My Lethal Boy Friend

By jiaathe

336K 39.3K 21.2K

Teman tapi posesif? Arkanza Archeron itu galak, kejam, tidak berprikemanusiaan. Dia sering membunuh orang den... More

Prolog
1 - Prioritas
2 - Gadis Pengadu
4 - Penyebab Petaka
5 - Gengsi
6 - Pelit
7 - Marah?
8 - Peduli
9 - Sakit Hati
10 - Tuan Putri
11 - Awan
12 - Over Protectif

3 - Friendshit!

22.5K 3K 1.1K
By jiaathe


Kalian inget si legend "Irenenen" nggak?😭

Kalau kalian baca My Roommate Is Badgirl, kalian nggak mungkin lupain dia. Dan Gea ini anaknya Irene, kita tau sendiri Irene itu cantik banget. Jadi Gea pasti nurunin cantiknya. Gimana Arka nggak tergila-gila 🤏🏻

Terus, versi novelnya cukup beda sama yg di wattpad. Di novel Irene tergila-gilanya sama Sagara, dan dia ditinggal mati. Terus dijodohin sama ortunya. Lahir deh, Gea. Posisinya Irene masih gamonin Sagara sampai detik ini:)

****


Gea pernah melewati banyak hal mengerikan selama hidupnya. Pergi ke dokter gigi contohnya. Atau dicakar kucing hitam peliharaan Arka yang galak. Tapi Gea belum pernah berada di tengah-tengah kekacauan seperti ini!

Sekumpulan pemuda mengerikan ada di depannya. Mereka bahkan membawa senjata. Membuat Gea menggigil ketakutan sekaligus panik.

"Bang, itu cewek siapa?"

"Kiw, cantik."

"Cewek tah? Gue kira bencong."

"Emang ada bencong badannya kaya botol kecap gitu?"

Gea melirik tajam pemuda-pemuda itu. Terlebih yang mengatainya seperti botol kecap. Secepat Gea melirik, secepat itu pula wajahnya berubah merah. Dari kesal, ia berubah gugup setengah mati.

"Ar, lo bawa siapa dah?" tanya Langit yang baru saja menyebut Gea botol.

Arka duduk santai di atas kap mobilnya sembari merokok. Ia hanya melirik sekilas Gea yang berada di sebelahnya.

"Siapa?" balas Arka terkekeh. "Babu gue."

Langit mengangguk-angguk.

"AWH! ANJING!"

Semua laki-laki di sana seketika melirik Arka. Pemuda itu mengelus bahunya yang panas setelah terkena tamparan tangan Gea.

"Mau pulang!" kata Gea keras. "Pulangin aku nggak?!"

Arka berdecak pada gadis itu. "Lo suka Langit kan? Tuh, gue kasih Langit," dengan dagunya ia menunjuk sosok berjaket denim. "Ngit, ini cewek suka sama lo."

"ARKA!"

PLAK!

Belasan laki-laki di sana menutup matanya sekejab saat bunyi nyaring itu terdengar. Padahal badannya kecil, tapi sepertinya pukulannya mengerikan.

"Suka gue?" ucap Langit tertawa. "Berarti seleranya bagus."

"Pala lo bagus," dengkus Arka.

Langit berhenti tertawa. "Pulangin aja, Ar. Lagian bocah kaya dia nggak guna. Yang ada kebejek jadi perkedel di tengah tawuran," kata Langit. "Malah nyusahin kita nanti."

Nyesek. Gea langsung menunduk.

"Emang mau gue pulangin," ucap Arka.

"Tapi buka dulu lah maskernya, gue pengen liat mukanya," ucap Langit menatap lurus gadis berambut panjang berkilau. Matanya bulat dan lucu, kulitnya seputih susu, tapi sebagian wajahnya tertutup masker merah muda kebesaran. Atau mungkin, wajahnya yang terlalu mungil.

"Gak usah. Dia penyakitan, ntar lo ketularan," balas Arka sambil menginjak puntung rokoknya hingga padam.

Gea tidak bereaksi. Ucapan Arka memang selalu menusuknya setiap saat, jadi dia terbiasa. Tapi kenapa mendengar ucapan Langit tadi membuatnya langsung murung? Padahal harusnya Gea sudah kebal terhadap omongan pedas sejenis itu.

Arka melirik Gea lalu tersenyum tipis. Gadis itu keras kepala. Ia tidak akan mendengarkan Arka jika Arka menyuruhnya menjauhi Langit. Jadi, Arka sengaja membuat Gea melihat jati diri Langit yang seperti ini.

"Ngit, cewek lo mana?" tanya Arka.

Langit menatapnya. "Yang mana dulu?"

Gea seketika shock.

Itu artinya pacar Langit bukan hanya satu?

"Yang mana aja," kata Arka.

"Evoni sama Chika lagi sibuk belajar kayaknya. Terus Alin sama Dira barusan kirim chat kalau mau tidur."

Gea pikir itu sudah cukup tetapi ia kembali terkejut.

"Terus tiga lagi kemana?" tanya Arka.

"Gue lupa namanya lagi," balas Langit menggaruk kepalanya. "Ntar deh gue cek. Untung lo ingetin, kalau nggak gue lupa punya mereka."

Bersamaan dengan itu, Sagar, Kevin, dan Yosha datang sambil berteriak. "ANAK-ANAK BULAN DATENG WOI!"

Bulan, itu adalah ejekan mereka untuk sekolah musuh. Moonlight High School adalah musuh abadi sekolah mereka. Golden Dream High School.

Sekolah mereka memang elit, tapi jangan mengira ada kedamaian di sana. Justru kedua sekolah itu terkenal paling brutal dan tidak terkendali. Akhir-akhir ini perseteruan mereka semakin gila dan gila.

"Sial," umpat Arka. Dia belum sempat memulangkan Gea.

Arka lalu memberi perintah. "Ba, lo diem di mobil jangan kemana-mana. Nanti gue balik."

"Ba?" ulang Gea.

"Bu," sambung Arka dengan senyum menyebalkan.

"ARKA!" kesal Gea.

"Alka, Alka, diem lo cadel!" kesalnya.

Wajah Arka berubah serius. "Denger gue, jangan ada yang tau nama lo. Muka lo. Atau apapun tentang lo. Liat sendiri kan mereka ngeri. Lo mau diincar?"

Gea menggeleng.

"Nah bagus," katanya sembari menaikan masker wajah gadis itu. "Sekarang masuk ke mobil. Gue nggak lama."

Setelah itu Arka berlari menyusul teman-temannya. Belum sempat Gea membuka pintu, seseorang menariknya dengan kuat lalu mencekiknya sampai punggungnya membentur badan mobil.

"Ada cewek nih," kata pria itu. Mukanya jelek, Gea akui itu.

"ARKA, ARKA! CEWEK LO!"

Arka menoleh pada seorang gadis dengan piyama merah muda menggemaskan yang kini dicekik dan diancam oleh sebuah belati di depan wajahnya, dengan cepat ia berlari dan menarik laki-laki itu menjauh dari Gea.

Tidak sampai di sana, Arka juga langsung menghajarnya habis-habisan. Rahang Arka mengetat, ia paling tidak suka ada yang lancang menyentuh Gea.

"Arka, nanti dia mati," kata Gea ketakutan. Wajah pria itu sudah babak belur, ia bahkan beberapa kali memuntahkan darah saat Arka menginjak perutnya.

Keadaan semakin kacau. Pekikan sakit dan bunyi kegaduhan membahana. Entah bagaimana, mereka semua merapat ke tempat Arka dan Gea. Membuat mereka berdua terkepung oleh orang-orang yang sibuk berkelahi.

Gea mau menangis. Dia sangat takut. Tidak hanya satu yang memegang senjata tajam. Tidak satu dua orang yang terluka dan berdarah. Keadaan ini mengerikan.

Tiba-tiba sirine polisi terdengar.

"Bangsat, siapa yang lapor polisi?!" pekik mereka lalu berbondong-bondong melarikan diri.

Begitupun dengan Arka yang langsung menarik lengannya dan memaksanya berlari. Gea kesulitan mengikuti langkah Arka yang lebar. Perbedaan tinggi mereka sangat jauh, satu langkah Arka setara dengan tiga langkahnya.

Arka berhenti saat mereka sudah lumayan jauh. Gea melirik sekitar yang gelap dan begitu sepi. Suasana tempat ini suram dan horor.

"Gea, lo sering nyuri mangga di rumah gue, kan?" tanya Arka.

Kenapa di saat seperti ini Arka masih sempat membuatnya kesal?!

"Nggak nyuri! Kamu maksa aku manjat!"

"Tapi kan habis itu lo sering manjat pas nggak ada gue."

Gea menggembungkan pipinya. "Yaudah sih, nanti tagih aja kerugiannya ke papa aku."

Arka menatapnya lalu menatap sebuah pohon besar di depan mereka. "Kalau gitu manjat ke sana, kita nggak bisa lari lagi. Daerah ini udah dikepung polisi."

"Tapi---"

"Cepet, Gea! Lo mau masuk penjara?!"

Gea menggeleng cepat. Setelah itu ia maju dan berusaha untuk naik ke atas pohon. Untungnya Arka sudah memberikan pelatihan manjat pohon sejak usianya masih bocah. Gea tidak tau jika hal ini akan berguna di kemudian hari.

Gea berhasil sampai ke atas dan duduk di dahan pohon yang kokoh dengan mudah. Tak lama kemudian Arka menyusul dan duduk di sebelahnya.

Tidak seperti Gea yang ketakutan, Arka justru terkekeh kecil.

"Seru kan?" tanyanya menatap lurus wajah Gea. "Sesekali lo uji nyali. Jangan main boneka mulu."

"Kamu gila, ya?" kata Gea nyolot. "Aku hampir mati, tadi!"

"Yang penting nggak mati, kan?"

"Tapi tetap aja hampir mati!"

"Lebay lo. Malaikat maut juga ogah ketemu lo. Jangan terlalu percaya diri," cemoohnya.

"Cari di sana juga! Tadi saya lihat ada dua orang yang lari ke arah sana!"

Gea seketika merapatkan mulutnya. Ia menatap Arka dengan panik. "Arka, gimana in---"

"Syutt," bisik Arka meletakan telunjuknya di depan wajah Gea. "Naikin kaki lo. Diem."

Gea menurut dan membawa naik kedua kakinya yang tadi bergelantungan ke bawah. Gea menahan nafasnya saat cahaya senter terlihat mengenai dedaunan di dekat mereka. Karena itu, ia merapatkan tubuhnya ke Arka.

Tak berselang lama, para polisi itu pun pergi meninggalkan mereka. Gea masih diam seperti patung selama beberapa menit, ini kali pertama ia berurusan dengan polisi.

Sampai kemudian, suara tangisan terdengar. Gea menangis sesenggukan. Ia juga menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Arka menahan tawanya. "Nangis, neng?"

Tangisan Gea belum berhenti. Melihat itu, Arka pelan-pelan menarik tangan yang menutupi wajahnya disusul melepaskan masker wajah gadis itu hingga wajahnya yang sembab dan lucu terlihat.

"T-tadi aku dicekik," adu Gea susah payah, suaranya tersendat. "T-tadi orangnya bawa pisau."

"Hmm, terus diapain lagi?" tanya Arka lembut sambil menghapus air mata Gea dengan ibu jarinya.

"Didorong k-ke mobil," adu Gea lagi.

"Mana yang sakit? Punggungnya? Lehernya?"

Gea menggeleng. "Nggak ada."

"Terus kenapa nangis?"

Mata gadis itu kembali berair. "Nafasnya bau! Huweeee!"

Gea menangis kembali.

Arka tertawa pelan. Saat kecil, Gea alergi kotor. Dia pernah jatuh ke kubangan lumpur di taman saat bermain sepeda. Sejak itu ia benci hal-hal kotor dan tidak bersih. Gea selalu mencuci tangannya setiap habis menyentuh sesuatu, ia juga bisa gosok gigi lima kali dalam sehari dan mandi lebih dari dua kali. Awalnya mereka kira Gea mengidap mysophobia. Tapi ternyata tidak, gadis itu hanya cinta kebersihan.

"Arka, mau pulang," ucap Gea setelah selesai menangis. Arka menunggu dengan sabar sampai gadis cengeng itu puas menangis.

"Iya," jawab Arka mengangguk. "Kita pulang."

Arka melompat turun dan mendarat dengan mulus. Melihat itu, Gea ternganga. "Kok bisa?"

"Gue males sentuhan sama batang pohon," kata Arka lalu melebarkan tangannya. "Lompat, gue tangkep."

Gea mengangguk dan melompat. Arka menangkapnya dengan benar, lalu menurunkan Gea. Mereka berjalan bersama menyusuri tempat gelap itu. Arka melirik Gea dan menaikan alisnya.

"Tumben nggak takut?"

"Takut!"

"Terus kenapa nggak pegang tangan gue?" kata Arka lalu mengulurkan telapak tangannya.

"Boleh?"

Arka mengangguk. "Minta gendong juga boleh."

"Serius?"

"Jangan buat gue emosi ya, bangsat. Kalau gue bilang boleh itu boleh! Jangan nanya berkali-kali bisa nggak?!"

Gea meringis. Masih saja galak.

"Yaudah, mau gendong. Aku pegel."

Arka langsung berjongkok dan memberikan punggungnya dengan senang hati. Gea tersenyum lalu naik ke punggung Arka dan memeluk leher pemuda itu dari belakang. Nyaman dan hangat. Arka selalu menggendongnya dan memanjakannya seperti ini saat merasa bersalah. Laki-laki itu terlalu gengsi mengakuinya.

"Arka! Pipi kamu luka!" kata Gea saat mereka sudah sampai di tempat yang lebih terang sehingga wajah Arka terlihat jelas.

"Shhh, jangan disentuh dodol," ringis Arka.

"Darahnya udah kering. Emang sakit?"

"Sakit."

"Manja," cibir Gea.

"Lo nggak pantes bilang gitu, Ge," kesal Arka. "Manjaan mana gue sama cewek di gendongan gue ini, hah?"

Gea hanya mencebikan bibirnya mendengar itu. "Nyenyenyenye~"

Hening sesaat.

"Gea."

"Apa?"

"Maaf," cicit Arka.

Gea mengedip lalu mengorek telinganya. "Apa?"

"Ish, maaf," ulang Arka.

"Nggak denger."

"MAAF, GEA! MAAF! ANJING LAH BUDEG BENER JADI CEWEK, LO---"

"Iyaaa dimaafin, Arka. Jangan ulangi lagi ya? Aku nggak suka hal kaya tadi," ucap Gea lembut seraya mengeratkan pelukannya di leher Arka. Membuat laki-laki itu seketika membeku.

"Arka kalau kamu salah cukup minta maaf. Aku pasti maafin. Aku juga gitu, pokoknya kita nggak boleh musuhan. Ayo temenan selamanya," ucapannya yang ini menghantam jantung Arka.

TBC

suka nggak interaksi mereka?

next 1k komen

Spam💐

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 63.2K 28
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
889K 66.3K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
1.1M 77.6K 18
Anggara sosok sempurna dan tidak akan ada yang percaya jika faktanya laki-laki itu 'cinta mati' dengan Bella, gadis cantik yang selalu jadi pusat per...
578K 27.6K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...