AGASKAR 2 [[ AFTER MARRIED ]]

By nazieranff

3.9M 304K 314K

AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungk... More

ASKARAZEY ~ PROLOG
(1.) Agaskar Junior
(2.) Cuddle, Babe!
(3.) U're Mine!
(4.) Vakenzo's Family
(5.) Zeya Ngidam?!
(6.) Happy Wedding, Javas!
(7.) Obsessed or Love?!
(8.) Broken Home and Harmonious
(9.) Agaskar with Kuceh?!
(10.) Zeya Cemburu?
(11.) Salting?!
(12.) Wapresma VS Maba
(13.) Viral Bareng?!
(14.) Let's Deep Talk
(15.) Moment di Lautan Buku
(16.) Status yang Terancam?!
(17.) Idaman
(18.) Special Day
(19.) Sebuah Kesalahan
(20.) Salju yang Hangat
(21.) Private Talk
(22.) Menuju Reuni
(23.) Bermain-Main
(24.) Kondisi Baby
(25.) Terjebak Birthday Party
(27.) Ada yang Ngambek!
(28.) Godaan Maut
(29.) Bujukan Non-Stop!
(30.) Aman atau Ancaman?!
(31.) Rival Misterius
(32.) Insiden Sirkuit Balapan
(33.) Car at Midnight
(34.) Malam yang Gila
(35.) Dark Family Dinner
(36.) Berusaha yang Terbaik
(37.) Pesona Suami Royal
(38.) Permintaan Berubah
(39.) Kamar Penantian
(40.) Dies Natalies
(41.) Nisan tanpa Nama
(42.) Mendadak Asing
(43.) Rindu dibalik Maaf
(44.) Cinta dibalik Gengsi
(45.) Hukuman atas Kesalahan
(46.) Membaik atau Memburuk?
(47.) Agaskar, Arazey, dan Althea
(48.) Kenangan 1 Minggu Kita
(49.) Ditinggal Sementara

(26.) Siapa yang Kecewa?

52.1K 5.5K 6.1K
By nazieranff

Harga penulis melalui feedback berupa vote serta comment. Jika ingin ceritanya lekas terus di updated, jangan lupa tembuskan targetnya, xixixi. WARN! ADA SEKITAR 1000+ KATA, SEMOGA TIDAK BOSAN.


Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis🖤🖤🖤

TARGET--3,2 RIBU VOTE DAN 5 RIBU COMMENT UNTUK NEXT?!

ABSENN DULUU, PAKEE MINUMANN FAVV KELEANN DUNGSS😁😎☝️L

HEYYOOWWW PASREMOY AKU KEMBALII, HWHWHW JANGAN SIDERS YA, AKU NYEMPETIN UPDATE DI SELA UAS NIH🥹 TEMBUSIN TARGETNYA, JANGAN LUPA NABUNG SENG

••••••••••••••••

"Kali ini aku yang kembali menyakiti dan melukai mu, ditengah usahamu dalam memberi kepercayaan penuh padaku"
-Arazey Henessy Elthea-
••••••••••••••

"Udah jam delapan malam, Kak Agaskar mana, ya? Kok belum jemput gue juga?" Zeya bergumam, sudah berjam-jam sejak tadi sore ia menunggu.

Ponsel Agaskar tidak aktif, pesannya juga tidak dibalas karena centang satu. Kemana lelaki itu? Padahal ia juga yang meminta Zeya untuk menunggu karena ingin dijemput.

"Arazey? Mengapa kamu masih di kampus sudah malam seperti ini?"

Suara itu mengejutkan Zeya, sontak pandangannya teralih pada sebuah mobil hitam yang dikendarai oleh seorang pria.

Zeya sempat memicingkan tatapannya, sampai ia berhasil mengenali sosok yang menegurnya itu.

"Pak Vanoris?!"

Vanoris menghentikan mobilnya, ia kemudian turun menghampiri Zeya yang masih setia berdiri di depan gerbang kampus, perkuliahan malam bahkan sudah selesai.

Situasi disana telah sepi, jarang sekali ada orang lewat. Mungkin bisa saja rawan celaka maupun bahaya, namun Zeya tetap percaya jika Agaskar akan menjemputnya.

"Kenapa kamu belum pulang? Ini sudah mau jam sembilan malam," ujar Vanoris bertanya. "Kampus juga udah sepi, kamu ambil kuliah malam? Tidak, kan?"

Zeya diam sejenak, ia menjeda waktu beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan dari sang dosen. "E-enggak kok, Pak, saya lagi nunggu jemputan aja."

"Jemputan siapa? Orang tua kamu?" tanya Vanoris lagi. "Disini bahaya loh kalau sendirian, saya anter pulang aja, ya?"

"O-oh nggak, Pak, nggak usah. Takutnya nanti yang jemput saya malah dateng kesini, kan jadi nggak enak juga," sahut Zeya.

Vanoris mendecak pelan. "Saya tahu, tapi memangnya orang yang jemput kamu dia sudah tiba dimana? Kenapa sampai sekarang belum datang?"

Zeya menghela napas panjang, ia sudah kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan dosennya itu. Bagaimana lagi? Agaskar justru hilang tanpa kabar.

"Saya antar pulang ya, Zeya?" tawar Vanoris lagi, satu tangannya menyentuh pundak Zeya.

Begitu Zeya melirik pada tangan Vanoris yang menyentuhnya, pria itu langsung menurunkannya. "M-maaf, saya nggak bermaksud. Jadi, gimana?"

"Saya cuman khawatir kamu sendirian disini, saya nggak jadi masalah kalau harus antar kamu ke rumah walaupun kita berlawanan arah."

"Tapi saya nggak enak, Pak, gimana kalau ada mahasiswa lain yang lihat interaksi kita. Yang ada saya dikira simpanan Bapak atau gimana," sanggah Zeya.

Vanoris tersenyum kecil. "Nggak, kuliah malam sudah selesai hampir satu jam yang lalu. Saya juga baru pulang habis mengajar kuliah malam, makanya saya kaget kenapa kamu masih disini. Bukannya kuliah kita tadi sore sudah selesai?"

"Iya, Pak," jawab Zeya spontan. "Dari sore saya emang nunggu jemputan suami saya."

"Suami?" ulang Vanoris, raut wajahnya seakan berharap bahwa Zeya salah bicara. "K-kamu udah punya suami, Arazey?"

Zeya meneguk salivanya pelan, ia lalu menjilat bibir bawahnya yang terasa kering. "Iya, Pak Vanoris. Saya udah menikah."

Vanoris mengangguk-anggukkan kepalanya, kedua tangannya mendarat di pinggang seolah baru mengetahui fakta mencengangkan itu.

"Sayang sekali...." ucapnya dengan kedua pundak yang melemas.

"Sayang kenapa ya, Pak?"

"Oh nggak papa, jadi gimana? Kamu mau ikut saya, kan? Saya antarkan pulang, nanti bilang saja ke suami kamu, jika kamu diantarkan gojek atau gimana. Biar nggak menimbulkan fitnah atau prahara."

Zeya tidak memiliki pilihan lain selain menerima tawaran Vanoris, ingin menolak, ia takut Agaskar tidak juga ada keterangan dan kepastian untuk menjemputnya.

Lagipula, ia sudah memberitahukan bahwa dirinya telah menikah pada sang dosen, itu artinya bukankah lebih aman? Karena setidaknya Zeya memiliki alasan untuk jaga jarak.

Dan Vanoris sendiri mempersilahkan Zeya untuk duduk di depan, tepat di sampingnya. Kecanggungan pun terjadi selang beberapa menit mobil melintasi jalanan ibu kota.

Tak ada yang bersuara, baik Vanoris maupun Zeya. Keduanya sama-sama diam, menikmati jalanan dan pemandangan dari gedung-gedung yang indah.

Meskipun mulutnya tak berbicara, namun benak Zeya tak henti untuk berpikir tentang suaminya, Agaskar. Kemana lelaki itu? Sesekali bahkan Zeya memeriksa notifikasi ponselnya, berharap ada dari Agaskar salah satunya.

Namun hingga kini, tepat di jam 9 malam, tidak ada satupun notifikasi yang masuk ke dalam ponsel Zeya dari sang suami, semakin membuatnya khawatir.

"Ada kabar dari suami kamu?" Pertanyaan Vanoris membuat Zeya menoleh, perempuan itu lalu menggeleng pelan. "Memangnya kapan terakhir dia memberi kabar?"

"Siang, Pak, karena emang selesai kuliah tadi itu kan sore. Dan dia mau pergi ke bandara, karena mau nganterin temennya. Katanya abis dari bandara langsung ke kampus buat jemput saya, tapi sampai sekarang nggak ada kabar."

Vanoris mengangguk paham, kedua tangannya tetap fokus menyetir mobil. "Dan kamu setia menunggu dari sore hingga larut malam seperti tadi?"

"Ya mau gimana lagi, Pak? Nggak mungkin saya pulang duluan, takutnya nanti dia kecewa karena saya udah nggak ada di tempat," celetuk Zeya sembari mengelus perutnya.

Elusan telapak tangan Zeya pada perutnya itu sejujurnya sudah di notice Vanoris sejak awal ia menegur Zeya tadi, perempuan itu selalu mengusapnya dengan lembut membuat pria itu penasaran.

"Arazey, maaf. Apakah kamu hamil? Atau kamu sakit perut? Atau ada sesuatu yang aneh di perut kamu?" tanya Vanoris.

Mendengar itu, sontak Zeya tertawa geli mendengarnya, rupanya ada saja orang yang memperhatikan gerak-geriknya. "Iya, Pak, saya hamil. Makanya saya selalu pakai baju yang oversize, biar lebih enak aja," sahut Zeya.

"Biar lebih enak atau takut ketahuan kamu sudah mempunyai suami dan calon anak?" balas Vanoris yang membuat Zeya bungkam beberapa saat.

Detik berikutnya Vanoris pun tertawa. "Bercanda, Arazey. Saya paham, hamil muda memang seperti itu. Pengalaman dari sepupu saya juga, padahal sebelumnya dia selalu mengenakan pakaian ketat dan berbentuk."

"Tapi, bukankah ibu hamil diharuskan jangan lelah dalam beraktivitas?"

"I-iya, Pak, emang harusnya kayak gitu," ujar Zeya.

Vanoris mengerjapkan matanya beberapa kali, ia melirik Zeya, kebetulan mobil berhenti karena lampu tengah berwarna merah. "Berarti kamu belum makan malam? Karena kan kamu menunggu dari tadi sore?"

Zeya pun refleks menganggukkan kepala, menyetujui apa yang ditanyakan oleh Vanoris. "Iya, Pak, tapi saya sudah makan roti sama susu hamil juga."

"Ah, tetap saja kamu belum makan malam. Ibu hamil itu harus punya nutrisi yang cukup agar bayi kamu juga sehat," tutur Vanoris. "Bagaimana kalau kita makan malam?"

"Hah?" Zeya terkejut, dengan ajakan dosennya itu. "Apa, Pak?"

"Makan malam, Arazey," perjelas Vanoris. "Setelah itu baru saya antar pulang, kasihan kamu belum makan malam. Jadi ketika pulang, kamu hanya perlu istirahat."

Jika dipertimbangkan, tawaran Vanoris yang baru kali ini keluar dari mulutnya juga sulit untuk Zeya tolak. Pasalnya ia juga belum makan sedaritadi sore, sedangkan dokter kandungannya menyarankan agar dirinya bisa mengonsumsi makanan sehat yang cukup.

Mungkin apabila Zeya tidak sedang mengandung, perempuan itu memilih untuk langsung pulang tanpa mengiyakan tawaran sang dosen, namun kali ini ia tidak sendiri lagi.

Ada cabang bayi di rahimnya yang harus ia perhatikan, ia jaga dan ia lindungi. Zeya tidak bisa seenaknya, apalagi ini tentang nutrisi pola makan ibu hamil.

"Bagaimana, Arazey? Saya janji antar kamu pulang setelah makan malam, saya tidak mau kamu kenapa-napa, apalagi kandungan kamu bermasalah," usul Vanoris.

Perlahan, Zeya pun mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda bahwa ia setuju dengan ajakan Vanoris barusan.

"Baiklah, kita cari restoran sekarang." Vanoris tersenyum sumringah, ia kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang setelah lampu beralih ke warna hijau.

••••••••••••

Setelah memapah tubuh Agaskar ke suatu ruangan yang nampaknya lebih privasi dan cukup jauh jaraknya dari pesta, Irish segera mengunci pintu kamar itu. Ia langsung merebahkan Agaskar di kasur yang sudah teler itu.

Kedua mata Agaskar tertutup, namun badannya tak berhenti bergerak seakan gelisah. Mulutnya meracau entah apa saja yang ia ucapkan secara tidak sadar.

"Zey....." panggil Agaskar, tubuhnya berbolak-balik di kasur itu.

Sementara Irish yang baru saja mengunci pintu, nampak tersenyum sumrigah karena seorang lelaki tampan kini sudah sekamar dengannya, inilah yang ia harapkan.

Irish langsung menghampiri Agaskar dan duduk di atas pangkuan lelaki itu, menindihi tubuh Agaskar lebih tepatnya, dengan membuka kedua belah pahanya agar bisa memperhatikan wajah Agaskar di bawah kuasanya.

"Agass sayang...." Irish memanggil dengan nada manja, sembari menunjuk ke beberapa sudut wajah Agaskar yang nyaris bergaris sempurna itu.

Agaskar mendengarnya, namun ia seperti kehabisan tenaga untuk berbicara. Kepalanya pusing, berasa ada kunang-kunang yang berputar mengelilingi, kedua matanya pun masih setia terpejam.

Irish kemudian menarik tangan Agaskar, membawa tubuhnya agar bangkit dalam posisi duduk, hingga dirinya dan Agaskar bisa saling menjangkau satu sama lain lebih sensual.

Jemari Irish bermain di wajah lelaki itu, memancingnya agar Agaskar bisa membuka mata dan melihatnya. Sejujurnya Agaskar bisa melakukannya, walau dalam keadaan teler.

Namun sesekali ia juga tak sanggup menyanggah tenaganya yang seolah terkuras akibat kader alkohol tinggi yang sudah terserap dalam tubuhnya, dan membuat kepalanya pusing bukan main.

"Agasss, look at me baby..." pinta Irish saat menangkup kedua pipi lelaki itu.

Agaskar diam, ia hanya menuruti kehendak Irish tanpa banyak melawan, sesekali Agaskar tersenyum. "Zey, lo cantik banget mala mini. Tumben lo pakai lipstick merah, mau gue cium, hm?"

"Irish, not Zey, sayang," sahut Irish yang tak digubris oleh Agaskar.

Gadis itu kemudian menurunkan satu tali dress nya, memberi ruang agar Agaskar bisa lebih mudah jika ingin menjangkau dada nya.

Irish benar-benar berkuasa di atas kemabukan Agaskar, begitu ingin melepaskan kemeja yang Agaskar pakai, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk keras oleh seseorang.

TOKKKKK... TOKKKKK... TOKKKK.....

Irish mendecak kasar. "Ck, siapa sih gangguin gue aja. Lagi mau seneng-seneng juga," keluh Irish kesal, semakin di diamkan, rupanya ketukan itu semakin kencang.

Semula Irish enggan beranjak, karena ia merasa sudah dalam posisi ternyaman berada di atas kepemilikan Agaskar, barang kali bisa membuat lelaki itu tegang, pikirnya.

Namun semakin Irish diam tak bergerak, ketukan itu semakin keras bunyinya yang sangat menganggu, hingga membuat Irish mau tidak mau turun dari pangkuan Agaskar dan beranjak menuju pintu.

Agaskar pun kembali teler terbaring di atas kasur, ia benar-benar sudah tak sadarkan diri sepertinya.

"ADA APA SIHHH?!" Irish murka, karena kesenangannya terganggu. Ia mendapati seorang lelaki bertubuh tinggi semampai mengenakan hoodie dan juga masker.

"Tamu undangan pesta lo lagi ribut, lo dicariin sama sama pegawai hotel karena lo yang punya acara," celetuk lelaki itu membuat Irish mengernyitkan keningnya.

Irish menyilangkan kedua tangannya di dada. "Nggak usah bohong deh, lo. Lo tuh ganggu kesenangan gue aja tau, nggak. Gue tuh mau istirahat."

Lelaki itu memutarkan bola matanya malas. "Terserah, sih. Kalau lo mau kena sanksi karena acara lo belum selesai udah bikin keributan."

Mendengar penuturan itu, semakin membuat Irish naik pitam. Ia baru sadar tali dress nya masih menurun, selangkah sebelum beranjak ia menatap sinis ke arah lelaki yang tak dikenalnya itu dan langsung pergi menuju ruang utama.

Kepergian Irish itu di ekori oleh lelaki yang mencarinya tadi, namun tidak untuk ikut campur, melainkan mengambil 3 gelas air lemon dari salah satu meja prasmanan dan langsung berlari lagi menuju lorong.

Lorong yang tepatnya mengarah pada sebuah private room VVIP. Karena pesta ulang tahun Irish diselenggarakan di sebuah hotel mewah.

Demiar? Jangan cari pria itu, setelah potong kue dan penyuapan kue, Demiar pergi meninggalkan sang anak untuk berpesta, membiarkan putri tunggalnya bermain di hari spesialnya.

"KARRR!! MINUMMMM, KARRRR!!!" Lelaki bermasker itu membuka maskernya, menarik tubuh Agaskar ke pangkuannya.

Dengan cara kasar secara mau tidak mau, dan dengan tatapan yang penuh waspada karena takut Irish akan kembali cepat, lelaki itu membuka mulut Agaskar dan meminumkan air lemon itu ke mulutnya.

"Kar, bangunnn! Sadar, anjinggggg!!" ucap lelaki itu menepuk-nepuk pipi Agaskar sembari terus meminumkan air lemon ke mulutnya.

Hingga di gelas ketiga yang baru saja masuk menerobos tenggorokannya, Agaskar tersedak hebat. "UHUKKKKK!! UHUKKKKK!! Arghhhh...." lenguh Agaskar.

Tak sampai disana, begitu Agaskar bangun mempertahankan posisi duduknya, ia langsung memuntahkan semua cairan yang sempat membuatnya teler itu.

Lelaki yang mengenakan masker tadi, mengusap punggung Agaskar, membantu menenangkan dan seolah menyuruh Agaskar untuk membuang semua isi perutnya yang mengandung alkohol.

HOEEKKKKKK HOEKKKKKK!!!

"Keluarinnn, Karr! Semuanyaaaa! Buruannn!!" pinta lelaki itu, napasnya pun tak beraturan karena keadaan juga sedang genting.

Sampai dirasa Agaskar telah memuntahkan semua isi vodka yang sempat diminum olehnya itu, lelaki di sampingnya langsung memberikannya sisa air lemon tadi.

Tanpa waktu lama dan tanpa memperhatikan siapa yang memberinya, Agaskar langsung menyeruput air lemon itu hingga habis.

Kepalanya masih pusing, namun setidaknya kesadarannya dapat berangsur pulih meskipun masih sedikit teler dan ingin ambruk.

"K-kenapa gue disini, arghh! Sial, pusing bangsattt!" Agaskar memegangi pelipisnya.

Pundak Agaskar turun naik, ia berusaha menetralkan napas karena lambung yang terpompa akibat mengeluarkan segala cairan yang ada dalam perutnya, Agaskar lalu melirik pada sang empu.

"Bang Jarrel?!" Kedua mata Agaskar melotot sempurna begitu mengetahui siapa orang yang membantunya.

Jarrel tertawa kecil. "Masih inget lo sama gue?"

"MASIH LAH, BANGG!! YAKALI GUE LUP—"

Belum selesai Agaskar berucap, suara langkah sepatu nampaknya akan segera menuju kamar. Jarrel dan Agaskar sempat saling bertatap satu sama lain.

"Itu pasti Irish, kita pergi dari sini sekarang, Kar!" usul Jarrel.

"Irish?" ulang Agaskar nampak seperti orang linglung, karena ia benar-benar tidak menyadari sama sekali.

"Nanti aja gue ceritain yang terpenting lo harus pergi dari tempat ini lebih dulu, urusan selanjutnya biar gue yang nanggung," ucap Jarrel langsung mengajak Agaskar untuk melewati jalan pintas, yaitu jendela.

Jarrel Kalangga Sadewa—wakil ketua geng motor Wolviper generasi kedua, wakil dari Jayver. Mereka terkenal sebagai 2J pada masa nya di kepemimpinan Wolviper tahun itu, sebelum menyerahkannya pada Agaskar dan Galen.

Meskipun memegang kendali geng motor Wolviper hanya jangka waktu satu tahun, mereka begitu berjasa dalam membantu perselisihan dengan Walerus saat Agaskar membawa perlawanan yang begitu besar.

Meskipun ia terbilang cukup dekat dengan Jayver, tetap saja Jarrel tak mengetahui siapa ketua Wolviper generasi kesatu yang diduga akan berseteru hebat nantinya dengan generasi ketiga, yaitu Agaskar.

Jayver meninggalkan sejuta rahasia untuk banyaknya anggota Wolviper di hembusan napas terakhirnya, termasuk Jarrel dan Agaskar sendiri.

Saat mengikuti langkah Jarrel yang masuk ke jalan pintas hotel yang mungkin tidak semua orang mengetahuinya, Agaskar tiba-tiba teringat sesuatu ketika mengingat langit malam.

"Anjing, gue baru ingat. Gue harusnya jemput Zeya tadi sore, kenapa gue ada disini?" gumam Agaskar keheranan dengan diri sendiri.

"Lo diculik sama Irish," sahut Jarrel spontan. "Ntar aja gue ceritain, kalau gitu lo samperin dulu istri lo. Hubungin dia atau telepon."

Agaskar langsung membuka ponselnya, namun ponselnya tak bisa hidup. Ia dapat mengambil kesimpulan bahwa ponselnya lowbet.

"Bang, thanks udah bantuin gue. Kalau gitu gue cabut duluan, nggak papa? Istri gue, belum gue jemput." Agaskar panik, raut wajahnya seketika menjadi cemas.

Jarrel pun mengangguk mengiyakan. "Nggak usah pikirin gue, tapi mobil lo ada di parkiran khusus pesta Irish. Kalau lo ngambil, bisa-bisa lo disergap lagi."

"Oke, gue bakal cari ojek ntar. Thanks sekali lagi, Bang!!" teriak Agaskar melambaikan tangan pada Jarrel.

"Hati-hati!" Itu lah kata-kata terakhir Jarrel untuk memperingatkannya, setelah itu ia pergi dari hotel dan ia juga lah yang membuat pesta Irish menjadi gaduh sebelumnya.

"AGASSSS?!!!" Irish terkejut, melihat Agaskar sudah tidak ada di tempat, orang yang tadi mengetuk pintunya pun juga hilang setelah disadari.

"AGASSS?! AGASSS KAMU DIMANA, SAYANGGG?!" teriak Irish memanggil-manggil nama pujaan hatinya.

Menyadari Agaskar kabur, ditandai dengan muntahan cairan yang terdapat di dekat kasur, membuat Irish naik pitam. Ia merasa terbodohi dengan akal-akalan orang asing.

"AAAAAAARGHHH!!" erang Irish kesal menghentakkan kakinya beberapa kali ke lantai. "TUH KAN IH, GAGAL LAGIIII!"

"PADAHALL DIKITTT LAGII GUE BISAA HAVING SEX SAMA AGASKARR!!!"

••••••••••••

"Berhenti, Pakk! Berhentii!!" ujar Agaskar meminta pada sopir taksi yang ditumpanginya.

Lelaki itu bahkan sudah tak memikirkn bagaimana nasib mobilnya yang masih tertinggal di parkiran hotel, karena dijaga oleh anak buah Irish.

Dan kini Agaskar telah tiba di depan gerbang kampus yang sudah tertutup rapat, tidak ada siapa pun disana, dan dirinya pun tak bisa masuk ke dalam.

"Mau cari siapa, Mas? Kampus jam segini sudah pasti tutup, nggak akan ada orang di dalam," sahut sopir taksi.

"Istri saya, Pak. Tadi saya mau jemput dia pas sore, tapi saya telat karena ada masalah," sahut Agaskar.

"Yahh Mas, pasti istrinya sudah pulang itu. Nggak mungkin masih di kampus jam segini, percaya sama saya, Mas, tidak ada orang karena gerbang sudah ditutup jam sepuluh malam," ucap sang sopir meyakinkan.

Mendengar itu, dengan penuh kebimbangan, pada akhirnya Agaskar menurut tanpa membantah apa yang dikatakan sang sopir taksi, dan mobil pun kembali berjalan menuju ke rumahnya.

"Mas tenang aja, kalau memang istri Mas nggak ada di rumah, saya temenin nyari, deh," ujar sopir taksi mencoba menenangkan pikiran Agaskar yang tengah kalut.

Beberapa menit kemudian pun berlalu, kini mobil taksi itu telah tiba di depan rumah megah dan mewah milik Agaskar, dan betapa terkejutnya Agaskar saat mengetahui jika ada mobil lain di depan gerbang rumahnya.

"Pak, makasih. Kayaknya istri saya sudah di dalam, ambil aja kembaliannya." Itu lah ucapa terakhir Agaskar dengan memberi 2 lembaran uang berwarna merah.

Lelaki itu langsung berlari, karena terlihat pintu utama juga tengah terbuka, itu artinya sudah ada orang karena ART mereka pun belum pulang. Hanya Agaskar dan Zeya yang berada di rumah itu.

"Waduhhhh.... Bisa-bisa anaknya cewek, nih, setelah saya dengarkan...."

Dengan langkah sayu dan raut wajah yang terbilang datar, Agaskar memunculkan diri di depan pintu memperhatikan interaksi antara Zeya dan dosen yang juga ia kenal di kampusnya.

Rasa pening hebat yang menguras energinya pun seketika hilang, saat melihat Zeya terlihat asyik mengobrol bersama dosennya, Agaskar tak begitu mengenal dosen tersebut.

Dan selama memantau obrolan Zeya bersama Vanoris, Agaskar sama sekali tak bersuara apalagi melabrak, lelaki itu hanya diam menatap di ambang pintu sampai kedua pelaku sadar akan kehadirannya.

"KAK AGASKARRRR?!!" Zeya terkejut bukan main saat mendapati sosok Agaskar dengan tampilan yang berantakan sudah berada di depan pintu.

Zeya melirik Agaskar dan Vanoris yang berada di sampingnya secara bergantian, kemudian ia mencoba beranjak menghampiri suaminya, disusul oleh Vanoris yang ikut terkejut sama halnya dengan Zeya.

"Agaskar?" Vanoris mengulangnya, sekarang ia dapat memastikan secara jelas bahwa kedua hubungan antara Wapresma kampus dan maba psikologi yang menjadi mahasiswi nya adalah pasangan suami istri.

"Kakkk..." panggil Zeya.

"Keluar lo!" ucap Agaskar dengan nada dingin, napasnya terdengar mendengus kasar. "Sebelum gue usir paksa."

Vanoris mengangkat kedua tangannya tanpa melawan apa-apa. "Sorry, niatnya saya ingin menemani istrimu sampai menunggu kamu pulang, tapi—"

"KELUARRRR GUE BILANGGGG!!" desak Agaskar dengan nada suara yang lebih tinggi dari sebelumnya, sontak Vanoris langsung buru-buru berlari keluar dari rumah.

Sementara itu Zeya mencoba meraih tangan Agaskar, namun sang empu bergegas menepisnya. Agaskar melangkah masuk ke dalam dan membanting pintu dengan kasar.

BRAAKKKKKKKKK!!!

Terdengar dentuman keras dari bantingan pintu yang Agaskar lakukan membuat Zeya memejamkan matanya kuat, menyiapkan jiwa dan raga nya karena pasti Agaskar akan sangat marah.

"Bagus lo ya, di rumah berduaan sama laki-laki lain. Nggak ada ART, ini posisinya malam, lo tau nggak risikonya?" Mengucapkan itu, sorot mata Agaskar terlihat berkaca-kaca.

Urat leher lelaki itu ikut menegang, emosinya benar-benar meradang, langkah kakinya mengiringi jalan Zeya yang perlahan mundur ke ruang tengah.

Zeya meneguk salivanya kasar. "Kakk.... gue bisa jelasin..."

"Jelasin apa, Zey?" tanya Agaskar. "Gue mantau obrolan lo sama dia cukup lama, dia elus perut lo, biar apa?! Emang dia dokter kandungan?"

Zeya menggeleng-gelengkan kepalanya, sudah dapat dipastikan dalam posisi seperti ini tidak ada yang namanya mampu menahan cairan bening di ujung mata agar tidak tumpah.

"Keren ya, lo bawa cowok ke rumah," ucap Agaskar menatap penuh rasa kecewa pada Zeya, istrinya.

"Kak, kita bisa bicarain baik-baik, kan? Gue tau gue salah, karena—"

"Ya terus apa, Zeya? Berduaan lo di rumah, gue lihat akrab banget lo berdua." Agaskar kemudian melirik pada noda makanan yang ada di bibir Zeya.

Jemarinya langsung mengusap bibir Zeya dengan kasar. "Ini apa? Makan? Lo makan sama dosen lo tadi, kan? Jujur sama gue!!"

Zeya membuang pandangan, ia benar-benar tak sanggup menatap Agaskar yang tengah marah, kedua tangan suaminya itu sudah berada di kedua lengannya.

"GUE AJA NGGAK PERNAH BAWA CEWEK BUAT NGINJAK RUMAH KITA, ZEYYY!! LO LUPA KESEPAKATAN AWAL KITA?!"

"Rumah kita udah direnovasi, lo nggak boleh bawa cewek lain selain gue ya, Kak," ujar Zeya menaik turunkan alisnya.

Agaskar tertawa kecil. "Temen-temen lo, gimana?"

"EH IYA BOLEH DENG, ASAL ITU ANAK KIYOWO GIRLS."

"Yaudah, kalau gitu khusus mereka sama anak Wolvi boleh menginjakkan kaki ke rumah ini. Kalau ada selain itu, salah satu pihak yang melanggar, dan pihak yang dikecewakan berhak marah, deal?!"

"DEALLL DONG, KAKK!"

"Lo sendiri kemana, Kak? Gue nungguin lo daritadi sore, sampai jam delapan lewat lo belum juga jemput gue. Jadi ya—"

"Jadi lo pulang sama dosen itu? Lo nggak punya temen lagi apa gimana? Vanda? Ansley? Sonia? Kenapa harus dosen itu?"

Agaskar menangkup kedua pipi Zeya dengan kasar, menatap intens istrinya yang sudah terisak-isak itu.

"LIHATT GUE, ZEYYY! ASAL LO TAU, tadinya gue mau minta maaf sama lo. Dan pas lihat kayak gini, gue nggak tau lagi harus gimana."

"Tapi apa karena gue telat ngejemput lo, itu berarti lo bebas pergi sama laki-laki lain? Makan malam sama laki-laki lain? Sampai bawa ke rumah laki-laki itu terus berduaan? Sedekat apa sih lo sama dia?"

"Di rumah nggak ada siapa-siapa, ART masih pulang sampai tahun baru. DAN LO JUSTRU BERDUAAN, ASYIK NGOBROL, AKRAB, DIA PEGANG-PEGANG LO, NGELUS PERUT LO, MALAM UDAH JAM 1O GINI?!"

"Gue cowok, Zey!" Agaskar berusaha sebisa mungkin menahan amarahnya. "Gue paham apa pikiran laki-laki kalau cuman berdua sama perempuan, dan lo senekat itu ngelakuinnya? PIKIR BENER-BENER!!"

"Gue kecewa sama lo!" final Agaskar kemudian pergi meninggalkan Zeya naik ke atas.

••••••••••••

GIMANA MENURUT MU TENTANG BAB KALI INI???

HAYOLOHHHHHH SIAPAAA YG KEMARENNNN UDHH NYALAHIN AGASKARRR DULUANNN?!

KALIANNN ADA DI TIMMM AGASKARR ATAUU DI TIM ZEYAAA NIHHH?!

PUASSSS KAHH KALIANNN KARENAA IRISHHH GAJADII MEMPERKAOS AGASKARR?!😭😭🤏WHO'S JARREL? NEXT BAB DIA AKAN CERITAIN KENAPA BISA NOLONGGG🥰

SPOILER BAB SELANJUTNYA? HANYA ADA DI agaskarstory.ofc dan @ofc.wolviper . Jangan lupa join broadcast channel nya juga di instagram biar dapat info selalu.

Apa yang mau disampaikan sama Agaskar?

Apa yang mau disampaikan sama Zeya?

Apa yang mau disampaikan sama Irish?

SIAP DI ERA ZEYA JADI CEGIL?! SPAM "🪻" SEBANYAK-BANYAKNYA YAA. UPDATED BERGANTUNG DI TARGET...

TIDAK ADA AKUN INSTAGRAM LAIN SELAIN DI BAWAH INI:
@nazieranff
@agaskarstory.ofc
@ofc.wolviper
@pasmoy.ofc

ROLEPLAYER ACCOUNT ACTIVE:
•@agaskarvakenzo
••@arazeyhelthea
•@pangeranjavas
••@surganyaallah17
•@galenfaldevion
••@vandahavrielles
•@savionragasvara
••@ansleyarcellin
•@arhezalkanders
••@soniafabiannexy

•••@waveravedson
••@aessyrazelina
•••@vanoriswilder
••@irishzeverly

[[ JANGAN LUPA REKOMENDASIKAN JUGA CERITA INI KE TEMAN, KELUARGA, KERABAT DAN SAHABAT MU. VOTE, COMMENT AND SHARE CERITA INI SEBANYAK-BANYAKNYA❤️‍🔥]]

~~Rabu, 17 Januari 2024 (3677 kata)

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

923K 51.4K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
36.2M 3.4M 71
Kecelakaan fatal yang dialami Giovani Anendra, perisai geng REVOLVER membuatnya amnesia dan melupakan istrinya, Cheryl Raquella. Namun dengan segala...
6.9K 313 14
𝚐𝚎𝚖𝚒𝚗𝚒 :𝙻𝙾 𝙱𝙸𝚂𝙰 𝙳𝙸𝙴𝙼 𝙶𝙺 𝚂𝙸𝙷 𝚂𝙴𝙷𝙰𝚁𝙸 𝙸𝙽𝙸 𝙰𝙹𝙰?! 𝚏𝚘𝚞𝚛𝚝𝚑: 𝚎-𝚎𝚑 𝚖𝚊𝚊𝚏 𝚐𝚎𝚖 𝚐𝚎𝚖𝚒𝚗𝚒: 𝚌𝚔, 𝚐𝚠 𝚑𝚊𝚛�...
10.7K 756 13
---- Sistem Akhir Anjing Tunggal ---- Qin Lang adalah presiden yang menyendiri, berpenampilan serius dengan kaki panjang dan bernilai tinggi. Ada nak...