I Hate Monday

By Juniwp9

15.3K 1.7K 716

COMPLETED Goo Monday, sampai saat ini Jungkook masih mengingat nama yang ganjil itu. Nama yang aneh seperti k... More

1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

8

616 68 34
By Juniwp9

Jungkook menjadi tidak betah berada di dalam rumah karena ibunya yang sering mengomel dan hubungan mereka yang semakin renggang dan juga sulit.

Sepulang sekolah Jungkook pergi ke gedung olahraga dan menyelinap masuk ke dalam gudang. Ia mengintip ke pintu dan menemukan Goo Monday yang duduk  sendirian di depan komputer sambil bermain game.

"Sudah kuduga kamu ada di sini!" Jungkook menghampiri temannya dan ia mengambil posisi duduk tepat di sampingnya.

"Kenapa kamu bolos pelajaran Olahraga?"tanya jungkook sambil menengok layar laptop anak itu

"Aku tidak suka pelajaran olahraga" sahut Monday dengan pelan. Jungkook memperhatikan anak itu dan topi yang dikenakannya tiba-tiba menarik perhatiannya.

"Tumben kamu pakai topi?"jungkook iseng menarik topi dari kepala Monday.

"Hei! Jangan tarik topiku!" Monday panik dan ia menepis tangan Jungkook, tapi gerakannya terlambat dan topi itu terlempar jatuh di atas lantai.

"Kepalamu kenapa?"Jungkook melotot kaget dan melihat perban di kepala Monday, ada sedikit bagian yang pitak disekitar rambutnya yang berantakan. "Apa yang terjadi dengan kepalamu?"

Monday mengabaikan pertanyaannya, ia menutup laptopnya dengan buru-buru dan mencoba untuk menghindari Jungkook.

"Apakah kamu berkelahi lagi dengan dongho? Apakah dia memukul kepalamu sampai cidera seperti itu!!?" Jungkook kesal karena Monday mengabaikannya tapi anak itu tetap diam dan mulai berjalan ke arah pintu.

"Bukan, Dongho" Monday akhirnya membuka suara, dan Jungkook berdiri di belakang temannya dan masih menuntut banyak penjelasan. "Ibuku yang memukul semalam"

Jungkook terdiam dan pengakuan temannya mendadak membuatnya kehilangan kata-kata beberapa saat, Monday menarik gagang pintu dan berjalan tergesa dan menjauhi Jungkook dengan cepat.

Jungkook memutuskan untuk singgah ke rumah Monday setelah ia kehilangan jejak anak itu di sekolah, ia cukup lega karena melihat sepeda Monday terparkir di depan pagar, ia mengetuk pintu tapi tak ada yang menyahut, ia menyelonong masuk ke rumah orang lain,

ia tetap membuka pintu yang tidak terkunci dan sangat percaya diri bahwa Monday tidak akan mengusirnya dengan kasar meski ia masuk tanpa permisi ke rumah orang lain.

Jungkook terkejut saat ia melihat jejak tetesan darah di sepanjang lantai menuju dapur, tubuh Jungkook gemetaran dan dadanya berdebar takut dan juga curiga.

"Monday? Apa kamu ada di rumah?"

"Monday?"

"M-monday?"

Suara benda yang dibanting keras terdengar dengan jelas dari arah dapur,  Jungkook melotot kaget saat ia melihat seseorang membekap mulutnya dan mendorongnya ke kolong meja,

"Monday?" Jungkook tergagap dan ia melihat hidung Monday yang bercucuran darah dan memar di sekitar wajahnya.

"Sshh, diam.."

"Apa yang terjadi?"

Wajah Monday panik, dan Jungkook ikut panik saat temannya melotot dan mendorongnya jauh ke dalam kolong meja, ia menarik taplak meja agar bisa bersembunyi dengan sempurna.

"Ibuku mengamuk, dia ingin membunuhku"

"Dia sudah gila! Laporkan dia kepolisi!"

"Aku tidak bisa melakukan hal itu"

Monday menarik diri dan ia berjalan mengendap sedikit merangkak dan menarik Jungkook dan keluar dari persembunyian setelah ia mendengar langkah kaki seseorang  yang sedang menaiki tangga.

Jungkook masih bingung dengan situasi yang terjadi dan ia pasrah saat Monday menariknya keluar secara diam-diam dan melarikan diri dari rumah itu.

Monday yang terluka membuat Jungkook menjadi sangat kasihan jadi ia membawa temannya pulang ke rumahnya dan mencoba memberikan pertolongan pertama kepada anak itu.

Jungkook mengambil perlengkapan milik ibunya, ibunya adalah seorang perawat dan terkadang Jungkook memperhatikan ibunya saat melakukan penanganan terhadap seseorang yang sedang cidera. Ia mengobati Monday dan ingin bertanya banyak hal kepada temannya itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi di rumahmu?" Jungkook duduk di samping Monday yang sempat melamun dengan tatapan kosong. "Kenapa ibumu melukaimu?"

Jungkook menatapnya dengan cemas, mereka bertukar pandang dan raut wajah Monday terlihat sangat datar.

"Dia hanya marah"

"Kenapa dia marah? Kenapa dia sampai semarah itu dan melukaimu?"

"Aku tidak tahu, Jungkook"

Jungkook menghela napas berat dan menghampiri temannya yang sedang bingung. Ia melihat kaca matanya yang retak dan luka lebam di bagian pipi dan juga hidungnya.

"Apa dia sering memukulmu?"Jungkook menatap monday tapi anak itu hanya terdiam dan menghindari tatapan matanya dengan cepat.









🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️




Jungkook merasakan perasaan aneh menghinggapi dadanya dan  tubuhnya bergetar dan bergerak gelisah ketika Seokjin menyelinap di kedua kakinya dan mencoba untuk menyerang ruang pribadinya berulang kali.

Ia memejamkan mata dan mencoba untuk mengosongkan pikirannya dan ia benci saat perasaan aneh itu hinggap kembali dan membuat logikanya semakin kacau, ia benci saat Seokjin menyentuhnya tapi di saat yang sama ia menerima letupan euphoria yang terasa sangat ganjil dan dadanya berdebar dengan orgasme sempurna karena sentuhan yang baru saja ia alami saat ini.

Ia mulai terbiasa dengan bagian tubuh Seokjin yang memasuki tubuhnya dan kontak tubuh yang semakin melekat dan membuatnya gemetar ketakutan karena ia menyadari bahwa ia mulai menyukai sentuhan menjijikkan itu dan ia membenci pikirannya yang sudah kacau,

Jungkook mendorong Seokjin dengan kasar setelah pria itu mengeram dan merasa puas, Seokjin menariknya dan mencoba untuk menciumnya tapi Jungkook menghindar dengan cepat, masih konsisten untuk menolak cumbuan pada bibirnya.

"Aku mau mandi! Kamu sudah selesai kan!"

Jungkook berlari ke kamar mandi dan Seokjin menatapnya dengan tatapan misterius dan ekspresi yang terlihat sedikit kesal.

Jungkook menggosok tubuhnya berulang kali dan ia merasa sangat jijik dan sangat kotor. "Sudah dua bulan berlalu.. masih ada sepuluh bulan lagi" Jungkook mengosok tubuhnya dengan cepat dan kebenciannya pada Kim seokjin masih berkobar dengan hebat.

🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️


Jungkook mengikuti Seokjin dari belakang, sementara pria itu sedang mengobrol dengan salah satu karyawannya dengan wajah serius, mereka tiba di samping mobil dan Jungkook menarik pintu mobil untuk mempersilahkan Seokjin masuk.

Jungkook melakukan banyak pekerjaan untuk Kim seokjin, supir pribadi, pelayan, sekretaris pribadi, dan pria itu menidurinya setiap hari senin. Jungkook marah dan cukup tersinggung dengan semua pekerjaan yang melelahkan itu, kekuatan mentalnya benar-benar diuji dengan hebat.

Seokjin duduk di kursi penumpang dan melirik ke arah spion tengah, tatapannya bertemu dengan lirikan mata Jungkook dan wajahnya yang sedikit tertekuk, Jungkook yang selalu cemberut saat berdua dengannya dan tak lagi menampilkan senyuman palsunya yang terlihat alami.

"Kita tidak langsung pulang ke rumah hari ini, antar aku ke rumah kakekku sekarang"

"Baik, Kim"

Jungkook menghela napas lelah dan ia memasukkan alamat yang disebutkan Seokjin ke dalam GPS mobil, Jungkook menyetir dengan tenang, dan situasi dalam mobil berlangsung hening dan juga canggung, Seokjin lebih banyak melamun selama perjalanan dan sama sekali tidak berminat untuk mengobrol dengan Jungkook.

Mereka tiba hampir satu jam kemudian dimana lokasi kediaman kakek Kim berada di pinggiran kota, tempat itu luas, rumahnya berada di perbukitan dan lingkungan sekitarnya yang terlihat sangat tenang dan damai.

Jungkook mengikuti langkah Seokjin masuk ke rumah besar yang tampak mengangumkan dari luar, dan saat ia berada dalam rumah itu, ia sedikit menggigil karena terlalu takjub dan juga kagum, sebenarnya sama sekali tidak mengherankan  karena ia berada di kediaman Kim Namgil, pendiri Grup Kim yang sangat sukses.

"Jin hyung!" Seorang remaja berlari menghampiri Seokjin dengan senyuman lebar dan juga riang, ia memakai baju basket dan ransel yang tersampir di lengannya."Kamu pulang ke rumah!"

"Iya, Taetae" seokjin tersenyum pada anak itu, dan jungkook mengerutkan  keningnya dengan cepat, ia tidak pernah melihat Seokjin tersenyum manis seperti itu. Wajahnya sama sekali tidak terlihat jahat. Remaja itu melirik ke arah Jungkook, dan mengedipkan matanya dengan genit dan ceria.

"Cepatlah, Taehyung..Pak Lee sudah menunggumu di mobil" Kim Yuna muncul dan menghampiri putranya, mengintrupsi interaksi antara Seokjin dengan Taehyung.

"Ok, mom"

"Jin hyung! aku pergi latihan basket dulu!!"Taehyung melambaikan tangan ke Seokjin dan remaja ceria itu pun pamit pergi.

"Aku kira kamu tidak akan datang hari ini, Seokjin-ah" Kim Yuna bersikap sinis pada Seokjin, Jungkook bisa merasakan perseteruan kebencian yang masih berlangsung diantara kedua orang itu.

"Tentu saja aku akan datang, aku menghormati kakekku dan aku memang datang untuk menemuinya"

"Kakekmu ada di ruangan kerjanya, dia sudah menunggumu sejak tadi"

Seokjin mendengar informasi itu dengan sikap acuh tak acuh, Kim Yuna melintas pergi dan terlihat alergi jika berbincang cukup lama dengan Seokjin.

Jungkook berdiri terpaku di belakang Seokjin, ia berdehem kecil dan membuat pria itu menoleh kepadanya.

"Ehmm..apakah aku boleh pergi?"

"Tidak, kamu harus menungguku sampai pulang" seokjin menatapnya dengan mata yang tajam dan jungkook benci saat pria itu menatapnya seperti itu

"Ayo ikuti aku.." seokjin memerintahkan Jungkook untuk terus berada di sekitarnya, jadi Jungkook mulai berjalan mengikutinya dengan wajah bingung.

"Tunggu di depan pintu" pesan Seokjin kepada Jungkook,

Kim Seokjin mengetuk pintu sebuah ruangan, pintu kayu mahoni dengan ukiran kayu yang tampak mewah, Jungkook menebak bahwa ruangan itu pasti ruang kerja dari kakek Kim.

Seokjin memasuki ruangan itu dan ia menyapa kakeknya dengan sopan dan penuh hormat, pria tua itu tersenyum lebar dan senang saat melihat cucunya datang mengunjunginya.

Mereka berbincang ringan dan menanyakan kabar satu sama lain, tapi Seokjin mengetahui alasan mengapa kakeknya menyuruhnya datang dan ia sudah lebih dari siap untuk mendengarkan nasehat dan permintaan dari kakeknya.

"Jin-ie, kakek sangat bahagia jika kamu menerima perjodohanmu dengan putri Keluarga Park, kamu tahukan  sejak dulu kakek sudah berteman akrab dengan Tuan Park, putri keluarga Park adalah calon istri paling sempurna untukmu, Nak" kakek Kim menatap cucunya dengan lembut, ia menunggu dan memiliki harapan yang besar kepada Seokjin. "Pertunanganmu akan diselenggarakan bulan depan, kakek sudah memilih hari yang baik dan tanggal yang tepat untuk pertunangan kalian"

"Apakah pertunanganku itu tidak terlalu terburu-buru kakek?" Seokjin mencoba untuk mengulur waktu dan Kakeknya tersenyum geli karena ucapannya itu.

"Jin-ie, usiamu sudah 27 tahun sekarang, jadi menurut kakek pertunanganmu itu sama sekali tidak terburu-buru,"

Seokjin terdiam sejenak dan ia memperhatikan senyuman kecil milik kakeknya yang terlihat sangat senang dan tulus, setelah membicarakan tentang masalah pertunangan dan juga kabar kehidupannya secara pribadi, ia keluar dari ruangan itu dan menemukan Jungkook yang masih setia berdiri menunggunya di  samping pintu.

Jungkook mengangkat wajahnya dan berhenti mengutak atik ponsel setelah bosan menunggu cukup lama hingga kakinya kram dan juga pegal.

"Jeon. Kita pulang ke rumah sekarang"  kata Seokjin sambil menoleh sekilas melihat wajah Jungkook yang polos dan sedikit melongoh dengan bingung.





🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️






Jungkook sedikit kerepotan  saat berjalan sendirian dengan kedua tangannya yang penuh dan ia sibuk menjinjing pesanan makanan dan minuman untuk Seokjin.

Namjoon muncul dan baru saja menyelesaikan makan siangnya  dan pandangannya jatuh ke arah Jungkook, hatinya tergerak untuk membantu Jungkook yang tampak kesusahan, apalagi saat ia berjalan melintasi pintu elektrik Cafetaria kantor dengan kedua tangan yang menjinjing banyak barang.

"Jungkook-ssi, mari aku bantu" Namjoon menawarkan bantuan dan jungkook awalnya ingin menolak tapi ia cukup realistis untuk  menerima kebaikan hati dari orang lain.

"Terima kasih, Namjoon-ssi"Jungkook tersenyum lega dan ia menyerahkan  sebagian barang yang dijinjingnya kepada pengacara itu. Namjoon membantunya menekan tombol lift dan ikut masuk ke dalam lift bersama Jungkook.

"Maaf sudah merepotkanmu, Namjoon-ssi"

"Tidak apa-apa kok, Jungkook-ssi" Namjoon tersenyum hingga lesung pipinya muncul dan wajahnya terlihat semakin manis.

Mereka mengobrol di dalam lift dan membantu jungkook membawa barang bawaannya hingga masuk ke ruangan Seokjin.

Seokjin melirik ke arah Jungkook yang mengobrol dan berbicara dengan sesekali tersenyum kepada Namjoon, diam-diam, ia merasa tidak senang melihat interaksi akrab Jungkook dengan orang lain.

"Jin hyung, kenapa kamu memesan banyak makanan? Jungkook sampai kerepotan membawanya ke sini" Namjoon tersenyum dan ia melihat ke arah Seokjin yang menghampiri mereka. Ia mengobrol sebentar dengan Seokjin dan pamit pergi setelah membantu Jungkook menata makanan di atas meja.

"Apakah kamu sudah berteman dengan Namjoon?" Seokjin melirik sinis pada Jungkook, ia melihat sekretaris pribadinya yang menatap balik dengan tatapan tengil.

"Iya, kami sudah berteman, dan Namjoon adalah pria baik yang selalu membantuku, sangat jauh berbeda dengan pria sombong yang selalu merepotkan aku setiap hari"

"Apakah kamu mencoba mengejekku?" Seokjin memicingkan matanya dan merasa tersinggung secara langsung.

Jungkook terkekeh kecil dan  seringai menyebalkan muncul di wajahnya.

"Aku tidak menyebutkan namamu, Kim,- kenapa kamu malah tersinggung?"

"Kamu membenciku, Jeon"

Seokjin merotasikan matanya dan ia menarik lengan tangan Jungkook hingga tubuhnya tersentak dan jaraknya jarak wajahnya sangat dekat di depan Jungkook,

Pipi Jungkook menghangat dan ia panik dan mendorong Seokjin untuk menciptakan jarak.

"Iya, aku membencimu!-,' dan kamu juga membenciku Kim!"jungkook tidak menyangkal kebenciannya kepada Seokjin, ia berani mengakui kebenciannya secara terang-terangan.

"Aku tidak ingin berdebat denganmu saat ini, duduk di situ, temani aku makan siang dan jangan mengeluh lagi"

Seokjin menghampiri meja dan menatap makanan yang sudah disiapkan Jungkook, ia melihat Jungkook yang mendengus kesal  tapi menarik kursi dengan terpaksa dan duduk di depan meja dan menemaninya makan siang meski suasana hatinya masih terasa buruk.



🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️







Jungkook merapikan meja kerja seokjin dan memasukkan pena milik Seokjin ke dalam laci, ia tidak sengaja melihat foto yang rusak dan mengingatkannya pada kenangan buruk saat Seokjin memarahinya ketika ia melakukan kecerobohan dengan tidak sengaja memecahkan figura foto itu dan darahnya menetes menodai foto wanita yang tidak dikenal Jungkook.

Jungkook menatap wajah cantik wanita itu, "Siapa wanita ini? apakah dia kekasih Seokjin?" Melihat reaksi kemarahannya saat aku tidak sengaja  memecahkan figura foto ini dulu, wanita ini pasti orang yang sangat berharga bagi Seokjin"

Jungkook mulai menebak-nebak di dalam hati dan ia mendorong laci dan berhenti menatap foto yang membuatnya penasaran.

"Kenapa aku harus peduli pada urusan pribadi si Kim bajingan itu!? - benar! Untuk apa aku mencari tahu tentang kehidupan si brengsek itu!"

Kebencian masih menguasai hati Jungkook, jadi ia mulai menghindari rasa penasaran dalam kepalanya dan mengabaikan foto yang ada di dalam laci, ia melihat Seokjin muncul dan buru-buru menjauhi meja kerja pria itu.

Seokjin melirik ke Jungkook dan Jungkook menatapnya dengan wajah cemberut.

"Aku sudah selesai membersihkan ruanganmu, Kim-, jadi apa aku bisa pergi sekarang?"

"Tetap disini dan jangan pergi dulu"

Jungkook merotasikan matanya dan ia lelah dengan banyak perintah Seokjin yang menguras energinya sepanjang hari.

"Tugas apa lagi yang harus aku lakukan, Kim? Kamu mau dibuatkan kopi spesial lagi dariku?" Ujar Jungkook dengan nada mengejek, mencoba mengolok-oloknya dengan lelucon kopi yang buruk dan menganggunya.

Seokjin menangkap lelucon gelap dari sekretaris pribadinya yang kurang ajar, ia mengabaikan ucapan Jungkook dan menariknya dengan kasar hingga Jungkook jatuh tepat di atas pangkuannya.

Jungkook melebarkan mata, melotot panik dan mencoba untuk berdiri tapi Seokjin mencegahnya dan memberikan rangkulan erat di sekitar pinggangnya

"Apa yang kamu lakukan Kim! Lepaskan aku! Kita berada di kantor sekarang! Jangan berbuat mesum dan kurang ajar!-lagipula hari ini bukan hari senin!" Jungkook mengemeretakkan giginya dengan wajah galak.

Seokjin mengabaikannya dan ekspresi wajahnya tampak datar dan juga dingin. "Diamlah Jeon, duduk manis di pangkuanku dan jangan banyak protes"

"Apakah kamu mencoba melecehkanku  Kim?" Jungkook masih geram tapi Seokjin masih mencengkram pinggangnya dengan erat.

Jungkook kesal karena Seokjin cuek dan mengabaikan kata-katanya, alih-alih menjawab pertanyaan Jungkook, ia malah sibuk mengutak atik ponselnya dan ponselnya berdering dan ia menjawab telpon dari seseorang.

Seokjin  terus melihat ke arah pintu,ia menunggu sampai derit suara pintu muncul dan seseorang mengetuk di balik pintu.
Ia menyeringai dan menelangkup wajah Jungkook dengan tangannya.

"Kamu mau apa!"Jungkook panik saat Seokjin membungkam mulutnya dengan ciuman tiba-tiba.

Seokjin menekan bibirnya dengan keras dan mencoba untuk menerobos ke dalam mulutnya, ia mengacaukan kemeja Jungkook dengan tanganya yang menyusup ke dalam kain kemeja dan mencoba untuk menceraikan kancingnya dengan cepat.

"Mmph..hen-ti--ti-kan!!" Jungkook berhasil memutuskan ciuman yang panas seolah cumbuan bibir itu ingin menghisap jiwanya,

Bibirnya bengkak, merah dan juga basah, ia malu bercampur marah tapi Seokjin mengabaikan reaksi negatifnya dan mencoba untuk menciumnya sekali lagi.

Pintu ruangannya terbuka dan salah seorang karyawan mempersilahkan seorang wanita cantik masuk ke dalam ruangan Seokjin.

"Permisi Tuan Kim, Nona Park Hye Soo ingin bertemu dengan anda"

Wanita itu terkejut dan karyawan Seokjin pamit pergi dengan wajah meronah merah,

"Apakah aku menganggu kalian?" Wanita bernama Park Hye soo menghampiri meja seokjin dan menatapnya dengan sedikit melotot marah, ia mencibir Jungkook dengan melemparkan tatapan jijik dan juga benci. "Aku tidak menyangkah akan mendapat sambutan yang sangat menjijikkan saat bertemu dengan calon tunanganku, cucu keluarga Kim yang terhormat"

Hye soo mencoba mengendalikan diri dan berbicara dengan nada suara yang terdengar tetap tenang, Seokjin menyeringai dan menatap lurus ke arah wanita itu, terlihat agak tertarik.

Jungkook meremas tangan Seokjin dan mencoba untuk melepaskan diri, Seokjin menahannya sangat kuat dan Jungkook masih duduk di pangkuan pria itu saat wanita lain datang lalu menatapnya dengan tatapan cemburu. Jungkook merasa dipermalukan, ia buru-buru mengancingkan kemejanya dan menghindari tatapan wanita itu.

"Kamu lihat sendirikan? Aku sudah punya kekasih, jadi percuma saja melanjutkan pertunangan kita bulan depan" Seokjin menyeringai dengan licik dan wanita itu masih menatap Jungkook dengan tatapan yang menilainya dengan begitu hina.





⭐💬💗



Continue Reading

You'll Also Like

161K 6.4K 34
" Hyung... sampai kapan kita begini terus ? " " sabar yaa ... akan ada saatnya kita publish hubungan kita , hyung minta kamu bersabar " " kookie ga...
58K 4.8K 39
COMPLETED! Kim Seokjin dan Jeon Jungkook adalah dua orang pemuda yang bertemu secara tidak sengaja di sebuah festival musik. Mereka memiliki sifat ya...
502K 37.4K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
7.5K 438 10
tidak heran mereka tidak pernah bisa move on dari satu sama lain. *Jinkook *Top Jin Bot Kook *Toxic Relationship *Harshword *21+++ ________________...