Hawai, AS
Gulp. Gulp.
Karena tidak ada lagi makanan yang tersisa di Hawaii, lintah raksasa tersebut memutuskan untuk kembali ke laut untuk mencari mangsa lainnya. Arahnya menuju daratan Amerika.
Saat itu,
"Kami telah mencapai tujuan."
Lima pesawat angkut C-17 muncul di langit Hawaii.
Kemudian,
"Kami akan memulai pengiriman makanan."
Dari pesawat angkut, sejumlah besar tangki darah berisi darah dijatuhkan ke tanah. Beberapa tangki darah pecah saat terjatuh, menumpahkan darah, tapi ini agak disengaja.
Gulp. Gulp.
Lintah raksasa, yang merasakan bau darah, mengubah arahnya. Itu menelan tangki darah yang jatuh ke tanah.
Kemudian,
Crush.
Itu dengan kuat membatasi tangki, meledakkannya hingga terbuka, dan menyerap darah di dalamnya.
"Operasi sukses. Kami telah memastikan bahwa lintah telah mengubah arahnya. Kembali ke markas."
Pesawat angkut yang melakukan operasi tersebut mengubah arah dan kembali ke pangkalan.
Ketika lintah raksasa pertama kali muncul, militer AS, karena tidak mampu menaklukkannya di tepi laut, membombardirnya dengan ribuan rudal.
Miliaran dolar dibakar, namun dampaknya minimal. Lintah raksasa, jika terkena misil, akan terpecah menjadi lintah yang lebih kecil dan kemudian bergabung kembali menjadi bentuk aslinya.
Terlebih lagi, karena tidak ada mangsa yang tersisa, lintah mulai bergerak menuju Amerika Serikat untuk mencari makanan baru.
Tanpa solusi, militer AS akhirnya memutuskan untuk meluncurkan senjata terkuat mereka, rudal nuklir, ke Hawaii dan menarik angkatan laut di sekitarnya.
Saat itu, mayat yang kehabisan darah, seperti mumi, ditemukan di tempat lain. Dalam perjalanan melewati Hawaii dan menuju ke daratan Amerika, ternyata tidak hanya ada satu lintah raksasa saja.
AS dengan cepat mengubah strateginya.
"Mari kita memancing musuh ke Hawaii dan menahan mereka di sana."
Oleh karena itu, mereka menjatuhkan darah di Hawaii, menarik lintah yang sensitif terhadap darah ke pulau tersebut. Cara ini juga lebih hemat biaya dibandingkan menggunakan rudal, karena harga darah lebih murah.
Jadi, lintah raksasa itu "dibesarkan" (?) di Hawaii.
***
Saat mereka mendekati Kastil Putih Kerajaan Pita Merah, sebuah kota besar yang mengelilingi kastil mulai terlihat.
Ppyak!
[Ini Kota Kelinci, ibu kota Kerajaan Pita Merah!]
Kelinci hitam dengan bangga memperkenalkan Kota Kelinci dari bahu Sejun. Sungguh sesuatu yang bisa dibanggakan. Kota dengan bangunan-bangunan beraneka warna itu indah sekali.
Ppyak!
[Kota Kelinci adalah rumah bagi 1 miliar kelinci!]
"1 miliar?!"
Dari luar, sepertinya tidak ada cukup ruang untuk menampung begitu banyak kelinci, tetapi mengingat sifat kelinci yang suka menggali, hal ini dengan cepat menjadi masuk akal.
Kota ini lebih besar di bawah tanah daripada yang terlihat di permukaan.
Ppyak! Ppyak...
[Ya! Jadi...]
Sejun tercengang, dan kelinci hitam yang bersemangat itu terus menjelaskan dengan antusias.
Saat mereka tiba di pintu masuk kota sambil mendengarkan kelinci hitam,
Snap!
Empat tentara kelinci hitam yang menjaga pintu masuk kota memberi hormat kepada raja mereka.
Ppyak!
Kelinci hitam menerima salam mereka dan memasuki kota, diikuti oleh Sejun. Theo, Cuengi, dan Kelelawar emas semuanya tergantung di Sejun, jadi dia tinggal berjalan saja.
"Wow!"
Sejun kembali terkagum-kagum saat memasuki kota. Kelinci yang tak terhitung jumlahnya sibuk menjual barang, makan, membuat kerajinan, dan melakukan berbagai tugas.
Jika emosi yang dirasakan dari luar kota adalah keindahan, maka di dalam kota adalah kehidupan yang semarak.
Ppyak!
[Paman, kita akan berkeliling kota nanti. Pertama, izinkan aku menunjukkan kastilnya kepada Anda!]
"Huh?! Oke."
Sejun tersentak kembali ke dunia nyata atas desakan kelinci hitam itu. Kelinci hitam itu tampak bersemangat untuk segera membawa Sejun ke kastil.
Dalam perjalanan mereka ke kastil,
"Kelinci hitam, tunggu sebentar."
Sejun memanggil kelinci hitam itu untuk berhenti saat melihat kristal merah di tengah alun-alun luas di depan Kastil Putih. Itu adalah sebuah titik jalan.
PPyak?
[Mengapa?]
"Ayo daftar di titik jalan dulu."
Karena kita tidak pernah tahu apa yang mungkin terjadi dalam hidup, Sejun memutuskan untuk mendaftar terlebih dahulu di titik jalan.
Saat Sejun mendekati kristal merah dan meletakkan tangannya di atasnya,
[Titik Jalan Menara Lantai 55 telah disimpan.]
Sebuah pesan muncul, mengkonfirmasi pendaftaran titik jalan.
"Sekarang ayo pergi."
Ppyak! Ppyak!
[Ya! Jalan ini!]
Kelinci hitam membawa Sejun ke pintu masuk Istana Putih.
Snap!!
Para prajurit kelinci hitam memberi hormat pada kelinci hitam dengan lebih serius dari sebelumnya. Terlihat jelas dari kewaspadaan mereka betapa terlatihnya mereka.
Ppyak!
Kelinci hitam menerima hormat para prajurit dan masuk.
Kemudian,
Ppyak!
[Panggil pasukan pengawal!]
Segera setelah masuk, kelinci hitam itu memanggil pasukan penjaga untuk melindungi Sejun.
Dadada.
Snap!
[Yang Mulia! Apakah kamu memanggil kami?!]
Atas panggilan kelinci hitam, sepuluh kelinci hitam dengan cepat bergegas mendekat.
Ppyak!
[Orang-orang ini akan menjaga Paman dari jarak jauh sampai upacara pernikahan selesai.]
Saat kelinci hitam berbicara,
"Tidak perlu, meong! Puhuhut. Ketua Park berada di bawah perlindunganku, meong!"
Krueng! Krueng!
[Itu benar! Cuengi akan melindungi Ayah!]
Theo dan Cuengi mengajukan diri menjadi pengawal Sejun.
Namun,
Ppyak!
[Tapi tetap saja, Paman lemah, jadi lebih banyak penjaga lebih baik!]
"Itu benar, meong! Oke, meong!"
Krueng!
[Sepakat!]
Yakin dengan alasan kelinci hitam, Theo dan Cuengi segera setuju. Teman-teman, aku menjadi lebih kuat, tahu? Sejun berpikir dia harus memamerkan kekuatannya ketika mendapat kesempatan.
Snap! Snap!
[Sejun~nim, aku Coco, pemimpin regu pengawal. Tolong jaga aku dengan baik!]
"Oke. Coco, aku mengandalkanmu."
Dengan itu, pasukan pengawal yang ditugaskan untuk melindungi Sejun menyambutnya dan
Ppyak!
[Pasukan pengawal, bentuk formasi pelindung!]
Swoosh.
Mereka menghilang dari pandangan, menggunakan keterampilan tembus pandang mereka.
"Eh?! Kemana mereka tiba-tiba pergi?"
Sejun dibuat bingung dengan hilangnya kelinci hitam secara tiba-tiba.
"Puhuhut. Ketua Park tidak bisa melihat mereka, meong? Mereka ada di sini, dan di sana, dan di sana, meong!"
Krueng!
[Ayah, mereka juga ada di belakangmu dan pilar di sana!]
Theo dan Cuengi, yang bahkan mampu mendeteksi siluman tingkat tinggi, memberi tahu Sejun tentang lokasi penjaga tersembunyi.
Ppyak! Ppyak!
[Ayo pergi! Aku akan mengajakmu tur kastil bersama keluarga!]
Kelinci hitam membawa Sejun ke tempat ibu dan ayah kelinci yang dibawa oleh Theo dari Menara lantai 99 berada dan memulai tur keliling kastil.
Tiga jam kemudian,
Rumble.
Saat perut Cuengi keroncongan, kelinci hitam membimbing Sejun dan kelompoknya ke ruang makan.
Dan kemudian makanan tiba.
"Ketua Park! Itu ikan bakar, meong!"
Theo langsung menunjuk ikan bakar itu dengan kaki depannya saat menemukannya. Karena ia tidak bisa meninggalkan pangkuan Sejun, itu tandanya Sejun akan bergerak menuju ikan bakar itu.
"Baiklah."
Saat Sejun mendekati ikan bakar itu,
Krueng!
[Baunya enak!]
Dadada.
Cuengi yang tidak terpaku pada pangkuan Sejun, berlari menuju makanan berbau harum itu dan mulai makan tanpa mengupasnya.
Crunch. Crunch.
Buah dengan kulit keemasan, sari buahnya manis, dan teksturnya renyah. Itu adalah buah pir.
Slurp. Slurp.
(Pip-pip. Enak!)
Di sebelah Cuengi, kelelawar emas telah terbang dan sedang menghisap sari buah pir dengan giginya.
"Ada banyak makanan enak."
Sejun pun mulai makan sambil melihat-lihat berbagai hidangan.
"Oh! Telur goreng!"
Hidangan pertama yang dicoba Sejun adalah telur goreng. Kuning telurnya encer, cerah sempurna.
Secara teknis, itu bukan telur ayam, tapi rasanya seperti telur goreng.
Munch. Munch.
Saat Sejun mencicipi berbagai hidangan,
Glug. Glug.
Sebuah cangkir diletakkan, dan pelayan menuangkan cairan hitam panas ke dalam cangkir Sejun.
"Mungkinkah ini kopi?"
Sejun yang mencium aroma dari cangkir terkejut. Kopi dengan aroma karamel, wangi floral, dan beberapa aroma lainnya.
Aromanya kaya dan beragam yang menggelitik hidung Sejun, tiada tandingannya dengan kopi instan.
Ppyak!
[Kami beruntung menemukannya! Aku akan mengemasnya untukmu saat kamu pergi!]
"Oke. Terima kasih."
Senang dengan perkataan kelinci hitam itu, Sejun mulai menikmati kopinya dengan sungguh-sungguh.
Slurp.
Rasa manis coklat menyerempet lidahnya, disusul rasa pahit yang kental menyeimbangkan rasa.
Gulp.
Akhirnya, aroma lemon yang menyegarkan membersihkan langit-langit mulutnya dengan rapi. Seteguk kopi merangkum keseluruhan narasi rasa.
"Wow."
Entah karena kafeinnya yang lebih kuat dibandingkan kopi instan atau rasanya sendiri, Sejun merasakan rasa kenyang dan semangatnya menjadi cerah hanya setelah satu tegukan.
"Ya. Ini kopi asli."
Sejun, setelah menikmati secangkir kopi yang benar-benar memuaskan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dengan gembira melanjutkan waktu minum kopinya.
Kemudian,
Peep!
[Permisi!]
Seorang tentara masuk dan diam-diam mendekati kelinci hitam itu untuk mulai melaporkan.
Ppyak?!
[Lagi?!]
Peep! Peep...
[Maaf! Meskipun kami memperkuat penjagaan...]
Ppyak! Ppyak!
[Dipahami! Jaga agar pemandangan tetap terpelihara; Aku akan segera ke sana!]
Tampaknya itu adalah kasus pembunuhan dari percakapan tersebut.
Peep!
[Ya!]
Prajurit itu segera meninggalkan ruang makan, dan
Ppyak. Ppyak.
[Maaf, Paman. Aku pikir aku harus menangani ini terlebih dahulu.]
"Ya. Jangan khawatirkan aku, lakukan apa yang perlu kamu lakukan."
Ppyak!
[Kalau begitu sampai jumpa saat makan malam malam ini!]
Kelinci hitam itu buru-buru meninggalkan ruang makan.
Dan setelah makan selesai,
"Tapi di mana tempat penyimpanan makanannya?"
Sejun bertanya kepada seorang pelayan tentang lokasi penyimpanan makanan. Dia ingin mengantarkan mie.
Kemudian,
Peep!
[Aku akan memandumu ke sana!]
Coco, pemimpin pasukan pengawal, menampakkan dirinya secara sembunyi-sembunyi dan memimpin Sejun ke tempat penyimpanan makanan. Coco membimbing Sejun melewati pintu yang digunakan oleh para pelayan yang membawakan makanan.
Saat melewati pintu, sebuah dapur luas muncul, tidak hanya ramai dengan kelinci tetapi juga dengan koki dari berbagai spesies yang dipekerjakan oleh Kerajaan Pita Merah.
Peep!
[Jalan ini!]
Coco menuntun Sejun melintasi dapur menuju pintu di ujung, memperlihatkan tempat penyimpanan makanan yang sangat besar.
Sesampainya di gudang,
Peep! Peep!
[Ini Sejun~nim, paman Raja! Berikan dia apa pun yang dia butuhkan!]
Coco memperkenalkan Sejun kepada manajer penyimpanan dan
Swoosh.
menghilang lagi, terus menjaga Sejun.
Ppip?
[Sejun~nim, apa yang kamu butuhkan?]
Manajer penyimpanan, mengira Sejun membutuhkan sesuatu, bertanya.
Tetapi,
"Aku ingin menyimpannya di sini untuk digunakan pada pernikahan kelinci hitam. Cuengi, tolong keluarkan mienya."
Justru sebaliknya.
Krueng!
[Mengerti!]
Clank.
Saat Sejun membuka ruang penyimpanan yang kosong, Cuengi mulai mengeluarkan mie.
Ppip?!
Manajer penyimpanan bingung dengan situasi yang tidak terduga ketika,
"Siapa kamu? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."
Sebuah suara datang dari bawah Sejun.
"Hah?"
Saat Sejun melihat ke bawah,
"Puhuhut. Nah, kalau kamu harus tahu, aku adalah Cakar Naga Mematikan, Kucing Kuning dan bawahan Naga Hitam agung, Park Theo, meong!"
Theo memperkenalkan dirinya pada bola bulu emas.
Tetapi,
"Puhuhup! Kamu harus tahu cara berbohong jika kamu ingin menipu seseorang."
Bola bulu emas, seekor domba, menertawakan Theo. Itu ditutupi dengan begitu banyak wol sehingga bentuk aslinya tersembunyi.
"Meong?! Apa yang dimaksud dengan penipuan, meong? Aku bukan penipu, meong!"
"Kau meniru Tuan Park Theo yang terkenal itu, baa. Dan dia bukan kucing kuning; dia kucing emas, baa."
Sementara Theo menjadi terkenal sebagai kucing emas melalui usaha Pedagang Legendaris Uren,
"Meong?! Aku kucing emas, meong?"
Theo sendiri tidak mengetahui julukan tersebut.
"Tidak, bukan itu, baa. Jika kamu terus menirunya, kamu mungkin mendapat masalah jika bertemu dengan Park Theo atau Raja Minotaur yang asli."
Domba emas memperingatkan Theo untuk berhenti menyamar sebagai dirinya sendiri karena hal itu dapat membuatnya mendapat masalah di kemudian hari, sebuah situasi yang agak ironis.
"Puhahaha!"
Sejun hanya bisa tertawa melihat situasi ini,
"Apa?! Apakah kamu menertawakan pertimbanganku, baa?!"
Domba emas menjadi marah, merasa kekhawatirannya sedang diejek.
Crackle.
Percikan biru mulai beterbangan dari wol bola bulu emas itu. 'Apakah aku begitu mudah untuk diejek?' Sejun merasa sangat sedih. 'Aku juga bisa menghasilkan percikan api!'
Saat Sejun hendak turun tangan,
Peep! Peep!
[Berhenti! Pedagang Legendaris Mimyr~nim!]
Pasukan pengawal mengepung Pedagang Legendaris Mimyr untuk melindungi Sejun. Mereka tidak bisa terlalu dekat karena percikan api yang kuat.
Saat itu,
Thud. Thud.
Thump.
Cuengi perlahan mendekat dan dengan acuh tak acuh meraih bulu dada Mimyr yang berkobar dengan keras, secara efektif menahannya di tengkuknya.
Krueng?!
[Apakah kamu baru saja marah pada ayahku?!]