I am Villain! [KaiFang] : Bro...

By KaiFang_

10.1K 835 149

[ SLOW UPDATE! ] Siapa bilang jika orang baik selamanya akan menjadi baik? Bahkan pahlawan galaxy yang telah... More

01. Berubah
02. Sebuah Pesan
04. Perang
05. Kekalahan
06. Sailang
07. Mabuk
08. Cuti
09. Athera
10. Berburu
11. James Harld
12. Eksekusi
13. Kembali

03. Hantu

792 64 21
By KaiFang_

Seorang pria yang sedang mengenakan jas putih menyerupai dokter itu awalnya sedang menikmati secangkir kopi hitam dengan damai. Sebelum akhirnya seorang pria mendobrak pintu lab tempatnya bekerja dengan kasar.

Ia sampai dibuat terkejut dan hampir menjatuhkan cangkir berisi kopi panas itu ke laptopnya kalau saja ia tidak hati-hati.

Ben mendengus menatap sang sahabat yang tidak merasa bersalah sama sekali. Pria itu berjalan lemah dengan penampilan tidak rapinya dan duduk dikursi tempat rawatan, menyenderkan punggungnya pada kursi berwarna putih itu tanpa menatap kearahnya sama sekali.

"Sialan, kau Kai! Bisa tidak si datang dengan baik-baik tidak perlu mendobrak pintunya? Aku tau kau pemilik kapal angkasa ini tapi setidaknya pikirkanlah lab ini adalah tempat kerjaku, kalau sampai rusak dan aku tidak bisa berkerja bagaimana? Kau tidak memikirkan itu, ya?!" Omel pria itu menatap Kaizo dengan kesal.

"Jangan banyak bicara, obati saja aku." Kaizo memejamkan matanya sembari duduk di kursi, mencari posisi yang nyaman untuknya berehat sejenak.

Ben menatap Kaizo dengan datar. Lalu segera mempersiapkan alat-alat untuk memeriksa sahabat sekaligus atasannya itu. Ben adalah sahabat Kaizo sejak belasan tahun silam, keduanya memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Kaizo yang memiliki karakter cuek dan angkuh, sedangkan Ben itu ramah dan ceria. Sungguh sebuah perbedaan yang mencolok.

Ben dengan telaten mengobati Kaizo yang terluka itu dengan pelan agar sahabatnya itu tidak mengamuk. Jarang ia mendapati Kaizo yang datang padanya dengan membawa luka seperti ini. Bisa disebut ini adalah pertama kalinya setelah sekian lama sejak pertempuran memperebutkan galaxy lima tahun yang lalu. Itu adalah pertempuran pertama yang paling dahsyat dan mengerikan.

Kaizo memejamkan matanya dengan pakaian yang robek dibeberapa bagian, dengan darah segar yang keluar mengucur dari kain yang sobek, lengan dan lehernya terdapat luka gores yang tidak terlalu parah. Syukurlah wajah tampannya itu tidak terluka sedikitpun, kalau tidak para penggemar berat Kaizo akan kecewa karena ketampanannya tertutupi oleh luka.

"Kau habis bertempur dengan adikmu?" Tanya Ben disela-sela kegiatannya. Ia membersihkan luka itu dari kotoran sebelum memberinya antiseptic dan membalutnya dengan perban.

"Aku tau kau baru saja bertarung dengan Fang. Kalian terus berkelahi seperti anak kecil." Lanjut Ben karena Kaizo hanya diam tidak menanggapi dirinya.

"Kau pasti berpikir bukan, kenapa Fang bisa melukaimu sampai seperti ini? Padahal sebelumnya ia bahkan tidak bisa melukaimu seujung kuku pun." Ben menatap Kaizo yang masih memejamkan matanya. Tidak menanggapi ucapannya sama sekali, namun Ben tau bahwa pria itu sedang menyimaknya baik-baik.

"Sebenarnya Fang itu kuat, dia bisa saja melukaimu lebih parah dari ini. Namun, ia tidak setega itu untuk membuatmu terluka parah. Dia tidak sepertimu yang berdarah dingin dan bersikap apatis. Kau tidak ingat, kau pernah membuat Fang sekarat bahkan berada diambang kematiannya setelah bertarung denganmu lima hari yang lalu?" Ben menatap kelopak mata yang tertutup itu dengan lamat.

"Dia hampir menemui ajalnya kalau saja aku tidak bertindak cepat. Aku memberinya sebuah ramuan yang membuatnya meregenerasi lukanya dengan cepat, sehingga ia bisa bertarung denganmu hari ini. Kalau tidak dia tidak akan bisa bangkit dari ranjangnya sampai minggu depan." Ben berkata sembari terus mengoleskan obat merah pada leher pria itu yang terdapat beberapa goresan. Tidak terlalu parah, namun ia harus tetap mengobatinya.

"Dan sekarang dia bisa bertahan akibat obat yang aku beri. Dia juga mengalami perkembangan pesat karena berhasil melukaimu sampai seperti ini. Sebelumnya 'kan, tidak pernah ada orang yang bisa memberikan luka seperti apa yang Fang berikan padamu." Ben tersenyum kecil, membuka plester yang ia ambil dari dalam kotak P3K.

"Maka dari itu, jangan terlalu keras padanya, BODOH!" Ben menekan plester itu dengan kuat pada luka Kaizo membuat pria itu mengaduh kesakitan.

"Sialan," umpat Kaizo.

"Jangan terlalu cuek pada Fang, dia itu adikmu, Kai. Sesekali bersikaplah lebih lembut padanya, jangan kau bersikap kasar terus padanya. Dia juga punya hati! Fang hanya ingin dianggap olehmu, dia juga ingin merasa disayangi oleh kakaknya sendiri. Pasti dia merasa kesepian selama ini, orangtua kalian sudah tidak ada, kau juga selalu bersikap kasar padanya, bahkan ketika ia ingin berteman dengan kawan-kawannya pun kau batasi. Apa kau tidak merasa kasihan padanya?" Ben menatap sendu kearah Kaizo, ia menatap pria didepannya ini sangat mirip dengan Fang. Membuatnya teringat dengan bocah malang yang harus menanggung beban hidupnya diusia yang masih muda. Tidak seharusnya remaja seperti Fang menanggung beban sebanyak itu sendirian, seharusnya pada usia remaja sepertinya adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidup.

"Jangan memikirkan ego mu, Kai. Pikirkanlah adikmu juga, dia itu sangat membutuhkan kasih sayangmu. Ia hanya ingin kau ada disisinya, menggantikan peran orangtua yang tidak ia dapatkan sedari kecil. Memberinya kasih sayang, perhatian, dan perlakuan selayaknya kakak beradik. Bukannya saling berkelahi seperti musuh."

"Kau harus memikirkannya baik-baik. Kalau tidak mau Fang berakhir membencimu karena gengsi mu sendiri." Ben menarik nafas panjang sebelum kembali menasehati sang sahabat.

"Aku memperingatimu, Kai. Pikirkanlah ini baik-baik sebelum semuanya terlambat. Masih ada waktu untuk memperbaiki semuanya, sebelum....

....Fang berubah sepenuhnya."

Ben menghembuskan nafas lelah. Percuma juga ia menasehati pria itu yang pasti tidak dipedulikan sama sekali. Namun setidaknya Ben telah berusaha untuk menegur sahabatnya, mencoba memeringati Kaizo agar tidak bertindak semakin jauh.

Sebelum semuanya menjadi fatal.

"Ya sudahlah, tidak ada gunanya aku berbicara panjang lebar sedangkan yang aku ajak bicara hanya diam seperti patung." Ben membereskan kotak obat tersebut dan beranjak pergi.

Sebelum pergi ia menepuk bahu sahabatnya sembari berbisik,
"Jangan sampai menyesal nantinya, aku sudah pernah memperingatimu, Kai."

Ben pergi sembari membawa kotak obat tersebut. Punggung tegap berlapis jas putih itu menghilang di balik pintu, menyisakan Kaizo sendirian dengan pikiran yang berkecamuk.

Pria itu menatap dirinya sendiri yang terlihat berantakan. Kata-kata Ben tadi terngiang-ngiang dalam otaknya. Kaizo tersenyum tipis, ia menyentuh lengannya sendiri yang baru saja diperban oleh Ben dengan sangat rapi.

"Apa aku terlalu berlebihan pada Fang?"

Fang baru saja kembali ke TAPOPS setelah menyelesaikan urusan pribadinya yang tentunya bersifat sangat rahasia.

Pemuda itu melangkah gontai menuju ranjangnya. Kemudian menjatuhkan tubuh lelah itu keatas kasurnya yang empuk, seketika beban yang ada di punggungnya itu hilang.

Netra merah delima itu perlahan menutup, deruan nafasnya mengalun merdu dan teratur, menandakan bahwa sang empu kini sudah tertidur dengan pulas.

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan siluet seorang pemuda berambut cokelat dengan seragam besi yang ia kenakan.

"Lah, Fang tidur? Baru saja aku mau mengantarkan laporan ini padanya." Monolog Sai melihat rekan kerjanya itu tertidur dengan posisi telungkup diatas kasur dengan tidak aesthetic.

Sai diberi tugas oleh Laksmana untuk mengantarkan laporan kepada Fang untuk dikerjakan. Namun nyatanya sang empu malah tertidur pulas seperti itu, Sai jadi tidak enak kalau membangunkan Fang.

Akhirnya Sai meletakkan laporan tersebut diatas meja kerja Fang, lalu setelahnya Sai meninggalkan pesan di catatan kecil agar Fang membacanya nanti setelah bangun.

Sai menoleh ke arah Fang kala merasa sesuatu sedang mengintai dirinya dari sudut ruangan. Bahkan bulu kuduknya sampai berdiri dengan hawa tidak mengenakkan menyelimuti dirinya.

Manik cokelat itu membelalak lebar, ketika melihat sebuah bayangan hitam yang berdiri disudut ruangan sembari menatapnya tajam.

"HANTU!" Sai langsung berlari ketakutan ketika melihat bayangan itu yang menakutkan. Sai tidak memikirkan image nya sebagai pahlawan power sphera, karena rasa takut yang mengelabui otaknya.

Bayangan hitam itu berdiri disudut ruangan, mengintai dan menjaga Fang yang kini sedang tertidur pulas tanpa melakukan pergerakan apapun. Bayangan hitam itu senantiasa menjaga sang Tuan yang sedang terlelap kedalam alam mimpi.

"Woi! Ada hantu!" Teriak Sai disepanjang jalan sembari berlari.
Banyak sekali alien mop yang menatapnya dengan aneh karena berlarian sembari teriak-teriak seperti orang ketakutan.

Sai berlari menuju kantin, dimana semua teman-temannya sedang berkumpul disana.

"Woi! Ada hantu!" Teriak Sai lagi setibanya di kantin.

Semua orang yang ada disana terkejut karena Sai tiba-tiba datang dan berteriak menyebut hantu.

"Kau ini kenapa?" Tanya Shielda yang kebingungan melihat saudara lelakinya itu tampak tidak biasa.

Sai duduk disamping Shielda yang sedang membaca buku bersama Yaya, Ying, Boboiboy, dan Gopal.

"Hantu? Hantu apa?" Yaya menutup bukunya, menatap Sai yang sedang menetralkan nafasnya.

"Aku tadi mengantarkan laporan untuk Fang, tapi dia sudah tidur jadi aku menaruhnya dimeja kerjanya. Aku merasa sedang diintai dari sudut kamarnya, saat aku menoleh aku melihat ada hantu!" Sai bercerita dengan heboh. Sembari memperagakan tangannya menceritakan bagaimana ia melihat hantu tadi.

"Hoi jangan menakut-nakuti ku, Sai!" Gopal bergidik ngeri karena ia memang orang yang penakut.

"Kau salah lihat mungkin? Mana ada hantu diluar angkasa seperti ini." Boboiboy menimpali, tidak percaya dengan Sai yang melihat hantu dikamar Fang.

"Aku tidak salah lihat! Aku yakin itu hantu! Mana mungkin aku salah lihat, jelas-jelas tadi hantunya menatapku dengan tajam." Sai merasa takut ketika mengingat bagaimana hantu tadi menatapnya dengan tajam.

"Astaga, ini sudah malam. Kau harus tidur sebelum membual lebih jauh lagi." Shielda memutar bola matanya, jengah dengan kelakuan saudaranya.

"Aku tidak membual!" Sanggah Sai karena tidak terima dikatai membual. Dia melihat jelas makhluk mengerikan itu yang berdiri disudut ruangan sembari melayangkan tatapan tajam padanya, mana mungkin ia membual.

Sementara Yaya dan Ying saling beradu tatap. Masih tidak bisa percaya pada Sai kalau tidak ada bukti nyata.

"Yaya, menurutmu apakah hantu itu ada? Ini kan diluar angkasa." Ying menatap Yaya dengan lamat.

"Aku juga tidak tau. Mungkin aku akan bertanya kepada komandan nanti, mungkin komandan tau sesuatu." Yaya membalas.

Kedua gadis itu memang lebih memilih berpikir memakai logika untuk menentukan kebenaran. Tidak seperti Gopal yang kini sudah meringkuk ketakutan.

"Boboiboy, aku mau tidur bersamamu ya? Aku takut pada hantu." Gopal menggoyangkan lengan Boboiboy sembari merengek seperti anak kecil.

"Aish...kau kan tidurnya diranjang atas, mana muat kau tidur bersamaku." Boboiboy menatap Gopal dengan jengah.

"Besok kita akan berangkat untuk melaksanakan misi. Lebih baik kita segera tidur sekarang karena sudah cukup larut." Yaya menyudahi sembari melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 23.00 menurut waktu dibumi.

Semuanya bersiap untuk kembali tidur. Berbeda dengan Gopal yang terus merengek pada Boboiboy untuk tidur seranjang, padahal mereka satu ruangan.

TBC!

Continue Reading

You'll Also Like

45.8K 6.3K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
59.3K 5.3K 46
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
1M 84.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
310K 23.7K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...