I Hate Monday

By Juniwp9

15.2K 1.7K 716

COMPLETED Goo Monday, sampai saat ini Jungkook masih mengingat nama yang ganjil itu. Nama yang aneh seperti k... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
24

23

578 73 14
By Juniwp9

Jungkook meletakkan kuasnya dan pak guru berdiri di sampingnya, pria itu menilai karyanya dengan terpesona, menatap kagum pada lukisan dengan detail yang sempurna dan sapuan warna yang terlihat indah.

"Seperti biasa, lukisanmu selalu mengangumkan, Jungkook"

Pujian pak guru membuat Jungkook tersenyum manis, beberapa menit kemudian teman-temannya sudah berkerumun di belakang Jungkook, berdiri di sekitar lukisan karya Jungkook, mereka penasaran dan mengucapkan pujian kagum dan terpesona.

"Jungkook akan menjadi pelukis terkenal di masa depan" Eunsoo memuji dengan suaranya yang cempreng, Mingyu mengangguk pelan dan setuju dengan celetukan Eunsoo yang sangat berisik.

"Yeah, dia sangat berbakat" ucapan pak guru membenarkan pendapat Eunsoo.

Jungkook senang saat menerima pujian orang lain yang terdengar tulus dan kagum pada karyanya, ia suka menggambar sejak kecil dan akhir-akhir ini keahlian melukisnya sudah sangat berkembang dengan pesat.

Pak guru keluar sebentar dari ruangan kelas seni, dan para siswa masih berusaha menyelesaikan tugas melukis yang diberikan oleh pak guru.

Dongho merasa bosan dan ia tidak berbakat dalam melukis, jadi ia mulai menjahili teman-temannya dan mencipratkan cat minyak ke lukisan orang lain dengan sengaja.

Ia bosan menganggu anak perempuan yang menjerit dan mengancam akan mengadukannya pada guru, seorang diantaranya bahkan sudah menangis karena Dongho merusak lukisannya.

Dongho terlihat tidak peduli, ia mengacau di kelas seni dan target utamanya sekarang adalah Goo Monday.

"Hei, anak aneh...lukisanmu sangat jelek" ejek Dongho sambil mencipratkan cat minyak dengan kuasnya di atas kanvas Monday.

Monday hanya diam, dan ia menatap sinis kepada dongho

"Hei, bodoh berhenti melihatku seperti itu? Apa kamu ingin menantangku, Huh?" Dongho menendang kanvas Monday hingga kanvas lukisannya sobek dan sekaleng cat minyak tumpah di atas lukisannya.

Jungkook memperhatikan sikap brengsek Dongho, tapi ia masih menahan diri untuk tidak mengubris anak nakal itu, dan ia sudah memusuhi Monday.

Monday bersikap cuek pada Dongho, ia memungut kanvasnya yang tergeletak di lantai dan menyekah bekas cat minyak dengan kain lap.

"Hei, anak aneh, apakah kamu mencoba mengabaikanku, huh?" Dongho marah dan mencengkram kerah baju Monday dan melemparkannya dengan kasar, tapi Monday terjungkal dan ia jatuh menimpah lukisan Jungkook,

Lukisan Jungkook rusak karena noda cat yang menempel di tangan Monday.

"Hoho.. Jungkook, anak aneh itu merusak lukisanmu" Dongho tertawa mengejek dan ia puas saat menindas Monday.

Jungkook geram dan wajahnya merah padam, ia menatap Dongho dengan sinis. Pak guru datang dan ia melihat Dongho dengan tatapan curiga.

"Apa yang sedang terjadi, anak-anak?" Kata Pak guru saat melihat kekacauan yang ada di kelas seni.

"Goo Monday terpeleset, dan merusak lukisan Jungkook pak guru" Dongho mengaduh dan tentu saja semua teman-teman kelasnya tidak berani membantah anak nakal itu, karena mereka takut menjadi sasaran penindasan Dongho selanjutnya.

Jungkook melirik ke Dongho dan ia melihat Goo Monday yang berdiri dengan pakaian yang kotor dan tangan yang berlumuran cat berwarna biru.

"Sebenarnya...Dongho berkelahi dengan Monday" Jungkook membantah laporan Dongho dan anak nakal itu melototkan matanya pada Jungkook.

Setelah kelas seni berakhir, Jungkook, Monday dan dongho dipanggil untuk menghadap ke ruang guru, tentu saja Dongho akan selalu dilindungi oleh pihak sekolah dan Jungkook benci dengan sikap tidak adil yang ditunjukkan oleh orang-orang dewasa di sekolahnya.

Ia kembali ke kelas seni untuk mengambil alat lukisnya yang ketinggalan dan menemukan Monday berdiri sendirian sambil menatap lukisannya karya Jungkook dengan tatapan dalam dan tampak sendu.

Jungkook menghampiri Monday, berdehem kecil dan ingin mengambil kuas miliknya yang ada di atas meja,

"Maafkan aku"

Jungkook menghentikan langkahnya saat Monday tiba-tiba bersuara dan meminta maaf dengan suara yang pelan dan wajah yang penuh dengan penyesalan.

"Kenapa kamu minta maaf?" Ia berbalik dan Monday menatapnya secara langsung.

"Karena aku, lukisanmu jadi rusak"

"Itu karena kesalahan si dongho, kamu tidak perlu menyalahkan dirimu.."

"Tetap saja, kamu pasti sangat membenciku sekarang, apalagi karena video yang tersebar di sekolah"

"Tolong jangan membahas video itu lagi, -, kamu membuatku muak" Jungkook mendengus dan Monday tertunduk sedih.

"Kelak Kamu bisa jadi seorang seniman yang berbakat"

Monday mengganti topik pembicaraan dengan cepat saat Jungkook mulai merasa tidak nyaman ketika mereka mengobrol, ia menatap lukisan Jungkook dengan tatapan kagum dan juga sedih, karena lukisan indah itu rusak ketika Dongho mendorongnya saat menindasnya di kelas.

"Lukisanmu bagus, Jungkook"

Jungkook tidak tersanjung sama sekali, ia sudah terbiasa dipuji dan ia masih merasa kesal kepada Monday.

Ia melirik ke lukisannya yang sobek dan dipenuhi noda cat minyak berwarna biru, noda itu merusak komposisi warna pada lukisannya yang indah dan harmonis.

"Aku ingin melukis seperti Kwon Rose"

Monday mengerutkan keningnya saat Jungkook tiba-tiba menyebutkan nama seorang pelukis terkenal, tapi Monday tidak mengenal seni lebih dalam dan tidak mengenal pelukis legendaris itu.

"Pelukis idolaku" sambung Jungkook sambil meraih alat lukisnya yang ada di atas meja

"Mmm..ada cat di wajahmu"

Jungkook meraih tissue basah dari saku ranselnya dan memberikannya pada Monday.

"Di sini" ia menunjuk pipinya dan memberitahu letak noda cat itu kepada Monday.

Monday menyekah noda di pipinya dan ia cukup kesulitan untuk menghilangkan noda cat yang cukup banyak.

"Gunakan cermin, noda cat di wajahmu masih ada" saran jungkook sambil menatap iba kepada Monday.

Monday melihat ke sekitar ruangan,tidak menemukan cermin.

"Pakai layar ponselmu"

"Aku tidak punya ponsel"

"Serius?"

Monday mengangguk dan Jungkook mendengus dan mendekati anak berkacamata itu.

"Sini, biar kubantu"

Jungkook menarik tissue basah dan menyekah noda cat di wajah Monday, dengan telaten menggosok dan menghilangkan noda itu, ia berjinjit karena Monday yang tinggi dan anak itu kemudian duduk agar Jungkook tidak kesulitan lagi untuk menjangkau wajahnya.

"Sudah selesai"

"Terima kasih, Jungkook"

Wajah Monday merah dan ia menunduk malu dan menghindari kontak mata dengan Jungkook

"Kenapa wajahmu merah? Apa kamu sakit demam?" Jungkook heran dan ia langsung menempelkan punggung tangannya di kening Monday.

Anak itu panik dan wajahnya semakin merah, ia hampir terjungkal dari kursi dan menepis tangan Jungkook dengan kasar, seolah ia telah tersengat aliran listrik yang mengejutkan dan berbahaya.

"Aku baik-baik saja!" Monday keringat dingin dan suaranya bergetar, ia melarikan diri dan kabur dari kelas seni.

"Dia kenapa? Kenapa dia terkejut seperti itu? Dasar anak aneh?" Jungkook bengong karena terlalu bingung dan ia masih tercengang dengan reaksi aneh Goo Monday yang sama sekali tidak bisa ia pahami saat itu.








🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️













Jungkook berhenti melamun di kantornya saat bu Baek mengantarkan dokumen dan mengajaknya berbincang sebentar tentang pekerjaan, ia melamun setelah Bu Baek pergi.

Pikirannya melayang jauh, memikirkan tentang masa lalu dan masa depannya, ia mengenang saat dimana ia bekerja sangat keras di kantor, menjadi sangat berambisi untuk mengerjar karirnya sejak dulu, ia ingat bahwa dulu ia sangat mencintai uang, mudah menilai sesuatu dengan dangkal dan haus akan validasi atau membutuhkan pengakuan sebanyak mungkin.

"Apakah ini yang aku inginkan? Kehidupan yang kukejar dan kudambakan selama ini?"

Jungkook termenung dan ia menatap meja kerjanya, ia memiliki jabatan penting di perusahaannya dan ia merasa telah memiliki segalanya, kehidupannya sempurna dengan karir dan pasangan yang mengangumkan seperti Kim Seokjin.

Ia terus terlarut dalam lamunannya sampai dering ponselnya menariknya kembali pada kenyataan. Seokjin menelponnya dan akan menjemputnya sepulang kantor.

Jungkook bertemu suaminya dan ia masuk ke dalam mobil, ia melihat Seokjin menyambutnya dengan tersenyum manis.

"Kamu tidak perlu repot-repot menjemputku, yeobo...aku tahu kamu sibuk di kantor,- aku bisa pulang naik taxi kok" jungkook memasang sabuk pengaman dan Seokjin mulai menyetir.

"Urusanku sudah selesai sayang, lagipula mobilmu masih di bengkel kan? Jadi aku sama sekali tidak keberatan menjemputmu"

Seokjin tersenyum lagi tapi kemudian ia memperhatikan sikap Jungkook yang lebih pendiam dan terkadang melamun sambil melempar pandangan ke luar jendela mobil.

Perubahan sikap Jungkook mulai mengusik pertanyaan di dalam pikiran Seokjin, ia menatap Jungkook dengan sendu dan memperhatikan Jungkook masih terihat kalem dan terkadang termenung sendirian saat ia berada di rumah.

Seokjin untuk sementara mengusir pikiran gelisahnya karena mengkhawatirkan Jungkook, ia kembali disibukkan dengan urusan kantornya dan mencoba untuk berkonsentrasi tanpa mencemaskan Jungkook. Ia bekerja hingga larut malam lalu akhirnya lelah dan mengantuk. Ia kembali ke kamar untuk tidur dan menemukan Jungkook masih terjaga dan sibuk mengutak atik ponsel.

Jungkook masih sibuk dengan ponselnya saat Seokjin keluar dari kamar mandi setelah mencuci muka dan gosok gigi, ia menonton banyak video tentang pelukis idolanya, Kwon Rose.

Seokjin naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping Jungkook, ia menatap Jungkook yang berhenti bermain gadget dan meletakkan ponsel di atas nakas

Jungkook berbaring dan mendekat, mengulurkan tangannya dan memeluk Seokjin dalam dekapan hangat. Seokjin menatapnya dan mengelus rambutnya dengan lembut

"Kenapa sayang, kamu lagi mikirin sesuatu?"
Suara Seokjin manis dan menenangkan, ia bertukar pandang dengan Jungkook tapi Jungkook belum menjawabnya.

Tubuh Jungkook merosot, ia mendusel-duselkan kepalanya di dada Seokjin, tingkahnya manja dan mencurigakan.

"Sayang?"

Seokjin mengelus kepala Jungkook dan bergeser agar wajahnya bisa sejajar di hadapan Jungkook.

"Yeobo, apa sebaiknya aku berhenti kerja di kantor saja?"

"Eh? Kenapa? bukannya kamu sangat suka kerja di kantor?"

"Entahlah, tiba-tiba aku merasa suntuk dan capek banget."

Jungkook tertunduk sedih dan Seokjin mengelus pipinya dengan pelan.

"Apapun pilihan kamu, selama itu baik, aku bakalan dukung kamu sayang"

Jungkook lega saat mendengarkan ucapan Seokjin, perlahan beban di dalam pikirannya yang kusut menghilang dalam sekejap, ia mencintai pekerjaannya di kantor, tapi ia tidak ingin terjebak dalam zona nyaman yang membelunggunya, ia memikirkan kemungkinan berbeda di masa depan, dan gagasan gilanya untuk melakukan apapun yang ia mau telah menganggunya akhir-akhir ini, dalam hati, ia sudah bertekad untuk mewujudkannya.












🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️























Seokjin memberikan kejutan pada Jungkook dengan mengajak jalan-jalan dan mengunjungi Galeri seni milik keluarga Kim, saat ini sedang diselenggarakan pameran lukisan di tempat itu dan Jungkook merasa senang dan sangat antusias

Jungkook menatap kagum pada lukisan terbaru dari karya Pelukis legendaris Kwon Rose, matanya berbinar dan ia terlihat sangat terpesona saat memandangi lukisan karya pelukis idolanya itu.

Seokjin memperhatikan wajah Jungkook dimana ia juga terpesona pada keindahan yang sama, melihat wajah cantik yang membuat dadanya berdebar kencang.

"Aku tidak percaya, kamu mengajakku ke pameran dan melihat Lukisan yang bagus ini" jungkook tersenyum dan ia berdiri di samping Seokjin.

"Kamu masih suka dengan Kwon Rose?" Seokjin merangkul pinggang Jungkook dan menatap pasangannya dengan lembut.

Jungkook mengangguk, dan pandangannya masih terkunci pada lukisan yang ada di depan mereka. " kamu masih ingat dengan pelukis idolaku"

"Ya, tentu saja sayang-, kamu pernah memberitahuku" seokjin tersenyum, tiba-tiba terkenang dengan masa lalu.

"Aku punya kejutan yang lain" ia menarik Jungkook agar bisa berbalik dan Jungkook terkejut saat ia melihat seorang pria tua, memakai longcoat coklat di tubuhnya yang tinggi dengan rambut perak dan senyuman yang terlihat ramah.

Jungkook refleks menutup mulutnya yang terbuka dan matanya melebar kaget saat ia melihat Kwon Rose, berdiri di depannya,

"Kamu menyukai lukisan itu, Seokjin-ah?...."

Jungkook semakin terkejut saat ia menyadari bahwa Kwon Rose bersikap akrab dengan Seokjin dan mereka terlihat sudah saling mengenal.

"Paman Kwon, ..lukisanmu selalu menakjubkan, " Seokjin terkekeh dan ia melirik ke Jungkook yang masih tertegun dengan mata besarnya yang sekilas melotot.

"Terima kasih, Seokjin-ah" Kwon rose tersenyum dan memberikan perhatian yang sama kepada Jungkook.

"Paman, kenalkan Jungkook, pasanganku..dia sangat menyukai lukisanmu," Seokjin menoleh pada Jungkook.

"Saya adalah penggemar, Anda" Jungkook tergagap, segera memperkenalkan diri dan tidak melewatkan kesempatan emas untuk bertemu dengan pelukis legendaris itu.

Saat pulang ke rumah Jungkook merasa sangat senang karena ia membawa pulang satu lukisan karya Kwon Rose, berbincang dengan idolanya, berfoto dan mendapatkan tanda tangan.

Ia memajang lukisan baru itu di kamarnya dan menatap Seokjin dengan tatapan penasaran.

"Lukisan Kwon Rose sangat mahal tapi bagaimana bisa lukisan semahal ini ada di kamar kita sekarang, yeobo?" Jungkook menoleh pada Seokjin yang duduk di sampingnya.

"Paman Kwon memberikan banyak potongan harga" seokjin bergurau, sebenarnya Kwon memberikan lukisan itu secara gratis.

"Yeobo, apa kamu sudah lama mengenal Kwon Rose?"

"Sejak aku tinggal dengan kakek. Kakek dan Kwon Rose adalah teman lama, dan dia juga penggemar lukisan Kwon rose"

Jungkook mengangguk pelan, baru menyadarinya sekarang, pantas saja ia menemukan banyak koleksi lukisan Kwon Rose di kediaman Keluarga Kim.

"Aku ingin melukis lagi" Jungkook tiba-tiba menyampaikan keinginannya dan Seokjin menatapnya dengan lembut."Aku sudah memikirkan hal itu akhir-akhir ini"

Seokjin memegang tangan Jungkook, memberikan dukungan kepadanya, Jungkook menyandarkan kepalanya di pundak Seokjin, membuat perasaannya merasa tenang dan nyaman ketika ia sudah memikirkan untuk mengambil keputusan besar di dalam hidupnya.












🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️












Seokjin membangun ruangan studio di dalam rumah, menyediakan ruangan khusus untuk Jungkook agar ia bisa melukis setiap hari dan meluangkan banyak waktu untuk menyalurkan minat dan hobinya.

Seokjin menyandarkan pundaknya di kusen pintu, ia menatap ke dalam ruangan studio lukis Jungkook, memperhatikan pasangannya yang sedang sibuk melukis dan belum menyadari kehadirannya.

Saat ia melangkah mendekati Jungkook, ia berhenti di sampingnya dan menatap kanvas yang sudah penuh dengan sapuan kuas lukis dengan cat berwarna merah muda.

"Yeobo.." Jungkook menyadari kehadiran Seokjin dan menoleh ke samping, ia berhenti menggerakkan kuasnya

"Lukisanmu bagus"

Puji Seokjin sambil tersenyum, ia meletakkan tangannya di pundak Jungkook.

"Lukisanku belum selesai" Bantah Jungkook, ia melirik pada setengah ruang kosong yang ada di atas kanvasnya.

"Lukisanmu akan tetap bagus"Seokjin terkekeh, menatap lukisan itu lagi, tampak terpesona pada wajah cantik Jungkook dan juga hasil karyanya.

"Aku ingin melukismu" kata Jungkook tiba-tiba, ia meletakkan kuasnya, jari-jari tangannya mengusap punggung tangan Seokjin.

"Apakah ini seperti tawaran Jack kepada Rose?"

Seokjin tersenyum geli, sengaja menggoda Jungkook dengan lelucon tentang Film Titanic yang disukai Jungkook.

"Ya, terserah kamu yeobo"Jungkook tersipu, ia melanjutkan gerakan sapuan kuas di atas kanvas.

"Tadi siang aku bertemu dengan CEO park, dia mengirah bahwa kamu akan pindah ke KSJ company, tapi aku bilang padanya bahwa kamu menolak tawaranku dan hanya ingin berhenti bekerja di perusahaan"Seokjin mulai mengungkit tentang keputusan Jungkook, ia meletakkan tangannya di pundak Jungkook yang menoleh dan menatapnya dengan penuh minat.

"Sekarang aku tidak ingin memikirkan hal apapun seperti dulu, aku hanya ingin melakukan hal yang lain. Hal yang seharusnya sudah kulakukan sejak dulu"

Jungkook terkenang kembali akan masa lalunya, saat-saat ia memilih untuk mengubur mimpinya menjadi pelukis dan mulai realistis dalam menjalani hidup, memikirkan tentang pekerjaannya di perusahaan dan memiliki banyak uang.

"Aku ingin hidup bebas sesuai dengan keinginanku, Yeobo"

"Okay sayang, lakukan hal yang inginkan, aku tidak akan menghalangimu, aku akan selalu mendukungmu, selama itu baik..." Seokjin terkekeh dan menggerakkan tangan Jungkook yang masih memegang kuas

Jungkook tersenyum dan seokjin mengecup kepalanya sekilas.

"Ada cat di pipimu" kata Seokjin saat ia menengok wajah Jungkook.

"Kamu juga ..."

Jungkook dengan usil mengusapkan kuasnya di pipi Seokjin.

"Aissh, ei..ei..baby"

Seokjin menyekah cat yang menempel di pipinya dan Jungkook tertawa karena tingkah Seokjin yang terlihat mulai terganggu saat Jungkook terus menempelkan cat di wajahnya.

"Kamu nakal" seokjin iseng membalas Jungkook dan ia menarik kuas dan menempelkan cat di hidung dan lengan Jungkook.

"Yeobo!!!"

Jungkook cemberut dan ia mulai menggurutu sambil merampas kuasnya kembali, bersiap untuk melakukan serangan balik.

"Aku akan membalasmu!" Teriak Jungkook sambil mengejar Seokjin yang mulai menghindar dan berusaha menyelamatkan diri.

"Kejar aku kalo bisa" seokjin tertawa lagi, lalu ia menjulurkan lidahnya, mengejek Jungkook dengan tingkah kekanak-kanakan.

"Ayolah, Kim-, " Jungkook mendengus kesal, ia melihat pria berusia 30 tahun itu bertingkah tidak sesuai umurnya,

"Aku akan menangkapmu!" Seru Jungkook sambil mengejar Seokjin yang bergerak sangat lincah dan juga gesit.

"Kamu tidak akan bisa, sayang?" Seokjin mengejeknya lagi.

"Lihat saja nanti!"

Jungkook terpancing dan ia terus berkejar-kejaran dengan Seokjin dan mulai merasa kesal, ia mempercepat langkahnya tapi Seokjin sangat sulit untuk ditangkap.

Seokjin panik karena kecepatan lari Jungkook yang meningkat dan tangan Jungkook menarik pakaiannya dengan kasar. Tapi Seokjin berhasil menghindar dan ia berlari keluar dari studio dan meloncat naik ke sofa

Jungkook lelah dan Seokjin juga sama, tapi ia masih senang menggoda Jungkook dan ia tertawa mengejek Jungkook.

Jungkook kesal lagi dan ia mengejar Seokjin, berambisi untuk menangkapnya, ia hampir menjangkau Seokjin, tapi ia akhirnya tersandung karena berlari terlalu ceroboh.

"Aduh, " Jungkook meringis sakit saat lututnya lecet dan ia meringkuk di dekat sofa.

Seokjin cemas dan ia menghampiri Jungkook, untuk mengeceknya.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Tanya seokjin dengan wajah cemas dan ingin segera memeriksa bagian lutut Jungkook.

"Aku menangkapmu!"jungkook berteriak tiba-tiba memeluk seokjin dengan erat,

Seokjin terkejut tapi kemudian ia tertawa geli saat Jungkook mulai memeluknya dengan erat dan mereka terjatuh dan berbaring di atas karpet. Ia merasakan beban tubuh Jungkook di atasnya dan tubuhnya yang didekap dengan kencang.

"Aku menangkapmu, yeobo" Jungkook terkekeh lepas penuh dengan kemenangan, napasnya yang hangat menerpah wajah seokjin, membuat pipi suaminya menjadi hangat dan meronah malu.

Mereka berdua saling berpandangan sampai akhirnya Seokjin tertawa lagi, dan Jungkook menyusulnya dengan kekehan kecil.

"Bagaimana lututmu?" Tanya Seokjin setelah mematuk bibir Jungkook sekilas.

"Masih sakit" Jungkook sedikit meringis, mengerutkan alis dan keningnya.

"Bangun.."

Seokjin memberikan tepukan ringan di lengan Jungkook, hingga keduanya bangun dan Jungkook melepaskan pelukannya.

"Sini, kulihat" kata Seokjin sambil menengok lutut Jungkook yang merah dan lecet.

"Aku tidak apa-apa, ini hanya luka kecil"Jungkook nyengir dan mata besarnya berbinar cerah.

Seokjin tersenyum dan tiba-tiba memberikan tiupan ringan di lutut Jungkook dan mengecup bibir Jungkook dengan manis.

"Aku sudah mengobatimu"

"Eh?"

Jungkook bingung tapi ia tertawa lagi.

"Lututmu.."

"Kamu baru saja mengobatiku?" Jungkook menatap dengan genit.

"Ya, ciumanku adalah obat yang paling mujarab"

"Aha, itu terdengar seperti omong kosong"Jungkook berkata dengan nada bercanda dan Seokjin tiba-tiba mengangkatnya dan menaikkannya di atas pangkuannya.

Jungkook tersentak kaget namun merasakan gembira di saat yang sama.

"Yeobo?"

Seokjin menatapnya penuh cinta dan memberikan ciuman manis di bibirnya.

"Jadi bagaimana ciumanku?" Suara seokjin terdengar berat dan menggoda.

Jungkook tersipu, ia masih bisa merasakan tekanan bibir Seokjin yang perlahan-lahan berhenti dan wajah mereka yang masih saling berdekatan satu sama lain.

"Hmm...luar biasa"Jungkook terkekeh dan menarik Seokjin membalas ciuman suaminya dengan pagutan mesra yang dalam dan mulai liar, seolah ia ingin memakan mulut pria itu, dan menguasainya sepenuhnya.

Mereka berciuman cukup lama dan Jungkook melepas pagutan bibirnya yang dalam, ia terengah dan merasa sangat puas, dadanya berdebar gembira dan senyuman lebar tersungging di wajah cantiknya.

"Ayo kita mandi, kita harus membersihkan semua bekas cat ini"

Seokjin tersenyum dan ia memperhatikan semua noda cat yang menempel di tubuh dan pakaian mereka.

Jungkook mengangguk dan ia mengikuti Seokjin menuju ke kamar mandi, mereka akan mandi bersama, dan membersihkan noda cat yang mewarnai kulit mereka.

Di dalam jacuzzi, Seokjin tersenyum dan melihat Jungkook bermain dengan gelembung sabun dan perlahan bersandar kepadanya, ia menatap kulit Jungkook yang sudah bersih dari noda cat lukis.

Mereka berendam bersama, saling membersihkan kulit masing-masing dengan gelembung sabun, tapi pada akhirnya berakhir dengan saling menyentuh, dan kembali bercumbu mesra.

Jungkook terengah, ia mabuk dalam ciuman suaminya, wajahnya merah dan ia berusaha untuk menstabilkan debaran di dalam dadanya dan napasnya yang memburu. Jemarinya bergerak dalam air, mengusap dada Seokjin dan memperbaiki posisi tubuhnya yang mulai bergeser di atas Seokjin.

Ia merasa sangat rileks saat tubuhnya bersandar pada Seokjin dan kedua tangan suaminya mendekapnya di dalam air.

Jungkook mengangkat lengannya, mengeluarkan bagian tubuhnya yang terendam air, ia membelai kulit lengan tangannya dengan pelan.

"Yeobo, aku ingin bikin tatto, bolehkan?" Jungkook menatap Seokjin dengan lembut, "disini.."ia mengusap sekujur lengannya.

Seokjin terdiam sejenak, mengambil jedah sebelum berbicara. "Kamu serius sayang?"

"Iya, yeobo"mata Jungkook mengerling cepat, ia mengusap lengannya.

"Tatto bunga tiger lily.." Jungkook nyengir dan ia menautkan jari-jarinya ke jari Seokjin. "Lihat yeobo, aku punya tatto namamu di jariku.

Seokjin tersenyum, ia mengecup tatto huruf "J" di jari tangan Jungkook.

"Jadi, kamu tidak puas hanya melukis di kanvas?"seokjin menyandarkan dagunya di pundak Jungkook, masih menautkan kedua jemari tangan mereka.

Jungkook merespon dengan anggukan kecil dan ia nyengir lagi sebelum melepas jemari tangannya pada seokjin dan kembali memainkan gelembung sabun dengan iseng.

"Aku ingin melakukan banyak hal dalam hidupku...."

Seokjin mendengarkan Jungkook dengan penuh perhatian, menatapnya dengan sayang.

"Aku juga ingin melakukan banyak hal denganmu"bisik Seokjin dengan suara beratnya yang manis dan menggoda.

Jungkook tersipu, wajahnya merah dan menghangat, ia merasakan gerakan tubuh Seokjin, suaminya bangun dan keluar dari air. Jungkook mendongak, menyaksikan tubuh telanjang yang terlihat bagaikan pahatan patung dewa yunani kuno, pria itu terlihat sempurna, ia sudah sering melihatnya tampak polos seperti itu, tapi ia akan terus merasa kagum dan tak bisa berhenti untuk tidak terpesona.

Air memercik saat tubuh Seokjin keluar dari jacuzzi, ia tersenyum dan tiba- tiba mengangkat Jungkook dan menggendongnya ala pengantin.

"Yeobo? Apa yang kamu lakukan?"Jungkook tersentak kaget, melotot sambil melingkarkan lengan tangannya ke leher Seokjin, berhati-hati dan takut tergelincir.

"Aku menggendongmu, sayang"

"Yeobo!"

"Jangan banyak gerak. Kamu berat, sayang" Seokjin tersenyum dan Jungkook langsung mempoutkan bibirnya.

"Kalo gitu turunkan aku sekarang!" Sorak Jungkook sambil memberikan tepukan ringan di lengan Seokjin. ia sedikit tersinggung

Jungkook pura-pura ngambek dan Seokjin tertawa lagi saat melihat tingkah menggemaskan dari ekspresi wajah Jungkook yang sangat imut.

"Aku akan menurunkanmu saat kita tiba di tempat tidur"goda Seokjin dengan matanya yang berkedip sekilas.

"Apa yang ingin kamu lakukan?"Jungkook menatap polos dan mulai tersipu.

Seokjin menaikkan kedua alisnya dengan cepat,"bercinta denganmu sayang, apa lagi?"

"Tapi kita baru saja mandi" Jungkook tersipu dan terlihat salah tingkah.

"Nanti kita bisa mandi lagi, sayang" seokjin melangkah keluar sambil menggendong Jungkook yang menatapnya dengan wajah yang semakin tersipu.

"Aku mencintaimu" kata Seokjin sambil memberikan kecupan manis di kening Jungkook. Jungkook terkekeh dan menatap mata coklat madu yang disukainya.

"Aku juga mencintaimu, yeobo" bisiknya dengan mesra, sambil mengalungkan kedua lengan tangannya di leher Seokjin.



💗💬⭐




Continue Reading

You'll Also Like

161K 6.4K 34
" Hyung... sampai kapan kita begini terus ? " " sabar yaa ... akan ada saatnya kita publish hubungan kita , hyung minta kamu bersabar " " kookie ga...
7.2K 659 7
Kumpulan Cerita cinta Seokjin dan Jungkook 💜💓
21.4K 1.9K 17
"Salah nggak, sih, mencintaimu? Karena perasaan itu ada sejak pertama kali aku melihatmu" - seokjin "Jarak aman mengagumimu adalah mengagumi dalam di...
16K 1.5K 29
Kenapa semua orang pengen di dengarkan. Bisakah kalain menghargai orang lain, aku yang tau hidupku. Bukan kalian. Jungkook yang tidak terima di dijo...