Boboiboy oneshots (mostly Tau...

Autorstwa rinnRinn947

5K 502 136

oneshots (mostly im just torturing Taufan for no reason) so yeah happy reading! there's also story about oth... Więcej

Jangan Marah Ya
Taufan perlu di ruqyah ehe
hali nangis hehe
kebahagiaan yang kau dambakan
meng ngeong

anjay kebas

548 39 6
Autorstwa rinnRinn947

-kinda based on my kesemutan cuz why not (ofc my case is not this dramatic)

- au where taufan's power (2nd tier) is artificial (cuz of yaya's susu kambing jantan perisa epal hijau cookie)

- hm, I know this is weird but do treat bbb elementals as brothers with a slightly diff face (all handsome no debat) its for the unlogic logic purpose

- i write this at 12.30 what do u expect

- forced suffering, i want taufan to suffer with me

- maripos is here. 

-dat artificial thingy is inspired by headcanon from chatroom with mifasama


°•°•°•°

Gempa membuka pintu putih itu dengan perlahan, memasuki ruangan berwarna biru dongker dengan perabot putih yang menghiasi ruangan itu. 

"Taufan ini jadwal piket mu, sudah waktunya cuci piring bukan?" Tanya Gempa, menghampiri Taufan yang sedang menyandarkan wajahnya diatas meja. 

"Hmm?" 

"Ah.." suara itu terdengar lebih lemas daripada biasanya. Gempa kira itu karena Taufan berusaha kabur dari tugas piketnya. "Jangan kabur dari tugas piket ok?" 

Tegurannya di sapa oleh tawa kecil Taufan, namun reaksi yang sedikit terlambat itu membuat Gempa merasa sedikit janggal. 

"Iya, aku tahu~ jangan ngomel ok? Aku akan ke dapur se-" langkahnya terhenti saat ia merasakan dengungan di telinganya, yang seakan mengurungnya dalam ruang hampa yang jauh. Pandangannya sedikit memburam dan berputar. 

Namun yang paling menjengkelkan adalah rasa mengesalkan dari tubuhnya ini, kesemutan? Kebas? Entah apa itu, merasakannya di tangan atau kaki mungkin biasa saja. Namun jika terasa di kepala, itu menjadi sangat mengesalkan. 

"Taufan?" Tanya Gempa mendekat. 

"Gem, suaramu terdengar sedikit samar?" Tanya Taufan, ia berusaha menatap sang adik namun bahkan pandangannya tak bisa terfokus. 

Ia merasa ia mulai kehilangan kemampuannya untuk bernafas. 

Lucu. Batinnya.  Sang pengendali udara yang kehilangan udara. 

Ia tidak sadar saat tubuhnya tak lagi mengikuti perintahnya dan malah terjatuh ke depan. Jika Gempa tidak menangkapnya dengan sigap mungkin saja wajahnya akan mendarat duluan ke lantai. 

"Taufan? Hey!" Panggil Gempa panik sambil berusaha mendapatkan atensi dari sang kakak. 

Segalanya berkabut bagi Taufan, "cuciannya…" gumamnya, ia ingin mengatakan bahwa ia akan mencucinya segera namun bahkan mulutnya tak lagi mendengarkan perintahnya. 

Ia bahkan tak tahu apakah ia memejamkan matanya atau tidak, yang pasti, kegelapan menyelimutinya seraya suara teriakan samar dari Gempa terdengar jauh darinya.  

°•°•°•°

Kebetulan Solar sedang beranjak menuju kamarnya, dan Ice sedang mendapat tugas menyapu, jadi mereka dapat mendengar jelas panggilan Gempa yang dipenuhi dengan kepanikan. 

Saat mereka memasuki kamar asal dari suara itu, terlihat sosok Taufan yang perlahan memejamkan mata lelahnya. Dan mereka langsung mengerti bahwa ada yang tidak beres. 

Solar langsung menggunakan sedikit sekali kekuatannya, hanya untuk membuat cahaya dan memeriksa mata Taufan. Manik safir itu tidak mengikuti arah cahaya itu, yang menandakan bahwa ia benar-benar tidak sadar.

Di ruang rawat, setelah pemeriksaan pada tubuh Taufan, mereka mengetahui adanya malfungsi yang terjadi padanya. 

Alasannya banyak, namun ada satu hal yang tak dapat diidentifikasi oleh pihak perawat. Dan sepertinya Ochobot tahu sesuatu, namun entah apa yang menahannya untuk buka mulut. 

Halilintar, Blaze, dan Thorn segera pergi ke ruang rawat segera setelah misi mereka selesai. Mereka baru saja mendengar kondisi Taufan dari Ice yang sepertinya cukup serius.

Namun apa alasannya? Belum ada yang tahu pasti. 

Kelelahan, kurang nutrisi.. itu faktor yang paling di curigai, tapi lagi, sepertinya hal itu belum cukup untuk membuat Taufan yang sangat aktif menjadi seperti ini. 

°•°•°•°

Langit-langit putih menyambut pandangannya yang masih buram itu. Ini berbeda dari langit-langit kamarnya, dan ia tahu itu. Ia mendengar suara orang-orang yang sedang berdiskusi, namun tubuhnya terlalu lemas bahkan untuk membuka matanya dengan lama, karena itu, manik birunya tersembunyi lagi di balik kelopak mata. 

Ada suara yang memanggilnya, sepertinya orang itu melihat bahwa tadi Taufan sempat membuka matanya. Taufan berusaha merespon, namun sepertinya otaknya tidak bekerja baik hari ini karena segala hal yang terjadi pada tubuhnya, dengan berusaha ia berhasil menyahut dengan "hmm.." sebagai tanda bahwa ia sadar. 

Ia tak mau mereka sadar bahwa perasaan seperti ini sama mengesalkannya dengan rasa sakit tajam akibat luka tempur. Rasanya tubuhnya tak berenergi, dan  sulit untuk digerakkan. Rasanya ia sangat tak berdaya. 

Dia bersyukur dia telah menyadari satu hal sebelum segala hal ini terjadi. Bahwa eksistensi nya adalah artifisial, bukan disebabkan oleh kejadian natural melainkan ramuan Adudu. 

Karena itu, ia sedikit banyak tahu akan solusi yang jika suatu hal yang tak diinginkan terjadi, cukup dia yang harus menanggungnya. 

Saat ini, tubuhnya terasa kebas tak karuan. Tidak sepenuhnya mati rasa, tapi seperti teraliri listrik statis kecil di seluruh tubuhnya. 

Tanpa ia sadari menarik nafas membutuhkan usaha yang extra baginya. 

°•°•°•°

Hali dan Gempa menatap satu sama lain, mereka dapat mengerti kekhawatiran yang terpantul dari manik mereka. Bagaimana tidak? Di depan mereka Taufan terlihat sungguh lemah namun tetap berusaha melawan agar kesadarannya tidak meredup sepenuhnya. 

Solar terdiam, ia sudah punya teori akan apa yang terjadi. 

"Gempa, Hali, katakan. Saat kuasa angin tahap dua milik Taufan terbuka, ada insiden bukan?" Tanya nya. 

"Itu.." 

"Mn, dia dikendalikan oleh biskuit Yaya.. lebih tepatnya, ramuan Adudu dalam biskuit Yaya." Jawab Halilintar, teringat betapa tidak warasnya Taufan saat itu. 

"Ochobot, aku yakin kau tahu sesuatu?" Ucap Solar lagi, bertingkah seperti detektif. 

Ochobot mengangguk pasrah, sepertinya para saudara elemental ini berhak untuk tahu. 

°•°•°•°

Sinyal yang secara khusus dikirimkan oleh Ochobot ke suatu tempat yang jauh, ke suatu tempat yang tidak berhubungan sama sekali dengan Tapops.

Pria itu menyeringai, menarik fedora nya untuk menutupi setengah wajahnya. Ngengat biru berterbangan di sekitarnya sebelum dirinya menghilang, layaknya pertunjukan sulap yang megah. 

.

.

.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Taufan?" , tanya Ice pada Ochobot. 

"Sumber kekuatannya artificial, dan sekarang tubuhnya terdampak oleh hal itu" jelas ochobot.

Blaze mengerutkan alisnya, ia sangat bingung "hah?" 

"Kekuatan Taufan kaya aplikasi bajakan, terus sekarang tubuhnya kena virus dari aplikasi itu" jelas Solar yang disusul oleh "oooh!" Dari Blaze, tanda ia sudah mengerti penjelasan dari Solar. 

"Lalu apa yang akan terjadi padanya?" , tanya Thorn.

"..banyak kemungkinan" 

"Tapi yang paling bisa terjadi adalah, ia akan rusak." Ucap Ochobot lagi. 

Lihat saja, sekarang Taufan bahkan tidak sadar akan lingkungannya, dan fungsi basic dari tubuhnya saja sudah error, jika ini terus berlanjut.. 

Ochobot menghentikan penjelasannya saat menerima red code di sistemnya. Seperti yang ia duga, kondisi Taufan semakin tak dapat terkendali dan mulai hancur. 

"Taufan!" 

Suara Ochobot bergetar "Taufan jangan melawan tubuhmu, itu hanya akan semakin mempercepat kerusakannya-" ucap Ochobot sambil memegang tangan Taufan.

Namun tak ada respon sama sekali. 

Solar menyuntikan sesuatu pada tangan Taufan. "Ini akan membuatnya tertidur- setidaknya untuk saat ini, ini keputusan yang terbaik." 

Taufan merasakan kesadarannya yang bahkan tidak lengkap itu memudar, dengan samar ia mendengar suara sang kakak. "Tidurlah dulu Taufan, setelah kau terbangun lagi, semua akan baik-baik saja" 

Karena itu, ia tertidur. 

Tanpa tahu bahwa air mata menitik dari mata sang kakak. 

Juga saudara lainnya. 

Karena mereka tak akan pernah tahu, kapan mata itu akan kembali terbuka. 

Atau apakah itu akan terbuka.. 

Tapi hanya itu yang bisa mereka lakukan saat ini, berbohong pada Taufan, untuk membohongi diri Mereka sendiri. 

Tak ada yang ingin percaya akan kata-kata itu melebihi mereka sendiri. 

°•°•°•°

"Tapi dengan Taufan begini, kita tak dapat bergabung.." ucap Thorn sambil menyelimuti Taufan. 

Ochobot terlihat ragu sebelum akhirnya membuka suara "soal itu.."

"Taufan sudah mengurusnya" 

"Apa maksudmu?" Tanya Halilintar, ia memiliki firasat bahwa rencana apapun itu, tidak akan ia sukai. 

"Itu.." ucapan Ochobot terputus dikarenakan hembusan angin yang tiba-tiba terasa dalam ruang rawat itu. 

Ngengat biru berkumpul dan menampilkan sosok seseorang yang pernah mereka- Halilintar dan Taufan hadapi. "oh, maafkan kemunculanku yang megah ini" ucap pria ber fedora itu sambil tersenyum. 

"Apa yang kau lakukan disini?!" Bentak Blaze. 

Maripos tersenyum, senyuman yang tak dapat dibaca artinya sama sekali. Apa semua pengendali angin seperti ini? "Ah, apakah bola kuning ini tidak memberitahumu?" Tanya Maripos yang tiba-tiba sudah mendaratkan tangannya di helaian rambut Taufan.

"Aku tidak menyangka rival yang ku akui sekarang terbaring lemah tak berdaya seperti ini" ucapnya, masih dengan senyuman misteriusnya itu. 

"Jangan lakukan apapun pada Taufan!" Ucap Gempa sambil melindungi sang kakak. 

"Oh?" Maripos terlihat sangat tertarik dengan pertunjukkan ini. Sesungguhnya, selain panggilan darurat itu, ia tak mengerti apa yang membuatnya di panggil kesini. Ia hanya berfikir akan menyenangkan, namun saat melihat sosok taufan yang seperti itu, sepertinya masalahnya lebih serius dari yang ia duga. 

"..aku yang memanggilnya kesini" ucap Ochobot. 

"Kenapa begitu Ochobot?" Tanya ice. 

"Jika terus-terusan seperti ini, kondisi kalian juga bisa ikut terdampak. Itu hal yang ingin Taufan hindari." Ucap Ochobot. Menampilkan layar hologramnya. 

"Lalu?" , tanya para saudara masih tak mengerti.

Seringai muncul di wajah Maripos, sepertinya ia mengerti lebih dulu dibanding saudara-saudara Taufan. Menarik. Batinnya.

 "Oh, begitukah?" Ucapnya sambil memetik jarinya. 

Ochobot mengangguk, "untuk saat ini, Taufan tak boleh ada di jam kuasa kalian" ucap Ochobot dengan berat hati. Pasalnya ia pun tak mau melakukan ini, jika bukan karena permintaan Taufan , ia pasti tak akan melakukan ini. 

"Apa kau gila?!" Ucap Solar.

Logo angin dalam jam kuasa mereka perlahan menghilang, "Ochobot jangan! Dia saudara kami!" Ucap Thorn. 

"Oh, giveaway rupanya" ucap Maripos, senyuman terlukis dan ngengat biru bermunculan, menelan sosok yang terbaring lemah hingga menghilang tanpa jejak. 

"Kembalikan Taufan!" Ucap Halilintar, namun dengan mudahnya pria ber fedora itu berpindah tempat. "Kalau begitu, akan kuambil kuasa angin ini" 

"Senang berbisnis dengan kalian dan sampai jumpa" ucapnya sambil membungkuk sopan, dan lagi sosoknya menghilang bersama ngengat biru yang berterbangan. 

°•°•°•°

Saat dibilang kekuatan angin, itu sepertinya keliru. Apa yang ada di genggaman Maripos saat ini tak lain adalah eksistensi Taufan yang tersisa. 

"Kau ini pelit sekali, bahkan sampai akhir tak mau membagikan apa yang menjadi milikmu" ucap pria rama-rama itu. 

Entah mengapa, mungkin karena planet ini dipenuhi dengan angin sejuk yang segar, atau karena planet ini ditempati oleh pemilik kuasa angin yang pertama, tubuhnya tidak terasa seburuk di stasiun Tapops.

Yah.. setidaknya itu yang awalnya ia pikirkan. 

"Aku terkejut kau tidak merampas kuasa angin ini?.... Bukankah kau…. sangat menginginkannya?" Ucap Taufan, sepertinya ini adalah kalimat terpanjang yang bisa ia ucapkan hari ini. 

Tawa kecil terdengar dari Maripos, "apa serunya merampas kekuatan dari orang yang sedang terbaring lemah sepertimu?" Ucapnya. 

"Tuanku tidaklah rakus seperti retakka, kami tidak akan bertindak serendah itu" 

"Apalagi, aku ingin merampas kuasa angin itu dengan pertarungan yang adil" 

"Jadi pastikan kau membaik" 

"Apakah bisa?" Tanya Taufan pelan, ia belajar hal baru tentang pria ngengat ini. Ternyata orang ini tidak semengesalkan yang ia duga. 

"Haha, aku tidak tahu kalau kau cukup pesimis?" Ucap sang pria ber fedora itu. Tangannya menyentuh kelopak mata Taufan. 

Sebuah ngengat biru besar dengan motif yang unik terbang di sekitarnya, "tidurlah dulu. Setelah semuanya selesai, mari bertarung" 

ilusi dari ngengat itu sukses membawanya ke dunia mimpi yang menenangkan. Dalam kondisi setengah sadar ia membalas, "terimakasih, akhirnya aku dapat tidur nyenyak" 

Note : 

Anjir maksud bgt keknya aku siap direkrut jadi penulis indosiar. Anyway Nothing makes sense.  Its 1 am fic what do u expect.

Waktu nulis cerita ini aku belum tau klo maripos ada hubungannya sama tapops

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

105K 8.7K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
62K 5.6K 33
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
36K 3.4K 20
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...
966K 78.5K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...