BITTER AND SALTY [HIATUS]

By Dae_Tanjung

44.7K 5.8K 695

Nera adalah anak yang tumbuh di lingkungan kriminal pinggiran kota. Keputusannya menyelamatkan seorang pria t... More

01 - Pak Tua
02 - Pangeran Sekolah katanya...
03 - Bully
04 - Si Pelayan
05 - Belut Geprek Dengan Saus
06 - Bekantan Pembully
07 - Tersangka
08 - Bocah Nakal [17+ <Kissing>]
09 - Bedebah
10 - Sekawanan Monyet
12 - Kota Berwajah Indah
13 - Pria Berbulu Domba
14 - Hidup Penuh Musibah
15 - Tiga Monyet Gila
16 - The Son of A Whore
17 - Rencana Kabur
18 - The Scenario Writer
19 - Sumpah
20 - Remah Tambang
21 - Permainan Catur
22 - Satu Bidak Mati
23 - Bukan Tanah Surga
24 - Kerangka Reyot
25 - Jurang Yang Disebut 'Rumah'
26 - Kewajiban Pribadi
27 - Kaum Marjinal
End [?]
28 - Papa Bear
29 - Malam Penyerangan
30 - Nasi Sambal Tongkol
31 - The Elder Brother

11 - Singa dan Kelinci

1.5K 197 17
By Dae_Tanjung

"Akhhh...!"

Dengan panik Nera melepas jaket dan kaosnya, terlihatlah tubuh atletis dengan six pack tipis. Nera menggosok brutal leher dan punggungnya hingga seekor ulat hijau gemuk terjatuh di sisi kakinya.

"HAHAHAHAHA"

"HAHAHAHAHA"

Disana Kiera dan Ixora sudah terbahak-bahak, sementara Aester? Pemuda itu hanya terkekeh, Nera menatap tajam mereka semua. Nera mengambil batu segenggaman tangan dan melemparnya ke kepala Ixora, tapi berhasil pemuda itu tangkap.

Aster berjalan mendekati Nera, sambil memasang anak panah pada busurnya. Pemuda itu berhenti di sebuah batu besar, membidik seekor ikan seukuran lengan, Nera memperhatikan itu. Kemudian pandangannya beralih pada Sungai, Sungai ini masih sangaat asri, terlihat jernih dan masih banyak ikan, tapi banyak juga batu-batu dengan lumut hijau yang tebal di pinggirannya, jelas akan sangat licin.

Pyas!!

Anak panah hitam berbulu kalkun melesat, dari titik daratnya, sesuatu menggelepak, bidikan Aester tepat sasaran. Pemuda pirang itu segera menjejakkan kaki ke air, dan mengambil hasil buruannya, melepaskan dari anak panah lalu melemparkan ke tepi Sungai.

Pyas!!

Pyas!!

Di sudut Sungai yang lain, Ixora dan Kiera sudah memposisikan diri untuk memanah, dua ikan kembali didapat.

Grusak!!

Perhatian Nera teralih pada segumpal bulu putih yang melompat di antara Semak-semak. Nera mengikutinya, seekor kelinci gemuk yang sedang memakan selada air tampak terganggu dengan kehadiran Nera, kelinci itu lantas melompat semakin masuk kearah hutan. Dengan langkah yang berusaha disenyapkan, Nera mengikuti dengan hati-hati. Tanpa menyadari sepasang mata biru membidiknya.

Kelinci putih itu berlari hingga sisi hutan yang cukup terbuka, penuh pohon oak besar yang renggang, dibawahnya terbentang rumput hijau. Satu kaki Nera memijak daun kering, seketika kepala-kepala bertelinga panjang menyembul dari rerumputan yang cukup tinggi. Dengan cepat, Nera melompat utnuk menangkap kelinci yang tadi ia kejar, kelinci itu terkejut, tidak sempat menghindar.

"Kena lo!!" Ucap Nera puas melihat kelinci di pelukannya, hingga suara geraman terdengar.

Nera berusaha menajamkan pendengaran, kelinci-kelinci lain sudah melompat menuju lubang untuk bersembunyi. Tubuh Nera menegang, menangkap sepasang mata yang menatapnya lapar. Dengan pelan dan geraman, seekor singa putih keluar dari bayang-bayang pepohonan, matanya terkunci pada Nera yang terbaring sambil memeluk kelinci putih gemuk.

Menekan ketakutannya, tangan kanan Nera perlahan menarik keluar belati dari sarungnya yang terpasang di pinggang kanan. Seolah merasakan ketegangan yang sama, kelinci di depakapan tangan kiri Nera juga terdiam menegang, menatap predator yang masih mengenadap.

"GRRRAAAAA!!!"

Kuku-kuku tajam singa mulai keluar, dengan tumpuan kaki belakang, singa itu melompat menerkam dengan mulut terbuka. Nera berguling menghindar, tangannya masih tidak lepas dari kelinci. Kuku tajam singa menggores dalam akar besar pohon oak. Seluruh rasa takut Nera membangkitkan naluri bertahan hidup.

Dengan kaki terkatuk akar dan napas tersenggal Nera menghindari terkaman Singa dengan menyembunyikan diri dibawah lubang besar akar pohon. Dengan ganas singa putih itu mengoyak akar untuk mendapat mangsa segar yang menatap ngeri dirinya. Nera sudah membidik jantung singa itu saat akar terakhir mulai patah. Raungan singa kembali menggelegar, ini adalah kesempatan hidup dan mati Nera, hingga...

"SAN!!" Suara itu menghentikan kebringasan hewan bersurai putih yang seketika berjalan mundur.

Nera tercengang, Nera tahu suara siapa itu. Di depannya kini sudah berdiri sosok yang lebih mengerikan dari pada singa albino tadi, yaitu Elliot. Setelah kejadian satu tahun yang lalu, Nera jadi punya trauma dengan dokter, terlebih pemuda berambut pirang putih itu sedang menggunakan jas lab nya, jas putih panjang yang mirip dengan dokter psikopat teman Shamar yang mengoperasinya dulu.

Bukan trauma yang membuatnya tantrum, hanya trauma yang membuatnya lebih memilih tidur daripada periksa ke rumah sakit. Itulah alasan dia punya satu kotak lengkap pisau bedah besarta obat bius yang dia beli di pasar gelap. Selain itu, rumah sakit terlalu mewah untuk orang-orang terbuang yang menjamur di kotanya, terlalu banyak identitas yang diperlukan untuk mendapatkan perawatan, jadi mereka lebih memilih datang pada klinik-klink tanpa lisensi yang lebih murah.

Kalau beruntung, kau akan menemukan dokter-dokter yang bahkan lebih berkompeten dari orang yang hanya bisa membayar untuk dapat pekerjaan di rumah sakit besar, tapi jika tidak beruntung yah... keluar hidup-hidup adalah keberuntungan.

"Sedang apa kamu di sini?" Pertanyaan tajam Elliot menyadarkan lamunan Nera.

Elliot terus menatap dingin anak berjaket kuning yang meringkuk dibawah akar besar sambil memeluk seekor kelinci putih gemuk, rambut yang biasanya disibak ke belakang itu berantakan dan menutupi dahinya, tangan kanan anak itu menggengam belati hitam dengan ukiran mawar berduri, milik Aester. Melihat tatapan Elliot, Nera segera bangun.

Nera menunduk, tidak berani menatap Elliot, tatapan saudara angkatnya itu sangat mengerikan.

"Sedang apa kamu di sini?" Ulang Elliot saat melihat keterdiaman adik kecilnya ini. Ia masih menetap dingin Nera.

"Ngejar kelinci" Nera merutuki jawaban sekaligus nada bicaranya yang seperti tikus tercekik. Terlebih singa putih yang tadi masih di sana, duduk tenang di samping Elliot, memandangnya penuh minat, Nera yang masih teringat dengan tatapan mengerikan tadi memandang ngeri hewan itu.

"Nera!" Teriakan Kiera dari kejauhan mengalihkan atensi mereka, menghentikan niat Elliot yang sudah ingin mencecar makhluk di hadapannya ini.

"Bisa jelaskan? Kenapa kalian ada di sini?" Tanya Elliot saat Kiera sudah mendekat.

Mendengar nada dingin kakak sepupunya membuat Kiera memandang Nera. Adik barunya itu tampak berantakan, perban di kepalanya nyaris terlepas, tubuhnya penuh dengan daun-daun yang tersangkut, dan ada seekor kelinci di pelukannya, belati Aester juga berada dalam genggaman anak itu. Tatapan Kiera beralih saat menyadari eksistensi San, singa peliharaan Elliot. Kiera menghela napas, otaknya merangkai kemungkinan kejadian yang baru saja terjadi.

"Nera tadi nggak mau makan, masih pundung, jadi bang Aester ngajak buat nangkap ikan di Sungai biar mau makan" Jelas Kiera yang membuat ekspresi Nera jelek, penjelasannya menggambarkan Nera yang seperti anak kecil lagi ngambek.

"Seperti anak kecil" Tuhkan! Elliot memandang Nera dingin "Dijaga, jangan sampai dia mati konyol" Lanjut Elliot sambil beranjak pergi, singa tadi berjalan mengikutinya, setelah sebelumnya menjilat bibir sambil memandang Nera. Nera bergidik melihat itu.

Sepeninggal Elliot, Nera lantas memandang Kiera yang menatap tajam dirinya.

"Udah kami bilang kan? Disini masih banyak hewan buas?"

"Mana gue tau kalo ada singa! Lagian sejak kapan singa ada di hutan?" Balas Nera tak mau kalah. Kiera menghembuskan napas kasar dan berbalik, Nera mengikuti langkah pemuda itu. Saat sampai di tepi Sungai, Aester dan Ixora sudah mulai membakar ikan-ikan tangkapan mereka. Mereka mendongak saat mendengar suara langkah kaki.

"Wih! Ada tambahan lauk" Ucap Ixora sambil berdiri hendak meraih kelinci di pelukan Nera. Nera mundur untuk menjauhkan kelinci itu dari jangkauan tangan Ixora.

"Bukan buat dimakan! Nggak usah pegang-pegang!" Kiera yang masih berdiri disamping Nera langung merebut kelinci itu dan melemparnya tanpa perasaan ke arah Ixora.

"Nih!"

Ixora tersenyum kemenangan setelah menangkap kelinci itu.

"ASU! Balikin NYET!" Maki Nera tidak terima, dia yang hampir berakhir jadi santapan singa demi kelinci itu dan seenaknya mereka rebut?!

Nera kejar-kejaran dengan Ixora, sementara Kiera dan Aester sedang asik membakar ikan sambil memperhatikan dua monyet lepas itu. Hingga langkah kaki seseorang menghentikan Nera yang sudah ancang-ancang menonjok Ixora yang meringkuk menyembunyikan kelincinya.

Ixora dan Nera yang seketika terdiam melihat kedatangan Elliot.

"Sora" Peringatan nada rendah dari Elliot membuat Ixora merinding, tahu apa yang dimaksud kakak sepupunya, Ixora tersenyum meringis dan segera menyerahkan kelinci gemuk kedalam dekapan Nera sambil mengacak rambut Nera gemas, Nera ingin memaki, tapi takut dengan tatapan Elliot. Kiera dan Aester terkekeh melihat muka masam adik kecil mereka.

"Sudah matang, ayo makan" Ajakan Aester sudah menyelamatkan Nera dari posisi tak mengenakkan itu.

Malam harinya, makan malam berjalan lancar, selain Agraham yang tidak ikut karena harus mengurus salah satu pabriknya yang berada di Naples, Italia. Sebuah pabrik pengolahan baja yang baru beberapa tahun berdiri mengalami bocor pada pipa pembuangan limbah. Limbah cadmium yang seharusnya memasuki penampuangn justru mengalir bebas di aliran Sungai enam bulan terakhir. Hal ini menimbulkan protes dari masyarakat di pesisir Sungai hingga menuntut pabriknya ke pengadilan.

Agraham tentu geram, pabrik itu baru berdiri enam tahun, dengan pipa limbah yang masih dalam masa primanya, bagaimana mungkin pipa-pipa raksasa itu bisa mengalami kebocoran dengan sendirinya? Terlebih lagi tidak ada satupun teknisi dan pekerja yang sadar dalam berbulan-bulan hingga akhirnya mendapati demonstrasi di depan pabrik oleh warga dan para aktivis. Dengan begini pabriknya harus mengganti rugi hingga ratusan juta dollar. Dan lagi, ijin operasi pabriknya terancam dicabut.

Nera mendengar keterangan ini dari Dante, saat anak itu mencari keberadaan Agraham kerena perlu membicarakan sesuatu.

Saat ingin kembali ke kamarnya, Nera justru bertemu dengan Elliot. Pemuda itu berdiri menyilangkan tangan di depan dada sambil bersandar di pintu kamar Nera yang tertutup.

"Ngapain disitu?" Nera bertanya, alisnya mengernyit heran.

"Menagih janji" Jawab Elliot, mendengar itu Nera semakin menautkan alis.

"Janji apaan? Perasaan gue nggak ada janji apa-apa sama lo" Elliot berjalan pelan dan berhenti tepat di hadapan Nera.

"Saat kamu kalah bertarung dengan Kak Ale" Mata Nera membulat, dia lupa dengan taruhan itu.

Melihat Elliot yang menatapnya lamat membuat Nera kaku, ingin mengiyakan tapi takut, ingin kabur, tapi rasanya tidak mungkin. Dalam jarak sedekat ini, orang di depannya tetaplah saudara dari Kiera dan Ixora.

Otak Nera berpikir keras, dan berakhir dengan menurut untuk cari aman. Masalah eksperimen yang tidak manusiawi nanti, Nera tinggal mengadu pada Dante, dia yakin pria itu tidak akan membiarkan hal tidak adil terjadi di rumahnya.

Nera mengangguk, dan berjalan mengikuti Elliot. Mereka menaiki lift, menuju lantai bawah, Nera memperhatikan, kamarnya ada di lantai 3, sedang lift ini turun empat lantai ke bawah, "Ruang bawah tanah?" Wajah Nera pias, dia takut tentu saja.

Pintu lift terbuka, ada sebuah lorong menuju kiri dan kanan, di depan lift ada dua orang pejaga berbadan kekar yang menunduk hormat saat melihat Elliot dan Nera keluar, Elliot menganggukkan kepala singkat sebagai balasan, sedang Nera hanya berjalan kaku di samping pemuda itu sambil memperhatikan pola lantai yang unik.

Elliot berhenti di depan sebuah pintu ganda besar, di samping kiri dan kanan, juga ada penjaga. Tapi perhatian Nera teralihkan pada pintu lain, sebuah pintu hitam dengan hawa yang menyesakkan.

Terakhir kali Nera merasakannya adalah saat dirinya diajak Shira ke rumah jagal tempat kerja dokter psikopat yang pernah mengoperasinya atas panggilan Shamar waktu itu. Tentu saja, itu bukan tempat jagal hewan, sebuah tempat dimana doa-doa tidak berhenti di rintihkan. Tempat para atheis seketika memanjatkan pengharapan kepada Tuhan yang tidak mereka percayai sebagai bentuk terakhir keputus asaan.

"Nera" Panggilan Elliot memecah lamunan Nera, anak itu masih berdiri di depan pintu masuk.

Sementara Elliot sudah berdiri di depannya menggunakan jas lab panjang warna putih. "Sejak kapan ni orang ganti baju?" Pikir Nera.

Nera mengikuti Elliot memasuki ruangan, ini adalah sebuah laboratorium luas bernuansa putih. Mereka tidak hanya berdua di sini, ada tiga pemuda lain, termasuk Caesar. Pemuda itu sedang memperhatikan sesuatu yang bergerak di sebuah aquarium kaca, sedang dua yang lain mengamati data-data dalam layar monitor besar.

Pemuda berambut merah menoleh saat menyadari kedatangan Nera dan Elliot.

"Ini kelincinya?" Pemuda itu menunjuk Nera dengan dagunya.

"Asal jeplak aja lo" Maki Nera yang tidak terima dipanggil kelinci.

Walau dirinya sudah legowo datang sebagai bahan eksperimen, tapi dirinya tidak terima dianggap sebagai kelinci percobaan. Dia datang karena harga dirinya sebagai laki-laki yang akan menepati perkatannya. Tapi kalau mereka nggak manusiawi ya bakal kabur sih.

"Wah wah wah kelincinya pandai menggigit" Pemuda itu berjalan mendekat sambil tersenyum mengejek menggoda Nera.

Nera yang dasarnya bersumbu pendek sudah bersiap melayangkan bogem mentah.

"Cukup Noah" Lerai Caesar sambil menangkap lengan Nera yang hampir mendarat di rahang pemuda itu.

"Nera, mereka Noah dan Lias, jangan terlalu terpancing, kalian akan sering bertemu kedepannya" Nera mendengus, setidaknya, pemuda yang satunya terlihat normal.

"Sudah selesai berdebat?" Tanya Elliot dengan wajah datar.

Nera memalingkan wajah, jengah melihat Noah yang terus tersenyum mengejek. Mereka berjalan menuju tempat 'eksperimen'. Nera melihat banyak aquarium kaca berjajar, perasaannya tidak enak saat melihat hewan apa yang ada di dalamnya.

Disana ada banyak lintah, ukurannya berkali-kali lipat dari yang tadi diamati Caesar. Lias mengambil seekor lintah gemuk setebal tiga jari mengunakan pinset. Hewan berwarna hitam itu menggeliat sebelum akhirnya ditaruh di sebuah wadah kaca bening.

"Ne, buka bajumu" Ucap Elliot.

Nera mundur perlahan saat mendengar itu, empat pemuda lainnya masih memperhatikan lintah yang mulai menggeliat saat mendapat beberapa tetes darah dari pipet di tangan Lias. Ketika tidak kunjung mendapat respon, keempat pemuda berjas laboratoirum itu menoleh, tapi saat itu Nera sudah setengah jalan berlari menuuju pintu.

Dengan panik Nera mencari gagang pintu, dia lupa jika ini pintu otomatis yang hanya terbuka dengan sidik jari. Saat Nera berusana mencari panel kendali pada pintu, sebuah tangan dingin mencengkram leher belakangnya. Tubuh Nera menegang, empat orang tadi sudah mengelilinginya.

"Kamu takut lintah?" Tanya Noah, orang yang mencengkram leher Nera sambil menyeringai.

"Nggak takut gue, Cuma gue nggak percaya sama lo pada!! Mana tau kalian niat bunuh gue pake lintah segitu banyak" Jawab Nera menatap nyalang mereka.

"Menarik juga, kira-kira butuh berapa lintah untuk menghisap habis darah seorang laki-laki muda kisaran 176 cm dengan berat 61 kg, perlu diteliti" Nera menatap tercengang Lias yang memandang intens dirinya, dan lagi, asumsi tinggi dan berat badannya benar!!

"Ini lintah hasil mutasi, mereka dirancang untuk mendeteksi lokasi terjadinya pembekuan darah, kami hanya ingin mencobanya di lukamu" Terang Caesar.

"Bisa jadi bahu cideramu mengalami pecah membuluh darah yang tidak diketahui, bahumu ada bengkak kan? itu bisa jadi indikasi, kemarin kami tidak melakukan pemeriksaan lebih jauh, kalau sampai penggumpalan terjadi di vena atau arteri, kamu akan mengalami stroke, apalagi kamu perokok aktif kan? resikonya lebih besar" Ucap Elliot panjang lebar dengan santai.

"Nggak meriksa lebih jauh? Dokter macem apa lo?!"

"Saya bukan dokter" Jawab Elliot, Nera mendengus, ingin menjawab tapi lebih dulu terpotong.

"Kamu perokok aktif? Ck ck ck ck" Tanya Noah dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat sambil menggelengkan kepala miris. Nera sangat ingin menelan bulat-bulat si rambut merah ini.

"Heh! Lo lo pada sok-sokan banget elah, tetangga gue noh, udah uzur masih sehat padahal perokok, malah dokternya yang mati duluan"

"Yah itu satu dari jutaan probabilitas yang dipengaruhi banyak faktor, kalau saya sendiri tidak ingin mati konyol karena menentang kakak saya yang adalah ilmuan, pada dasarnya, zat dalam rokok menjebabkan sel darah menjadi lebih lengket dan mengalami kerusakan, kalau sampai penumpukan terjadi di arteri kamu akan mengalami stroke atau serangan jantung kalau terjadi di vena kamu akan mengalami thrombosis vena dalam dan berakhir dengan emboli paru" Noah tersenyum menatap Nera yang memandangnya cengo.

"Itulah kenapa di bungkus rokok tertera merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin, heum... tapi sepertinya beberapa bungkus rokok sudah tidak menampilkan tulisan ini, makannya anak kecil seperti kamu malah mempertanyakan pendapat peneliti yang jelas-jelas sudah melakukan penelitian dengan menyertakan ribuan sampel untuk pada akhirnya dipublikasikan dalam jurnal, dan malah dibandingkan dengan satu sampel tanpa faktor jelas? Pada titik ini, saya tidak akan heran kalau menemukan kamu mati konyol"

Dari penuturan panjang Noah itu, hanya sedikit data yang mampu diolah otak dua tak Nera, dan berakhir dengan kesimpulan:

"Gue nggak punya kakak ilmuan" Nera menatap Noah heran, Noah dan Lias saling pandang kemudian memandang Elliot dan Caesar yang auranya sudah menggelap.

"Baiklah, penelitian terhadap subjek lintah N220 kita tunda dulu, sekarang kita lakukan eksperimen cairan vaksin V034 yang mampu mengubah perilaku subjek menjadi selayaknya kera" Ucap Caesar kemudian berjalan menuju sebuah lemari kaca, melakukan pemindaian retina untuk membuka pintu secara otomatis, pemuda itu mengambil sebuah botol kaca berisi cairan biru neon.

"Bawa subjek kesini" Pinta Caesar, sementara Elliot sedang menyiapkan jarum suntik berukuran besar yang seharusnya untuk kuda.

Nera panik saat Lias dan Noah menyeretnya menuju bankar di dekat Elliot dan Caesar.

"Gue salah apa coba?!!" Nera berteriak panik saat melihat ukuran jarum di tangan Elliot.

"Kalau saya jadi kamu, saya akan minta maaf dan cium kaki" Bisik Noah profokatif dari belakang.

Nera mengerahkan sisa-sisa sel otaknya yang kering utntuk mencari letak kesalahannya di mana, "Masa sih yang itu?"

"Kalian kakak gue! Cuma bercanda aja tadi" Ucap Nera pada akhirnya sambil meringis.

"Apa buktinya?" Ucap Elliot. "Asu, beneran karena itu ternyata"

"Ya kan gue udah tanda tangan surat adopsi dari adek bapak lo, apa lagi?"

"Itu hanya surat yang menunjukkan kalau kamu cucu angkat kakek" Jawab Caesar sambil menyerahkan botol berisi cairan tadi. Nera semakin panik.

"Udah, peluk cama cium pipinya, dari pada kamu jadi monyet" Bisik Noah. Lias melihat pemandangan itu, seorang anak manis yang panik sedang mendapat bisikan dari makhluk berambut merah yang terus menyeringai.

"Gue cowok! Mereka juga cowok! Yakali gitu, kalo mereka cewek udah gue cipok dari tadi"

"Huh? Itu biasa dilakukan keluarga cemara, menunjukkan kasih sayang dengan aksi, apa yang salah? Menunjukkan kasih sayang tidak perlu memandang gender" Bisik Noah lagi.

Elliot sudah membalik botol, dan siap menusuk tutup botol yang elastis menggunakan jarum suntik. Tanpa pikir panjang, Nera melepaskan diri dari Noah dan Lias lalu menghambur memeluk Elliot, biasanya ini akan berhasil pada Shira saat pemuda itu marah. Nera mengubur wajahnya pada dada bidang Elliot berharap berhasil, tapi sebuah nyeri menusuk Nera rasakan pada lehernya.

"Arkhhh!"




TBC...

--------------------------
-------------------------------

Haloo gaiss, berhubung saya harus menjalani kehidupan yang fana ini, jadi ini hari terakhir BITTER AND SALTY upload tiap hari.

Untuk chapter selanjutnya entah kapan... hehehe

Bisa jadi besok, bisa jadi minggu depan, bisa juga bulan depan,  yang jelas cerita ini tetap bakal saya selesaikan, jadi tunggu aja~~

Silahkan tinggalkan komentar menarik, siapa tau bikin hati saya gereget buat upload hehehe--->

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~


Bonus monyet yg saya potret tahun lalu🐒

[Kira-kira itulah penampakan Ixora dimata Nera]

Continue Reading

You'll Also Like

7.2K 1.2K 38
⚠️NOT BL!! "KELUAR DARI RUMAH INI SEKARANG JUGA!! PERGI DARI SINI! MULAI SEKARANG, KAU BUKAN LAGI PUTRA PERTAMA KELUARGA INI!! KAU BUKAN SEORANG LEUW...
1.7K 154 24
Menyamar menjadi seorang pekerja volunteer selama dua minggu di sebuah Rumah Sakit terpencil untuk investigasiku sebagai CEO perusahaan koran berita...
ADEN By Iyaininova_

Teen Fiction

1.3K 149 3
Raden--atau biasa dipanggil Aden oleh orang terdekatnya adalah pemuda yang menyimpan sejuta luka di hatinya. Ia terlahir dari rahim seorang wanita pe...