•
•
•
Kathrina Irene, seorang maniac collector yang sudah melakukan perjalanan panjang dan melelahkan hanya untuk menjalankan hobinya. Tak tanggung tanggung uang dan waktu yang ia habiskan selama perjalanannya. Namun ia menikmati itu semua.
Mengoleksi sesuatu merupakan suatu hal yang bisa dikatakan obsesi terhadap barang tersebut. Seperti ada seseorang yang mengoleksi barang barang usang dan antik.
Mereka simpan atau ubah sedemikian rupa, sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi jika sewaktu waktu ingin menjualnya.
Memang hal yang seperti itu tidak akan bertahan abadi. Kita pasti akan memiliki keinginan untuk menjadikannya uang.
Kini Kathrina baru saja sampai di tanah air setelah melakukan penerbangannya ke negara Malaysia. Pencariannya di sana sedikit tidaknya membuahkan hasil yang manis.
Dirinya cukup mendapatkan barang berharga di sana.
Kathrina memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya dengan barang bawaannya. Kathrina memilih tinggal di rumah yang besar sendirian. Selain untuk menyimpan barangnya, ia juga ingin hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang tua.
Bagus!
Setelah menata barang barangnya, Kathrina menuju kamarnya dan membersihkan dirinya. Setelah itu, ia rebahkan dirinya di atas kasur yang empuk.
Baru saja ia memejamkan mata, dering ponselnya berbunyi dan memaksa Kathrina untuk menjawabnya.
Ternyata yang menelpon adalah sang ibu. Menanyakan bagaimana keadaannya setelah melakukan perjalanan keluar negeri. Kathrina juga diminta nanti sore untuk datang berkunjung ke rumah orang tuanya.
Kathrina menyanggupinya dan mengakhiri panggilan.
"Hadeh," Terdengar helaan nafas yang berat keluar dari mulut Kathrina. Ada satu kalimat dari mamanya yang masih mengganjal di benaknya.
"Kamu kapan mau bawa calon mantu mama main ke rumah?."
Skakmat!
Akibat dari asik sendiri, Kathrina mengabaikan hal yang satu itu. Bagaimana pun juga, kita hidup di dunia sedikit tidaknya harus memiliki pendamping hidup.
Kemandirian tidak semata mata dilihat dari kesendirian kita. Teman hidup juga perlu untuk menopang kemandirian itu sendiri.
Yang tadinya mengantuk, sekarang terlihat segar kembali. Kathrina berpikir, bagaimana caranya ia bisa mendapatkan pasangannya dan segera dikenalkan pada orang tuanya.
•••
"Kath, gw ada barang langka nih. Lu mau nggak?."
Ya kaget dan seneng dong. Kathrina kalau sudah mendengar kata langka pasti langsung tancap gas.
Ia langsung mengendarai mobilnya menuju rumah Marsha.
Marsha Lenathea, seorang collector juga, namun yang berbau jejepangan. Pertemuan mereka pertama kali diawali dari kedatangan Kathrina ke negeri sakura itu. Dirinya juga memiliki tujuan mencari benda berharga di sana.
Tapi secara tak terduga ia bertemu dengan Marsha. Yang mengejutkannya lagi, mereka sama sama maniac collector.
Kathrina sudah berada di depan rumah Marsha. Dirinya menekan bel rumah tersebut dan tak lama muncul lah Marsha dari balik pintu tersebut. Kathrina dipersilahkan masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Sedangkan Marsha akan membuat minuman untuk mereka berdua.
"Jadi barang langka apa Sha?." Marsha tersenyum. Ia tahu bahwa Kathrina sudah tidak sabar menantinya.
"Gw tempatin di ruang kamar gw, sini gw tunjukin."
Setelah meminum minumannya mereka berdua langsung menuju kamar. Namun saat sampai di depan kamar, Marsha berhenti dan menoleh. Meminta pada Kathrina untuk masuk sendirian dan melihatnya.
Marsha akan menunggu diluar saja. Kathrina menanyakan alasannya namun dijawab dengan dalih tak ingin mengganggu Kathrina. Sebelum Kathrina benar benar masuk, Marsha mengatakan bahwa bendanya ada di atas kasurnya.
•••
Dengan pencahayaan yang minim, Kathrina berusaha mencari saklar lampu kamar tersebut. Dirinya bisa melihat ada bayangan hitam yang ada di atas kasur tersebut.
Gede juga ya barang langkanya.
Setelah bersusah payah mencari saklar, akhirnya Kathrina berhasil menghidupkannya. Matanya membulat sempurna, melihat sesuatu yang berada di atas kasur tersebut. Apakah ini yang dikatakan barang langka?.
Kathrina perlahan berjalan mendekati benda tersebut.
Ini mah manusia asli, bukan barang.
Kathrina sudah sangat dekat dengan orang tersebut. Iya, Kathrina sudah menyimpulkan bahwa didepannya ini adalah seorang manusia. Sesosok gadis dengan rambut sebahu dan juga memiliki poni. Poni yang menambah kesan lucu di wajahnya.
Tapi pandangan mata Kathrina beralih ke arah leher gadis tersebut dan melihat tanda kemerahan di sana. Tanda seperti ikatan tali yang berbekas di kulitnya.
•••
"Yaudah ralat deh, itu barang langka sekaligus mahal." Marsha terlihat tersenyum lebar melihat respon dari Kathrina. Ia sudah menebak ini akan terjadi pada temannya itu.
"Gw bela belain nebus dia Kath, gamau berakhir ditangan mereka yang bejat dan berakhir di perdagangan organ manusia!" Kathrina tampak berpikir mengenai pertimbangannya menyelamatkan gadis tersebut.
Kini mereka berdua dikagetkan dengan gadis itu yang menangis histeris di dalam sana. Mungkin ia berpikiran bahwa dirinya sudah berakhir kotor dengan para pria bejat itu.
"Hei tenang lah, kamu aman di sini." Dia sedikit terkejut mendengar suara Marsha. Lalu mereka berdua mendekat dan menyodorkan air putih untuk gadis itu.
"Apa kamu sudah mendingan?." Kathrina juga membuka suaranya membuat wanita itu mengangguk.
Kathrina akhirnya setuju membawa gadis itu pergi bersamanya. Marsha pun semakin mengembangkan senyumnya. Sepertinya rangkaian rencana yang ada dibenaknya sedikit demi sedikit terealisasikan.
"Hey, siapa namamu gadis cantik?," mereka berdua sudah sampai di pekarangan rumah Kathrina. "Nama aku Adzana kak, biasanya aku di panggil Acel," Kathrina mengangguk dan mengajak gadis itu turun.
Mengantar gadis itu menuju kamarnya sendiri. Gadis itu datang polosan tanpa apapun karena Marsha mendapatkannya. Kini Kathrina hanya perlu merawat gadis itu agar tak ingat dengan masa lalunya.
•••
"Wahh..., kakak maniac collector ya?." Mata gadis itu berbinar binar saat melihat sekelilingnya. Kathrina mengajak gadis itu untuk masuk ke ruang koleksi pribadinya. Dan tak di sangka juga Acel menyukainya.
"Iya, apa kamu suka?." Acel mengangguk sangat antusias. Menarik sudut bibir Kathrina.
"Lucu, gemesin, cantik pula."
Dikarenakan hari mulai sore, Kathrina menepati janjinya untuk menemui kedua orang tuanya. Tentu dengan mengikut sertakan Acel di sisinya.
Mereka berdua kini mulai masuk dan melihat kedua orang tua Kathrina sudah duduk rapi di sofa ruang tamu. Dengan senyum mengembang, melihat anak mereka yang datang dengan gandengan tangan.
"Papa, mama, kangen banget deh sama kalian." Kathrina menyalimi kedua orang tuanya. Diikuti oleh Acel yang melempar senyumnya.
"Jadi?," mama Kathrina mulai membuka pembicaraan untuk memancing anaknya berbicara. Setidaknya memperkenalkan orang yang ada disebelahnya.
"Oh iya mah, pah, kenalin ini Acel pacar Kathrin."
"HAH?!, APA!!"