Ponakan Crush (END+ TERBIT)

By IlanYulanda

1.9M 88.6K 1.1K

Di satukan oleh keponakan crush Kisah seorang gadis sederhana, yang telah lama menyukai salah satu cowo seang... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26.
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
38
39
40. End
Just Info!
Segera Terbit!
Cerita Baru!!
Bantu Vote Cover Guys.
Open PO!
Info CO

36

42K 1.9K 36
By IlanYulanda

Mohon bantuan vote+komen+kritik dan sarannya ya.

Yok 200 vote hehe.

Happy reading.

"ini apa?" Tanya Via saat Juan menyerahkan sebuah tote bag kepadanya.

"Buka aja," dengan segera Via melihat isi tote bag tersebut.

"Wah ini cantik banget pak bos," Via kagum melihat dress yang di beri Juan. Kemudian keningnya berkerut, dalam rangka apa Juan memberinya hadiah?

"Pak bos kok tumben kasih aku hadiah?" Tanyanya.

"Gue kasih dress bukan tanpa alasan, karena lo sekretaris gue maka lo harus nemenin gue pergi pesta nanti malam," jelas Juan.

Via yang mendengar itu melebarkan matanya kaget,

"Pesta?"

"Iya, pesta pernikahan Rey dengan Bella Atrina," Jawab Juan. "Maka dari itu, lo harus dandan dengan cantik biar gak malu-maluin gue nantinya," lanjut Juan. Via mengangguk dengan semangat, tapi dirinya tidak terlalu bisa make up. Tenang, nanti ia bisa memanggil Rianti ke sini.

"Azka mana?" Tanya Juan karena tidak melihat keberadaan keponakannya itu.

"Di kamar aku, lagi nonton cocomelon," jawab Via, kemudian kakinya melangkah ke arah kamar tamu dan terlihat lah Azka yang tidur menelungkup menonton cocomelon.

"Azka, udah dulu ya nontonnya nanti mata Azka sakit liatin layar hp terus," Via berbicara dengan lembut, agar Azka mau berhenti nonton untuk hari ini.

"Tundu dulu Ti Pia," jawab Azka tanpa melihat ke arah sang lawan bicara. Jujur, dari tadi Via sudah membujuk anak itu agar udahan menonton cocomelon nya, karena udah hampir 1 jam Azka menatap layar handphone.

"Terserah Azka aja," Kemudian Via keluar dari kamar dan duduk di ruang tamu untuk menelpon sahabatnya.

"Boy, Ti Pia nya ngambek tuh," Juan mendekati Azka saat Via keluar. Azka yang mendengar itu menegakkan kepalanya.

"Ti Pia ana om?" Tanya Azka karena tidak melihat keberadaan Via.

"Udah pergi, Ti Pia marah karena Azka gak mau dengerin dia," jawab Juan tersenyum jahil. Mata Azka mulai berkaca-kaca.

"HUAAAA TI PIA ANA, TI PIAAAAAA!!" Azka menangis histeris sehabis mendengar perkataan Juan.

"Iya Ri, nanti bantuin gue make up ya," pinta Via kepada Rianti di sebrang sana. Via mendengar tangisan Azka dengan segera ia memutuskan panggilan.

"Ri, udah dulu ya, Azka nangis nih" kemudian panggilan terputus. Via berjalan dengan cepat menuju kamar, walaupun agak kesulitan karena kakinya masih cenat-cenut. Setelah ia periksa tadi, ternyata kakinya mengeluarkan darah sedikit karena menginjak mainan Azka semalam.

"Loh kenapa nangis?" Tanya Via, lalu segera menggendong anak tampan ini saat Azka mengulurkan tangannya minta di gendong.

"Ti Pia anan inggal in ata," Jawab Azka ceguk-cegukan.

"Ti Pia gak akan pernah ninggalin Azka sayang," kemudian Via mencium dan memeluk sayang anak itu, mana mungkin ia tega meninggalkan anak ini, tanpa sadar air mata Via juga ikut keluar, tapi dengan segera ia menghapusnya.

"Makanya dengerin kalau Ti Pia ngomong," nasehat Juan kepada Azka. Anak itu mengangguk, ia akan patuh kalau tidak mau di tinggalkan Via.

"Udah hampir jam 5, kita mandi dulu yuk," ajak Via.

Memang, selama Via tinggal di apartemen Azka juga tinggal bersama mereka, Via dan Azka selalu mandi bareng. Via merasa sudah punya keluarga, memiliki bos yang seperti suaminya, dan ada Azka yang sebagai anak mereka. Via terkekeh dengan pemikirannya.

"Om boleh ikut gak?" Tanya Juan kepada Azka yang sudah berhenti menangis.

"Ndak bole, om una amar mandi, cana hus hus," Azka menggerakkan tangannya seperti orang mengusir.

"Boleh dong, om ikut mandi sama kalian," Juan menaik turunkan alisnya menatap Azka Dan Via menggoda.

"Ishhh om Uan udah becal, ndak boleh liat Ti Pia mandi!" Azka menjawab dengan kesal. Juan tertawa melihat ekspresi marah Azka, bukan kelihatan menyeramkan malahan keliatan semakin imut.

"Iya-iya, nanti pakai baju ini ya" Azka meletakkan tote bag di atas kasur. Kemudian kakinya melangkah keluar menuju kamarnya sendiri.

***

"Sial, nyesel gue nyuruh Via dandan cantik-cantik," batin Juan saat melihat Via keluar dari kamar tamu dengan mengenakkan dress yang ia beri tadi.

Rambut Via di cepol dengan meninggalkan beberapa anak rambut di sisi pipinya, make up Via tidak terlalu menor, dress yang di beri Juan memperlihatkan sedikit punggung Via, kulit Via yang eksotis sangat cocok dengan dress bewarna hitam itu.

"Kenapa gue harus milih dress itu tadi, akibat nerima saran dari zico nih!" Juan masih terbengong melihat kepada Via yang tengah melambai-lambaikan tangan kehadapan Juan.

"Hello pak bos," Via memanggil Juan.

"Woi pantat monyet terpesona ya lo!" Kemudian Rianti keluar dari kamar dengan menggendong Azka. Juan yang mendengar suara melengking Rianti tersentak kaget. Juan gelagapan.

"Ayo Azka sama om," kemudian ia mengambil alih Azka dari gendongan Rianti dan berjalan keluar begitu saja.

"Penampilan gue gak aneh kan Ri?" Tanya Via sekali lagi kepada temannya itu.

"Hadeh, malam ini lo benar-benar udah cantik banget, bahkan lo gak perlu minder sama kulit kecoklatan lo ini, lo tau? Kulit sejenis lo ini yang di incar-incar orang luar negeri." Jelas Rianti dengan satu tarikan napas. "Gue yakin nanti di pesta banyak yang ngelirik lo, dan Juan kepanasan sendiri ngeliat itu," Rianti terkikik membayangkan itu.

"Ti Pia, buluan!"

"Gue pergi dulu ya Ri, makasih udah dandanin gue,"

"Iya, tunggu gue disana ya, nanti gue nyusul!" Via mengangguk, setelah itu ia keluar dari apartemen.

Benar apa yang di katakan Rianti, saat sampai di pesta banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka. Entah kepada Via yang terlihat cantik hari ini, entah kepada Juan yang sangat gagah dan entah kepada Azka yang menggemaskan tapi keren. Tapi sepertinya, mereka semua kagum melihat kedatangan mereka yang seperti sebuah keluarga bahagia.

"Selamat ya bang," ucapan selamat Juan untuk Rey. Kemudian Juan bersalaman dengan istri Rey, Bella.

"Terima kasih,"

Diikuti Via di belakangnya, "Selamat ya pak Rey dan bu Bella," kata Via menyalami mereka berdua.

"Terima kasih cantik, gak usah panggil bu aku ngerasa tua banget, panggil kakak aja," kata Bella kepada Via.

"Hehe iya kak, semoga segera di kasih momongan ya sama yang di atas," mendengar itu Bella tersenyum malu-malu.

"Ti Pia, ata mau onat itu," Azka menunjuk pada meja prasmanan yang tak jauh dari mereka.

"Ya udah, Azka tunggu sebentar sama om Juan," Azka mengangguk, kemudian Via berjalan mendekati meja prasmanan tersebut.

Saat Via memindahkan donat ke dalam wadahnya, seorang pria bule datang menghampiri Via.

"Hallo!" Sapa pria itu.

"Oh hai!" Via menyapa balik.

"Kamu cantik banget, kamu mau berdansa dengan aku nanti?" Pria bule itu berbicara dengan bahasa Indonesia tapi cara bicaranya seperti berbicara bahasa Inggris.

"Sorry, aku tidak bisa berdansa," jawab Via tersenyum tidak enak.

"Tidak apa-apa, nanti aku ajarkan" kata pria bule itu. Via hendak menjawab tapi suara Azka memanggil menghentikan nya.

"Ti Pia!"

"Maaf tuan, aku kesana duluan," Via membungkuk, kemudian berjalan menuju mejanya tadi.

"Ti Pia lama ih," kata Azka saat Via sudah di hadapannya.

"Gue kesana sebentar," kata Juan, Via mengangguk.

Kemudian kaki Juan melangkah ke arah pria bule tadi,

"Hei boy, apa kabar?" Sapa Juan.

"Oh hai Juan, im fine," jawab Nathan si bule tadi.

"Kamu sendirian?" Tanya Juan.

"I see, dan kamu?"

"Aku bersama mereka," Juan tersenyum menunjuk ke arah Via dan Azka yang sedang memakan donat.

"She's mine!" Bisik Juan.

Mata Nathan membola.

"Sorry boy, aku pikir dia sendirian," jawab Nathan merasa bersalah.

"It's oke, semoga hari mu menyenangkan," kemudian Juan pamit, dan berjalan kembali menuju mejanya.

"Pak bos, awasi Azka ya, aku mau ke toilet sebentar," Kata Via saat Juan sudah kembali.

***

"Katanya dia membusuk di penjara," ujar seorang di samping Via.

"Iya, yang gue dengar juga gitu, dia mengidap penyakit HIV kan? Kasian banget" saut salah satu gadis lainnya.

"Salah dia sendiri, ngapain ngelakuin seks bebas dengan orang yang berbeda-beda,"

"Iya sih, di tambah dia juga udah ngehabisin nyawa orang tua anak kecil itu,"

"Dahlah, mungkin emang ini karma buat Nancy," kemudian dua gadis itu keluar dari toilet.

Via yang sedari tadi hanya terdiam menyimak pembicaraan dua gadis itu.

Setelah memperbaiki tatanan rambutnya, Via melangkah keluar dari toilet.

"Satu!"

"Dua!

Semua para gadis yang belum menikah, menantikan momen ini, momen dimana kedua pengantin melemparkan bunga kepada hadirin.

"Tiga!" Mereka semua memandangi arah terbangnya bunga dengan tangan mereka yang bersiap-siap untuk menangkap. Tapi harapan mereka pupus saat bunga itu mendarat begitu saja di tangan seorang perempuan yang dirinya pun juga kaget.

Via batu saja kembali dari toilet, dan ia hendak berjalan kembali menuju Juan dan Azka, tapi langkahnya terhenti karena sebuah bunga terbang mendekatinya, dengan refleks tangannya menangkap bunga itu agar tidak mengenai wajahnya.

Orang-orang yang melihat itu bertepuk tangan, begitupun dengan pengantin wanitanya.

"Via segera menyusul kami ya!" Teriak Bella.

Via tersenyum kikuk, dirinya malu menjadi sorotan seperti ini. Via membungkuk mengucapkan terima kasih, kemudian kakinya melanjutkan melangkah ke arah Juan dan Azka.

"Wau Ti Pia dapat unga" Azka bertepuk tangan.

"Apa ini pertanda gue harus segera lamar lo ya?" Kalimat yang di keluarkan Juan membuat Via tersedak ludahnya sendiri. Melihat itu Juan segera menyambar gelas minuman yang sedang di bawa pelayan.

"Aduh tuan jangan!" Pelayanan itu menjadi panik saat Via telah meminum minuman dari gelas itu. Karena takut, pelayanan tersebut pergi begitu saja.

"Kok airnya panas," komentar Via setelah meneguk minuman itu, ia memegang tenggorokannya yang rasanya seperti terbakar. Juan yang mendengar itu menjadi khawatir. Kemudian ia mengikuti meneguk minuman itu sedikit.

"Ini alkohol sialan!" Desisnya, Juan menatap Via yang memegang kepalanya, Via tadi lumayan banyak meneguk cairan dari gelas ini.

"Engghh pusing," Via memegang kepalanya.

"Kita pulang sekarang!"

"Ata masi mau makan onat om Uan," kata Azka yang masih sibuk dengan donatnya.

"Halo anak tampan," Untung saja Rianti datang di waktu yang tepat.

"Ri, lo jaga Azka di sini ya, gue pulang duluan sama Via." Tanpa menunggu jawaban Rianti, Juan segera menggendong Via dan membawanya menuju mobil.

***

"Azka mana?" Tanya Via pelan di dalam gendongan Juan, saat ini mereka sudah di lobby apartemen. Juan membuka pintu apartemen nya, kemudian membawa Via menuju kamar tamu.

Juan melepaskan sepatu yang di kenakan Via, kemudian kakinya hendak melangkah menuju dapur untuk membuatkan teh jahe agar Via tidak merasakan pusing lagi. Tapi langkahnya tertahan oleh tarikan tangan Via, yang membuat tubuhnya jatuh menindih tubuh kecil Via.

"Anak menggemaskan itu mana?" Via menatap Juan dengan sendu, pipi gadis itu memerah karena efek alkohol. Via mengalungkan kedua tangannya di leher Juan.

"Kamu siapa? Kok mirip cowok yang aku suka sih?" Via mengelus wajah Juan.

Juan hanya diam saja mendengarkan racauan Via.

"Kamu tau? Sebenarnya aku udah ingat semuanya, aku udah ingat memori ku yang dulu," mata Juan melotot mendengar itu. Jadi selama ini Via berpura-pura masih hilang ingatan?

"Kenapa kamu tidak bilang kepada cowok yang kamu sukai?" Tanya Juan. Via tertawa.

"Aku pengen liat perjuangan dia, katanya dia juga cinta sama aku tau," jawab Via.

"Mau sampai kapan kamu berpura-pura?"

"Hmm sampai kapan ya?" Via memasang ekspresi seolah-olah sedang berfikir.

"Aku tidak tau, kamu nanya-nanya mulu kayak wartawan ih," Via melepaskan tangannya dari leher Juan dan mendorong cowok itu, kemudian ia menutupi seluruh tubuhnya
dengan selimut.

Juan dima, masih mencerna semua kalimat yang keluar dari mulut Via.

"Aku pengen Juan bilang cinta lagi ke aku!" Via membuka kembali selimutnya dan berkata dengan semangat. Kemudian ekspresi nya berubah jadi kesal.

"Ahh tapi cowok itu cuma peduli tentang pekerjaan, dia gak pernah bahas tentang kenangan kami!" Setelah mengatakan itu, Via kembali menutupi tubuhnya dengan selimut.

Sudah beberapa menit Juan menunggu Via kembali meracau, tapi gadis itu tak kunjung berbicara lagi, kemudian telinganya mendengar dengkuran halus. Ternyata gadis itu sudah tertidur dengan pulas.

"Let's play the game, baby"

"I love you," kemudian ia mengecup singkat kening Via.

Sebuah senyuman smirk, terbit di bibir cowok itu.


Kiw kiw.

Waduh, Juan mau ngapain ya?

Hehe udah segitu aja dulu, makasih udah selalu kasih semangat buat aku, sayang kalian deh. Suka banget baca komenan kalian, maaf ya aku gak bisa balas satu-satu hehe.

Setelan yang di pakai Azka.

Setelah yang di pakai Juan.

Setelan yang di pakai Via.

Model rambut Via.

Untuk visual tokohnya, kalian bebas berimajinasi sesukanya hehe.

Terima kasih buat yang udah baca dan vote cerita ini💚






Continue Reading

You'll Also Like

9.1M 551K 60
(FOLLOW MAKCE DULU YAHHπŸ–€) Apa jadinya seorang pelanyan harus menikah dengan Tuannya sendiri, bahkan keduanya tidak pernah saling menegur ataupun bi...
77.5K 6.5K 31
Kisah seorang gadis cantik yang hidup penuh kasih sayang dari kedua orang tua nya dan kakak laki-laki nya,berumur 20 th pecinta Cogan harus bertransm...
548K 19.2K 24
Dosen Galak, suka marahin mahasiswi ❌ Dosen Sinting, suka isengin mahasiswi βœ… "Ziva, rambut kamu di gerai saja, jangan di kuncir. Leher jenjang kamu...
3.6K 245 50
[Special: MIN YOONGI] . . Bagi Bella, ngejar Yuda itu Nano nano; rame rasanya "Yuda, lo kapan sih suka sama gue? Masa gue terus yang suka sama lo." *...