GALANG

By PoppiPertiwi

286K 33.7K 46.4K

Tentang Galang Ganeswara More

1. GALANG GANESWARA
2. GHEA MONIKA
3. LEBIH DEKAT
4. HE'S THE ONE
5. IN A WORLD OF BOYS, HE'S A GENTLEMAN
6. FOR HER
7. HUG FOR YOU
8. BOXING
9. CEMBURU
10. CONFESSION
11. MY GIRLFRIEND, GHEA
12. GREAT JOB TODAY
13. PROTECT HER
14. INNERCHILD
15. POSSESSIVE GALANG
16. NIGHT AND YOU
17. MAKE SURE YOU'll BE TREATED RIGHT

18. ADORE YOU

16.1K 1.3K 3.4K
By PoppiPertiwi

Kasih emot🌷🌷🌷di sini dulu yuk

Klik bintang votenya juga gengs dan komennya nanti juga semoga sukaa aminn

Kasih juga komentar tiap paragrafnyanya semangat guys

🌸Selamat Membaca🌸

18. ADORE YOU

Sebelah tangan hangat Galang merangkum wajah Ghea. Membuat Ghea terus menatapnya. Dengan seluruh rasa yang Galang rasakan untuk Ghea. Laki-laki itu membenarkan poni dan rambut Ghea. Tatapannya teduh, seteduh hutan hujan tropis yang menyejukan.

"Kamu pasangin aku seat belt?" tanya Ghea.

"Iya biar kamu aman," balas Galang.

"Kalau aku gak aman?"

"Aku bakal selalu mastiin kamu dalam keadaan aman, Ghea."

"Kenapa?"

"Karena aku sayang kamu," Galang membuat hati Ghea menghangat setelah mendengarnya.

Lama terdiam membuat keheningan terjadi di antara mereka namun suasana yang terbangun juga di antara keduanya begitu dekat dan erat. Hingga bahkan keduanya bisa merasakannya.

Ghea mengulurkan tangannya pada dekat hidung Galang, menatap takjub. "Kamu kalau dari deket hidungnya mancung ya?" tanya Ghea.

"Kalau dari deket juga mata kamu itu warnanya cokelat. Apalagi di bawah lampu atas mobil gini. Jadi keliatan banget."

Galang mendengarkan Ghea yang sedang mendeskripsikannya sekaligus memperhatikannya.

"Rambut kamu juga. Warnanya cokelat. Bagus banget! Lampunya bikin rambut kamu keliatan lebih terang," Ghea terpana karenanya.

"Jadi kamu suka yang mana?" tanya Galang mengambil satu tangan Ghea dan memegangnya.

"Sukaaa semuanya," jawab Ghea.

Galang menatapnya intens. Sorot perasaan yang mendalam. Kedua matanya bisa menjelaskan bagaimana ia sangat mencintai Ghea.

"Ghea,"

"Hmmm?"

"Glad you're mine."

"Galang, kadang pas kamu mikirin aku. Kamu juga harus mikirin diri kamu sendiri. Mungkin kadang aku gak ngerti kamu dan dunia kamu. Tapi kamu juga harus mulai peduli sama diri kamu sendiri."

"Kadang pasti kita beda pendapat dan selalu aja kamu punya cara supaya kita bisa lepas dari itu. Jadinya kita gak perlu lama-lama di fase itu. Buat itu semua, aku mau bilang makasih karena selalu bertahan."

Mendengarnya membuat Galang mendekat—mencondongkan tubuhnya yang lebih besar pada Ghea hal itu membuat Ghea kaget—hingga bunyi safety belt terbuka Ghea tak memperhatikannya dan malah sibuk dengan debaran jantungnya yang menggila.

Galang adalah bentuk dari semua hal yang selalu diinginkan. Sementara bagi Galang, Ghea adalah hal yang mau selalu ia miliki, sepenuhnya.

"May I?" Galang berbisik dekat dengan telinganya.

Ghea menutup matanya ketika merasakan hembusan napas Galang makin dekat dengan telinga dan juga kulitnya.

"Can I kiss you?" tanya Galang.

Mendapat persetujuan dari Ghea. Galang merangkum kembali pipi Ghea dan memiringkan kepalanya untuk mencium bibir perempuan itu. Ghea kaget karena ini adalah kali pertama untuknya.

Merasa Ghea gelisah, Galang mengusapkan ibu jarinya pada pipi Ghea. Berusaha membuat Ghea nyaman dengan kecupannya.

Merasa Ghea mulai bisa membalasnya. Galang lalu memperdalamnya. Memeluk Ghea dengan erat—seolah tak ada hari esok untuk mereka. Seolah waktu dan juga malam ini hanya untuk mereka.

"Galang," Ghea menjeda di antara mereka membuat Galang menatapnya.

"Kenapa?" tanya Galang, mengeratkan pelukannya pada tubuh juga pinggang Ghea.

"Kamu gak suka?" tanya Galang, memastikan.

Mendengarnya membuat Ghea tersipu. "Suka," jawab Ghea.

"Terus kenapa? Ada yang bikin kamu gak nyaman?"

Ghea mengusap pipi Galang membuat Galang terkejut karenanya. Galang lalu mengambil tangan Ghea dan mengecupnya.

"Aku mau bilang sesuatu." ragu-ragu Ghea mengatakannya.

"Bilang apa?" Galang menunggunya dengan sabar.

"Aku sayang kamu," ucap Ghea membuat Galang terpaku sejenak. Itu adalah hal yang Galang sudah tunggu sejak lama. Membuat Galang lalu dengan buru-buru mendekati Ghea sambil melepas dua kancing atas kemejanya.

Galang menciumnya. Kali ini lebih kuat dari tadi dan lebih menginginkan satu sama lain.

Ghea tak pernah bermimpi akan berciuman. Bahkan bersama dengan Galang—orang yang tak pernah terlintas di kepalanya bahkan dalam imajinasi liarnya pun tak pernah.

"Lama-lama aku bisa gila," bisik Galang karenanya.

"Gila kenapa?" tanya Ghea.

"Kecanduan kamu," kata Galang pada Ghea.

****

"Galang!" panggil Janu membuat Galang menoleh dan melihat Janu ada di sana.

"Eh bang—mas Janu," Galang langsung meralat panggilannya setelah melihat Mamanya datang lalu masuk ke dalam dapur lagi setelah menyapanya sebentar.

Janu terkekeh karenanya. "Panggil Bang aja."

"Dimarahin Mama ntar gue. Tau sendiri kan. Mama suka gitu."

"Iya sih, tumben banget baru pulang. Kan hari ini gak latihan. Kemana?"

"Kepo amat."

"Sama temen-temen lo pasti."

"Iya enggaklah,"

"Terus?"

"Ada agenda sama pacar."

Janu bergumam dan menganggukan kepalanya. "Punya pacar sekarang lo jadi pulang jam segini. Udah gede lo ya."

"Iya udah gedelah gue. Kenapa ke sini? Nyari Mama gue? Sana punya pacar," kata Galang pada Janu.

Janu bergumam. "Iya nanti."

"Nanti, nanti. Keburu jadi tua lo kalau kebanyakan nantinya. Buruan punya pacar. Yang lain udah siap lo nikah malahan."

"Jangan bicarain nikah dulu deh."

Galang tergelak karenanya. "Nikah sambil pacaran juga asik Bang. Dicobain aja."

"Nyari dulu kandidatnya," jawab Janu.

"Tante Vanesa! Katanya ada salam dari Tante Tika nih chatnya— eh! Di video call. Halo Tante Tika?" tanya Kiana.

"Halo Kiana, Yu Vanesa kamu masak apa? Ini.. besok aku mau ngajakin kamu ke salon yang kemarin aku bicarain. Bilang aja sama suamimu itu, Sean. Sekalian ajak Kiana juga," ujar Tante Tika dari ponselnya.

"Loh Tante ngajak Kiana juga?" tanya Kiana.

"Iya mau ya Kiana? Nanti minta anter Janu anak Tante aja soalnya besok Tante Vanesa sama Tante Tika barengan abis dari acara kakeknya Galang sama Janu." Tante Tika berpesan.

"Ada Kiana?" tanya Galang.

"Iya ada gue ke sini nganterin dia," Janu menjawab dengan santai.

"Nah itu dia kandidatnya." Galang melirik Janu.

"Gak jauh, udah ada deket. Depan mata lagi," Galang menambahkannya.

Namun Janu hanya melirik, tidak tahu apa Papanya merestuinya.

"Galang, udah pulang? Kamu kapan ajak Ghea ke sini. Mama kangen banget sama dia." Vanesa menyapa anaknya begitu melihat di ruang tengah.

"Kan kemarin baru ketemu Ma. Mama lupa? Mama beliin Ghea kalung." Galang mengingatkan.

"Tetep aja Mama pengen liat Ghea lagi. Mama denger dia suka bikin bucket bunga gitu ya? Itu ada toko sendirinya gitu? Mama mau banget ke sana. Ayo ajakin Mama ke sana Lang."

"Iya Ma nanti Galang ajakin ke sana."

"Lo kok bisa ke sini Kia?" tanya Galang.

"Tadi kita latihan acting bareng di FFIA management. Terus Kiana bilang Janu lagi makan di restoran deket sana akhirnya pulang bareng. Padahal mas kamu itu sibuk banget. Tapi hebat ya masih muda bisa bagi waktunya," Tante Vanesa memuji Janu.

"Makasi Tante," Janu menjawabnya.

"Galang harus inget ya ajak Ghea juga ke sini. Biar Mama lebih kenal dia."

"Kan udah kenal Ma."

"Harus lebih sering dari biasanya."

"SIAPPP!" Galang mengambil gerak hormat membuat Tante Vanesa tertawa karenanya.

Galang Ganeswara: Ghe, katanya Mama pengen ketemu lagi. Kamu kapan ada waktunya?

Ghea yang mendapat chat seperti itu langsung mendekatkan ponselnya. Merasa sangat tertarik dan mau.

Ghea Monika: Besok boleh Lang

Galang Ganeswara: Besok Papa aku pulang, jadi bisa sekalian ketemu juga karena kumpul keluarga

Ghea Monika: Rame banget dong berarti?

Galang Ganeswara: Iya sayang nanti kalau mau aku bilang Mama

Ghea Monika: Mau banget

Ghea lalu membuka lemari bajunya dan melihat baju-bajunya yang ada. Lalu meringis karena bajunya yang bagus-bagus dan baru waktu itu diambil oleh Niken. Ia lalu mencari dan menemukan beberapa yang bisa ia pakai besok.

Ini dia dress yang bisa gue pake buat besok, batin Ghea.

Ghea menatap cermin dengan dress itu lalu meraba bibirnya. Mengingat ciuman pertamanya dengan Galang lalu ia menggeleng dan berusaha untuk tetap fokus dengan pemilihan dress-nya.

Galang selain bisa membuat Ghea tersipu, pacarnya itu juga selalu bikin Ghea kepikiran.

****

Galang sedang ada di balkon rumahnya melihat langit malam. Kegiatan apapun yang ia lakukan pasti selalu ingat Ghea. Melihat teman-temannya sedang main ps di ruang tengah—membuatnya melirik mereka.

"Gak ikutan Lang?" tanya Jeremy sedang minum soda.

"Lo aja,"

"Badannya emang di sini tapi pikirannya di Ghea lo ya?" tebak Jeremy.

"Di mana pun kayanya gue berada. Gue selalu mikirin Ghea. Meskipun gue lagi sibuk-sibuknya juga tetep aja gak lengkap rasanya kalau gak ketemu dia."

"Anjrit jatuh cinta beneran dia," kekeh Jeremy.

"Siapa yang lo anjrit-anjritin?" tanya Galang membuat Jeremy menggeleng dengan cepat-cepat, takut.

"Siapa yang jatuh cinta?" tanya Zidan.

"Ini temen lo Galang."

Galang diam saja lalu membuka minuman yang ia pegang dan meminumnya. Lalu tiba-tiba Ronald datang menarik mereka untuk ikutan duduk bermain bersama dengan Bedul, Gara dan Dylan.

Saat sedang sibuk. Galang mendapat panggilan membuat ia berhenti begitu saja dan mengambil ponselnya membuat Jeremy dan Gara menoleh.

"Kenapa?" tanya Zidan.

"Pacar gue nelpon."

Galang lalu berdiri dan menjauh untuk mengangkatnya.

"Semua emang tergantung prioritas. Mau sesibuk apapun kalau udah cinta bakal selalu dikabarin," kata Jeremy.

"Rela banget berhenti buat Ghea padahal bentar lagi dia menang tuh," tambah Gara.

****

Setelah mengantar pesanan bucket untuk seorang pembeli. Ghea menuju ke rumahnya. Tidak sabar bertemu adiknya, Chia. Namun ketika melihat Papanya ada di sana membuat Ghea terdiam di tempat.

"Kamu dari mana aja?" tanya Papanya.

"Nganter bucket bunga Pa."

"Sampe jam segini? Keluyuran kan kamu."

"Harusnya kamu tuh bersihin rumah juga Ghea. Liat rumah kamu. Makanya Papa kan udah bilang, tinggal sama Papa aja. Liat adik kamu. Dia jadi bersin-bersin juga kan? Kamu kurang bersih buat bersihin rumahnya." Papa bersuara membuat Ghea meliriknya.

Padahal tadi pagi Ghea sudah membersihkannya.

"Itu juga di depan. Banyak banget daunnya habis hujan kemarin."

"Emang semua pekerjaan harus Ghea yang lakuin ya Pa?" tanya Ghea membuat Papanya menoleh.

"Iya kamu kan sehat! Gak mungkin Papa nyuruh adik kamu Chia. Dia sakit! Kalau fisiknya makin lemah gara-gara Papa suruh gimana?"

"Ini bedanya kamu sama Niken. Kalau Niken bahkan sebelum Papa dateng. Semuanya udah dikerjain. Jadi Papa seneng liatnya."

"Niken lagi. Niken lagi. Papa emang gak pernah liat usaha Ghea ya?"

"Papa selalu aja nyalahin Ghea. Kalau ada yang salah dikit aja pasti Ghea yang kena. Kalau ada yang gak sesuai juga pasti Ghea yang dimarahin. Kalau pulang pun gak di jam biasanya pasti Ghea lagi yang diomelin."

Papanya terdiam mendengarnya.

"Iya itu karena kamu anak pertama Papa!"

"Selalu aja Ghea yang dituntut ngelakuin semuanya. Pernah gak sih Papa nyadar?"

Mendengarnya membuat Heri terkejut. Ghea lalu masuk ke dalam, tak mau berdebat lebih banyak.

Selalu saja begitu, Ghea yang akan selalu disalahkan untuk banyak hal di mata Papanya. Seolah Ghea tak pernah berusaha. Dan seolah hanya Ghea yang harus bertanggung jawab.

****

Galang yang melihat Chia ada di depan florist kaget dan berjongkok di depannya.

"Chia kenapa?" tanya Galang.

Chia menggeleng. Wajahnya tetap cemberut.

Ada apa dengan anak kecil ini?

"Ada yang nyakitin Chia? Atau bikin Chia sedih?" tanya Galang lagi namun Chia hanya menggeleng dengan wajah juga bibir yang pucat.

"Kenapa Chia?" Galang mendekatkannya lagi agar bisa sejajar dengan anak kecil itu. "Kok sedih gitu mukanya."

"Kak Galang, Papa gak sayang Chia ya? Tadi Chia dimarahin. Padahal Chia cuman mau minum air sama main. Akhirnya kak Ghea bawa Chia ke sini. Chia kan aus gak sengaja jatuhin tasnya Papa malah dimarahin." Chia tampak sedih.

"Chia, Papa gituin Chia?"

Chia mengangguk. Pipi dan bibirnya cemberut. "Papa selalu aja marahin Chia sama Kak Ghea. Katanya Chia kebanyakan makan manis jadi sering masuk rumah sakit. Padahal Chia gak pernah makan gulali lagi walaupun Chia pengen banget."

"Papa juga selalu aja banding-bandingin kak Ghea sama kak Niken."

Galang terpaku menatapnya.

"Emang bener ya kak kalau Chia gak bakalan sembuh? Chia kan pengen juga sembuh. Pengen sekolah. Pengen ketemu temen-temen. Pengen makan gulali." Chia mengatakan keinginannya.

Mendengarnya membuat hati Galang tersentuh.

"Chia pasti bisa sembuh. Nanti bisa makan gulali lagi. Terus sekolah ketemu temen-temen." Galang menyakinkannya agar rasa percaya diri anak ini tumbuh.

Satu tangan Galang yang tadi sedang memegang tas paper ia taruh di bawah lalu satu tangan Galang mengelus rambut anak kecil itu.

"Ayo beli gulali. Chia mau? Tapi dipegang aja ya jangan dimakan biar gak dimarah kak Ghea."

"BENERAN KAK??"

Galang mengangguk. "Beneran dong. Mau?"

"Mau! Mau!!" Chia menyambutnya dengan sangat antusias, hal itu membuat Galang tersenyum simpul karenanya.

****

Ghea duduk di sofa dan melihat tulisan Chia. Meskipun Chia memang tak masuk sekolah lagi seperti sebelumnya namun Ghea membantunya agar tulisannya lancar.

Ghea memegang kertas yang ia temukan di kamar adiknya itu.

Papa, Chia kangen Papa. Papa kenapa gak jengukin Chia kalau lagi sakit? Chia juga pengen dijenguk kaya yang lainnya. Kata kak Ghea, Papa lagi sibuk. Papa sibuk apa kok gak pernah jengukin Chia? Apa karena Chia sakit terus ya Pa makanya Papa gak mau ketemu Chia lagi?

Emang bener ya Pa kalau Chia gak bakalan sembuh? Chia kan masih pengen sekolah lagi, ketemu temen-temen sama beli gulali.

Papa kapan kita bareng-bareng kaya dulu lagi?

Ghea terpaku menatapnya. Tiba-tiba saja hatinya mencelos. Anak sekecil Chia harus mendapat perlakuan seperti itu.

Kalau Ghea mungkin bakal beranggapan biasa saja meski tak harus seperti dulu lagi dengan Papanya. Tapi ini Chia. Adik perempuan yang paling ia sayangi.

Ghea lalu melihat ponselnya. Itu foto surat keterangan dokter dan penyakit apa yang ia alami.

Ma, Ghea harap Mama cepet pulang. Hidup tanpa Mama di sini berat banget Ma.

****

"Kak Galang makasi ya Chia udah diajak beli gulali! Chia seneng banget. Kak Galang makasi juga udah mau temenan sama Chia ya!!"

"Nah gitu dong ceria lagi. Jadi bisa cepet sembuhnya," kata Galang.

Mengingat perkataan itu Galang menemukan Ghea duduk di sofa dan melamun. Bahkan ketika duduk pun Ghea tak menyadarinya.

"Ghea kenapa?"

Ghea tersadar dan menoleh pada Galang.

Melihat raut wajah Ghea dan tatapannya membuat Galang tahu kalau Ghea habis bersedih.

Galang mendekatinya dan merangkum kedua pipi perempuan itu, "Hey kenapa? Istirahat dulu."

"Ghe gapapa untuk istirahat. Untuk ambil jeda. Kamu manusia biasa yang bisa capek, bisa nangis dan bisa rapuh. Nangis aja. Nangis bukan berarti kamu lemah atau cengeng."

"Kadang ada titik di mana kamu harus ngelepasin semua yang kamu rasa supaya kamu jadi lebih baik lagi dan gak mikirin itu lagi."

"Aku bisa gak ya Lang?"

Galang menganggukan kepalanya, yakin. "Bisa Ghe. Aku tau kamu lagi banyak pikiran. Sekarang jadi manusia dulu ya. Aku tau kamu capek tapi setelah ini kamu harus coba buat berdiri lagi. Meskipun udah tertatih tapi aku tau kamu udah terlatih buat berdiri lagi."

Ghea memejamkan matanya ketika Galang mengusap pipinya.

"Inget ya Ghe, semua hal butuh tekad dan keberanian," kata Galang pada Ghe.

****

Menghadiri acara kumpul keluarga Galang membuat Ghea berdiri kikuk di sana. Tak terpikir akan seramai ini. Ghea memegang dress-nya. Perempuan itu melihat teman-teman artis, orang-orang penting dibalik layar, bahkan make up artis Tante Vanesa.

Lalu Ghea juga melihat sepupu-sepupu Galang. Seperti Janu dan yang lainnya.

"Pacar Galang ya?" tanya Kiana menghampirinya.

Ghea terkejut melihat Kiana—artis ternama yang sedang sangat ramai itu berdiri di sebelahnya. Dan demi Tuhan, sangat cantik!

Perempuan itu seperti dewi bahkan dari jarak sedekat ini.

Ghea mengangguk. "Kenalin gue Kiana."

Ghea menjabat tangannya. "Ghea,"

"Cantik banget pantesan Galang naksir." Mendengar pujiannya membuat Ghea berterima kasih.

Janu menghampiri mereka. "Ternyata di sini."

"Kenapa Janu? Kiana gak bakalan hilang! Bahkan kalau gue hilang nih pasti yang lainnya bakal tetep bisa nemuin gue."

"Mas Janu!" panggil Galang membuat Ghea menoleh.

"Eh kok kalian di sana? Ayo ke sini!" panggil Tante Vanesa.

Akhirnya mereka berjalan ke sana. Janu di depan bersama Kiana sementara Galang di belakang dengan Ghea.

"Kamu bilang ketemu keluarga. Tapi kenapa kamu gak bilang kalau bakal serame ini?" tanya Ghea pasa Galang.

"Iya Mama biasanya emang undang orang-orang terdeketnya dan orang yang dia ajak kerja." Galang menjelaskannya.

"Aku berasa dapet tiket VVIP kalau bisa makan bareng banyak artis-artis ternama," kata Ghea.

Mendengarnya membuat Galang tertawa. "Mereka sama aja kaya kita. Manusia biasa. Jadi gak perlu takut."

"Mereka pasangan?" tanya Ghea.

"Siapa? Mas Janu sama Kiana?"

Ghea menganggukan kepalanya.

"Kayanya masih temen."

"Emang temen ada yang kaya gitu?"

"Mereka yang lagi disebarin rumor gosip itu kan?"

Galang mengangguk. "Iya mereka. Mereka juga gak peduli kayanya karena saking seringnya berita Kiana."

"Kalau kamu, bakal kena kaya gitu juga?"

"Aku kurang tau Ghe. Aku lebih ngikut pasion kaya Papa."

"Gak kebayang kalau kamu artis juga Lang. Aku pasti gak bakalan sama kamu sekarang."

"Kamu ngomong apasih Ghe? Iya enggaklah, aku gak berniat ngedalemin dunia entertain. Paling ambil beberapa job model baju atau ngisi sebagai model mv aja."

"Walaupun gitu kamu juga terkenal banget kan anaknya Tante Vanesa."

Galang menganggukan kepalanya. "Ayo ketemu Mama. Katanya Mama udah kangen berat sama kamu."

"Kok tadi kamu manggilnya mas?"

"Oh itu iya dia kan kakak sepupu aku Ghe."

"Ohh gitu, kalau aku panggil gitu juga gimana?" tanya Ghea membuat Galang menoleh.

"Mas Galang," kata Ghea membuat Galang terkejut.

"Ghea," tegur Galang membuat Ghea cekikikan karenannya.

"Bagus kan? Tadi juga aku denger yang lain manggil kamu gitu."

"Aku sukanya dipanggil sayang sebenernya."

"Sayang," panggil Ghea.

Galang mengeratkan pegangannya di pinggang Ghea, merasa senang. "Awas kamu ya habis ini."

Mendengarnya membuat Ghea merinding.

****

"Waduh Tante makasih loh udah dikasi numpang makan gratis. Jadi seneng nih," kata Ronald.

"Tante maafin temen saya Tante. Dia emang suka gitu tapi dia anaknya baik kok Tan. Cuman gigit dikit," kata Jeremy.

"Enak aja lo Jer!"

"Hati-hati Tan. Ronald bukan cuman suka gigit tapi suka ngabisin makanan. Tuh, tuh Tan liat!" Dylan duduk.

"Lagi galau itu Tan ditinggal liburan sama Mamanya ke luar negeri. Takut pulang-pulang malah bawa anak baru buat gantiin Ronald."

"Bjir diem lo Dul!"

"Kalau ada kalian memang makin rame ya tempat ini. Untung aja kalian dateng," Mama Galang menyebutkannya.

"Nahkan emang gue tuh ada sisi positifnya," Ronald jadi jumawa.

"Zidan gak makan?" tanya Tante Vanesa.

"Oh iya Tante ini saya ambil dulu." Zidan membalikan piringnya.

"Gara gimana?" tanya Tante Vanesa.

"Aman Tante! Ini saya ambil juga kaya Zidan."

"Tan kalau yang namanya Ronald ini makannya banyak nanti langsung gadai aja Tan manusianya biar balik modal," kata Jeremy.

"Sembarangan aja lo kalau ngomong Jer!"

Suara gelak tawa lalu mengisi meja makan panjang itu.

****

"Galang di mana?" Ghea mencarinya.

"Galang?" tanya Ghea.

Namun ia tak menemukan keberadaan Galang. Hingga menuju ke belakang ia melihat Galang sedang duduk di sana ditemani cahaya lampu yang remang. Dari jarak sejauh ini, Galang memang terlihat sangat berkharisma.

"Aku kira kamu ke depan. Ternyata duduk di belakang." Ghea menghampirinya.

"Sini ikut duduk," Galang menepuk tempat di sampingnya.

"Aku tadi nanya Mama kamu. Cuman Mama kamu bilang gak tau kamu di mana. Terus tadi rame ada wawancara jadinya aku gak nanya lagi. Kasian Tante Vanesa pasti kewalahan."

"Kamu tenang aja, udah ada Papa. Biar Papa yang handle."

"Kamu kaya gitu juga?"

"Kenapa?"

"Kaya Papa kamu juga."

Galang menoleh padanya. "Emang semirip itu?"

Ghea menganggukan kepalanya. "Iya mirip! Sekarang aku tau kenapa kamu tinggi terus berisi banget gini. Ternyata dari Papa kamu."

"Ghe, soal yang kemarin malem. Kamu suka gak aku kaya gitu?" tanya Galang pada Ghea.

****

AN: HALO GENGSS Gimanaa suka part inii?

— KOMEN ❤️ 2000 UNTUK LANJUT

Sama inget disesuaiin yaa gengs kalau udah sesuai kita bisa langsung update lagiii

Oh iyaa mau bilang juga untuk bagian Extra Part Galang Ganeswara & Ghea Monika part 18 ini bakal ada juga di KaryaKarsa: PoppiPertiwi yaa karena sifatnya mature siapin dulu yuk koinnya buat baca merekaa

Buat spoileran yang di KaryaKarsanya
Ini Galang mode jadi pacar posesif yang pacarnya cuman buat dia seorang, gak mau ada cowok lain yang mengangguminya

Kalian bisa baca & follow di Instagram @Writerpi untuk baca AU GalangGhea juga💓💓

Follow Instagram Untuk Ikuti Keseruannya:
PoppiPertiwi, Writerpi, Withlovepi
GalangGaneswara & GheaAndromeda
JanuarPramujaa & KianaGantarimaja
ZidanDhyaksaa & FreyaAndara
GaraMaraja & AlexaQueenaa

Sampe bertemu lagi pasukannya Galang Ganeswara. With Love, PoppiPertiwi🌸🌸

Continue Reading

You'll Also Like

500K 1.5K 12
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...
514K 1.7K 5
βš οΈπŸ”ž - dewasa βš οΈπŸ”ž- hubungan badan βš οΈπŸ”ž- toxic
1.4M 93.1K 43
β€’ Obsession series β€’ [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk memanfaatkan kemiskinan dan keluguan gad...
4.9M 182K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...