Summer Night.

Oleh meinuniverse

946 146 17

Jaehye menyukai guru musiknya, Yoongi. Taehyung menyukai guru privatnya, Haran. Yoongi dan Haran adalah sepas... Lebih Banyak

Peringatan
Penokohan
Chapter 01. Dua orang asing berciuman
Chapter 02. Kesedihan yang membuat kami semakin dekat
03. Kesedihan yang menjadikan kami akrab
04. Kencan dengan Pacar pura-pura tapi terasa sungguhan.
06 Pulang ke apartemen baru

05 Akhirnya Pengakuan

34 7 2
Oleh meinuniverse

🌸🌸🌸

Summer Night

🌸🌸🌸

Chapter 05

.

Setelah selesai film, kami keluar dari bioskop. Lalu, kami melihat Kak Yoongi berdiri di dekat pintu keluar bersama Bu Haran. Wajah Kak Yoongi tidak enak dipandang. Dia terlihat marah. Sial.

"Aku pikir mereka sudah pulang." Gumam Taehyung.

"Siap-siap kena omelan." Aku berbisik pada Taehyung. "Atau kita putar balik, jalan ke arah lain."

"Taehyung!"
Kak Yoongi berseru, kami terpaksa berjalan menghampirinya.

"Iya pak?"

"Ikut aku." Lalu, Kak Yoongi pergi ke arah lain. Taehyung melirikku sebelum dia mengikuti Kak Yoongi.

'Mampus.' Begitu kataku pada Taehyung tanpa suara Taehyung hanya memutar bola matanya tahu kalau aku sama sekali tidak membantunya.

"Nah, mari kita duduk. Apa kau mau aku belikan minuman?" Kata Bu Haran.

Aku menggeleng, tidak mengharapkan apapun darinya. Namun, sepertinya aku akan dapat omelan dari Bu Haran.
Namun, Bu Haran berjalan ke konter minuman memesan dua minuman manis.
Aku duduk di kursi yang ada di pojok, berusaha terlihat seperti sedang merenungkan diri.
Bu Haran duduk di depan dan memberiku satu minuman.
"Jaehye, maafkan aku harus menyampaikan ini." Katanya sebagai permulaan.

"Kak Yoongi yang menyuruh Ibu ya? Tidak apa, katakan saja." Kataku.

Bu Haran mengangguk, "Dia marah, aku belum pernah melihatnya semarah ini."

Aku menatap Bu Haran dengan jengkel. Mungkin selama ini Bu Haran diperlakukan secara halus dan baik-baik oleh Kak Yoongi. Dia belum lihat perangai buruk Kak Yoongi.
"Aku tidak tahu kalau Taehyung akan menciumku." Aku mengakui ini dengan pipi memerah. "Bukankah wajar? Kami sepasang kekasih. Apa Bu Haran dan Kak Yoongi belum pernah berciuman?"

"Eh, itu-"

"Pasti sudahkan karena kalian juga sepasang kekasih. Itu wajar bukan? Menyampaikan perasaan satu sama lain." Kataku.

"Aku tidak bermaksud melarangmu." Kata Bu Haran.

"Lalu?"

"Hanya ingin memberitahu kalau sebaiknya tidak dilakukan dihadapan Kami." Katanya.

Aku mengangkat bahuku. "Oke."

Bu Haran masih menatapku menunggu sesuatu.

Aku tidak sanggup meminta maaf padanya. "Oke, maaf." Tapi itu terucap juga. "Aku mengerti. Boleh melakukannya jika tidak ada kalian. Boleh aku menidurinya?"

Bu Haran tersedak minumannya.

"Sebaiknya aku tidak membahas ini denganmu, kau Guru kami. Maafkan aku." Ucapku. Aku membantu memberinya tisu.

"Tidak, Jaehye. Tidak apa. Terimakasih." Dia mengambil tisu dan mengelap bibirnya. Aku teringat dengan ciuman Bu Haran dengan Kak Yoongi tempo hari. Sial. Menyebalkan.
"Kau boleh menganggapku Kakakmu kalau kita berada di luar sekolah. Aku mengatakan ini tidak sebagai Gurumu."

Aku ragu-ragu. "Entahlah, Kak Yoongi selalu mengingatkan kalau kau itu Guru kami jadi aku harus berlaku sopan padamu."

"Aku lebih suka kalau kau menganggapku kakakmu. Hanya jika di luar sekolah." Katanya.

Aku tidak mau melakukannya.
"Sebaiknya tidak." Kataku. Bu Haran terlihat sedih, dia sungguh kecewa dengan jawabanku. "Kak Yoongi akan memarahiku. Jadi, aku rasa tidak."
Aku minum minumanku, berharap percakapan ini berakhir.

"Aku bisa bicara padanya kalau kau mau." Katanya. Aku menggeleng saja. Tidak suka dengan paksaannya. "Baiklah." Katanya. "Sangat menyeramkan bukan ketika dia marah?" Aku mengangguk, masih menyedot minuman secara perlahan sebagai alasan karena aku tidak mau bicara padanya lagi.

Lalu mereka muncul. Kak Yoongi berjalan dan Taehyung mengekorinya.
Aku berdiri dan menghampiri mereka.

"Kau ikut pulang dengan kami." Kata Kak Yoongi, padaku.

"Tidak. Aku mau pergi ke rumah Taehyung." Kataku.

"Apa?" Kak Yoongi terlihat marah lagi.

"Tidak apa, kau pulanglah dengan Pak Yoongi." Kata Taehyung. Aku menatap Taehyung tak percaya.

"Apa yang kalian bicarakan tadi?" Tanyaku.

"Jaehye!" Kak Yoongi memanggil namaku dengan suaranya yang tegas.

"Bukankah kau sedang berkencan dengan Bu Haran? Kau mau meninggalkannya begitu saja dan pergi denganku?" Tanyaku.

"Dia ikut." Kata Kak Yoongi.

Aku menatap Taehyung. "Kau mau aku pulang sekarang?" Dia mengangguk. "Aku sudah berjanji pada adikmu."

"Tidak apa, aku akan berikan alasan." Katanya. Dia pengecut.

Aku mendorong Taehyung, "Pengecut." Kataku lalu aku pergi dari hadapan mereka.

****

Aku turun dari eskalator, lalu pergi ke arah luar. Ke jalan berharap ada taxi.

"Jaehye!"

Aku menoleh ke belakang, Taehyung mengejarku. Apalagi sekarang?

"Kenapa kau yang mengejarku?" Kataku. "Aku berharap Kak Yoongi mengejarku."

"Aku bukan pengecut, aku akan mengantarmu pulang." Katanya.

"Baguslah." Kataku. "Kita pakai taxi saja. Aku mau mampir beli jokbal sebelum pulang. Taxi bisa menunggui tidak?"

"Tidak, tapi kita bisa naik taxi yang lain nanti." Katanya.

"Oke."

Kami pergi ke kedai untuk beli jokbal langganan Ibuku.

"Apa adikmu tidak akan menangis aku tidak datang?" Tanyaku.

"Aku mungkin harus membelikannya sesuatu agar dia lupa." Katanya.

"Aku mampir saja ke rumahmu, toh, Kak Yoongi tidak akan tahu aku mampir ke sana." Kataku, "Aku beli jokbal untuk ibumu juga ya."

"Jae, Kak Yoongi menyuruhku untuk membawamu pulang." Kata Taehyung.

"Setelah dari rumahmu, kau antar aku pulang. Aku tidak mau mengecewakan adikmu." Kataku.

"Baiklah.."

Setelah membeli dua kotak jokbal kami naik taxi ke rumah Taehyung. Ada ibu Taehyung di sofa bersama Yejun. Yejun seketika turun dari sofa dan menyambutku dengan pelukan.

"Nuna! Ayo main-ayo main!" Kata Yejun.

"Kami mampir sebentar," kata Taehyung. "Aku harus mengantarnya pulang sebelum seseorang marah." Taehyung memberikan satu keresek Jokbal pada ibunya. "Dari Jaehye, dia ingat padamu."

Wajah ibu Taehyung cerah, "Wah terimakasih Jaehye.."

"Sama-sama bu." Ucapku.

"Yejun mau main.." Yejun terlihat berkaca-kaca siap menangis.

"Besok pulang sekolah aku akan ke sini lagi oke? Kita main sepuasnya, Yejun mau main apa?" Aku mencoba menghiburnya tapi Yejun malah menangis.

"Aku mau main sekarang hiks.."

Ibu Taehyung mengendongnya dan membujuknya hingga Yejun agak tenang.

"Nah, aku bilang apa." Kata Taehyung.

"Ibu maafkan aku.." kataku pada Ibu Taehyung.

"Tidak apa-apa, dia hanya mengantuk." Katanya.

"Ibu, aku akan mengantar Jaehye pulang sekarang." Kata Taehyung.

"Iya, hati-hati ya." Kata Ibunya yang sibuk menina bobokan Yejun.

Aku menunduk sekilas pada Ibu Taehyung yang mengangguk padaku. Lalu, kami pergi ke rumahku dengan taxi lain.

"Rasanya aku ingin segera membuat sim." Kata Taehyung.

"Aku juga." Kataku.

Taehyung berhasil mengantarku sampai rumah. Dia yang memberikan jokbal pada ibuku dan pamit pulang. Ibu berterimakasih aku mengatakan pada ibuku akan mengantar Taehyung sampai taxi. Taxi yang ini untungnya bisa dibujuk untuk menunggui, jadi Taehyung tak perlu cari taxi lain lagi.

"Terimakasih Taehyung kau sudah amat sabar menghadapi Kak Yoongi." Kataku. "Maaf kau harus kena omelannya."

Taehyung menepuk kepalaku pelan dan mengelus rambutku. "Tak apa. Aku-,"

"Dik, jangan lama-lama.." kata si sopir taxi dia memotong ucapan Taehyung.

Aku terkekeh. "Nanti kau telphone aku oke? Aku ingin tahu detailnya." Kataku, Taehyung mengangguk. Dia menunduk untuk berbisik di telingaku.

"Ibumu mengintip di jendela. Haruskah aku menciummu?" Katanya. Dia mencium pipiku agak lama. "Ibumu terlihat senang alih-alih marah." Katanya begitu tahu ekspresi ibuku.
Aku menoleh ke jendela dan ibu hanya melambaikan tangan saja sambil tersenyum dan tersipu.

"Oke aku pulang, sampai jumpa besok Jae." Dia masuk ke dalam taxi sebelum sopir taxi mengerutu lagi.

"Hati-hati!" Aku melambaikan tangan padanya.

Ibuku keluar dari rumah. "Ibu pikir dia akan mencium bibirmu." Katanya di sisiku.

"Ibu. Hentikan.., jangan buat aku malu." Aku menutupi pipiku yang memerah dengan telapak tanganku.

Ibu tertawa-tawa saja. "Taehyung tampan sekali ya, seperti ayahmu dulu." Kata ibuku.

Aku mendelik, "Taehyung tidak mirip ayah. Jauh sekali."

"Mereka sama-sama tampan." Ibu berjalan masuk ke dalam rumah, aku mengekorinya dan menutup gerbang rumah.

Rasanya aku harus mengatakan ini pada ibuku sebelum Kak Yoongi mengadu pada ibuku.

"Bu," aku memanggik ibu setelah menutup pintu rumah. Ibu yang duduk di sofa menoleh padaku.

"Apa?"

Aku duduk di sebelah ibu, "Ada yang ingin aku bicarakan mengenai Taehyung." Kataku.

Ibu tersenyum sambil mengganti channel TV lewat remote TV. "Mau curhat? Boleh, ibu akan dengarkan.." katanya.

"Tadi kami pergi ke bioskop," aku melewati kejadian sebelum ke bioskop yang aku pikir tidak penting diceritakan pada ibu. "Lalu, kami bertemu Kak Yoongi dan Bu Haran." Kataku.

"Wah, kencan ganda dong!" Ibu jadi antusias mendengarkanku. "Ibu jadi teringat masa muda ibu ketika kencan dengan ayahmu.."

"Bu, dengarkan aku dulu."

"Iya-iya, lalu apa yang terjadi?" Tanya ibuku.

"Kami memutuskan nonton film yang sama. Kak Yoongi duduk di belakangku bersama bu Haran. Aku duduk dengan Taehyung dan.., kami... maksudku, ada kejadian yang membuat Kak Yoongi marah." Aku tidak yakin ibu akan mengerti.

"Kenapa Yoongi marah?" Ibu melirikku.

"Taehyung menciumku." Aku bergumam dengan gugup.

"Oh, dia menciummu seperti tadi?" Aku menggeleng. "Dia menciummu sungguhan??" Seru ibuku.

Aku mengangguk, "Maaf kalau aku mengecewakanmu." Kataku.

Ibuku tertawa-tawa aneh, aku bingung dengan responnya.

"Kalau ibu lupa, Kak Yoongi dan Bu Haran itu Guru kami." Kataku. Barulah ibu berhenti tertawa.

"Ya ampun," kata ibuku.

"Kak Yoongi sudah berbicara pada Taehyung, tapi aku tidak tahu mereka bicara apa. Kak Yoongi belum bicara padaku. Aku rasa dia akan datang malam ini atau besok untuk membahasnya dengan ibu." Kataku.

Ibuku mengangguk, "Jaehye, ibu hanya akan mengatakan ini. Jika kalian punya hubungan yang serius, antara kau dan Taehyung. Ibu titip jangan bertindak ceroboh, kau tahu maksud ibukan?"

Aku mengangguk, "Jangan berciuman?"

Ibu berekspresi aneh, "Ceroboh seperti mencium Taehyung dihadapan gurumu." Katanya.

"Tadi Taehyung menciumku di hadapan ibu." Kataku. "Itu juga tidak boleh?"

"Kalau itu, ibu yang mengintip. Bukan berarti di hadapan ibu." Katanya dengan muka merah padam.

Aku tidak mengerti kalau begini. "Jadi, dia boleh menciumku atau tidak?"

Ibuku mengendikkan bahunya.

"Ayolah bu, aku tidak mengerti maksud ibu. Katakan dengan jelas."

"Dia boleh menciummu, hanya cium." Katanya dengan kesabaran yang diusahakan.

"Oke. Thanks." Kataku.

Ibu mengipasi pipinya yang merah.

"Bu, aku ingin bertanya lagi, sekedar memastikan."

"Ya, apa?"

"Kalau aku tidur dengan Taehyung apa boleh?"

"Jaehye!" Ibu memukul lenganku.

"Aduh! Duh! Bu! Sakit!" Ibu memukuli punggungku ketika aku melindungi diri dari serangan brutal ibu yang memukuliku.

"Kau ini mau jadi apa hah?! Sudah diizinkan berciuman malah ingin menidurinya?! Dasar anak nakal!"

Aku jatuh dari sofa dan melelungkup melindungi diri. "Bu! Sudah! Aku tidak akan tidur dengan Taehyung! Maafkan aku!!" Ibu beralih memukuli pantatku ketika aku tersungkur karena dorongan ibuku. Kekuatannya tidak main-main memukuliku. "Bu! Ini KDRT!"

Ketika aku berteriak pintu depan terbuka, ada Ayah dan Kak Yoongi yang masuk ke dalam rumah.

"Apa yang terjadi?" Tanya ayahku.

Ibu berhenti memukuliku, aku duduk dengan kepala tertunduk malu sekali terpergok dipukuli. Aku malu pada Kak Yoongi.

"Jaehye ingin tidur dengan pacarnya." Kata ibuku.

"APA??"

"Aku hanya bercanda!!" Teriakku dan aku menangis karena malu.

****

Kak Yoongi membawaku ke kamarku setelah aku dapat ceramah dari ayah.

"Kau mengadukanku pada ayahku." Gerutuku. "Itu lebih buruk dari dugaanku. Sekarang ayah mau bertemu dengan Taehyung."

Kak Yoongi membawakanku kotak p3k, "obati dirimu." Dia memberikannya padaku, menyuruhku mengobati diri sendiri.

"Apa yang Kakak bicarakan pada Taehyung?" Tanyaku.

"Kau lebih penasaran itu daripada aduanku pada ayahmu?"

"Itu juga."

Kak Yoongi duduk di kursi depan meja belajarku sementara aku duduk di ranjangku.

"Aku tidak perlu menceritakannya padamu." Katanya. "Dia akan memberitahumu."

"Lalu, pada ayahku? Kenapa dia bisa sangat bijaksana hari ini? Dia tidak pernah memarahiku."

"Aku memberitahunya kalau pacarmu melecehkanmu di bioskop. Di hadapanku."

"Itu bukan pelecehan." Aku mendelik, "Kau pasti kena marah juga." Kataku.

"Yah, aku sudah bertindak. Sekarang giliran kedua orangtuamu yang mendisiplinkanmu." Katanya cuek.

"Kau tidak suka aku dicium Taehyung?" Tanyaku malu-malu.

"Aku tidak suka kau disentuh orang lain." Katanya.

Aku menatap pada matanya yang tajam, dia serius. "Aku juga tidak suka kau bersentuhan dengan Bu Haran."

Yoongi bangun dari duduknya. "Impas kalau begitu." Katanya.

Dia mendekat padaku, "Dengar Jaehye, kau harus bisa menjaga dirimu sendiri."

"Aku bisa."

"Jangan biarkan laki-laki menyentuhmu." Katanya. "Si Taehyung itu, entah aku rasa aku tidak percaya padanya." Dia menepuk kepalaku. "Jangan biarkan oranglain melecehkanmu. Kau ini, harus bisa menolak."

Aku meraih tangannya yang ada di kepalaku. Lalu menautkannya dengan telapak tanganku. "Kau sekarang sedang melecehkanku." Kataku.
"Aduh!"

Kak Yoongi melepas tanganku lalu menjitak kepalaku.

"Kau ini kalau diajak bicara baik-baik tak bisa serius." Katanya. "Kau mengerti tidak apa yang aku katakan tadi?"

"Aku mengerti!" Seruku.

"Awas, jangan diulangi lagi kesalahanmu ini. Kalau dia ingin menyentuhmu, kau harus menolaknya." Katanya.

"Dia pacarku, kalau aku ingin dicium Taehyung bagaimana?" Satu pertanyaan konyol itu terlontar begitu saja dari mulutku.

"Kau harus menahan diri."

"Aku melihatmu mencium bu Haran." Kataku, "Kau tidak menahan diri untuk menciumnya ketika kau mau." Aku membalikkan fakta padanya.

"Kami sudah dewasa sementara kau seorang pelajar SMA. Tak patut untuk bertindak jauh." Katanya.

Aku mendengus, "Tidak adil sekali."

"Terserah kau mau mendengarkanku atau tidak, setidaknya orangtuamu menginginkan kau begitu. Kau mungkin tidak lupa dengan nasehat mereka tadi." Yoongi membuka pintu kamarku. "Pikirkan baik-baik kebaikan kedua orangtuamu. Kau tidak boleh menyakiti mereka dengan tingkah implusifmu." Katanya sebelum dia pergi dari kamarku.

"Sialan." Aku mengubur wajahku di bantal. Situasinya menjadi rumit begini padahal aku tidak menginginkan ini.

*

Taehyung menelphone, dia tidak mengatakan padaku mengenai pembicaraannya dengan Kak Yoongi. Katanya itu rahasia dan hanya memberitahu padaku bahwa semuanya aman terkendali.

Aku mengatakan padanya bahwa di sini di rumahku kebalikannya. Semuanya kacau, aku mengaku kalau Kak Yoongi sudah mengadukanku pada Ayahku dan aku mengaku ingin menidurinya pada ibuku.

"Jaehye, kenapa kau berkata begitu pada ibumu?" Taehyung seperti tidak menyangka aku bicara begitu.

"Aku tidak bermaksud begitu,"

"Itu memperburuk semuanya." Katanya.

"Ayahku ingin menemuimu." Kataku.

"Apa? Yang benar saja."

"Kalau kau tidak mau tak apa. Aku bisa buat alasan, maaf telah menyeretmu." Kataku.

"Tidak, aku yang bersalah di sini. Aku tidak berpikir panjang dengan akibatnya telah menciummu di depan Pak Yoongi." Katanya.

"Maafkan aku sepertinya aku tak bisa ikut rencanamu lagi."

"Jaehye, aku tidak-, aku telah berhenti untuk mengikuti rencana siapapun." Katanya. "Aku sudah mengatakan padamu kalau kau ini pacarku, kekasihku sungguhan, tak ada permainan, aku ingin mencoba untuk mencintaimu, dan aku rasa aku sudah..., aku sudah menyukaimu." Taehyung berbicara seolah dia tak pandai berkata-kata, seolah dia bingung mengungkapkan perasaannya.

Aku tidak bisa berkata-kata. "Tae, aku, aku, belum-"

"Tak apa, jangan katakan apapun. Aku akan bertemu dengan ayahmu dan menjelaskannya. Aku tidak takut, aku akan berusaha membuatmu baik-baik saja." Katanya, sebelum menutup telphone dia bicara lagi

"Hari ini menyenangkan," katanya dengan nada rendah, "terimakasih Jaehye. Selamat malam, semoga tidurmu nyenyak."dia berkata seperti tak rela dia menghentikan pembicaraan.

"Kau juga..selamat malam."

Lalu sambungan terputus. Aku tidur terlentang di kasurku, meraba dadaku yang berdetak kencang. Aku tidak menyangka akan mendapatkan pengakuan dari Taehyung.

Jadi, dia sungguh mempunyai perasaan padaku ya?

Apa ciuman di bioskop memiliki arti lebih dari sekedar membuat Bu Haran cemburu?

Apa dia menciumku karena dia menyukaiku?
Kenapa dia menyukaiku?

*****
🌸🌸🌸

To be continue.

2024. 02. 18

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

440K 10.6K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...
662K 59.8K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...
255K 19.2K 43
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...
1.4M 85.9K 37
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...