Sweet Friend (Xodiac SingZay)...

By SugaJennie24

36K 3.6K 6K

Bercerita tentang salah seorang anak kembar bernama Won Zayyan yang sama sekali tidak mirip dengan kembaranny... More

Chap 1~ Teman Seberang Apartemen
Chap 2~ Zayyan Melamar Kerja
Chap 3 ~ Bossy
Chap 4 ~ My Sweet Friend
Chap 5 ~ Sing Beneran Berubah?
Chap 6 ~ Tugas Pertama Yang Mendebarkan
Chap 7 ~ Apa Yang Dilakukan Sing?
Chap 8 ~ Zayyan Panik Karena Leo
Chap 9 ~ Selamatkah Leo?
Chap 10 ~ The Hero
Chap 11 ~ Mulai Goyah
Chap 13 ~ Zayyan Ngambek Dan Kabur?
Chap 14 ~ Zayyan Kepergok Sing?
Chap 15~ Perkara Beliin Baju
Chap 16 ~ Hati Yang Berdebar
Chap 17 ~ You're My Pretty Boy
Chap 18 ~ Perkara Makan Siang
Chap 19~ Cemburu
Chap 20 ~ Emosi
Chap 21 ~ Membatalkan Taruhan?
Chap 22~ Kencan
Chap 23 ~ Pilihan Sing
Chap 24 ~ Leo Marah?
Chap 25 ~ Gara-Gara Gyumin
Chap 26 ~ Jangan Melampaui Batas
Chap 27 ~ Usaha Bona Memisahkan SingZay
Chap 28 ~ Terbongkarnya Rahasia
Chap 29 ~ Apakah Berakhir?
Chap 30 ~ Apa Yang Terjadi Pada Sing?
Chap 31 ~ Zayyan Mencari Sing
Chap 32 ~ Ungkapan Hati Leo
Chap 33 ~ Sing Di mana?
Chap 34 ~ Akhirnya Sing Ditemukan?
Chap 35 - Zayyan Bertemu Sing Kembali?
Chap 36 - Jadian Dan Balikan
Chap 37 - Kencan Terpaksa
Chap 38 - Repotnya Kalau Mendua
Chap 39 - Sing Kabur Dari Rumah Sakit?
Chap 40 - Haruskah Mengalah?
Chap 41 - Sehari Bersamamu
Chap 42 - Menginap
Chap 43 - Panggilan Interview
Chap 44 ~ Bertemu Sing?
Chap 45 ~ Menyusul Sing
Chap 46 ~ Melepas Rindu
Chap 47 ~ Zayyan Cemburu?
Chap 48 - Saling Percaya
Chap 49 ~ Cinta Yang Ditolak
Chap 50 ~ Keceplosan
Chap 51 ~ Bersembunyi
Chap 52 ~ Sing Cemburu?
Chap 53 ~ Sulit Putus
Chap 54 ~ Apa Yang Dilakukan Leo?
Chap 55 ~ Gara-Gara Pergi Ke Luar
Chap 56 ~ Sing Mencari Zayyan
Chap 57 ~ Selamatkah Sing?
Chap 58 ~ Usaha Melarikan Diri
Chap 59 ~ Bersama Selamanya
Bonus Chapter

Chap 12 ~ Masih Bersaing

755 68 86
By SugaJennie24

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Zayyan duduk termenung di kasurnya dengan rona merah yang menghiasi wajahnya. Dirinya kesal, ingin marah namun anehnya tak bisa, itu karena tadi dirinya juga turut terhanyut dan menikmatinya.

Sedangkan Sing, kini ia telah berpamitan pulang ke rumah untuk berganti pakaian, karena dirinya harus pergi ke kantor pagi ini. Pemuda itu dengan santainya pergi, setelah apa yang dilakukannya pada Zayyan. Dia bahkan tidak meminta maaf.

"Uuuhhh...sebal! Yang benar saja! Sing, kau keterlaluan! Beraninya kau melakukan itu padaku?!" Zayyan misuh-misuh di kasur sambil mengacak-ngacak rambutnya.

"Zayyan, kau kenapa?" Tiba-tiba Gyumin datang dan sukses mengagetkan Zayyan.

"Eh?? Eng-gak kok! A-Aku nggak kenapa-kenapa!" Elak Zayyan gugup.

"Oh, kupikir kau kenapa," lalu Gyumin melihat ke sekeliling mencari keberadaan Sing.

"Sing mana?" Tanya Gyumin.

Mendengar nama Sing, lagi-lagi wajah Zayyan kembali memerah. Dan ia pun gugup, karena teringat kejadian tadi.

"Ng...di-dia...su-sudah pulang buat mandi dan ganti pakaian. Soalnya dia harus pergi ke kantor," jawab Zayyan.

"O iya ya, benar juga."

Gyumin melangkah mendekat, lalu meletakkan bungkusan yang dibawanya ke atas meja nakas.

"Apa itu?" Tanya Zayyan.

"Ini dari Ibu. Tadi pagi sepulang dari kerja shift malam, Ibu membuatkan makanan kesukaanmu, karena takut kau tidak cocok dengan makanan rumah sakit. Dan sekarang Ibu sedang beristirahat dulu, sedangkan Hyunsik Hyung juga sudah berangkat ke toko lagi, makanya aku sendirian yang datang kemari," terang Gyumin.

"Oh, gitu. Tolong sampaikan terimakasihku pada Ibu, nanti kalau kau pulang ya. Dan makasih ya Moomin, karena kau mau datang kemari lagi untuk menjagaku di sini."

"Iya, sama-sama. O ya, bagaimana kabarmu hari ini? Apa sudah mendingan?"

"Ya beginilah. Udah agak mendingan sih dari pada kemarin."

"Oh, syukurlah. Dokter sudah memeriksamu lagi belum?"

"Belum. Mungkin sebentar lagi."

"Mm...gitu ya."

Gyumin tiba-tiba memicingkan matanya serius, perhatiannya tertuju pada bibir Zayyan yang terlihat sedikit membengkak.

"Zayyan-ie...,"

"Hm?"

"Bibirmu kenapa?"

"Bi-Bibirku?"

"Iya. Kok bengkak?"

"Ha? Masa sih?" Zayyan terkejut, lalu menyentuh bibirnya dengan jarinya.

"Iya. Perasaan kemarin nggak deh. Apakah ini efek dari pemukulan para perampok itu ya?"

"Eh? Ng...bi-bisa jadi begitu!" Zayyan asal membenarkan saja. Karena ia tahu itu akibat ulah Sing tadi pagi yang terlalu agresif sehingga membuat bibirnya jadi bengkak. "Dasar Sing sialan! Uuhh...nyebelin banget!" Batinnya kesal.

***

Di kantor...

Mata Sing tertuju pada laptop, namun pikirannya terbayang pada kejadian tadi pagi, sehingga membuatnya tanpa sadar tersenyum-senyum sendiri kala mengingatnya.

"Hmm...manis juga!" Celetuknya.

"Apanya yang manis, Isanim?"

"Eh?!" Sing tersadar, dirinya lupa jika saat ini Soodam sedang berada bersamanya di ruangan, karena disuruh olehnya untuk memeriksa semua hasil pekerjaan Zayyan kemarin di komputernya.

"Enggak anu...itu aku lagi ngebayangin jus strawberry yang manis hehe...," Sing tersenyum kikuk. Dirinya terpaksa mencari alasan.

"Oh, begitu toh hehehe...," Soodam ikut tertawa. "Apakah Isanim mau aku pesankan jus strawberry sekarang?"

"Oh, ya boleh...boleh...itu ide yang bagus! Kamu memang pintar dan pengertian, Soodami!"

Soodam tersenyum karena dipuji. Lantas ia pun segera memesankan jus strawberry untuk bos mudanya itu melalui aplikasi online.

***

Siang harinya, Davin dan Wain pun datang menjenguk ke rumah sakit.

Pertama-tama mereka menjenguk Leo terlebih dulu di ruangannya, lalu setelah itu mereka pun menjenguk ke ruangan Zayyan.

Davin dan Wain membawa buah-buahan dan berbagai macam snack yang banyak untuk Zayyan. Membuat mata Zayyan dan Gyumin pun berbinar senang.

"Asyik banyak makanan!" Batin Gyumin.

"Uuhh...Zayyanku yang malang! Kasihan sekali dirimu!" Davin dengan percaya dirinya, langsung mengklaim Zayyan miliknya, ia juga dengan santainya mengelus-elus pipi Zayyan. Membuat Zayyan terbengong sekaligus risih.

"Ng...maaf, jangan begini, aku malu," dengan pelan, Zayyan menyingkirkan tangan Davin dari wajahnya.

Wain tersenyum meledek ke arah Davin.

"Kau gagal!" Ledek Wain dengan suara berbisik.

"Enak saja! Ini belum akhir!" Balas Davin sambil mendelik.

"Zayyan, katakan padaku apakah masih ada yang sakit? Sebelah mana, ayo katakan!" Kini giliran Wain yang beraksi.

"Me-Memangnya kenapa ya, Wain?" Tanya Zayyan gugup, jujur ia juga risih dengan tatapan Wain yang menelusuri tubuhnya dari atas hingga bawah.

"Kalau masih ada yang sakit, nanti aku usap biar cepat sembuh," jawab Wain.

"Ha?? Diusap? nggak usah! Aku kan diobatin sama dokter, jadi pasti nanti bakalan sembuh," tolak Zayyan.

"Tapi usapanku lebih ampuh dari obat yang diberikan dokter loh! Mau coba, hmm?" Rayu Wain.

"Eng-Enggak usah! Makasih! Aku lebih memilih obat dari dokter saja!" Zayyan mulai merinding.

"Yakin, nggak mau?" Wain menaikkan sebelah alisnya dengan senyum menggoda.

"Iya, yakin!" Jawab Zayyan buru-buru.

"Yaahh...," Wain mendesah kecewa.

Kini giliran Davin yang tersenyum meledek ke arah Wain.

"Zayyan-ie, nanti kalau kau sudah sembuh, datanglah ke tempat karaoke milikku," ucap Davin.

"Untuk apa?" Tanya Zayyan.

"Ya untuk karaokean-lah. Kudengar kau pandai bernyanyi dan suaramu sangat bagus. Jadi datanglah ke tempat karaoke-ku dan bernyanyilah sepuasnya bersamaku nanti. Tenang, aku tidak akan meminta bayaran sepeser pun kok. Khusus untukmu gratis!"

"I-Iya, baiklah, nanti kapan-kapan aku akan ke sana. Terimakasih atas tawaranmu," jawab Zayyan.

"Jangan cuma kapan-kapan, tapi harus beneran datang ya! Kutunggu loh!" Davin ingin memastikan.

"I-Iya, baiklah," Zayyan hanya bisa menurut.

"Zayyan-ah, nanti kalau kau sudah sembuh, jangan lupa datang ke kafe milikku juga ya. Aku ingin makan malam bersamamu di kafeku," kini giliran Wain yang mengajak.

"Makan malam bersama??"

"Iya. Kau belum pernah mencoba menu di kafeku, kan?"

Zayyan menggeleng. "Belum."

"Nah, makanya kau harus datang, supaya bisa mencobanya. Semua menu yang dijual di kafeku enak-enak loh. Tenang, kau tidak usah bayar. Nanti kau boleh makan sepuasnya, dan semuanya itu gratis khusus untukmu," rayu Wain.

Zayyan tampak berpikir sejenak. "Emang boleh makan gratis begitu?"

"Ya, boleh dong. Kan aku yang punya kafenya," timpal Wain.

"Iya ya, hehe...makasih ya, nanti aku datang deh."

"Nah, gitu dong manis!" Wain mencolek dagu Zayyan, dan reflek Zayyan pun memundurkan kepalanya karena kaget.

Namun Wain dan Davin malah tertawa gemas melihatnya.

"Namaku Zayyan, bukan manis!" Protes Zayyan kemudian.

"Iya, aku tahu. Tapi kau sangat manis, gimana dong?" Gombal Wain.

Zayyan pun jadi malu dan bingung harus bagaimana merespon ucapan Wain barusan.

Mereka masih mengobrol selama beberapa menit dengan Zayyan, dan di sela obrolan itu selalu saja ada kata-kata gombal atau rayuan yang diselipkan oleh Wain mau pun Davin pada Zayyan.

Sampai-sampai Gyumin yang turut mendengarkannya menjadi eneg dibuatnya.

Setelah Wain dan Davin pergi, Gyumin yang sedari tadi merasa heran pun bertanya pada Zayyan.

"Zayyan-ie, mereka tadi pada kenapa sih?"

"Kenapa apa?" Zayyan balik bertanya.

"Ya gitu, mereka pada baik banget sama kamu. Perasaan akhir-akhir ini nggak Sing, nggak temannya, semuanya pada baik sama kamu. Kenapa sih mereka tiba-tiba kayak gitu?"

Zayyan mengedikkan bahunya. "Entahlah, aku juga nggak ngerti kenapa mereka pada baik begitu sama aku sekarang. Tapi yang jelas aku senang sih, mereka baik semua sama aku. Nggak kayak dulu. Dulu kalau ngelihat aku dari jauh aja, mereka bertiga pada sinis semua. Tapi sekarang mereka semua perhatian dan baik banget sama aku. Aku bersyukur, mungkin ini efek karena pemikiran mereka sudah dewasa," jawab Zayyan yang memiliki pemikiran positif.

"Hmm...iya sih, bisa jadi gitu. Tapi Davin sama Wain kayaknya terlalu berlebihan deh. Masa tadi mereka pada ngegombalin kamu, terus mereka juga manggil kamu dengan sebutan manis, hiii...geli aku, jijik dengarnya!" Gyumin bergidik.

"Jangankan kamu, aku juga jijik dipanggil begitu," timpal Zayyan.

"Yah, Moomin kamu baru lihat tingkah mereka berdua tadi aja udah geli, gimana kalau kamu tahu apa yang sudah dilakukan Sing padaku tadi pagi? Itu lebih parah dari pada kedua temannya," batin Zayyan.

***

"Drrtt! Drrtt! Drttt!!" Bunyi ponsel Zayyan.

Zayyan pun menerima panggilan tersebut yang berasal dari Sing, meskipun sebenarnya ia masih deg-degan jika harus berbicara dengan Sing setelah kejadian tadi pagi itu.

"Yeoboseyo, Isanim."

"Nde. Zayyan, bagaimana kabarmu sekarang?" Terdengar suara Sing yang tampak tenang berbicara di telepon dengannya, seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya di antara mereka.

"Ya, aku sudah mendingan. Dokter sudah memeriksaku lagi, dan aku juga sudah minum obat," Zayyan sengaja menjawab detail, agar panggilan telepon itu segera diakhiri pikirnya.

"Oh, syukurlah. O ya, kau mau makan apa siang ini, biar aku pesankan dan kita makan bersama di sana nanti," namun rupanya Sing malah memperpanjang pembicaraan.

Sebenarnya Zayyan ingin sekali memarahi Sing atas perbuatannya tadi pagi, namun karena ada Gyumin di dekatnya, maka ia pun mengurungkannya.

"Tidak usah, Ibuku sudah mengirimiku makanan dari rumah. Jadi tidak perlu kau pesankan!" Tolak Zayyan.

"Hmm...begitu ya. Ya sudah kalau begitu sebentar lagi aku ke sana buat nemenin kamu. Kamu mau dibeliin jajanan apa nggak?"

"Nggak usah! Nggak usah beli jajanan apapun, dan nggak usah ke sini juga!"

"Loh kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa! Pokoknya jangan ke sini."

"Memangnya kamu nggak kangen sama aku, hm?"

Zayyan terdiam sejenak, ia agaknya tercengang, namun berusaha untuk bersikap normal di depan Gyumin.

"Ng...enggak!"

"Kok gitu sih? Padahal tadi pagi kita berdua sudah berci__"

"Ya sudah dulu ya, Sing. Aku mau istirahat!" Zayyan memutus panggilan secara sepihak sebelum Sing sempat menyelesaikan ucapannya. Ia tahu apa yang hendak diucapkan Sing barusan. Namun ia enggan membahasnya, karena malu dan karena tak ingin Gyumin curiga jika melihatnya salah tingkah.

"Ada apa?" Tanya Gyumin, setelah Zayyan mematikan teleponnya.

"Ini si Sing, katanya mau mesenin aku makanan. Ya aku tolaklah!" Terang Zayyan.

"Loh kok ditolak?"

"Ya, kan Ibu sudah mengirimiku makanan?"

"Ya, harusnya tadi kau terima saja."

"Buat siapa memangnya? Kan aku mau makan makanan buatan Ibu."

"Ya, buat akulah!" Jawab Gyumin.

"Ck! Moomin, kamu tuh malu-maluin aja deh. Ini makanan dari Davin sama Wain aja masih banyak, kamu masih ngarepin makanan dari Sing juga!" Omel Zayyan.

"Ya namanya rejeki mah ya jangan ditolak."

"Bodo amat! Btw, nanti malam kalau Sing datang dan dia nawarin buat nemenin aku lagi dan nyuruh kamu pulang, kamu jangan mau ya, please!" Pinta Zayyan.

"Loh kenapa?"

"Ya nggak kenapa-kenapa, aku pengennya kamu aja yang jagain aku di sini, bukan dia."

"Apakah Sing berbuat jahat padamu lagi?"

"Tidak. Dia baik kok."

"Terus kenapa?"

"Ya, aku lebih nyaman aja sama kamu dari pada sama orang lain. Karena kamu kan saudara kembarku," Zayyan beralasan.

"Mm...iya sih, kita saudara, tapi aku juga lelah kali kalau harus berjaga 24 jam di sini."

"Kalau aku udah gajian, nanti aku kasih kamu uang jajan deh. Mau ya nemenin aku di sini sampai aku sembuh!" Bujuk Zayyan.

"Oke! Siap!" Kali ini Gyumin menjawab dengan semangat, karena dijanjikan uang jajan. Maklum di antara ketiga putra Won, hanya Gyumin yang saat ini belum memiliki pekerjaan, meski dirinya sudah berusaha melamar ke sana ke mari. Oleh sebab itulah dirinya senang jika ada yang memberinya uang.

"O ya, btw kabar Ouyin sekarang gimana ya? Aku kangen ih!"

"Ng...kayaknya dia sekarang sendirian deh," timpal Gyumin.

"Sendirian? Masa?"

"Iya. Tadi pas aku lewat depan ruangannya, sepertinya dia sendirian. Mungkin Ibunya sedang pulang untuk berganti pakaian."

"Mm...iya mungkin saja. Moomin, anterin aku ke ruangan Ouyin yuk! Aku mau lihat keadaannya!"

"Oke!"

Gyumin pun menuntun Zayyan berjalan pelan-pelan menuju ke ruangan Ouyin sambil mendorong tiang infusnya.

***

"Ouyin!"

"Zayyan!"

Keduanya saling melemparkan senyum.

Zayyan duduk di samping tempat tidur Leo, sedangkan Gyumin duduk di sofa

"Ouyin, gimana keadaan kamu sekarang?"

"Sudah mendingan, Zayyan. Kamu gimana?" Leo meraih sebelah tangan Zayyan dan menggenggamnya dengan erat.

"Iya, sama. Aku juga sudah merasa lebih baik di bandingkan kemarin."

"Zayyan, maaf ya, gara-gara kamu mau nolongin aku, kamu jadi ikut terluka," Leo menyesal.

"Tidak perlu meminta maaf. Justru aku malu sama kamu, karena aku datang tapi tidak bisa nyelamatin kamu dari kawanan perampok itu. Aku payah!"

"Tidak, Zayyan. Kamu tidak payah! Justru aku bersyukur karena kamu mau datang, karena itu menunjukkan bahwa kamu sangat perduli dan sayang sama aku. Makasih ya, Zayyan," tangan Leo kini membelai pipi Zayyan.

Zayyan mengerjap seraya tersenyum. "Tentu saja, aku sangat menyayangimu, Ouyin. Kamu tau nggak gimana perasaanku saat tau kalau kamu sedang dalam bahaya?"

"Gimana memangnya?" Tanya Leo.

"Seperti mau mati rasanya. Aku takut banget kehilangan kamu."

"Hmm...mulai deh gombal!" Batin Gyumin, yang sudah terbiasa melihat tingkah kedua pemuda di hadapannya ini yang sering bersikap manis, bahkan sejak mereka kecil. Dan kalau sudah begini dunia terasa hanya milik mereka berdua, yang lain ngontrak, pikir Gyumin.

"Zayyan aku juga khawatir banget waktu lihat para perampok itu menganiaya kamu. Aku juga takut banget kehilangan kamu," balas Leo.

Dan kini keduanya kembali saling tersenyum sambil menatap dalam satu sama lain.

"Hmm...diabetes lama-lama kalau begini!" Batin Gyumin lagi. Ingin rasanya dirinya menghilang dari ruangan itu sekarang juga.

***

Malam harinya pukul 22.30, Sing tiba-tiba datang dan membangunkan Gyumin yang tengah tertidur di sofa. Sedangkan Zayyan pun kini telah tertidur di ranjangnya.

Sing memang sengaja datang larut malam, agar saat dia datang Zayyan telah tertidur, karena ia tahu sepertinya kali ini Zayyan akan menolak kedatangannya gara-gara kejadian tadi pagi.

"Gyumin, pulanglah. Biar aku yang menjaganya. Akan kupesankan taksi untukmu."

"Ngeuh...nggak ah, nggak mau! Soalnya tadi Zayyan pesan, kalau dia nggak mau ditemani olehmu dan dia hanya mau ditemani olehku," jawab Gyumin.

"Ck! Sudah kuduga!" Batin Sing.

"Ya udah gak apa-apa, kamu tetap pulang aja. Toh Zayyannya juga udah tidur, jadi dia nggak bakalan tahu!" Bujuk Sing.

"Tapi besok pagi, kalau dia bangun dan tahu kalau aku nggak ada, dia pasti bakalan marah."

"O ya, Gyumin, akhir-akhir ini ada nggak barang yang pengen banget kamu beli?" Tanya Sing.

"Ng...ada sih."

"Apa?"

"Laptop. Kebetulan laptop milikku rusak, dan aku belum bisa membeli yang baru, karena tidak punya uang," jawab Gyumin sendu.

"Mmm...oke, tunggu sebentar!" Sing pun mulai berselancar dengan ponselnya.

Dan sesaat kemudian. "Sudah selesai! Aku sudah memesankan laptop dengan merek terbaik untukmu, jadi pasti bakalan awet. Kau tunggu saja, kemungkinan besok barangnya sudah akan dikirim. Oke?"

"Ha??" Gyumin malah melongo.

"Yak! Aku sudah membelikannya secara online barusan untukmu, kau tinggal tunggu saja laptopnya tiba di apartemenmu!" Sing menjelaskan lagi dengan detail.

"Be-Benarkah kau membelikannya untukku?"

"Iya, benar. Jadi bagaimana sekarang, kau mau tidak bertukar jaga denganku?"

"Iya, mau! Silahkan kau menjaga Zayyan, aku pulang!" Jawab Gyumin semangat.

"Bagus! Sekarang aku pesankan taksi online untukmu ya!"

"Iya, baiklah!" Gyumin pun akhirnya menuruti keinginan Sing.

"Btw, makasih ya, Sing, laptopnya," ucap Gyumin lagi. Kini dirinya sudah tak sabar ingin segera menerima kiriman laptop baru dan ingin segera mencobanya.

"Yuhuu...Sing baik banget!" Seru Gyumin senang.

Sing pun tersenyum puas, penuh kemenangan.

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca.

Jangan lupa votmen.

🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺

Gyumin-ie🐶😘 Terpantau kiyowo sejak kecil


Sikembar 😘😍🤭







Continue Reading

You'll Also Like

2.9K 266 7
"Such a waste of gorgeous face like that." ▪R15+ ▪contains violence and strong language. ▪bxb area! ©wizcteria, 2023.
1.4K 140 14
[DISCONTINUED] I pushed you away, to see if you would stay. Contains harsh words! Out Of Character Matthew! Karakter-karakter di book ini sering cu...
2.6K 114 8
Setiap kejadian hidup dalam pikiran saya. BXB
16.4K 1.5K 26
Zayyan baru saja pindah ke kota baru dan ia menyewa sebuah unit apartemen di tengah Ibu Kota Seoul. Zayyan menyukai unit apartemen yang ditempatinya...