I WANT YOU (END)

Od SriNNingsih

1.8M 140K 1.9K

Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak d... Více

PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
EPILOG
Persiapan untukmu, Ace!
Hello

31

20.9K 1.3K 11
Od SriNNingsih

🌹🌹🌹🌹

Setelah kena chapter yang tidak mengenakan ke hati.. Sekarang tak ademin dulu...

HAPPY READING

🌹🌹🌹


Thalia sudah mempersiapkan perbekalannya yang ia butuhkan. Gadis itu berhasil mendapatkan cuti selama maksimal 1 minggu, sebenarnya sebagian pegawai keberatan dengan kepergian Thalia dari RS karena mereka merasa sangat membutuhkan sosoknya sebagai sandaran mereka.

Thalia di nilai mampu menghadapi kasus aneh-aneh di kamar bersalin yang membuat pasien serta bayi yang di lahirkan selamat. Segala yang di lakukan Thalia benar-baru baru di mata mereka dan tidak pernah mereka lihat metode yang di terapkan olehnya.

Meskipun Thalia kini di segani oleh pegawai lainnya, ia tetap berharap semoga tidak bertemu dengan kasus berat yang membutuhkan tindakan Operasi Sesar. Sejauh ini Thalia memang sering menolong persalinan normal dan belum pernah bertemu dengan kasus gawat darurat yang mengharuskan dirinya melakukan operasi saat itu juga.

Sebagai persiapan menghadapi hal itu, Thalia sudah mengirim ke Ayahnya Duke Aaron beberapa desain perasat untuk Operasi Sesar. Sedia payung sebelum hujan jauh lebih baik daripada ia tidak mempersiapkan apapun sama sekali. Thalia juga mempelajari ilmu kedokteran zaman itu, memang sudah ada teknik penjahitan akan tetapi masih kuno dan perlu pengangkatan benang. Untuk anastesi total juga membutuhkan ramuan obat bius terbaik dan harganya juga lumayan juga. Thalia juga tidak bisa bekerja sendiri jika sampai operasi itu terjadi, ia membutuhkan partner satu tim yang juga harus setara dengannya saat operasi berlangsung.

'Ahhhh... Masih enak jamanku toh?' Batinnya lesu.

Ia sudah merapikan tas ranselnya-tentu saja tas itu buatan Madam Jasmine atas permintaannya yang mendadak di tambah dengan setelan berwarna hitam sudah tergantung rapo di rak baju. Thalia tidak mungkin pergi menggunakan gaun kan meski ringan sekalipun. Jadi ia mempersiapkan beberapa setelan kemeja dan celana untuk 1 minggu kedepan. Ikat pinggangnserta sabuk penyimpan senjata juga sudah ia siapkan. Sepatu boots panjang memiliki hak 5 cm akan memberi kesan seksi meskipun berpakaian ala laki-laki pada zaman itu.

Thalia menatap setelan yang akan ia pakai "Sepertinya nanti aku akan mirip prajurit wanita yang akan bertempur di peperangan," Gumamnya terkekeh.

"Permisi Nona, sudah waktunya makan malam," Ujar Yasmin yang berdiri di depan pintu kamar yang memang sengaja Thalia buka.

Thalia mengangguk dan segera turun ke meja makan. Langkahnya terhenti ketika melihat sosok pria berdiri memberikan senyum kepadanya. Ia melupakan Ace yang memang akan bermalam di kediamannya karena besok mereka akan memulai perjalanan.

"Kau baik-baik saja Tha?" Tanya Ace saat melihat Thalia berhenti mendadak dan mematung melihatnya.

Thalia tersadar "Ya aku baik-baik saja. Hanya terkejut dan sedikit melupakan keberadaanmu di sini," Ujar Thalia menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Aku lupa kau akan menginap di sini," Ujarnya dengan nada pelan.

Ace terkekeh dan menggelengkan kepala "Kau terlalu bersemangat untuk besok sampai tega melupakanku yang sudah berdiri di sini menunggumu,"

"Maafkan aku. Aku tidak sabar akan melakukan perjalanan besok, aku akan berpetualang," Thalia tertawa, ia pun duduk di meja makan di temani oleh Ace. Dalam keheningan mereka makan dengan khidmat.

***___***

Malam sudah larut, Thalia belum bisa menutup matanya. Memang benar ia terlalu antusias menunggu besok sampai-sampai rasa kantuk tidak menghampiri matanya. Thalia jengah sedari tadi berguling-guling di tempat tidurnya. Akhirnya ia memutuskan untuk bersandar di balkon sambil menatap langit malam.

Thalia tak bisa berhenti merasa kagum dari awal ia hadir di zaman ini, ia benar-benar takjub dengan pemandangan langit malam. Bulan bersinar terang di temani oleh taburan bintang, tak lupa awan-awan tipis berwarna putih pun setia menemani kedua cahaya cantik itu bersinar. Langit malam yang sangat lapang dan cantik, ia jarang menemukannya di dunia aslinya.

"Apakah mereka membuatmu terpesona sampai sebegitunya?" Ucapan bariton membuat Thalia kaget yang membuatnya dalam mode bertahan.

"Hei tenanglah Tha, ini aku!" Sahutnya ketika ikutan kaget ketika mendapat serangan yang tiba-tiba Thalia berikan. Ace menghalau tendangan yang hampir mengenai lehernya dengan menggunakan lengannya.

Kedua mata Thalia membulat "Maafkan aku Ace," ia kalang kabut melihat lengan Ace yang sedikit membiru karena ulahnya.

"Aku memang bersalah sudah mengagetkanmu. Maafkan aku," Ujarnya sambil menepuk punggung tangan Thalia agar wanita itu tenang.

Thalia menghela nafas panjang "Lain kali jangan mengagetkanku seperti itu Ace! Aku tidak mau memberimu luka yang tidak aku sengaja karena terkejut!" Omelnya kemudian menjauh dan bkembali bersandar menikmati pemandangan.

Ace mengangkat alisnya bingung "Kau tidak bertanya bagaimana aku bisa di sini?"

"Bagaimana kau bisa sampai di sini?" Jawab Thalia dengan sebuah pertanyaan.

Ace mendengus "Kau akan tahu nanti,"

"Sudah aku duga pasti jawabannya seperti itu," Thalia berdecak kesal.

Ace tertawa "Jangan marah. Maafkan aku sudah seenaknya masuk kesini. Hanya saja aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Aku yakin kau tidak bisa tidur malam ini,"

"Kita mau kemana?" Tanya Thalia tiba-tiba antusias.

"Pakai dulu jubah tidurmu!" Ace memalingkan wajahnya saat sadar dengan kondisi Thalia di depan matanya.

Tak banyak bicara Thalia segera meraih jubah hangatnya yang berwarna abu-abu. Ia tak mengambil jubah tidurnya karena ia tahu udara malam sangat dingin. Ace tersenyum kemudian mengulurkan tangannya, Thalia menyambut uluran tangan tersebut dengan tatapan bertanya-tanya. Dalam sekejap kedua manusia yang berdiri di balkon pun menghilang tanpa meninggalkan jejak.

Thalia merasa pusing, ia seperti mendapatkan terpaan angin kencang dalam waktu singkat. Ia seperti melayang hanya saja, hal itu membuatnya sedikit mual.

"Kau tak apa-apa?" Tanya Ace dengan tatapan khawatirnya.

"Jangan khawatir. Aku baik-baik saja," Ujarnya. Thalia mengedarkan pandangan matanya, ia berdiri di taman kecil dengan dua ekor kuda dengan postur gagahnya berdiri sambil sesekali memakan rumput. Thalia paham ini merupakan keahlian teleportasi Ace untuk berpindah tempat, ia lupa kalau karakter di depan matanya ini dapat menggunakan sihir terutama sihir hitam. Thalia melupakan hal tersebut karena Ace jarang sekali mengeluarkan kemampuannya di depan mata Thalia.

"Kita akan pergi bersama mereka besok," Sahut Ace membuyarkan lamunan Thalia.

"Aku kira kita akan menggunakan kereta milikku," Jawab Thalia. Thalia beranjak mendekati dua kuda tersebut. Satu berwarna hitam legam dan satunya berwarna putih. Thalia mengelus kepala kuda putih tanpa ada rasa takut si kuda mengamuk.

"Lebih praktis menggunakan kuda," jawabnya sambil menggelengkan kepala "Apa kau bisa naik kuda Tha?" Sambungnya.

Thalia menggelengkan kepala "Tidak, aku belum pernah naik kuda,"

"Sepertinya keputusanku untuk menemuimu malam ini benar adanya," Celetuk Ace "Aku takjub kau bisa mengelus Neody,"

"Jadi namamu Neody. Dia jantan atau betina?" Tanya Thalia.

"Dia betina. Dan yang hitam ini pasangannya, namanya Erbium," Ace mengelus kuda hitamnya.

"Mereka milikmu?" Ace mengangguk mendengar pertanyaan Thalia.

"Naiklah, aku akan mengajarimu naik kuda malam ini,"

Thalia menatap horor Ace "Aku tidak yakin bisa Ace. Kau tahu aku juga takut kuda ini tidak bakalan mau denganku,"

Ace tertawa "Neody memang galak pada orang asing. Hanya saja kali ini dia sangat kalem sekali saat bertemu denganmu. Apalagi kau juga mengelus kepalanya kan? Neody tidak akan mau di elus jika memang ia tidak menyukai orang itu,"

Thalia menghela nafas panjang "Syukurlah kalau begitu,"

Tak membuang waktu lama, Ace segara mengajari Thalia naik kuda dengan sangat telaten. Thalia serius memperhatikan instruksi yang di berikan Ace. Dan tiba saatnya ia mengendarai kuda, Ace ikutan naik ke atas kudanya.

"Apa yang kau lakukan!" Seru Thalia kaget pada Ace yang tiba-tiba naik ke atas kuda.

"Lihat aku mengendarai kuda!" Sahutnya.

Thalia memperhatikan dengan jantungnya yang tak bisa di ajak berdamai, ia berusaha fokus meskipun sengatan aneh ia rasakan ketika punggungnya bersentuhan dengan dada bidang milik Ace. Berbalik dengan Ace, pria itu malah nampak menikmati kedekatan mereka berdua.

Tiba lah Thalia mengendarai kudanya sendiri. Perlahan tapi pasti ia bisa melakukannya, kuda yang ia kendalikan berjalan santai. Ace pun tak ketinggalan, ia segera menaiki kudanya sendiri mengikuti Thalia dari belakang.

"Ikuti aku Tha!" Serunya kemudian memacu kuda hitamnya berlari.

"Heh! Tunggu!" Thalia terkejut. Ia pun memacu kudanya berlari menjauh meninggalkan taman kediamannya.

Kedua manusia saling mengendalikan laju kudanya masing-masing. Thalia sedikit menundukkan tubuhnya karena banyak ranting pohon mulai menyambutnya, ia sudah keluar dari kawasan kota Denally menuju hutan bersama Ace. Ia tak mau berakhir konyol hanya karena ranting pohon. Ace terus melajukan kudanya memasuki hutan, meskipun ia memimpin jalan di depan. Kedua netra merah Ace tak henti-hentinya memastikan gadis pujaannya di belakang baik-baik saja. Keduanya pun keluar dari rimbunnya hutan, Ace mengurangi laju kudanya. Thalia juga melakukan hal yang sama.

Kedua netra emas madu Thalia berbinar sempurna. Hamparan danau yang cukup luas, kanan kiri danau terdapat batu-batu besar kecil dengan berbagai bunga tumbuh menghiasi batu tersebut. Cahaya bulan memantul sempurna di atas air danau, hembusan angin pelan membuat air danau gelombang dan berombak. Ombak tersebut pecah menghantam batu-batuan kecil di pinggir danau. Thalia turun dari kudanya, ia berjalan mendekati danau tersebut. Airnya begitu jernih dan terlihat sangat menyegarkan. Thalia sempat tergoda ingin menceburkan diri namun ia urungkan karena sudah malam dan tak tahu seberapa dalamnya danau tersebut.

"Kau suka?" Tanya Ace.

Thalia mengangguk dengan senyuman lebar terpampang di wajahnya "Indah sekali. Aku baru pertama kali melihat hal seindah ini," Ujarnya jujur.

"Kau bisa kok sering-sering datang kesini. Meskipun itu denganku ataupun tidak," Thalia mengalihkan pandangannya ke Ace. Pria itu menatap ke depan memandang ke arah danau.

🌹🌹🌹

Bagaimana ceritanya?

Makin membosankan?

Alurnya lambat sekali? (Ini jelas sekali wkwkwkk aku sadar diri kok)

Saran dan kritik tetap aku terima dengan senang hati..

Typo tetap ya aku minta tolong tandai saja..

Terimakasih untuk dukungan kalian yang selalu menyemangatiku...

Salam Manis dariku

NING SRI 😘

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

311K 32.7K 35
Amadia Dulce Fidel merupakan bangsawan dari keluarga Fidel. Tepatnya, putri pertama Grand Duke Baltasar Andres Fidel. Dia diasingkan oleh keluarganya...
10.1K 1.3K 42
Ada seorang gadis dari Nusantara bernama Arum. Dia pergi ke negeri China demi menggapai cita-citanya yang sangat nyeleneh. Apa cita-cita tersebut? Da...
642K 60K 32
Ibuku bilang, selama ini kami harus hidup susah dan terus-menerus bersembunyi karena ayahku sangat membenci kami dan ingin membunuh kami. Namun ... K...
1.1M 156K 64
Seorang youtuber hits, Shailene Olivera harus mati karena terjatuh ke dalam kolam renang dan tersetrum. Lalu dia terbangun dalam dunia aneh yang cuac...