Ponakan Crush (END+ TERBIT)

By IlanYulanda

1.9M 88.5K 1.1K

Di satukan oleh keponakan crush Kisah seorang gadis sederhana, yang telah lama menyukai salah satu cowo seang... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
18
19
20
21
22
23
24
25
26.
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40. End
Just Info!
Segera Terbit!
Cerita Baru!!
Bantu Vote Cover Guys.
Open PO!
Info CO

17

46.6K 2.1K 14
By IlanYulanda

Mohon bantuan vote+komen+kritik dan sarannya ya

Happy reading

Satu hari Via bekerja di CIF cukup menyenangkan, ia mengurus pekerjaannya di ruangan yang sama dengan Juan, ruangan ini cukup besar, jarak meja mereka sedikit berjauhan dan di batasi oleh dinding kaca yang di beri gorden.

Via menatap Juan dan Rey dari dinding kaca yang gordennya di biarkan terbuka.

Rey merupakan orang yang selama ini membantu Fano mengurus CIF. Fano tidak sanggup jika ia sendiri yang mengurus perusahaan sebesar ini apalagi ia punya perusahaan nya sendiri. Fano sudah mempercayakan semuanya kepada Rey.

Dan sekarang saatnya Rey yang membantu Juan untuk mengurus perusahaan ini, Rey sekarang sedang menjelaskan apa saja yang harus Juan lakukan, intinya Rey mengajarkan Juan bagaiman jadi seorang CEO itu.

Untung saja Juan cepat tanggap dengan penjelasan Rey. Rey berasumsi CIF akan semakin maju jika ada Juan.

"Hayo mikirin apa?" Sebuah suara menyadarkan Via dari lamunannya.

Via kaget karena wajah Juan tiba-tiba sedekat ini denganya. Ia tak menyadari itu karena asik melamun.

"Ah engga" jawab Via.

"Udah jam istirahat, gamau makan siang?" Tanya Juan.

"Eh udah jam istirahat aja?" Herannya, perasaan baru saja ia duduk di kursi yang ia duduki sekarang ini untuk menyusun jadwal Juan satu minggu kedepan.

"Makanya jangan ngelamun terus, ayo keluar" ajak Juan dan menarik tangan Via pelan.

Via mengikuti langkah Juan, pipinya bersemu merah karena perlakuan Juan.

Mereka memasuki lift, ternyata di dalam lift ada tiga orang perempuan salah satunya ada mbak resepsionis tadi pagi, yaitu Nining.

"Selamat siang pak!" Sapa mereka bersamaan saat melihat keberadaan Juan. Juan mengangguk dan tersenyum singkat.

Nining menyapa Via dengan senyuman, walaupun sebenarnya ia agak penasaran dengan hubungan Via dan Juan. Begitupun dengan dua orang temannya, mereka salfok melihat tangan Juan yang menggenggam tangan Via.

Via yang menyadari itu, melepaskan tangannya dari tangan Juan.

"Kenapa?" Tanya Juan heran karena Via melepaskan tautan tangan mereka.

"Gapapa" seketika Via juga menjadi bingung, Juan sebenarnya menganggap dirinya apa? Teman kah? Atau bawahan sama atasan? Atau yang lain?

Lift sudah sampai di lantai satu, mereka semua keluar dari sana.

"Duluan pak!" Pamit mereka berbarengan lagi. Melihat itu Via segera bersuara.

"Saya boleh ikut kalian?" Tanya Via. Ia mencoba untuk bergaul dengan karyawan lain. Tidak mungkin kan ia selalu bersama Juan?

"Lah kok gitu sih? Padahal gu- saya sudah ajak kamu duluan makan bareng" Juan bersuara.

"Maaf pak, saya ingin bersama mereka" jawab Via, seketika mereka menjadi sorotan orang-orang yang berada di lantai satu.

"Pak Juan, kita ada meeting dadakan" tiba-tiba saja Rey datang memberi kabar demikian.

Juan mengangguk, dan menatap kembali ke arah Via. "Yaudah kamu sama mereka saja" ujarnya,

Setelah itu ia pergi bersama Rey ke ruangan meeting. Ternyata disana sudah ada Fano. Meeting kali ini hanya mereka bertiga.

Melihat Juan sudah pergi, Via beralih menatap kepada tiga gadis di hadapannya.

"Ayo ke kantin bareng" ajak Nining kemudian.

Sesampainya di kantin, mereka memesan makanan. Sebelum pesanan mereka sampai, mereka mengobrol singkat seperti memperkenalkan diri.

"Lo Via yang tadi kan? Kenalin gue Nining" ujarnya yang sudah mengganti gaya bahasanya karena sudah tidak ada Juan dan sekarang sudah jam istirahat.

"Iya, salam kenal Ning" jawab Via.

"Kenalin nama gue Risa, gue manajemen keuangan" ujar gadis yang rambutnya di cepol dengan rapi.

"Kalau gue Tari, gue sama kayak dia" tunjuknya kepada Risa. Via mengangguk paham. Lalu ia menatap ke arah Nining.

"Kalau lo?"

"Kalau gue manajemen operasional, pasti lo ngiranya gue sebagai resepsionis" ujar Nining.

Memang iya, Via mengira Nining ditempatkan di resepsionis, ternyata tidak toh.

"Tadi pagi mbak resepsionis yang sebenarnya izin ke toilet, dia minta tolong ke gue buat jagain meja resepsionis dan dia ninggalin pesan kalau ada karyawan baru yang bernama Jingga Savia Putri datang suruh ke ruangan CEO langsung" jelas Nining dengan satu tarikan napas.

"Gue denger lo jadi sekretaris pak Juan" ujar Risa. Via menganggu.

"Hubungan lo, bukan sebatas CEO dan sekretaris kan?" Ujar Tari menyelidik dengan matanya yang menyipit.

Untung saja makanan mereka sudah datang menghentikan topik pembicaraan ini. Lagian Juan kenapa tidak profesional sih, ini di kantor seenak aja megang-megang tangan orang, mereka jadi menduga-dugakan, kalau di apartemen mah gapapa, eh?

Lagian dirinya juga kenapa mau-mau saja?

***

Sedangkan di ruangan meeting.

"Jadi proyek kita kali ini membuat film yang berjudul 'Siapa Takut Jatuh Cinta'?" Tanya Juan setelah mendengar penjelasan dari dua pria yang lebih tua darinya ini.

"Iya, dan lokasi syuting untuk para artisnya kami serahkan kepada kamu Juan" jawab Fano menatap adik iparnya itu.

"Artis-artisnya sudah kami tentukan, dan mereka semua sudah menandatangani kontrak selama pengerjaan proyek ini" kata Rey menyerahkan dokumen yang berisi perjanjian kontrak tersebut.

"Cerita ini di tulis dari penulis yang terkenal setelah kami membaca alkisahnya ternyata sangat menarik untuk di film kan" kata Rey selanjutnya ia menyerahkan sebuah novel kepada Juan.

"Silahkan di baca, jika anda mau"

Juan mengangguk dan menerima novel tersebut. Ia akan membacanya nanti.

"Katanya kamu sudah mendapatkan sekretaris?" Tanya Fano setelah pembahasan proyek selesai.

"Iya bang"

"Kamu sudah memastikan orangnya seperti apa kan? Kenapa kamu tidak konfirmasi dulu sama abang?" Tanya Fano, ia tidak ingin Juan yang kesusahan nantinya.

"Tenang bang, orangnya abang kenal kok" jawab Juan tersenyum menggerak-gerakan alisnya.

"Siapa?"

"Via"

"Ah Via, kalau gitu sih abang ga perlu khawatir, Via emang gadis yang baik, baik dari perilaku maupun pekerjaan" jawab Fano, karena dirinya sudah mengenal Via seperti apa. Dahulu Fano secara diam-diam mencari latar belakang Via, karena Azka anaknya. Ia khawatir jika Via merupakan orang yang berniat jahat, ternyata dugaannya salah ketika ia sudah melihat data-data tersebut.

Rey sedari tadi hanya diam, dia orangnya emang tidak banyak bicara, ia lebih ke tindakan. Rey seumuran dengan Fano, sama-sama sudah berkepala tiga. Tapi Rey sampai sekarang belum menikah.

"Iya bang, kalau gitu udah boleh istirahat nih? Laper" kata Juan mengelus perut ratanya.

"Ayo-ayo, ayo Rey, kita makan siang bersama"

***

Sudah jam 17.30, waktunya jam pulang kerja. Via segera mengemasi barang-barangnya. Ia di telpon Hamid barusan. Katanya ia akan menjemput.

Via keluar dari ruangannya, ia melihat Juan yang masih sibuk membaca sebuah buku.

"Permisi bos, saya pamit pulang duluan" ujar Via, menghentikan Juan yang sedang membaca.

"Eh udah jam pulang ya?" Tanyanya melihat jam di pergelangan tangannya.

"Udah bos"

"Pulang bareng gue ya" itu pernyataan bukan pertanyaan.

"Saya udah di jemput adek saya bos" jawab Via.

"Udah jam pulang kerja, gausah formal-formal lagi" ujar Juan dengan malas.

"Hehe, tapi beneran Hamid udah di bawah" ucap Via menunjukkan room chatnya dengan Hamid.

"Oh ya udah kalau gitu,"

"Eh boleh minta nomot hp Hamid?"

"Buat apa?"

"Pengen aja, siapa tau berguna nanti"

Walaupun heran, Via tetap memberikannya.

"Yaudah kalau gitu, gue duluan"

Setelah mendapat respon Juan, Via berjalan keluar dari ruangan. Saat di lantai bawah ia melihat Risa dan Tari yang sedang berbisik-bisik.

"Ganteng banget cok" ujar Risa.

"Iya woi, dia ngapain disini ya?" Tanya Tari.

"Ya mana gue tau, coba lo samperin, lumayan kan kalau dapet wa nya" jawab Risa.

"Haii" sapa Via kepada keduanya, seketika mereka menghentikan kegiatan bisik-bisiknya.

"Kalian bisik-bisik tapi kedengeran sama orang lain" ujar Via tertawa kecil. Sedangkan mereka nyengir merasa malu.

"Eh tapi liat deh Vi, itu cowok ganteng banget" tunjuk Tari kepada cowok yang sedang duduk di motor supranya.

Via tersenyum, adeknya emang ganteng, apalagi sekarang ia memakai baju kemeja kotak-kotak bewarna hitam dengan jeans yang warnanya senada. Hamid terlihat seperti pria dewasa jadinya, makanya Risa dan Tari tertarik melihat Hamid.

Kedua orang tuanya cantik dan tampan, begitu juga dengan Hamid yang tampan. Tapi kenapa dirinya berbeda sendiri? Kata mamanya dulu, kulit Via mengikuti kulit kakeknya, berkulit gelap. Kakeknya berkulit gelap sedangkan neneknya berkulit putih.

Tapi Via tak menyadari kalau dirinya sangat cocok berkulit kecoklatan yang membuat dia terlihat manis, dan sekarang bekas jerawat Via juga sudah hampir memudar seratus persen berkat ia rutin memakai lidah buaya di wajahnya. Hal itu membuat dirinya semakin menarik.

"Wah wah dia jalan kesini woi" heboh Risa.

"Pasti dia mau nyamperin gue" kata Tari dengan percaya dirinya. Via terkekeh geli melihat kelakuan teman-teman barunya itu.

"Udah kak?" Tanya Hamid setelah di hadapan mereka.

"KAK!?" Teriak Risa dan Tari berbarengan.



Haii!
Aku hanyalah anak sekolahan yang masih minim pengetahuan, cerita ini kan udah memasuki dunia pekerjaan apalagi tentang perusahaan-perusahaan gitu, jadi aku masih bingung bagian-bagian perusahaan itu apa aja? Tadi aku cuma ngetik asalan doang hehe, maaf ya.

Seperti biasa selesai ketik langsung aku publish, tandain ya kalau ada typo atau kesalahan kata.

Terima kasih buat yang udah baca dan vote cerita ini💚










Continue Reading

You'll Also Like

3M 180K 63
Masa putih abu yang seharusnya cerah kini berubah menjadi gelap karena seseorang telah merenggut kehormatannya. Kisah dimana seorang gadis desa yang...
30.4K 1.4K 35
Mencintai bukan perihal siapa yang lebih dulu memikat hati. Namun soal siapa yang dengan tulus tetap bertahan dan tak berniat untuk pergi. Mencintai...
336K 4.9K 23
Up sesuai mood Kalau ada waktu juga Tolong jangan di bawa ke RL Futa Area
9.1M 550K 60
(FOLLOW MAKCE DULU YAHHπŸ–€) Apa jadinya seorang pelanyan harus menikah dengan Tuannya sendiri, bahkan keduanya tidak pernah saling menegur ataupun bi...