Change Fate

By Aiutapu

89.7K 5.5K 149

Leoni Cahaya, gadis yang masuk kedalam sebuah novel. apakah gadis itu menjadi antagonis? tidak. figuran? tida... More

Prolog
(01)- Kilas Balik
(02) -Novel?
(04) -Gafandra
(05) -Pindah Sekolah
(06) -Murid Baru
(07) -Baiknya Dia
(08) -Mimpi Buruk
(09) -Balapan
(10) -Sepupu Glora
(11) -Sampai Sini Saja
(12) -Gafa vs Arsen
(13) -Kesepian
(14) -Andreas
(15) -Aurora
(16) -Rahasia
(17) -Terungkap
(18) -Wajah Aslinya
(19) -di Rumah Gafa
(20) -War
(21) -Bakso
(22) -Al
(23) -Zora dan Alvin
(24) -Wanita Aneh
(25) Alvin Gila
(26) - Ketahuan
(27) -Malaikat?
(28)- Poltak
(29)- Gak Habis Pikir
(30) Hari Ibu

(03) -Mimpi

4.7K 270 1
By Aiutapu


Kalau ada typo harap maklum ya? Namanya manusia, hehe.

Happy reading ~

***

"Semakin terlukai orang itu, maka semakin tertutup pula sifatnya."-Leoni.

***

"Besok tanggal berapa lan?" Seorang pemuda bertanya kepada sahabatnya. Ia menatap dengan senyuman Pepsodent.

Sang sahabat menatap sekilas pemuda disampingnya. "24," jawabnya singkat.

Pemuda itu mengangguk dengan semangat, menepuk pundak sahabat nya pelan seraya berkata, "lo tau kan besok hari apa? Jadi... temenin gue pilih hadiah buat Aisha."

"Boleh." Sang pemuda tersenyum senang. Ia kemudian menarik lengan sahabatnya dan menyeretnya sampai parkiran. Dengan gerakan cepat ia menyalakan motornya dan melaju keluar pekarangan sekolah.

***

"Sial, hujan!"

Kedua pemuda itu memarkirkan motor mereka di pinggir jalan di bawah pohon rindang. Mereka berdua menutupi kepala mereka menggunakan tangan, melihat kekanan kiri guna untuk menyebrang jalan.  

Setelah di rasa tidak ada kendaraan berlalu lalang. Mereka menyebrang dan mencari tempat untuk berteduh dari hujan yang tidak main-main derasnya.

"Lan, disana ada halte bus. Tapi... ada cewek disana."

"Persetanan dengan cewek," jawab sahabatnya dan segera berjalan kearah halte bus itu. Dia sangat tidak menyukai hujan.

"Dilan, tungguin woi!" Dilan mendengus mendengar teriakan dari sahabatnya itu. Mereka berdua sampai dan berdiri di halte cukup lama. Kenapa tidak duduk saja? Jawabannya tidak enak dengan gadis yang sedari tadi duduk di sana, dan mereka canggung.

Dilan menatap kesal hujan yang terus turun dengan deras. Sedangkam sahabatnya itu terus memperhatikan hujan dengan tatapan lembut seraya menyentuh rintik-rintik yang berjatuhan ke permukaan bumi.

Tiba-tiba ia langsung tersadar dan berbalik arah kearah gadis itu. "Gue sama temen gue numpang duduk ya?" Tanyanya sopan. Gadis itu diam beberapa detik, lalu mengangguk pelan.

Dilan melihat interaksi mereka berdua, dan kemudian pemuda itu memilih duduk juga di samping sahabatnya. Pegal jika harus berdiri dengan waktu yang lama.

"Nama lo siapa?" Gadis itu diam saat pemuda di samping kirinya itu bersuara. Ia menunduk dalam, mengenggam erat jari-jari nya secara bersamaan.

"Nama gue Gafa. Dan ini sahabat gue, Dilan." Gadis itu terkejut dan langsung melihat kearah Gafa. Ia kira pemuda di sampingnya itu akan mengejek nya jika tau kalau dia tunawicara.

Gadis itu dengan ragu mulai menggerakkan tangannya. Dia sedang menggunakan bahasa isyarat yang mengatakan "bahwa dia tunawicara" dengan tersenyum lembut dia menatap kearah Gafa yang juga menatap nya dalam.

Hening menyelimuti mereka beberapa menit. Gadis itu kembali menunduk, dia mengira pasti kedua orang itu sedang bingung dengan dirinya. Tanpa duga, Gafa malah menyodorkan ponselnya kearah gadis itu. Dengan sebuah note yang dia tulis kan disana.

Gue ngerti kok. Gimana kalau lo tulis sesuatu disini?

Gadis itu menatap kearah Gafa. Ia kemudian menatap kearah ponsel yang pemuda itu julurkan. Dengan pelan tangan lentik gadis itu mengambil ponsel Gafa pelan dan mulai mengetik sesuatu.

Nama aku, Aurora.

Deg!

Mata cantik itu terbuka dengan terpaksa. Lensa matanya mulai menari-nari melihat sekitar, kemudian sebuah helahan nafas terdengar sangat gusar disana.

"Gue mimpi? Gila! Gue mimpiin Gafa?!" Leoni bangun dari tempat tidurnya. Ia menatap kearah gorden yang sudah mulai menampakkan cahaya matahari secara malu-malu disana.

Dia masih berusaha mencerna mimpi yang baru saja ia alamai. Apakah ini sebuah pertanda? Tapi apa? Setelah memikirkan nya cukup lama, Leoni langsung melebarkan matanya di saat otak nya yang keras itu perlahan mencair. Seperti ada bola lampu yang menyala di atas kepalanya, Leoni langsung berdiri dan melihat kalender yang tertanjap di dinding kamarnya.

"Tanggal 24...," gumamnya pelan.

"Lo ngapain?"

"EH GAJAH TERBANG!" Latahnya. Ia memegangi dadanya yang nyaris saja jantung nya copot karna ulah sang pelaku. Dengan kesal dan wajah memerah marah ia berbalik dan menatap sang pelaku tajam.

"Lo?! Kenapa lo bisa ada di sini, sih, anjir!" Gerutunya. Ohh, Leoni sangat malas melihat wajah menyebalkan di hadapannya saat ini.

"Terserah gue dong," jawabnya santai. Tubuh pemuda itu melayang-layang di udara, nyaris membuat jantung Leoni copot sangking terkejutnya. Tapi setelah di pikir-pikir, pemuda itu memang sangat aneh sedari awal pertemuan mereka berdua.

"Lo hantu?" Tanya Leoni penasaran. Sebenarnya pemuda di hadapannya ini apa?

"Bukan." Jawaban itu yang Leoni dengar. Leoni mendengus kesal, ia berjalan kedepan pemuda itu. Saat ingin menarik tangan Al, tiba-tiba saja tangannya tembus dan tidak menyentuh permukaan kulit Al.

Leoni melotot horor, lalu menatap tangannya yang masih terasa kalau ia habis memegang sesuatu yang dingin dan seperti ada sebuah kilatan listrik.

"Gak usah melotot kayak gitu. Gue emang gak bisa di sentuh sama sembarang orang," ucapnya menjelaskan.

Leoni masih menatap heran orang di hadapannya yang sedang melayang-layang itu. "Lo sebenarnya apa?"

"Gue? Gak tau," jawabnya santai seraya melipatkan tangan sekedap dada.

Leoni menatap tidak percaya Al. Ia kemudian melayangkan tatapan tak suka secara langsung kepada pemuda itu. Sungguh sangat menyebalkan harus terjebak dengan dia.

"Lo mending pergi deh! Malas gue liat muka lo," ketusnya.

Al menatap malas Leoni. "Lo tau kenapa gue di sini? Untuk bantu sekaligus ngawasin lo selama lo di dunia ini," jelasnya. Dia melayang-layang di langit-langit kamar seraya menyeringai.

"Lo bisa diam gak sih?! Pusing gue liat lo melayang-layang gak jelas!" Leoni berancak pinggang menatap tajam Al, lalu menyambung katanya, "lagian, gue gak butuh bantuan lo! Gue bisa urus sendiri!"

"Afahh iyah?" Ejek Al. Ughh, ingin rasanya Leoni menonjok wajah yang sialnya tampan itu.

"Pergi gak?!"

"Lo bisa gak sih, kalau ngomong jangan pakai urat?"

Leoni yang mendengar itu melotot. "Gak! Lo itu nyebelin! Buat gue pengen bunuh lo!" Ketusnya.

Al tidak menanggapi ucapan Leoni. Ia malah melayang kearah tempat kalender di gantung di sudut ruangan. "Besok tanggal 24. Lo tau 'kan apa yang harus lo lakuin, Leoni?"

Leoni yang sedang misu-misu tidak jelas disana tiba-tiba terdiam mendengar perkataan Al. Dia menatap Al dengan pandangan yang sulit di artikan. "Lo serius?" Tanyanya.

"Hm."

"Secepat itu?" Tanyanya lagi.

Al menatap gadis itu kesal. "Iya, bego! Karna itu gue kesini buat bantu lo!" Ujarnya kesal. Leoni terdiam beberapa detik. Ia tau harus apa sekarang, tapi masalahnya. Kenapa harus secepat itu?! Dia masih belum siap bertemu dengan tokoh favorit nya.

"Gue tau, lo gak bego-bego amat," celetuk Al.

Leoni mendengus. "Gue tau. Nanti malam gue bakal cegah pertemuan Gafa dan Aurora."

***

"Lo yakin tempat nya di sini?"

"Lo ngeraguin gue?"

Leoni mendecakkan lidahnya. "Mau hujan njir!"

Al menatap gemas gadis di sampingnya. Ingin sekali ia buang Leoni ke rawa-rawa. "Lo tolol atau gimana sih? Di novel juga di tulis kalau bakal hujan deras!"

Leoni menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehe, lupa gue. Oke... sekarang kita harus apa?"

"Tunggu sampai tuh gadis ada di sini," jawab al.

"Terus, sesudah itu?"

Al menyeringai. "Kita buat dia pergi dari tempat itu."

Leoni mengerutkan keningnya. "Maksudnya?"

"Lo bakal tau nanti," jawab nya santai. Ekspresi wajah pemuda itu membuat Leoni merinding. Seperti om-om pedo yang sedang ingin menculik mangsa nya saja.

.
.
.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan halte bus itu. Keluar seorang gadis dari dalam mobil yang tak lain adalah Aurora, dan seorang pemuda. Leoni menatap heran ke arah mobil itu, siapa pemuda itu?

"Lo tunggu di sini aja deh! Nanti gue jemput." Samar-samar Leoni bisa mendengar apa yang pemuda itu bicarakan. Terlihat Aurora memegang lengan pemuda itu dengan tatapan memelas, kemudian menggeleng pelan.

Pemuda itu menghempaskan tangan Aurora kasar. "alah! Gak usah lebay lo." Setelah mengatakan itu, pemuda itu masuk kedalam mobil mengabaikan Aurora yang seperti sedang berusaha untuk menolak di tinggalkan di sini.

"Kasihan banget sih," celetuk Leoni. Al manatap sekilas gadis di sampingnya kemudian menatap ke arah Aurora lagi.

Dapat mereka lihat, Aurora yang terduduk di sana sambil menghapus air matanya yang perlahan mengalir. Leoni jadi tak tega dengan gadis itu. Leoni akui, walaupun Aurora tunawicara, tetapi gadis itu memiliki paras yang cantik dan mimik wajah yang lembut.

"Kita harus apa?" Bisik Leoni pada Al.

"Gue bakal kesana," jawab Al.

Leoni mengerutkan keningnya kemudian berdecak pelan. "Lo gimana sih? Lo 'kan gak bisa di lihat sama dia! Di sentuh aja gak bisa."

"Kata siapa gak bisa?"

"Ha?" Leoni masih belum mengerti. Dia melihat wajah menyebalkan Al yang sedang senyum-senyum sendiri dengan penuh arti.

"Gue bisa jadi manusia normal kalau gue mau."

Bersambung....

Hai, hai, hai! Bagaimana kelanjutan nya? Penasaran?

Yuk buruan sher cerita ini ke teman-teman kalian, siapa tau mereka suka.

Dan jangan lupa vote and komen nya ya! See you ~

Continue Reading

You'll Also Like

Not Figuran? By zev?

Teen Fiction

186K 17.5K 24
Plss jgn plagiat! Disini bukan tentang kisah protagonis maupun Antagonis , ini tentang kisah seorang figuran aneh yang memilki sifat misterius . Ban...
215K 21.2K 28
Ethoca bukan tokoh protagonis bukan juga tokoh antagonis, menjadi teman dari pemeran utama pun juga bukan. Ethoca hanya tokoh figuran tanpa peran ya...
4.6K 564 10
Menceritakan gadis bersama 14 pemuda yang memiliki kepribadian berbeda-beda. "kalau bisa semua, kenapa harus pilih salah satu" -geisha Siapa yang pe...
16K 486 20
"Hah,cuman karna pegang ular gue transmigrasi ke dunia novel?" bagaimana bisa seorang yang baru saja memegang ular dalam kehidupannya bisa tiba-tiba...