, apa yang bisa bikin cewek takut?"

Melody terlihat berpikir. "Serangga ... gelap ... em ... stalker, itu kayaknya yang paling ngeri."

"Loh bukan pembunuh ya?"

"Ya 'kan pembunuh juga pasti nge-stalk dulu targetnya. Gimana sih Hema?"

Hema tertawa lagi. "Oke-oke, pertanyaan selanjutnya."

...

Milka melihat interaksi yang begitu manis itu. Memang manis jika Milka tidak tahu siapa Melody sebenarnya. Sekarang  matanya melihat jika apa yang dilihatnya benar-benar tidak tahu diri.

Melody bahkan sudah tidak sungkan mendatangi Hema lebih dulu.

Milka membenarkan tali tasnya yang melorot. Ia pun melanjutkan langkah ke arah bangkunya setelah beberapa saat diam di ambang pintu itu.

Milka mengeluarkan buku lalu mulai fokus mengerjakan latihan soal. Tidak menyadari sepasang mata yang menatap dalam ke arahnya.

oOo

Melody menyimpan sikutnya pada pagar. Tubuhnya sedikit condong melihat Milka yang berjalan dengan anggun di bawah sana. Langkahnya tetap tegap, rautnya tetap kuat, seolah ... tidak ada hal yang terjadi.

Melody sudah membayangkan jika hari ini dirinya akan mendapatkan banyak serangan,  kejadian di wastafel itu bukan main, Melody nyaris mau mati rasanya. Dia berpikir akhirnya Milka mengeluarkan sisi buruknya saja. Jujur saja sikap Milka yang selalu tenang selama ini membuatnya muak. Maksudnya kenapa bisa ada manusia sekaku itu?

Dan hari ini, Melody jauh lebih tercengang karena Milka tetap tenang. Seolah kemarin dia hanya kerasukan dan setannya hilang kembali.

"Kenapa ya? Padahal jelas tunangannya sama cewek lain. Milka nggak cinta Hema, yang justru nekanin kalo ada alasan kuat kenapa dia tetep bertahan meski nggak cinta. Alasan yang nggak sepele, tapi kenapa tetap tenang padahal nasib pertunangannya sekarang di zona kritis gini?"

Melody terlihat berpikir keras. "Sial. Apa pertunangannya emang nggak bisa dibatalin ya?" Melody menggigit kukunya. "Meski masing-masing punya pasangan yang diumbar secara terang-terangan, Milka sama Hema tetap bakal dijodohin?"

Raut Melody terlihat suram. "Kalo gitu percuma aja aku deketin Hema." Melody semakin keras menggigiti kukunya. Pikirannya sekarang mulai kalut.

"Apa yang bisa bikin pertunangan itu batal? Ayo Melody, berpikir." Melody terlihat berpikir keras dengan pandangan yang terus mengikuti langkah Milka.

Mata mengerjap beberapa kali seolah menemukan sesuatu. Melody mengangkat tangannya, menutup Milka dari jangakauan pandangannya.

"Kalo Milka nggak ada. Otomatis pertunangannya juga nggak ada 'kan?"

oOo

*Baca duluan di Karyakarsa

Continue Reading

You'll Also Like

543K 67.3K 108
SELESAI ✔️ Lusi menghapus air matanya segera dan menyesali keasyikannya yang larut dalam tangis, lupa dengan siapa dia berada di ruangan yang tengah...
FOR MY EX By tha

Teen Fiction

780K 46.8K 47
Blurb: Erithia Alinea Zoey awalnya bahagia setelah berhasil memenangkan hati Edgar Jaguar Abhivandya yang terkenal dengan sikapnya yang dingin ditamb...
615K 17.1K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...
423K 50.7K 51
"Tipe gue nggak muluk-muluk kok, cukup kating FK aja." Ujaran Natha kala itu hanya sebatas candaan. Sampai di suatu pagi, ia bertemu dengan Jake-kaka...