Little Nanny《Jaeyong》

By jianakeys

2.9K 457 73

[Fanfiction] [BL-Romance] ► Jaeyong ► bxb. gay ► if u homophobic, stay away and never read my story. More

Prolog
Become A Babysitter
All Three Feelings At The Same Time
The Answer To Melancholy And A Request
Jaehyun Doesn't Like A Guy?
Meet Jaehyun's Family
Hurt Feelings

Second Meeting And Job Offer

456 74 5
By jianakeys

LEE TAEYONG memasuki kelas dengan langkah sempoyongan di pagi hari yang seharusnya menjadi waktu awal semangat. Remaja itu benar-benar berbeda dengan siswa lainnya. Ia teramat kusut untuk memulai hari.

"Oh My Little Nanny!"

Suara itu melengking didalam kelas, mengusik indra pendengaran Taeyong yang menjadi sasaran atas panggilan itu. Taeyong hanya meringsut menutupi wajah di lipatan kedua lengan diatas meja.

"Tumben kau datang sepagi ini, Lee." ucap remaja yang bername-tag Lee Youngheum kepada Taeyong. Ia lebih dikenal dengan nama Ten.

Remaja itu duduk dibangkunya tepat didepan meja Taeyong dengan raut binar. Namun seketika ia mengerutkan kening begitu melihat tak ada respon dari sang sahabat.

"Hey Lee! Apa kau tidur?" tanyanya, menggoyangkan bahu remaja itu berulang kali.

Hingga akhirnya Lee Taeyong mengangkat kepala, dan nampaklah raut kelelahan disana.

"Oh My God! Apa kau tidak tidur selama sebulan?!" kejutnya. Wajah Taeyong benar-benar seperti mayat hidup.

Sang empu menghembuskan nafas kasar seraya menyandarkan punggung. "Aku tak tidur karna Nenek mengomeliku sampai subuh."

Ten semakin mengerutkan kening. "Kenapa?" apa alasan Nenek Lee mengomeli sahabatnya ini?

Taeyong tak menjawab. Melainkan menghela nafas, lantas teringat kembali; bahwa semalam dirinya telat pulang karna dipaksa membantu pria yang sama sekali tidak dikenalinya untuk menidurkan kedua bayi pria itu.

Mengingat hal itu berhasil membuat wajah Taeyong mengerut sebal. Pasalnya si pria semalam mengatakan meminta bantuan, namun kenyataannya yang menidurkan dua bayi itu hanyalah dirinya sendiri, sedang pria itu hanya duduk santai disofa.

"YA LEE!"

Teriakan kesal itu membuat Taeyong tersadar. Lagi-lagi ia menghela nafas. Harinya buruk, seharusnya Ten tidak mengusiknya!

"Jawab aku!" Ten sudah nampak begitu kesal.

"Semalam aku telat pulang." jawab Taeyong.

"Hah? Memangnya kau kemana lagi kemarin?"

Ten mengingat jelas kemarin mereka pulang bersama. Dan berpisah karna arah rumah mereka yang berbeda. Tapi ia yakin bahwa sang sahabat langsung pulang ke rumah, mengingat betapa lelahnya Taeyong karna menerima hukuman dari Chanyeol ssaem kemarin.

Tak ada jawaban dari Taeyong. Hingga ketika Ten ingin kembali membuka mulut, suara ricuh terdengar didalam kelas mereka.

Reflek, Ten menolehkan kepala. Lantas mendapati Kim Mingyu; anak kelas sebelah yang populer bagi sebagian besar siswa dikelasnya.

Kening Ten mengerut begitu melihat Mingyu melangkah ke arah mereka. "Ada urusan apa brandalan ini?"

"Lee Taeyong,"

Suara Kim Mingyu itu menyapa, Taeyong tak menanggapi sedikitpun. Ia tak punya tenaga untuk itu. Tapi kemudian Taeyong merasakan rangkulan pada bahu.

"Hey, apa berandalan dari Seowon mengejarmu kemarin?"

Mendengar bisikan itu, dengan cepat kepala Taeyong menoleh ke arah Kim Mingyu. Ini dia, Taeyong ingin tahu para bajingan itu kenapa mengejarnya kemarin.

"Ah sepertinya benar," Kim Mingyu tertawa renyah melihat raut remaja Lee. "Mereka ternyata benar-benar mengincarmu setelah aku mengakui bahwa kau kekasihku, itu–"

BUG!

Satu bogeman dilayangkan oleh Taeyong, tentunya memotong ucapan Kim Mingyu. Hal itupun membuat seisi kelas—termasuk Ten, memekik terkejut.

Apa yang baru saja dilakukan oleh Lee Taeyong?!

Korban atas bogeman si remaja Lee terduduk di atas lantai, sedang pelaku melenggang dari sana dengan membawa tas. Nampaknya Taeyong sudah tidak memiliki niat untuk disekolah. Mood nya hancur lebur.

Melihat kepergian sang sahabat, langsung saja Ten beranjak menyusul, tak lupa juga dengan tas yang dibawanya. Meninggalkan kelas yang hening karna sebagian siswa didalam masih cukup syok.

Lee Taeyong—begitu berani memukul wajah seorang Kim Mingyu yang notabenenya adalah salah satu berandalan di sekolah mereka.

Ya, meskipun remaja kekar itu populer, namun Mingyu lebih dikenal sebagai berandalan di sekolah tersebut.

Ah, berdoa saja setelah ini Kim Mingyu tidak membalaskan dendam kepada si cantik Lee Taeyong atas bogeman mentah yang ia dapatkan pagi ini.

••••••••••

"YA LEE TAEYONG!"

Teriakan melengking itu tak di hiraukan oleh si pemilik nama. Empunya malah terus berjalan dengan raut datar meninggalkan sekolah.

Ten yang nampak kewalahan mengejar, kini sudah melangkah disamping Taeyong dengan nafas yang nemburu.

"Kau ingin kemana?" tanyanya seraya menetralkan nafas.

"Bolos. Kau kenapa mengikutiku?" tanya Taeyong tanpa menoleh.

"Karna kau sahabatku, jadi kemanapun kau pergi, aku harus ikut." jawab Ten enteng sebelum menggandeng lengan sang sahabat.

Hanya decihan yang diberikan oleh Taeyong. Langkah mereka kini semakin menjauh dari area sekolah.

Ten kembali menatap remaja itu. "Kau ingin kemana Lee?"


"Aku sudah bilang, bolos."

"Ya bolos kemana?!" kesal Ten. Anak SD pun tahu mereka sedang bolos sekarang.

Taeyong terdiam sejenak. Sebelum akhirnya langkah remaja itu berbelok ke kiri, Ten pun sontak mengikutinya.

"Kemana?"

"Toko buku."

Secara otomatis, Ten memutar mata malas. "Kau kenapa tidak bekerja menjadi pengasuh kucing-kucing disana saja?!" kesalnya.

Mendengar toko buku dari belah bibir Taeyong tentunya Ten langsung mengetahui apa sebenarnya tujuan sahabatnya itu. Alih-alih membaca buku disana, Taeyong pasti malah asik mengurusi 9 ekor kucing si pemilik toko; paman Jongdae.

"Jika hanya mengomel, sebaiknya kau kembali ke sekolah. Jangan membuat hariku semakin kacau."

Ten mencibir, namun tetap mengikuti. Remaja satu itu sangat tidak bisa berjauhan dengan Taeyong meski ucapan sahabatnya kadang kala menusuk hati.

Ting!

Suara lonceng dari pintu yang dibuka oleh Taeyong terdengar. Mereka memasuki toko buku yang memiliki desain cukup tua sesuai dengan usia toko tersebut.

Ten yang tadinya menggandeng lengan Taeyong, kini melepaskan diri dan menjauh untuk mencari si pemilik toko.

"Paman Jongdae~ apa buku yang ku cari kemarin sudah ada?"

Taeyong hanya menggelengkan kepala memandang punggung Ten yang semakin menjauh. Setelah itu, memilih memajukan langkah, lantas pandangannya turun begitu mendengar suara makhluk kecil yang menggemaskan.

Meong~

Meong~

Seketika si remaja tersenyum manis. "Hey," ia berjongkok dan mengangkat anak kucing ke gendongan. "Dimana keluargamu, hm?"

Taeyong melanjutkan langkah seraya membawa anak kucing yang kini di gendongannya menuju tempat kucing-kucing lainnya.

Sesampainya, remaja Lee itu langsung menurunkan anak kucing disana dan mengelus bulu induk kucing yang menyambutnya.

"Apa paman Jongdae sudah memberi kalian makan?"

Anak-anak kucing yang dipandang Taeyong menjilat-jilat kaki dengan begitu lucu.

Mood Taeyong yang sebelumnya cukup buruk, kini naik lebih baik. Ia tersenyum lebar seraya berujar kembali, "Sepertinya sudah ya?"


Meow~

Suara induk kucing seolah menjawab pertanyaan Taeyong. Remaja itu pun mengangkat induk kucing ke atas pahanya dan diciumnya dengan gemas.

Beruntungnya kucing-kucing paman Jongdae semuanya bersih.

"YA LEE! KEMARILAH!"

Suara Ten itu terdengar disela kesenangan Taeyong. Sontak saja alis empunya menukik tajam, merasa Ten sudah mengganggu waktunya.

Namun meski merasa begitu, Taeyong tetap berdiri setelah menurunkan induk kucing dari pahanya.

Taeyong membawa langkah menyusuri rak-rak buku menuju tempat Ten berada.

"LEE!"

Berdecak sebal, Taeyong melebarkan langkah. "Ada ap–"

Ucapan remaja itu menggantung kala melihat bayi yang berada di gendongan sahabatnya itu. Ia—mengenalinya!

Bagaimana bisa bayi itu ada disini?! Apa pria asing kemarin itu juga ada disini?!

"Lee jangan melamun! Kemarilah, bayi ini sangat menggemaskan!"

Dengan perasaan was-was, Taeyong mendekat ke arah Ten yang begitu semangat menggendong si bayi. "K-Kau mendapat bayi itu dimana?"

"Paman Jongdae." tuding Ten ke arah pria paruh baya disana.

Lantas Taeyong mengikuti tudingan Ten, mendapati paman Jongdae yang tengah tersenyum ke arah mereka.

"Bayi itu cucu paman, menggemaskan bukan?"

Belah bibir Taeyong terbuka. Cucu? Bukannya Paman Jongdae tidak memiliki anak?

Ting!

Suara lonceng terdengar. Taeyong yang belum selesai mencerna ucapan paman Jongdae, kini membatu di tempat. Perasaanya kembali menjadi was-was. 

"Oh, Jaehyun? Ada apa kau kembali?"

"Aku harus membawa Minhyung."

"Eh," Jongdae terkejut seraya berdiri dan melangkah mendekat. "Kau bahkan baru membawanya kesini satu jam yang lalu, Jae."

Pria yang disebutnya dengan nama Jaehyun itu tersenyum tipis. "Maaf, Ibunya datang."

"Ah," Jongdae yang paham, lantas menoleh ke arah Ten yang saat ini tengah menatap kagum ke arah Jaehyun. "Ten, berikan Minhyung kepada Ayahnya."

"O-Oh, jadi pria tampan ini ayahnya?"

Jongdae reflek tersenyun geli mendengar pertanyaan Ten sebelum memberi anggukan. Sedang Taeyong yang membelakangi pria yang disebut tampan oleh Ten itu, kini mendengus.

"Tampan tidak, gila iya." gumam Taeyong pelan, nyaris berbisik. Ia masih mengingat jelas kelakuan pria asing itu semalam.

Dan tunggu—siapa tadi namanya? Jaehyun?

Taeyong berdecak lidah. Hal itu tanpa disadarinya di dengar oleh mereka yang ada disana.

Pria yang bernama asli Jung Jaehyun, nampak mengerutkan kening memandang punggung remaja yang berseragam itu. Namun detik berikutnya ia tidak mengambil pusing. Beralih menerima sang bayi yang sudah diberikan oleh remaja satunya lagi.

"Terima kasih sudah menjaga Minhyung."

Jongdae mengangguk kecil. "Kapan-kapan bawa lagi dia kesini."

Jung Jaehyun hanya mengangguk sebelum berlalu dari sana. Lantas sedetik dari kepergian pria itu, Lee Taeyong berbalik badan dengan perasaan lega.

"Kau kenapa?" tanya Ten bingung. "Tadi pria tampan yang datang, kenapa kau tidak memandangnya? Rugi sekali."

Reflek Taeyong memutar mata malas menanggapi Ten. "Dibandingkan dengannya, paman Jongdae lah yang lebih layak disebut tampan."

"Kau bahkan belum melihatnya Lee."

"Dari suaranya sudah jelas menandakan bahwa dia jelek."

"Kau–" Ten tak habis fikir.

Paman Jongdae yang menyaksikan perdebatan anak muda itu hanya bisa tersenyum maklum sebelum kembali ke mejanya.

"Kalian berdua, kenapa tidak sekolah? Membolos?"

Seketika kedua remaja ditempat itu secara bersamaan menoleh ke arah paman Jongdae. Lantas dengan cepat Ten menunjuk sang sahabat.

"Taeyong yang mengajakku, paman!"

Taeyong menyinis sekilas ke arah Ten, "Aku tidak mengajaknya, dia saja yang mengikutiku."

"Berarti benar, kalian membolos?"

Tak ada yang menjawab. Belah bibir kedua remaja itu terkatup.

Jongdae hanya menggelengkan kepala. Memaklumi. Dahulu ia seperti ini juga, membolos sesukanya. Jiwa muda sepertinya selalu sama disetiap generasi.

"Kalian berdua sudah sarapan?"

Taeyong dan Ten menggeleng.

Jongdae kembali tersenyum. "Bagaimana dengan Ramyeon pedas?"

Secara bersamaan, kedua remaja ditempat itu mengangguk, lengkap dengan senyum lebar. Hey, itu makanan kesukaan mereka!

••••••••••

Setelah menghabiskan ramyeon pedas buatan Paman Jongdae di toko buku, Taeyong dan Ten kini berjalan beriringan dengan langkah santai.

"Apa kau masih mengambil pekerjaan mengasuh, Lee?" tanya Ten disela langkah.

Taeyong mengangguk sekilas. "Tapi akhir-akhir ini tidak ada lagi yang menghubungiku."

"Baguslah. Lagipula pekerjaanmu itu tidak jelas, Lee."

Mendengar itu, Taeyong menatap tajam ke arah sang sahabat. "Apa maksudmu?"

Ten mengedikkan bahu. "Ya fikir saja, kau mengasuh siapapun. Mulai dari yang sangat muda sampai yang sangat tua, bahkan sekali-kali kau mengasuh hewan juga. Bukan hanya tidak jelas, itu bisa dibilang juga pekerjaan gila. Aku belum pernah melihat orang lain mengerjakan pekerjaan sepertimu."

Taeyong mencibir. "Apa salahnya? Berbeda itu indah. Lagipula aku hanya ingin mengisi waktu luang."

"Kau fikir kau punya waktu luang?" Ten mendecih. "Hitunglah, sudah berapa kali kau membolos?!"

Terdiam, dalam kepala Taeyong menghitung jumlah bolosnya. Tanpa sadar ia meringis. Jumlah bolosnya cukup banyak.

"Waraslah, kau masih bersekolah. Hentikan pekerjaan tak jelasmu itu."

Terdengar lagi suara Ten yang membuat Taeyong menghela nafas. Ia fikir sahabatnya itu mendukung pekerjaannya karna selalu memanggilnya 'Little Nanny'. Tapi ternyata tidak.

"Kau dengar, Lee?"

"Iya-iya." balas Taeyong setengah sebal.

Tiba-tiba, Ten menghentikan langkah yang membuat Taeyong mengerutkan kening. 

"Kenapa?"

Ten memandang ke dalam toko kue dengan raut berbinar. "Lee, ayo ke dalam! Aku ingin membeli kue menggemaskan itu!"

Taeyong tak bergeming ketika Ten menarik lengannya. "Aku disini saja." Ia sungguh tak berminat.

"Terserahmu." dan tanpa mengatakan apapun lagi, Ten masuk ke dalam Toko kue itu dengan perasaan menggebu-gebu.

Taeyong memilih tetap berdiri di depan toko dengan raut datar seraya memandang jalan raya dan juga pejalan kaki yang berlalu-lalang.

Melirik arloji, Taeyong melihat bahwa sekarang telah pukul 12 siang.

Ah, setelah ini dia harus kemana? Jika pulang, ia pasti akan dimarahi lagi oleh Nenek Lee karna berada di rumah disaat masih waktu sekolah.

Menghela nafas, Taeyong mengedarkan pandang. Dan seketika, matanya melebar begitu melihat berandalan yang mengejarnya kemarin, sedang menunjuk ke arahnya.

Taeyong bergerak panik. "Mengapa para bajingan itu ada dimana mana?!"

Tanpa berfikir panjang, Taeyong langsung melarikan diri begitu para berandalan itu menyebrang jalanan untuk mengejarnya.

"Tuhan, ayo tolong aku sekali lagi!" gumam Taeyong semakin panik disela larinya.

Tiba-tiba, entah datang darimana, seseorang menariknya ke balik tembok seolah menjadi penyelamatnya.

Dug!

Kepala Taeyong menabrakan dada orang itu. Ia yang belum mencerna baik situasi, seketika menunduk panik begitu mendengar suara para berandalan yang mengejarnya terdengar. Begitu dekat.

Reflek Taeyong semakin mendekatkan wajah didepan dada orang yang tak dikenalinya.

Selang berapa saat, suara para berandalan Seowon sudah tak lagi terdengar. Taeyong memiringkan kepala; mengintip. Begitu mengetahui tak ada satupun orang disana, lantas ia menghela nafas.

"Kau seorang buronan?"

Tiba-tiba suara itu terdengar, Taeyong tersadar dan langsung mengangkat kepala. Seketika, matanya terbelalak.

"Ahjussi?!" reflek Taeyong memundurkan langkah, namun pinggulnya sudah lebih dulu ditahan oleh pria asing yang kemarin menyusahkannya.

"Apa yang ahjussi lakukan disini?!"

"Mencarimu." Jawab pria itu—Jung Jaehyun.

"H-Hah?"

"Aku membutuhkanmu untuk menjadi babysitter anak-anakku."

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 36.2K 62
𝐒𝐓𝐀𝐑𝐆𝐈𝐑𝐋 ──── ❝i just wanna see you shine, 'cause i know you are a stargirl!❞ 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 jude bellingham finally manages to shoot...
36K 3K 38
ဤဇာတ်လမ်း ဇာတ်ကွက်ဖြစ်ရပ်များသည် စာ​ရေးသူ၏စိတ်ကူးယဥ်သပ်သပ်သာဖြစ်သည်။ မည်သူတစ်ဦးတစ်​ယောက်ကိုမှ ထိခိုက်လ်ု​စေခြင်းမရှိပါ။
Knight By m

Teen Fiction

19.1M 663K 57
COMPLETED [boyxboy] Mason Maloney has lived his whole life in the shadow of his twin brother, Nathan, star quarterback of the football team. While N...
2.1K 67 6
( yandere hazbin hotel various x gn. reader ) ♡ " 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒘𝒉𝒆𝒏 𝒊𝒕 𝒄𝒐𝒎𝒆𝒔 𝒘𝒊𝒕𝒉𝒐𝒖𝒕 𝒂 𝒘𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 .. " ︶︶︶ ♡ ︶︶︶ ♡ ︶︶︶ ♡ ︶︶︶ a wor...