I Hate Monday

By Juniwp9

17.8K 1.8K 720

COMPLETED Goo Monday, sampai saat ini Jungkook masih mengingat nama yang ganjil itu. Nama yang aneh seperti k... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24

15

695 76 56
By Juniwp9

Saat anak remaja laki-laki itu membuka matanya pertama kali, ia terkejut dan pandangan matanya yang lemah melihat ke sekitar ruangan, ia berada di sebuah ruangan asing yang membuatnya menjadi semakin bingung, tapi kemudian ia menyadari bahwa ia tidak bisa menggerakkan kedua kakinya  yang dipasangi oleh gips dan ada selang infus yang terpasang di tubuhnnya, ia melihat monitor dan benda-benda medis yang tidak ia ketahui namanya, ia merasa bingung luar biasa dan ketakutan di saat bersamaan,

"Siapa kalian?" Ia berteriak panik saat melihat dua orang perawat mendekat dengan hati-hati

"Tenanglah, Tuan muda" kata salah satu wanita itu dengan wajahnya yang cemas dan juga kasihan.

"Kalian keluar sebentar, aku ingin bicara dengan anak ini" seorang pria  paruh baya yang duduk di sebuah sofa dekat jendela tiba-tiba bangun dan menghampiri pasien yang kebingungan itu.

"Kamu sudah sadar, nak" Pria itu menatap dengan wajah serius, raut wajahnya yang tegas terlihat agak dingin dan kaku.

"Siapa kamu? Dimana ibuku? Kenapa aku ada di tempat ini?"

Monday menatap pria misterius itu, ia memberondongnya dengan banyak pertanyaan langsung.

Pria itu berdehem kecil dan mendekat ke sisi kanan ranjang, tatapannya yang tegas berubah menjadi lembut saat melihat Monday. "Aku adalah kakekmu,..."

Monday tertegun dan ia masih meragukan ucapan pria itu, ia menatapnya dengan sorot mata yang lemah, mulai awas dan juga waspada.

"Ibumu telah tiada Nak, sekarang kakek akan merawatmu dan menjagamu, " nada suara pria itu terdengar lugas, dada Monday berdebar takut dan ia merasa sangat cemas, tubuhnya mendadak mengigil ketika kenangan  pahit yang menakutkan muncul kembali di dalam kepalanya dan perasaan tercekik dan hampir kehabisan napas di dalam air.

Itulah awal pertemuannya dengan Tuan Kim. Hari-hari yang membingungkan itu berlalu dan Monday melewati perawatan panjang di rumah sakit, ia dirawat di Ruangan VVIP, mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik dan setiap pekan pria paruh baya yang mengakuh sebagai kakeknya datang menjenguknya dan  mengecek kondisi kesehatannya secara rutin.

Goo Monday seolah dilahirkan kembali dan melompat pada kehidupan baru yang sangat berbeda jauh dengan kehidupannya selama lima belas tahun yang hidup menderita bersama ibunya yang tidak pernah menginginkannya.

Ia tinggal di sebuah mansion milik Tuan Kim, dan pria itu memberikan semua hal terbaik dan kemewahan yang tidak pernah Monday dapatkan sedikitpun saat ia masih tinggal bersama ibunya.

Suatu hari Tuan Kim memanggil Monday untuk datang  ke ruang kerjanya, ia meletakkan sebuah akta kelahiran baru di atas permukaan meja kayu oak yang mengkilap, senyuman bangga muncul di wajahnya yang tegas, dan matanya berbinar senang.

"Nak, mulai hari ini namamu adalah Kim Seokjin, kamu adalah cucuku satu-satunya dan pewaris utama dari Kim Grup"

Monday menelan ludahnya yang terasa pahit, ia masih bingung dengan situasi yang sedang terjadi dan perubahan hidupnya yang terjadi sangat drastis dan mencengangkan, dari seseorang yang awalnya melarat dan tidak memiliki apa-apa, tiba-tiba saja ia memiliki segalanya, menjadi seorang putra mahkota dan ia berada di atas puncak tahta yang diinginkan oleh semua orang.

"Lupakan  namamu, lupakan masa lalumu, dan hiduplah sebagai Kim Seokjin" Tuan Kim menghampiri Monday, ia menepuk pundak remaja itu hingga tubuhnya yang kurus sedikit terguncang oleng karena terkejut dan begitu lemah.

"Kenapa aku harus melakukan semua itu?"

Monday memberanikan diri untuk menatap mata pria itu secara langsung, ia mulai terbiasa dengan kehadiran Kim yang lebih tua dan dia tidak lagi merasa asing dan takut kepadanya.

"Nak, karena sekarang kamu adalah seorang, Kim-, kamu kembali pada akarmu, ke tempatmu yang seharusnya" Tuan kim menyeringai dan matanya melengkung saat ia tersenyum.

Monday melihat pria itu meraih sebuah figura di atas meja kerjanya, ada potret keluarga yang utuh dengan ibu dan ayah  serta dua orang anak yang terlihat sudah remaja. Sosok Tuan Kim yang masih terlihat muda dalam potret keluarga kecil itu.

"Putriku kabur dari rumah setelah ia hamil dan memilih untuk hidup bersama kekasihnya yang brengsek," tuan Kim mengusap wajah anak perempuan yang ada di dalam foto, wajahnya terlihat sendu dan juga marah."ia mengambil keputusan paling bodoh dalam hidupnya.

Nada suaranya tegas dan ia mencoba menahan diri untuk tidak mengumpat. "Ibumu telah mencintai orang yang salah, Nak-, cinta telah membutakannya dan membuatnya menjadi sinting"

Monday tidak sepenuhnya mengerti dengan omongan pria itu, ia menengok ke figura kecil yang dipegang oleh kakeknya.

"Apakah dia putramu?" Ia bertanya pada anak laki-laki yang berdiri di samping ibunya di dalam foto.

Tuan Kim mengangguk dan tatapannya berubah menjadi jauh lebih sedih dan agak merana.

"Kamu akan menjadi penggantinya" Tuan Kim meletakkan kedua tangannya di bahu Monday, tubuhnya yang kurus merasakan cengkraman yang kokoh di pundaknya yang lemah.
Monday tertegun dan takut saat kakeknya menatapnya dengan wajah yang sangat serius. "Aku kehilangan putraku dua tahun yang lalu dan putriku yang kabur dari rumah menjadi sinting dan mencoba  bunuh diri bersama anaknya"

Tubuh Monday gemetar ketakutan dan ia masih trauma ketika mendengar kakeknya yang menyinggung tentang ibunya yang tidak waras.

"Kakek senang karena kamu bisa bertahan hidup Nak, terima kasih..kamu  adalah satu-satunya harapan kakek saat ini"

Cengkraman di bahu Monday semakin keras dan ia bisa merasakan betapa bahagianya pria itu dan ia bahkan menunjukkan perasaannya secara jujur. Ia terlihat agak terharu.

Monday bertukar pandang dengan kakeknya, ia melihat sorot mata yang lembut namun penuh dengan ketegasan dan harapan yang sampai ke dalam hatinya. Ia akan mengingat dan mendengarkan segala ucapan dari pria tua itu, ia akan menjadi bagian dari Keluarga Kim, melupakan namanya, melupakan penderitaannya dan lahir kembali menjadi seseorang yang lebih tangguh. Ia masuk ke rumah besar dan megah, mulai sekarang namanya adalah Kim Seokjin.













🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️











Awalnya Jungkook merokok sendirian di atap gedung, sampai ia menyadari Namjoon datang dan berdiri di sampingnya, mereka mengobrol dan Namjoon mulai berteman akrab dengannya sejak ia menjadi asisten pribadi Seokjin.

pria tinggi berlesung pipi manis itu tersenyum kepada Jungkook."Apakah pekerjaanmu sangat berat?"

Namjoon terkekeh dan ia mencoba menghibur Jungkook yang terlihat sedang suntuk, ia sedikit bercanda dan menawarkan sekaleng soda dingin kepada Jungkook.

"Terima kasih, hyung" Jungkook menerima minuman itu dan jarinya mulai menarik kait penutup kaleng minuman.

Jungkook meneguk minumannya sekali dan ia menatap sendu ke arah pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang ada di sekitar gedung KSJ company.

"Pekerjaanku berat dan hidupku sangat kacau, hyung" celetuk Jungkook sambil menyandarkan kedua lengan tangannya di tembok pembatas gedung.

Namjoon terkekeh setelah mendengarkan ucapan pesimis yang menyedihkan, ia menenguk minuman soda dinginnya dan mendongak ke arah langit sore, semilir sejuk angin di atas ketinggian menyapu sedikit wajahnya.

"Apa Jin hyung membuatmu stress lagi?"

"Dia adalah biang dari segala penderitaan hidupku"

"Jungkook, kamu terlalu berlebihan"Namjoon tersenyum geli dan Jungkook menatap nanar ke arah Namjoon. "Jin hyung sebenarnya orang yang baik, meski terkadang ia memang bisa berubah agak sedikit menyebalkan"

Namjoon berbicara dengan santai, dan ia bersikap netral dengan tidak menunjukkan keberpihakan yang besar pada salah satu temannya.

"Aku menemukan alasan mengapa ia membenciku. Awalnya aku mengirah dia hanya membenciku begitu saja tanpa alasan yang jelas, tapi...sekarang, aku sudah mulai mengerti hyung, Kim Seokjin ingin membuatku menderita dan hanya ingin menyiksaku setiap saat"

Namjoon tertegun mendengar ucapan  Jungkook, selama ini ia sudah terbiasa mendengar banyak keluhan dari temannya itu, tapi sekarang Jungkook berbicara dengan sorot mata yang begitu lesu dan kemarahan tak kunjung berkurang dari nada suaranya yang meledak-ledak setiap kali ia merasa kesal.

"Kalau begitu bertahanlah"kata Namjoon sambil mencoba menasehati Jungkook dengan hati-hati, "buktikan bahwa kamu kuat dan dia tidak bisa membuatmu menderita lagi"

Jungkook meresapi kata-kata dari pria berlesung pipi itu, ia termenung sebentar dan meraih rokoknya yang hampir padam lalu menyalakan pemantik untuk membakar ujung rokoknya lagi.

"Hanya orang-orang kuat dan tangguh yang bisa bertahan di samping Jin hyung" Namjoon tersenyum geli dan ia bertopang dagu dan meletakkan kaleng minuman sodanya.

"Aku tidak ingin bertahan di sampingnya" Jungkook memanyunkan bibirnya dan kesal setiap kali mengingat sikap menyebalkan yang dilakukan Seokjin kepadanya.

"Dia akan menikah tahun depan, dan istrinya akan mendapatkan tantangan yang begitu besar dalam menghadapinya, karena Jin hyung adalah orang yang sulit untuk dipahami" Namjoon terkekeh lalu menyesap minumannya sampai habis,

Jungkook menghisap rokoknya dan menghembuskan asap yang mengotori udara, sekejap tertegun karena kata-kata yang baru saja diucapkann oleh Namjoon.

"Bukankah pertunangannya sudah dibatalkan?"alis Jungkook tertarik ke atas, dan ia menjaga ekspresi wajahnya, mencoba menahan diri untuk tidak terlihat tertarik dengan ucapan Namjoon.

"Keluarga Park berubah pikiran dan mereka setuju untuk melanjutkan pernikahan"

Jungkook hampir kehilangan kata-kata, ia terkejut dan kebingungan di saat yang bersamaan.

"Jungkook, apa Jin hyung belum memberitahumu kabar ini?"

Wajah Jungkook mendadak tegang dan juga pucat, ia terkekeh kecil untuk menyamarkan rasa terkejutnya dan kegugupannya.

"Hmm..aku tidak peduli dengan urusan pribadinya, jika ia akan menikah, itu bukan urusanku sama sekali..."








🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️






Sejak awal hubungan Seokjin dengan Jungkook memang tidak pernah akur, dan sekarang Jungkook masih konsisten untuk mengabaikan kehadiran Seokjin dan tidak sudi untuk berdamai dengan pria itu, ia selalu mengobarkan bendera perang dan menunjukkan perlawanan secara terang-terangan. Di sisi lain Seokjin mencoba untuk terus menghindarinya, ia berhenti memprovokasi Jungkook tapi sikap dingin dan cueknya semakin membuat Jungkook menjadi menderita.

Jungkook benci diabaikan dan seokjin telah mengabaikan selama beberapa hari.

Hari ini Jungkook mengantar Seokjin ke butik dan Seokjin memiliki janji untuk bertemu dengan Park Hye Soo. Seokjin tidak mengatakan apapun tentang pertunanganya yang kembali akan direncanakan, dan Jungkook masih gengsi untuk menyinggung tentang pertunangan Seokjin secara langsung.

Jungkook tidak sengaja melihat mobil mewah putri keluarga Park berhenti di depan lobi butik dan wanita itu diantar oleh seorang pria, ia mencium bibir pria itu sebelum pergi dan tersenyum dengan manis lalu melambaikan tangan dengan kerlingan mata yang genit.

Jungkook berdehem dan menghampiri Park Hye Soo, wanita itu menatap Jungkook dengan sinis dan menyibakkan rambut panjangnya yang terawat dan juga indah.

"Sebaiknya anda berhati-hati, nona...Tuan Kim mungkin keberatan saat melihat calon tunangannya tampak akrab dengan pria lain.." HyeSoo mengerti dengan arah pembicaraan Jungkook, ia mengungkit tentang pria yang baru saja memberikan kecupan sekilas di bibirnya. Ia bersikap masa bodoh, mencebikkan bibirnya dengan angkuh.

"Apakah anda mencoba menyinggungku, Jeon-ssi?"

"Saya sama sekali tidak bermaksud seperti itu, Nona Park"

"Saya tidak peduli jika Kim Seokjin marah ataupun tersinggung, aku punya kekasih dan dia juga punya jalang peliharaan yang disukainya, jadi kami berdua impas,-  dan  dengar Jeon-ssi,....anda cukup lancang karena mencoba memperingatkanku untuk berhati-hati dalam bersikap" Hye Soo menyindir Jungkook, tentu saja ia masih ingat tentang kejadian saat pertama kali ia melihat Kim Seokjin bermesraan dengan Jungkook di kantor dan Kim mencoba untuk menolak dan mempermalukannya

Hye Soo melenggang masuk ke dalam butik dan ia bertemu dengan Seokjin di dalam sana, wanita itu memilih beberapa gaun yang akan dikenakan di acara pertunangannya nanti

Jungkook mendengus dan melihat Hye Soo yang mencoba sebuah gaun berwarna merah muda, wanita itu tampak cantik tapi Jungkook tidak terpesona sama sekali, mengingat prilaku wanita itu sangat buruk dan berbeda dengan parasnya.

Seokjin berdiri di samping Hyesoo dan orang-orang di butik memuji mereka berdua sebagai pasangan yang serasi, Seokjin tersenyum saat berada di depan orang asing dan Jungkook mencebikkan bibirnya dengan kesal, menyadari bahwa senyuman palsu Seokjin terlihat sangat alami dan juga sempurna, orang-orang mudah tertipu oleh senyuman palsunya itu.

Hyesoo mencoba gaun terakhir yang menarik minatnya lalu ia duduk dan memasang kembali sepatu hak tingginya yang mahal, ia menoleh pada Jungkook yang duduk sendirian dan bosan menungguinya, pura-pura sibuk mengutak-atik ponsel.

Jungkook mencoba untuk menghindari wanita itu, tapi HyeSoo tampaknya cukup tertarik kepada Jungkook, ia tersenyum licik dan selesai memasang sepatu hak tingginya.

"Jeon-ssi...setelah aku menikah dengan Kim Seokjin, apa kamu akan tetap menjadi jalan simpanannya?" Nada suara wanita itu terdengar santai, tiba-tiba berbicara dengan santai dan tak lagi berusaha untuk berbasa-basi.

Jungkook langsung terusik karena ucapan lancang dari wanita itu, ia meletakkan ponselnya dan menoleh pada Hye Soo yang menatapnya dengan wajah tengil dan menyebalkan.

"Saya tidak mengerti dengan apa yang anda bicarakan, nona Park" kata Jungkook dengan tenang dan menahan diri untuk tetap sopan

"Kamu tahu bahwa pernikahan kami ini diatur karena kepentingan bisnis diantara keluarga kami, jadi jika Kim seokjin  berbuat curang, maka aku juga bisa berbuat hal yang sama,- sepertinya Kim Seokjin sangat menyukaimu, jadi dia mungkin tidak akan melepaskanmu begitu saja"

Park HyeSoo menyibakkan rambut panjangnya, ia tersenyum licik dan menatap Jungkook dengan tatapan curiga.

"Tenang saja Nona Park, Kim Seokjin tidak menyukaiku seperti yang anda pikirkan..jadi saya sama sekali bukanlah gangguan untuk anda,"

Hye Soo terkekeh dan lalu menatap Jungkook dengan penuh minat, "kamu orang yang sangat menarik, Jeon-ssi, apakah kamu tidak menyadarinya? Kim Seokjin terlalu melekat denganmu sepanjang waktu, dia sangat menyukaimu..."

"Tidak Nona Park, sebenarnya, Kim seokjin sangat membenciku"
Jungkook membantah dengan tegas dan ia langsung berdiri dari sofa, berusaha keras untuk tidak mengubris ocehan dari HyeSoo. Ia tidak akan membiarkan kata-kata wanita itu mempengaruhinya, ia masih yakin bahwa Seokjin masih dendam dan sangat membenci dirinya.





🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️









"Ini dokumen kontrak dari Pihak Ive Grup, Tuan Kim, apakah anda ingin memeriksanya sekarang?"

"Tidak, Letakkan saja dokumen itu di atas meja"

"Baik, Tuan Kim"

Jungkook meletakkan dokumen penting di atas meja, dan Seokjin melirik sekilas ke arah dokumen itu, Jungkook berdiri di samping meja kerja Seokjin dan pria itu menatap serius ke arah layar laptopnya

Seokjin mengangkat wajahnya dan melihat Jungkook dengan kening yang berkerut. "Tumben kamu berbicara sopan denganku" cibir Seokjin sambil meletakkan pena di atas dokumen yang diletakkan oleh Jungkook.

Jungkook kesulitan untuk mengomentari kalimat sindiran itu, jadi ia memilih diam dan melengkungkan senyuman palsunya yang sangat alami.

"Apakah masih ada yang anda perlukan, Tuan Kim?" Suara Jungkook terdengar jauh lebih sopan dan lembut, seolah ia sengaja mengejek Seokjin secara halus.

Seokjin menyeringai dan ia melihat sorot mata Jungkook yang berani dan seolah ingin menantangnya tanpa keraguan sedikitpun di dalam matanya.

"Hye Soo membicarakan tentang dirimu kemarin.."

Jungkook mencoba untuk tidak penasaran, dan Seokjin masih menatapnya dengan senyuman licik. "Dia bertanya padaku apakah aku akan tetap menjadikanmu simpananku, setelah aku menikahinya nanti"

"Jadi, apa jawabanmu  Kim?"Jungkook kehilangan kesabarannya, ia kesal dan ia tidak bisa lagi berpura-pura bersikap sopan dan menaruh rasa hormat kepada Seokjin.

Seokjin menyeringai dan ia tampak senang ketika melihat topeng Jungkook terlepas dan ia mulai menunjukkan wajah aslinya, Jungkook yang keras kepala, egois, emosional dan juga angkuh.

"Kita punya perjanjian, Jeon--kamu masih ingat kan dengan perjanjian itu?.."

"Tentu saja aku masih ingat dengan perjanjian sialan itu"Jungkook sedikit mengumpat, ia muak dengan perjanjian yang mengubahnya menjadi budak untuk Kim seokjin.

Jungkook merasakan dadanya tergores perih dan ia mencondongkan tubuhnya mendekat kepada seokjin.

"Hye Soo punya kekasih, dan wanita itu sudah mengkhianatimu, bahkan sebelum kalian menikah nanti" Jungkook memperingatkan Seokjin, dan pria itu menatap Jungkook dengan remeh.

"Aku tidak peduli jika Hye Soo selingkuh atau tidur dengan pria lain,  dia tidak jauh berbeda denganku, aku juga melakukan hal yang sama, jadi aku sama sekali tidak peduli dengan kehidupan pribadi Hye Soo"

"Tapi kalian berdua akan menikah"

Jungkook membenci gagasan tentang perselingkuhan dan ia tidak bisa membayangkan pernikahan yang terjadi tanpa cinta yang berada di dalamnya.

"Pernikahan itu sama sekali tidak penting, Jungkook"kata Seokjin dengan santai, ia kembali memusatkan perhatiannya pada laptopnya dan Jungkook melangkah mundur dan merasa kecewa setelah mendengar ucapan Seokjin yang meremehkan pernikahan yang sakral.

"Saya permisi, Tuan Kim" suara Jungkook terdengar sedikit kesal, ia kembali berbicara dengan sopan, pamit pergi dan tidak tahan untuk segera meninggalkan ruangan Seokjin.










🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️












Selama beberapa hari ini Jungkook merasa kesepian saat berada di rumah, seokjin selalu menghindarinya dan ia sering pulang larut malam dan hanya bertemu dengan Jungkook di kantor. Hubungan keduanya menjadi sangat renggang dan semakin menjauh, bahkan Seokjin tak pernah lagi memancing emosi Jungkook untuk bertengkar, ia menghindari konflik tapi cenderung mengabaikan Jungkook.

Jungkook membereskan kamar Seokjin dan mengumpulkan pakaian kotor di keranjang, ia berniat membawa pakaian itu ke ruang laundry, Jungkook menemukan kotak kondom di tempat sampah, ia juga menemukan bekas lipstik di kemeja Seokjin dan aroma parfum wanita yang menempel  di pakaiannya yang lain.

Sudah tiga bulan ini Seokjin tidak pernah menyentuhnya dan ia berhenti menerornya di hari senin, Jungkook merasa lega karena terbebas dari sentuhan Seokjin tapi disisi lain batinnya mendadak disusupi oleh perasaan aneh, seharusnya tak ada kerinduan atau perasaan menginginkan dan membutuhkan.

Jungkook termenung dan tiba-tiba mempertanyakan tentang dirinya sendiri, Kim Seokjin telah bosan dengannya dan ia seharusnya tidak merasa hampa.

Suara pintu yang terbuka membuyarkan lamunan kecil Jungkook, ia melihat Seokjin masuk ke dalam kamar. Seokjin berdiri di ambang pintu dan matanya melebar kaget karena melihat keberadaan Jungkook di dalam kamarnya.

"Aku datang untuk mengambil pakaian kotormu" Jungkook tidak ingin Seokjin salah paham, ia mengangkat keranjang pakaian kotor yang berisi pakaian Seokjin. Menunjukkan bahwa ia masuk ke kamar Seokjin hanya untuk melaksanakan tugasnya  yang ingin bersih-bersih rumah.

Seokjin tidak berkomentar apapun, ia menyampirkan jasnya di lengan kursi lalu membuka kemejanya, bertelanjang dada dan menarik handuk untuk mandi, Jungkook memperhatikan bekas cakaran di punggung Seokjin dan tiga ruam merah yang tampak jelas di bagian tulang selangkahnya.

"Kim, kamu darimana? Kenapa kamu pulang terlambat ke rumah?"lidah Jungkook gatal untuk berbicara, ia menengok Seokjin yang membelakanginya, hampir berjalan masuk ke kamar mandi.

Seokjin berhenti di dekat kusen pintu, ia menoleh pada Jungkook dengan tatapan sinis,

"Itu bukan urusanmu, Jeon" seokjin mengatakan kata-kata itu lagi, Jungkook tertegun dan sedikit tersinggung. Ia muak mendengarkan kalimat itu.

Ia mencoba menahan diri tapi ia sudah sangat muak dan akhirnya tak sanggup lagi untuk memendam pertanyaan itu di dalam pikirannya.

"Apakah kamu tidur dengan orang lain?" Pertanyaan itu akhirnya terlepas dari ujung lidah Jungkook,

"Itu bukan urusanmu, Jeon."

"Jelas itu urusanku juga Kim!., aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku jika kamu bahkan mempergunakan milikmu secara sembarangan dengan orang lain!"

Jungkook sangat kesal dan tersinggung begitupula dengan Seokjin yang terkejut dengan   ledakan emosi Jungkook yang tiba-tiba muncul ke permukaan.

"Terserah kamu, Jeon"

Seokjin menatapnya dengan muak dan pria itu melangkah masuk ke kamar mandi dan mengabaikan Jungkook begitu saja.

Jungkook tercengang dan berdiri di depan pintu kamar mandi yang tertutup rapat, ia kesal dan menendang pintu itu karena marah.

"Kamu berengsek Kim!! Setelah bosan denganku kamu mencampakkanku seperti sampah!!! Dasar bajingan!!! Kotoran!!! Arrghh!!"

Jungkook berteriak dengan kasar dan melampiaskan emosinya di depan pintu, ia menangis karena terlalu marah, lalu ia duduk di depan pintu sambil memeluk lututnya dengan sedih dan juga merana.

Seokjin membuka pintu kamar mandi dan ia tidak jadi mandi karena mendengar teriakan ledakan kemarahan Jungkook di depan pintu ,  ia melihat punggung Jungkook dan tubuh yang meringkuk sambil memeluk lutut sembari menangis sendirian

"Aku lelah bertengkar denganmu, Jeon" seokjin mendekati Jungkook dan ia duduk di sampingnya, mencoba mensejajarkan tubuhnya dengan Jungkook. "Berhentilah menangis.."

Jungkook cuek dan ia bersikap acuh tak acuh, menarik tubuhnya untuk bergeser, menundukkan wajahnya dan menghindari kontak mata dengan Seokjin.

"Kita belum membicarakan hal ini,-, tentang Goo Monday, anak aneh yang kamu benci saat sekolah dulu, ... setelah kamu menyadari bahwa Goo Monday, adalah kim seokjin,  sepertinya kamu semakin membenciku..."

Jungkook mengangkat wajahnya dan seokjin menatapnya dengan tatapan sedih. Tatapan keduanya saling bertemu dan jungkook segera menyekah ingus dan air matanya

"Aku tidak membenci Monday"

Seokjin mengerjapkan matanya sekilas, ucapan Jungkook membuatnya semakin bingung.

"Aku ingin minta maaf kepadanya -Aku sudah bersikap buruk padanya di masa lalu.."

Jungkook berdiri dan tatapan lembutnya menghilang saat ia menatap wajah Seokjin.

"Tapi aku tetap membenci kim Seokjin! Kamu mau balas dendam padaku kan, Kim? Iya kan?!makanya kamu berbuat jahat dan berusaha membuat hidupku menderita seperti ini! Aku bodoh, aku baru menyadarinya, Sejak kapan kamu merecanakannya Kim? Sejak kapan?"

Seokjin kehilangan kata-kata saat Jungkook  berjalan kesal menuju ke depan pintu, ia menarik Jungkook dan memeluknya dari belakang.

"Sampai kapan kamu akan membenciku Jungkook? Sampai kapan kita terus bertengkar seperti ini?"

Jungkook merasakan tekanan karena rangkulan tangan seseorang pada pinggangnya dan pelukan renggang pada tubuhnya membuatnya mengigil dan dadanya berdebar kencang,

"Aku lelah, Jungkook.." kata Seokjin dengan suaranya yang terdengar serak dan agak lirih.

Jungkook merasakan terpaan napas berat Seokjin saat dagu pria itu menekan pundaknya dan napasnya yang hangat menyentuh telinganya ketika ia berbicara

"Aku juga lelah, Kim" suara Jungkook bergetar dan ia ingin menangis lagi.

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu tidak membenciku lagi?" seokjin mencoba mengendalikan diri, suaranya terdengar sedih dan putus asa.

"Lepaskan, aku...dan jangan pernah mengangguku lagi...lepaskan aku Kim.."

Seokjin merasakan jemari Jungkook meremas tangannya dan berusaha melepaskan tautan tangan yang mendekap tubuhnya dari belakang,

Rangkulan itu perlahan merenggang dan akhirnya terlepas dengan sempurna. Seokjin melepaskan pelukannya pada Jungkook dan ia melangkah mundur dan merasakan hatinya perih luar biasa dan gelombang kesedihan menariknya ke dalam kesuraman total.

Jungkook melangkah pergi, melintasi pintu dengan tergesa, tanpa sedikitpun menengok ke belakang dan tidak memperdulikan Seokjin.





💔💬⭐




Continue Reading

You'll Also Like

Fallen Kingdom By 𝙺&𝚁

Historical Fiction

33.9K 853 26
"You don't deserve her." "I know." Set in 1387, a place called Caelum. Full of 3 different kingdoms, rulers, people, all fighting for the same thing...
214K 15.2K 21
❇ JinkooK ❇ Fan Fic (Myanmar) By~Yeong_May Start_13.6.2020 End __25.11.2020
765K 27.2K 37
" we don't want you.... " " neither do I... shithead.. " they reject him, but he ain't no bitch to cry over a few true blood mates.... ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥...
7K 555 16
The love I received was not genuine, living under a facade was rather easy. I had to put up this so they would love me and I succeeded. I don't know...