Cousin Love

By langiittbiruuu

2.2K 454 46

Assalamuallaikum wr. wb. sebelum baca alangkah baiknya follow akun wattpad ini NO PLAGIAT ❌ Kisah ini diambi... More

|| PROLOG🍓
Satu🍓
Dua🍓
Tiga🍓
Empat🍓
Lima🍓
Enam🍓
Tujuh🍓
Delapan 🍓
sembilan 🍓
Sepuluh🍓
sebelas🍓
dua belas🍓
tiga belas🍓
empat belas🍓
lima belas🍓
enam belas🍓
tujuh belas🍓
delapan belas🍓
sembilan belas🍓
duapuluh🍓
dua puluh satu🍓
dua puluh tiga🍓
dua puluh empat🍓
dua puluh lima🍓
dua puluh enam🍓
dua puluh tujuh 🍓
dua puluh delapan🍓
dua puluh sembilan🍓
tiga puluh🍓
info!!
tiga puluh satu🍓
tiga puluh dua🍓
tiga puluh tiga 🍓
tiga puluh empat🍓
tiga puluh lima🍓
tiga puluh enam 🍓
tiga puluh tujuh🍓
tiga puluh delapan🍓
tiga puluh sembilan🍓
empat puluh 🍓

dua puluh dua🍓

39 10 0
By langiittbiruuu

Hello!!! Sebelum baca alangkah baiknya tekan bintang ya!

Follow akun wattpad ini!!

Selamat membaca all❤

°°°

Hujan sudah berhenti, dan Ara belum kembali ke tenda, membuat sahabat-sahabatnya khawatir, kini dosen pun sudah mengetahuinya mereka bersiap untuk mencari Ara.

"Udah jangan nangis Jiya, Ara bakal ketemu kok. " ucap Nanda menenangkan Jiya yang sudah menangis, walaupun ia juga begitu khawatir sejak tadi.

Kini para dosen maupun senior, sudah siap untuk mencari Ara, namun sebelum semua berangkat , suara dari ujung sana membuat atensi semua teralihkan, menatap gadis yang basah kuyup dengan badan yang gemetar karena kedinginan.

Jiya, Nanda dan Kaila pun langsung berlari menghampiri Ara, rasa khawatir seketika lenyap ketika melihat gadis itu didepan mata.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Nanda dengan memperhatikan dari atas sampai bawah apakah sahabatnya itu lecet atau tidak.

Ara hanya mengangguk dengan pelan, kepalanya terasa berat, mungkin karena hujan tadi ia memilih untuk berteduh dulu , kalau abangnya tahu Azka mungkin akan memarahinya.

"Mending kalian bawa Ara ke tenda," ucap Gifar membuat yang lain setuju.

Para dosen pun bernafas legah, rasa takut akan terjadi sesuatu kepada mahasiswinya telah berlalu, ketika melihat gadis itu telah kembali.

Di ujung sana, Airin dan Sindi yang melihat itu. Sindi yang mengepalkan tangannya dan membisiikan sesuatu di telinga Airin. "Kenapa dia kembali sih, udah bagus ilang aja."

"Sutt, gue lagi malas omongin itu Sin." ucap Airin meninggalkan Sindi- Sahabatnya. Gadis itu memilih untuk masuk ke tenda. Karena sebentar lagi acara selanjutnya akan di mulai. Mungkin malam ini akan banyak kegiatan setelah hujan reda.

Sebelum sampai di tenda, Airin di tarik dengan paksa oleh seseorang.

"Apaan sih," desis Airin dengan menghempaskan tangan orang itu.

Aldy menatap gadis itu dengan tajam dan dingin. "Kalau sampe Ara celaka hanya karena ulah lo, habis lo, kemungkinan Fadel bakal jauhi lo, mungkin ngeliat lo aja dia nggak minat."

Airin menghela nafasnya dengan berat. "Nyentuh dia saja gue nggak minat," jawabnya dan meninggalkan Aldy.

Sebelum menjauh Aldy kembali bersuara. "Kalau bukan lo, orang terdekat lo bisa lebih nekat."

Perkataan Aldy mampu di dengar oleh Airin, gadis itu mengeritkan keningnya pertanda tidak memahaminya.

****

"Ra, lo nggak apa-apa kan?" tanya Nanda dengan membawakan pop mie ditangannya untuk Ara.

"Nggak kok, kalian nggak usah khawatir dong."

Nanda pun menyentil kening gadis itu, apa katanya? Jangan khawatir? Hei, gadis itu berada di hutan sendiri dan hujan lebat. Bagaimana mungkin mereka tidak khawatir.

"Aw, sakit ih." gerutu Ara dengan mengusap keningnya.

"Yee si anying, nggak usah khawatir, lawak lo, kalau terjadi sesuatu sama lo, kita yang bakal diomelin abang lo tuh." jawab Kaila yang baru saja datang dan langsung duduk diantara ke 3 gadis itu.

Kini mereka berada dalam tenda yang lumayan besar untuk mereka tempati.

Mempersiapkan diri karena sebentar ada kegiatan jurit malam.

"Lo nggak usah ikut kegiatan bentar, duduk diam di tenda aja udah paling bener." saran Jiya kepada Ara, melihat kondisi gadis itu tidak memungkinkan untuk ikut kegiatan.

Mendengar penuturan Jiya, seketika membuat pupil mata Ara membulat dengan besar. Apa-apaan nggak ikut, itu adalah salah satu kegiatan favoritnya sangat seru ketika ramai-ramai di hutan hanya untuk mencari pos.

"Gue mau ikut, lagian gue nggak sakit parah." jawab Ara dengan tegas.

"Tap---, " belum sempat Jiya berucap. Ara langsung membekap mulut gadis itu.

"Gue nggak lumpuh plis nggak usah alay." jawab Ara dengan menatap sahabat-sahabatnya itu.

"Hmmpp" Jiya menjauhkan tangan gadis itu dari mulutnya. Mengambil nafas dalam-dalam, hidungnya ikut tertutup.

"Yaudah tapi kita bareng kan?" tanya Nanda.

Kaila pun berpikir sesaat,"Semoga saja, gue dengar-dengar bakal di bagi deh sama mahasiswa Univ Bima Nusantara."

*****

Jakarta pukul 6 sore.

"Nak, tolong bawa ini ke Airin bisa? Dia lupa untuk bawa, dia alergi dingin, tante harap kamu bakal jaga dia di sana." pinta Mama Airin.

Fadel pun mengangguk tegas, lagipula besok ulang tahun kekasihnya. Ia akan datang menemuinya sekarang. "Baik Tante, Fadel bakal ke sana."

Yah, Fadel sudah akrab dengan keluarga Airin begitupun sebaliknya.

Jadi, Fadel tidak masalah jika harus pergi menyusul kekasihnya atas perintah Mawar. Mama-Airin.

Setelah mengambil beberapa keperluan Airin yang tertinggal, cowok itu segera meninggalkan kediaman Airin.

Melihat jam di tangannya, mungkin ia akan pulang sebentar untuk mengganti baju, dan akan berangkat, karena perjalanan yang lumayan jauh.

****

"Lo liatin apa Sin, serius amat dah."  ucap Airin yang tiba-tiba keluar dari tenda, menghampiri sahabatnya yang tengah duduk selanjar ditikar depan tenda mereka.

Sindi pun buru-buru menutup ponselnya dan menaruhnya di saku jaketnya. "Ah, nggak kok. Gue hanya liatin foto-foto kita aja."

Airin yang percaya hanya mengangguk saja, dan ikut duduk selanjar di samping Sindi.

"Lo ikut jurit malam bentar?" tanya Sindi

"Ikut lah." jawab Airin sembari memperbaiki syalnya cuaca sangat sejuk kali ini.

Banyak mahasiswa yang sudah bersiap untuk kegiatan berikutnya. Karena di malam tepat jam 12 akan ada perayaan untuk malam puncak memperingati Ulang Tahun Universitas Mitra Pratama. Tentunya akan banyak kegiatan lainnya lagi.

Suara instruksi dari panitia acara menggema menandakan semuanya untuk segera bersiap karena sehabis ba'dah maghrib mereka akan melaksanakan kegiatan jurit malam.

Masing-masing bersiap, bahkan ada yang sholat terlebih dahulu.

Diarea camping mereka terdapat mushola kecil, banyak dari mereka yang muslim memilih sholat berjamaah terlebih dahulu. Seperti Ara dkk.

Kurang lebih 1 jam setelah ba'dah magrib bersiap. Mereka sudah di kumpulkan oleh panitia sesuai kelompok.

"Yahh, Jiya dan Kaila disana. Kita disini." ucap Nanda dengan lesu.

"Nggak apa-apa kan hanya game, pasti seru. Kita happy aja. Yang penting Jiya dan Kaila setim. Kita berdua juga setim." jawab Ara.

Nanda pun mengangguk membenarkan ucapan gadis itu , ia tahu bukan hanya berdua melainkan  mahasiswa Universitas sebelah akan ikut bergabung.

Ara yang hanya diam, kini Nanda menyenggol lengan gadis itu dan membisikkan sesuatu. "Ra, kita se tim sama Sindi dan Airin." ucap Nanda dengan sedikit tidak suka.

Ara pun menoleh ke arah belakang, yah ada Airin dan Sindi, ia menghela nafas beratnya, semoga tidak terjadi apa-apa.

Sindi yang menyadari gadis didepannya adalah Ara, hanya tersenyum sinis. "Ai, kita se tim mereka eneg gue."

Airin baru menyadari ternyata Ara akan se tim dengannya. Tidak mengambil pusing, toh gadis itu tidak akan berbuat apa-apa. Ia hanya sedang merindukan kekasihnya.

"Hmm" jawab seadanya.

"BAIK!! SEMUA SUDAH DENGAN KELOMPOKNYA, NAH DENGAR! KALIAN BAKAL MELEWATI HUTAN UNTUK SAMPAI DI POS 1 DAN POS 5 SESUAI PETUNJUK YANG KALIAN DAPAT!! HARAP SEMUA TETAP DALAM KELOMPOKNYA  KARENA DI DALAM SANA BAKAL ADA KEJUTAN!! JANGAN PISAH!!" suara panitia menggema membuat mereka mengangguk paham.

Kini kelompok Kaila sudah berjalan duluan. Setelah kelompok tersebut sudah menjauh.

Giliran kelompok Ara yang maju. Ara dan Nanda saling berpegangan, apalagi habis hujan pasti akan licin.

Ara memegang senter untuk menyenter jalan mereka.

"Ck, lelet lo, sini gue yang pegang senter." ucap Sindi dengan mengambil senter ditangan Ara dengan kasar.

Nanda yang melihat itu tidak terima. "Santai dong, nggak usah kasar gitu bisa kan."

"Suka-suka gue kenapa emang."

Ara pun hanya menggenggam tangan Nanda supaya tidak ikut terbawa emosi. Sungguh perempuan itu sangat menguji emosinya.

"Udah, nggak usah digubris lampir gitu." ucap Ara dengan senyum manisnya ke arah Nanda.

Mendengar kata Lampir yang keluar dari mulut Ara membuat Sindi maju selangkah. Airin yang melihat itu langsung maju dan mengambil senter di tangan Sindi, ia lagi tidak mood untuk mendengar keributan.

"Sini biar gue yang pegang," Kini Airin yang memimpin dengan Sindi berada di samping gadis itu.

Ketika ingin sampai di Pos 1, mereka mendengar suara seketika merinding. Dari atas pohon tiba-tiba turun seseorang yang menggunakan daster putih polos dan rambut yang terutai dengan panjang, muka yang sangat menyeramkan membuat Sindi berteriak histeris gadis itu sampai memeluk Airin karena ketakutan.

"Hihihhii,"

Ara yang seperti mengenali postur tubuh itu, gadis itu maju selangka dan menarik rambut palsu yang langsung terlepas.

"Araa.." geram Yudi.

"Hahaha, lo pakai ginian bukannya seram malah nggak ada seram-seramnnya." tawa Ara menggema ia menyerka air matanya di sudut mata gadis itu.

Nanda pun ikut tertawa, pantesan mereka tidak melihat para lelaki itu.

"Bangsat, malu-maluin gue aja lo pada. Gue udah berusaha effort gini. Nggak guna anjir." ucap Yudi dengan lesu, Ara pun kemudian memakaikan kembali wic rambut palsu itu.

"Sono jalan lagi, eh btw tuh teman kalian nangis kok jadi gue seram dong." jawab Yudi dengan sangat pede  sepertinya misinya berhasil.

"Bukan lo yang serem, dia aja yang cengeng." timpal Nanda dengan terkekeh.

Sindi pun mengusap air matanya lantaran kesal ia berjalan duluan dan menarik tangan Airin untuk ikut bersamanya.

"Woy, bareng, lo pada ilang kita nggak tanggung jawab ye." pekik Nanda.

"Loh, kita make apa senter nya dibawa lagi."

Yudi pun mengeluarkan senter kecil dan memberikan untuk sahabatnya. "Nih pake ini, dah sono kelompok lain mau tiba disini gue mau siap-siap lagi."

Kedua gadis itupun segera berlalu dan mempercepat sedikit langkahnya.

"Ck, dua orang itu bikin beban kitaa aja."

"Kita jalan aja, mereka juga megang senter."

Ara dan Nanda memutuskan untuk berjalan agar sampai di pos terakhir.

Mereka berdua jadi sadar, ternyata para lelaki itu tidak kelihatan mereka harus menjadi setan dihutan.

Hingga ketika di pos 4, Ara dan Nanda bertemu Sindi dan Airin yang tengah duduk di pos dengan Airin yang terus meringis akibat kepalanya yang tiba-tiba sakit.

"Ai, lo nggak apa-apa kan?"tanya Sindi dengan khawatir.

Ara pun menghampiri Airin, telapak tangannya menyentuh kening gadis itu, dapat ia rasakan panas ditubuh gadis itu.

"Lo sakit kak?" tanya Ara,

Melihat perlakuan Ara kepada Airin membuat Sindi menatap sinis gadis itu dan menjauhkan tangan Ara dari sahabatnya.

"Lo nggak usah cari muka disini."

Nanda berusaha mengontrol emosinya kala melihat Sindi yang menghempaskan tangan Ara.

"Heh lampir, dibaikin malah ngelunjak lo, Ara hanya khawatir sama teman lo." ucap Nanda dengan emosi yang siap meledak.

"Dahlah, tampang seperti kalian tuh caper. Bilang aja lo senang kan Ra, Airin sakit. Trus lo bisa rebut Fadel gitu kan?"

Plakk

Suara tamparan terdengar, Nanda menyaksikan Ara menampar pipi Sindi hanya tersenyum puas.

"Lo dari tadi nyari masalah mulu yah, sotoy banget jadi cewek." jawab Ara dengan menunjuk muka Sindi dengan satu jarinya. Ia tidak takut kepada cewek itu, kalau ia jadi cewek penakut Abangnya Azka akan menertawakannya.

Sindi memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan yang lumayan kuat.

"BERANI LO ANJING!" ketika Sindi ingin menampar pipi Ara, Nanda menahan tangan gadis itu.

"Lo semakin menjadi-jadi yah, sahabat lo sakit lo malah buat ulah disini," timpal Nanda.

"Awas lo." kini Sindi membantu Airin untuk berdiri, belum sempat gadis itu berjalan, Airin pingsan dan tidak sadarkan diri.

Sindi panik, begitupun Ara.

Ara meminta Nanda untuk menghubungi panitia yang berada di pos 5 yang sudah tidak jauh dari mereka berdiri.

Kini panitia datang dan langsung membawa Airin kembali ke tenda, di ikuti oleh ketiga gadis itu.

Diperjalanan Airin terus bergumam memanggil nama kekasihnya - Fadel, dapat Ara dengan sepertinya gadis itu merindukan sosok Fadel. Lalu bagaimana dengan dirinya? Ia pun menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh egois hanya untuk memikirkan dirinya sendiri.

Ketika sampai di area tenda, Airin yang sudah di tangani oleh dosen wanita, sebenarnya Ara harus pergi akan tetapi melihat Sindi tidak berada disamping gadis itu membuatnya memilih untuk mengurungkan niatnya.

"Nan, lo gabung aja sama yang lain, biar gue disini."

"Lo baik-baik aja kan? Muka lo pucat." tanya Nanda dengan khawatir.

"Gue baik, dah sana kalau anak lain nyari gue bilang aja gue disini."

Nanda pun dengan sangat terpaksa mengiyakan ucapan gadis itu.

Setelah kepergian Nanda, Ara dapat melihat Airin yang masih memejamkan matanya. Hingga dari arah belakang seseorang memanggil nama Airin dengan kencang dan terdengar sangat khawatir.

"AIRIINN!!"

Hello gays
Gimana?

Tinggalkan jejak kalian yah!!
Follow akun wattpad ini dan follow juga akun instagram author @sukmayyea

See u next part selanjutnya

Love u all❤

Continue Reading

You'll Also Like

2K 300 28
[PART MASIH LENGKAP-SUDAH TERBIT] *** Marsya mencintai Naka sepenuh hati, sedangkan Naka membenci Marsya setengah mati. Keduanya menikah karena di j...
14.3K 849 46
[Baca sebelum diunpublish dari wattpad suatu saat nanti] *** Dipertemukan karena Kuliah Kerja Nyata (KKN), diam-diam Nasyila Eiliya mulai mengagumi s...
64.4K 4.2K 13
TAHAP REVISI alur cerita kanara masih sama dan tidak berubah. Hal yang paling menyakitkan adalah ketika seseorang bukan milikmu tapi dia tetap tingga...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

746K 36K 51
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...