π‘Œπ‘œπ‘’π‘›π‘” πΊπ‘œπ‘‘π‘‘π‘’π‘ π‘ 

By Helia_peachberry

4K 812 37

Permainan musiknya dikenal baik di alam manapun. Setiap petikkan dari alat musik yang ia mainkan pasti mengel... More

Prolog : The Loyal One
Ia yang memiliki kesederhanaan mulia (1)
Ia yang memiliki kesederhanaan mulia (2)
Ia yang memiliki kesederhanaan mulia (3)
Ia yang memiliki kesederhanaan mulia (4)
Kembalinya ia menapak tanah fana (2)
Kembalinya ia menapak tanah fana (3)
Kembalinya ia menapak tanah Fana (4)
Kuil merah pada malam gaduh (1)
Kuil merah pada malam gaduh (2)
Kuil merah pada malam gaduh (3)
Kuil merah pada malam gaduh (4)
Kuil merah pada malam gaduh (5)
Gerhana malam mengguncang surga (1)
Gerhana malam mengguncang surga (2)

Kembalinya ia menapak tanah fana (1)

196 47 0
By Helia_peachberry

Tiga hari kemudian, di alam manusia di bagian utara. Di pinggir jalan utama, ada sebuah kedai teh kecil. Bagian depan kedai itu tidaklah besar dan si pemilik kedai adalah orang yang sederhana, tapi jajanan di kedainya mahal karena pemandangan di situ cukup bagus. Dari kedai ini, bisa terlihat gunung dan sungai, kota dan orang-orang yang lalu lalang. 

Kedai ini punya semua pemandangan itu, walaupun tidak banyak, semua pemandangannya bagus. Terletak di tengah-tengah pemandangan seperti ini, jika seseorang kebetulan mengunjungi kedai teh ini, maka kunjungan itu akan meninggalkan kenangan yang indah. Pemilik kedai teh itu sedang bermalas- malasan, karena saat ini sedang tidak ada pelanggan. Jadi, dia memindahkan sebuah bangku kecil ke pintu kedai dan mulai memandangi gunung, sungai, orang-orang dan kota. 

Dia sedang asyik memandang ketika dari jauh, dia melihat seorang pendeta Tao yang berpakaian putih dan gadis muda dengan pakaian sederhana berjalan mendekat. Pendeta Tao itu terlihat penuh debu, sepertinya dia telah berjalan cukup lama, berbeda dengan sang gadis yang masih rapih, wajahnya juga menarik. 

Jika dilihat secara gamblang, ini seperti seorang pendeta Tao yang menjadi pengawal dari putri bangsawan.

Ketika mereka sudah semakin dekat, aroma bngua tercium. Beberapa orang menolehkan kepada mereka, keduanya berjalan melewati kedai teh itu, sebelum tiba-tiba menghentikan langkahnya dan pelan-pelan memutar kembali rutenya. Terlihat sang gadis menunjuk-nunjuk kearah kedai teh.

Mengangguk, pendeta Tao itu memiringkan topi bambunya dengan tangan sebelum mengangkat kepalanya. Dia hanya melihat sekilas kedai itu sebelum mulai berbicara dengan tersenyum, "Kedai kecil Xiang Feng, nama yang menarik."

Orang ini, walaupun agak lelah, raut wajahnya penuh senyum, membuat orang yang melihatnya juga balas melengkungkan senyuman. "Permisi, numpang tanya, apa Gunung Yu Jun sudah dekat?" tanya si pendeta Tao.

Pemilik kedai teh menunjukkan arah padanya, sebelum menjawab, "Ada di daerah sini." Orang ini mengembuskan napas, dan untuk sekali ini, bukanlah napas yang membuat jiwanya ikut tercabut. Sang gadis menatapi rute yang akan mereka tempu nantinya, sebenarnya tempat sederhana seperti ini adalah hal yang ia sukai, apalagi dengan suasana alam.

Sejujurnya cerita dari kejadian ini cukup menari. Hari itu, ketika meninggalkan Kayangan, awalnya Xie Lian sudah memutuskan lokasi di mana mereka ingin turun. Xie Lian ingin mereka turun di dekat Gunung Yu Jun. Siapa sangka, karena pergi dan lompat seenaknya, lengan bajunya tersangkut di awan yang melayang bebas. Ya, lengan bajunya tersangkut di awan.

Bahkan Xie Lian juga tidak tahu bagaimana lengan bajunya bisa tersangkut di awan. (Y/n) melihat itu jelas melesat melompat untuk menarik Xie Lian, ketika dia mendapatkan pria itu, (Y/n) memeluk Xie Lian dan menjadikan dirinya sebagai perisai manusia. Namun, beruntungnya dia jatuh diatas semak penuh dengan bunga.

Bisa di bilang mereka tidak mengetahui dimana mereka berada. Membuat mereka melakukan perjalanan selama tiga hari, hingga akhirnya sampai pada lokasi awal yang direncanakan untuk turun. Karena itu, untuk sejenak, Xie Lian merasa sangat terharu.

Ketika memasuki kedai teh, (Y/n) menutup payungnya sebelum dia memilih meja yang berada di samping jendela membiarkan Xie Lian memesan teh dan camilan. Akhirnya mereka bisa duduk setelah melalui kesulitan-kesulitan sebelumnya. Namun mendadak, terdengar suara-suara ratapan dan pukulan gendang dari luar kedai.

Xie Lian sendiri memilih duduk disebelah (Y/n) dari pada dihadapannya, dia sungguh ingin lebih dekat pada istrinya. Manik (E/c) sang gadis melirikkan pandangannya ke jalan dan melihat sekumpulan orang dari segala usia mengawal tandu pernikahan merah tua melewati kedai teh itu.

Prosesi ini diliputi suasana yang sangat aneh. Kalau dilihat sekilas, mereka tampak seperti para kerabat yang mengantar pengantin wanita. Namun kalau diperhatikan, kau akan menyadari kalau ekspresi wajah para pengantar ini tampak serius. Ada yang tampak sedih, marah, takut, tetapi satu-satunya yang tak tampak adalah ekspresi kebahagiaan. Pokoknya, sama sekali tak tampak seperti pernikahan.

Apa ini? kenapa (Y/n) merasakan hal yang tidak menyenangkan.

Semua orang tetap memakai bunga merah sambil memainkan alat musik tiup dan memukul gendang. Situasi ini benar-benar terlalu aneh. Pemilik kedai membawa teko tembaga di tangannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi untuk menuang teh. Dia juga sudah menyaksikan kejadian tadi, tetapi hanya menggelengkan kepalanya sebelum pergi.

Xie Lian hanya menyaksikan iring-iringan pengantar aneh itu lewat, sebelum merenung sejenak. "Itu aneh sekali," ucapan (Y/n) membuat Xie Lian mengangguk setuju. "Xie Lian, apa boleh aku melihat gulungan dari Ling Wen?" Tanya (Y/n), sejujurnya dia sama sekali tidak memperhatikan pembicaraan mereka saat berada di istana Ling Wen.

 "Boleh tentu saja, dan... Kita sedang berdua. Kamu bisa memngilku seperti biasa," ujar sang pria baru saja akan mengeluarkan gulungan yang diberikan Ling Wen untuk dilihat sekali lagi, ketika tiba-tiba mereka merasakan sesuatu melintas dengan cepat. Ketika mereka melirik, seekor kupu-kupu perak terbang melintasi mata Xie Lian, hanya untuk sejenak hinggap pada hidung (Y/n).

Kupu-kupu itu berkilau dan tembus cahaya, tampak murni dan jernih. Saat terbang di udara, kupu-kupu itu meninggalkan jejak yang bersinar. Merasakan kegelian (Y/n) yang tidak tahan akhirnya menjulurkan tangannya, kupu ini sangat cerdas. Bukan hanya tidak takut, kupu-kupu ini bahkan hinggap sementara di ujung jari sang gadis, kedua sayapnya berkilau dan sangat indah. 

Di bawah cahaya matahari, kupu-kupu itu tampak seperti bagian dari ilusi. Keduanya menatapi kupu-kupu itu dengan dua pemikiran yang berbeda. 'Kupu-kupu ini sangat indah' dan 'Aku rasa ini bukan kupu-kupu biasa'. Jelas, pemikiran kedua adalah milik (Y/n), meski orang mengira dia baik dengan alam, tapi (Y/n) tidak begitu 'akrab' dengan hewan. Atau lebih tepatnya dia saja yang jarang berinteraksi dengan mahkluk hidup manapun. Setelah beberapa saat, kupu-kupu itu terbang meninggalkan keduanya.

Xie Lian melambai ke arahnya sebagai tanda perpisahan, sementara (Y/n) masih menatap kupu-kupu itu dengan penuh curiga. Tapi gadis itu sadar kalau apapun pertanyaan dalam otaknya tidak akan terjawab,  ketika berbalik, di meja itu sudah ada tambahan dua orang lagi.

Meja ini punya empat sisi. Satu orang duduk di kiri dan yang lainnya duduk di kanan, masing-masing menempati satu sisi. Keduanya adalah anak muda yang terlihat berusia sekitar delapan belas atau sembilan belas tahun. Orang yang duduk di sebelah kiri lebih tinggi, dengan ekspresi wajah yang terlihat agak tegas dan sangat tampan. Dalam tatapannya ada cahaya kesombongan dan keras kepala.

Yang duduk di sebelah kanan, kulitnya sangat putih. Dia tampak lembut dan menarik, juga sopan. Namun, ekspresinya terlihat terlalu dingin dan apatis, membuatnya jadi terkesan tidak terlalu senang. Sebenarnya, air muka kedua orang ini tidak begitu bagus. Ah, (Y/n) kenal mereka.

Xie Lian mengedipkan matanya sebelum bertanya, "Kalian berdua adalah?" Orang yang di sebelah kiri menjawab, "Nan Feng." Diikuti oleh orang yang di sebelah kanan. "Fu Yao."

"Akhem," ujar (Y/n) tenang. Kedua pemuda itu langsung membenarkan postur tubuh mereka. "Salam, Yang Mulia Putri Mahkota," ujar mereka dengan sopan. Menepuk pelan dahinya, bukan ini yang (Y/n) maksud. Kedua orang ini adalah dewa yang berasal dari kayangan tengah.

Yang disebut Kayangan Tengah sebenarnya berhubungan dengan Kayangan Atas. Para pejabat langit, secara sederhana dan kasar, dapat dibagi dalam dua kategori. Mereka yang terangkat, dan mereka yang tidak terangkat. Para pejabat langit di Kayangan Atas semuanya terangkat karena kemampuan sendiri. Jumlah mereka hanya sekitar seratus dari seluruh Kayangan, dan setiap dari mereka sangat agung. 

Namun dalam Kayangan Tengah, dewa-dewa di sana adalah orang-orang yang diangkat dengan cara ditunjuk sebagai wakil. Sebenarnya, nama lengkapnya harusnya 'Anggota Pejabat Langit'. Akan tetapi, ketika orang-orang menyebut mereka, lebih sering tanpa kata 'Anggota' itu. Jadi, karena ada Kayangan Atas dan Kayangan Tengah, apakah ada Kayangan Bawah?

Tidak ada.

Sebenarnya, waktu Xie Lian terangkat pertama kali, betul-betul ada yang namanya Kayangan Bawah. Waktu itu, Kayangan masih dibagi atas Kayangan Atas dan Kayangan Bawah. Namun kemudian, semua orang menemukan masalah. Ketika mereka memperkenalkan diri dan mulai dengan berkata, "Aku dari Kayangan Bawah, begini dan begitu", kedengarannya sangat tidak enak. 

Dengan adanya kata 'bawah', membuat mereka merasa rendah. Di antara para dewa di Kayangan Tengah, jelas-jelas tidak kekurangan orang berbakat. Kekuatan spiritual mereka penuh dan kuat, dan masing-masing dari mereka adalah orang yang unggul dan terkenal. Satu-satunya perbedaan antara mereka dengan pejebat langit yang asli hanyalah bahwa mereka belum mengalami cobaan langit. 

Namun siapa yang tahu jika suatu hari cobaan langit yang ditunggu-tunggu itu akan datang. Karena itu, beberapa orang mengusulkan untuk mengganti satu kata—mengubah kalimat perkenalan menjadi "Aku dari Kayangan Tengah, begini dan begitu". Ini lebih enak didengar, walaupun keduanya punya arti yang sama.

Singkatnya, setelah perubahan itu, Xie Lian belum terbiasa menggunakannya bahkan setelah beberapa waktu sudah berlalu. Xie Lian memandangi kedua dewa perang kecil ini. Kedua wajah dewa ini sama tidak menyenangkannya, kelihatannya tidak seperti mereka 'ingin datang dan membantu'. 

Sementara aura disana cukup tidak enak, (Y/n) menikmati tehnya dengan tenang. Kapan terakhir kali dia menikmati masakan rumahan? (Y/n) paling menyukai masakan rumahan dibanding dengan makanan mewah. Cemilan berupa biskuit diatas meja ia raih, gadis itu mencelupkan biskuit kedalam tehnya sebelum menyantapnya.

Membuat kedua dewa muda menatapnya dengan aneh.

Memang para dewa pribadi jarang melihat (Y/n) makan, oh ayolah, melihatnya keluar dari istana Xian Le saja sudah luar biasa. "Apa?" Tanya (Y/n) ketika menyadari tatapan dari kedua utusan itu. "Tidak, Yang Mulia." Dengan itu mereka kembali berfokus kepada Xie Lian.

Melirik kearah pria berpakaian putih, (Y/n) bisa langsung mengetahui bahwa dia kini sedang berbicara dengan Ling Wen. Kembali (Y/n) ingatkan, dia sudah memutuskan koneksi. Lagipula tidak ada hal penting dalam sambungan itu.

Xie Lian tidak bisa melakukan apa pun lagi, sambungannya dan Ling Wen terputus karena kurangnya kekuatan spiritual dan lokasi yang cukup jauh. Jadi pria itu tersenyum dulu pada kedua dewa perang kecil itu sebelum berkata, "Jadi nama kalian Nan Feng dan Fu Yao? Karena sudah bersedia datang dan membantu, kuucapkan terima kasih sebelumnya." 

Mereka berdua hanya menganggukkan kepala, tampaknya bersikap sombong. Kelihatannya, sifat dewa perang yang mengepalai mereka tergambar pada mereka ini. Xie Lian meminta pemilik kedai teh membawa dua cangkir teh lagi. Sambil mengangkat cangkirnya, dia membersihkan daun tehnya sebelum dengan santai bertanya, "Kalian berasal dari istana dewa mana?"

"Balai Istana Nan Yang," jawab Nan Feng.

"Balai Istana Xuan Zhen," kata Fu Yao.

" ... "

Kenyataan ini benar-benar menakutkan. Xie Lian menelan seteguk teh. "Jenderal dari istanamu mengizinkanmu datang?" Pertanyaan itu... (Y/n) sudah tau jawabannya. "Jenderal di istanaku tidak tahu kalau aku datang," jawab keduanya.

Setelah berpikir sejenak, Xie Lian bertanya lagi, "Kalau begitu, apa kau tahu siapa aku?" Kalau kedua dewa perang kecil ini datang karena mereka bodoh dan ditipu oleh Ling Wen, maka setelah menolong Xie Lian, mereka akan dimarahi oleh Jenderal mereka. Menolong Xie Lian tentu saja tidak sepadan.

"Kau adalah Yang Mulia Pangeran," jawab Nan Feng.

"Kau adalah jalan yang benar di dunia ini, pusat dari alam semesta," jawab Fu Yao sembari memutar bola matanya. Xie Lian tersedak, dengan ragu bertanya pada Nan Feng, "Barusan, apa dia memutar bola matanya?"

"Iya. Suruh pergi saja," jawab Nan Feng ketus. Hubungan Nan Yang dan Xuan Zhen tidaklah baik. Ini bukan rahasia. Jadi ketika Xie Lian mendengar hal itu, Xie Lian tidak terkejut. Ini karena, di masa lalu, hubungan Feng Xin dan Mu Qing juga tidak begitu baik.

Hanya saja, waktu itu, Xie Lian yang menjadi pemimpin dan mereka itu bawahan. Sang Pangeran berkata, jangan berdebat, ya? Kalian harus menjadi teman baik. Jadi mereka berdua menahan diri sehingga tidak saling bermusuhan. Ketika mereka sedang teramat jengkel, paling-paling, mereka hanya menggunakan kata-kata untuk menyerang pihak lawan. 

Hubungan mereka tetap kacau hingga hari ini, di mana tidak perlu lagi bersikap terlalu sopan. Karena itu, bahkan para penyembah dari Tenggara dan Barat Daya pun tidak punya hubungan yang baik, sementara anggota Balai Istana Nan Yang dan anggota Balai Istana Xuan Zhen bahkan lebih saling membenci satu sama lain. 

Dua orang di depannya ini adalah contoh utamanya. Fu Yao menyunggingkan senyum ejekan sambil berkata, " Ling Wen Zhen Jun bilang bahwa siapa saja yang mau membantu secara sukarela bisa datang. Jadi, kenapa aku harus pergi?" Kata 'sukarela' yang diucapkan dengan ekspresi itu tampak tidak meyakinkan. 

Karena itu, Xie Lian berkata, "Biar kupastikan dulu. Apa kalian berdua benar-benar ingin membantu dengan sukarela? Jika tidak, tolong jangan paksakan diri kalian."

"Aku bersedia membantu dengan sukarela," jawab keduanya bersamaan. Melihat kedua wajah mereka yang sangat tertekan itu, Xie Lian berkata dalam hati, Kata-kata yang sebenarnya ingin kalian ucapkan adalah 'Aku ingin bunuh diri', kan?

Ada-ada saja, (Y/n) meletakkan cangkir teh yang kini sisa sedikit. Sungguh Xie Lian berusaha untuk mencairkan suasana, dan (Y/n) menghargai hal tersebut. Bahkan jika di lihat dari pembicaraan singkat itu, bisa dilihat bahwa Nan Feng dan Fu Yao berusaha tidak terlalu berisik. Karena mereka tau bahwa Putri Mahkota tidak suka kegaduhan.

"Singkatnya--"Xie Lian mulai berkata, "Ayo diskusikan dulu pekerjaan kita yang sebenarnya. Kalian berdua sudah tahu alasan kita datang ke utara kali ini, jadi aku tak akan menjelaskannya dari awal...."

"Aku tak tahu alasannya," kata keduanya. " ... " Xie Lian tak sanggup lagi berbuat apapun dan hanya bisa mengeluarkan gulungannya sebelum berkata, "Kalau begitu lebih baik aku jelaskan semuanya dari awal." Dikatakan bahwa beberapa tahun yang lalu di Gunung Yu Jun, ada seorang pengantin wanita dan seorang pengantin pria yang akan melangsungkan pernikahan.

Pasangan itu saling mencintai satu sama lain. Si pengantin pria menunggu iring-iringan yang akan mengantar pengantin wanita, tetapi bahkan setelah menunggu sangat lama, dia tak juga melihat si pengantin wanita tiba. Si pengantin pria mulai cemas, karena itu dia pergi mencari ke rumah pengantin wanita. Hasilnya, ayah mertua dan ibu mertuanya mengatakan bahwa sang pengantin wanita sudah lama berangkat. 

Kedua pihak keluarga melaporkan hal ini kepada para pejabat sebelum mereka mulai mencari ke segala arah. Namun, sejak awal hingga akhir, mereka tidak pernah menemukannya. Akan tetapi, bahkan jika dia dimakan oleh binatang buas di pegunungan, harusnya ada sisa lengan atau kakinya atau apa pun. Jadi apa alasan sebenarnya di balik menghilangnya si pengantin wanita? 

Karena itu, sudah pasti orang-orang menaruh kecurigaan kalau sebenarnya si pengantin wanita tidak ingin menikah, sehingga dia bersekongkol dengan para pengiringnya sebelum melarikan diri. Namun tak disangka, beberapa tahun kemudian, ketika ada pasangan pengantin lainnya yang akan menikah, mimpi buruk itu terulang lagi.

Si pengantin wanita menghilang lagi. Akan tetapi, kali ini dia tidak menghilang tanpa jejak. Di sebuah jalanan kecil, orang-orang menemukan sebuah kaki yang belum habis dimakan oleh entah apa.

Continue Reading

You'll Also Like

493K 49.4K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
339K 28.2K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
319K 24.2K 109
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
87.9K 5.9K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...